Disusun Oleh:
AHMAD ADI REKSI
2111150086
NADA ANANDA PUTERI
2111150200
USWATUN HASANAH
2111150213
i
KATA PENGANTAR
SWT, atas segala berkat, rahmat, Taufik, sertahidayahnya yang tiada terkira besarnya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta
salamsemoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW,
.Adapun makalah yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini adalah’’Nasikh dan Mansukh
dalam Al Qur’an ”
Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah
ULUMUL QUR’AN yaitu bapak Saiful Luthfi,M.pd.I yang telah memberikan dukungan dan
kepercayaan yang begitu besar. Kami sebagai penulis meminta maaf sebesar-besarnya jika
makalah ini memiliki kekurangan atau kesalahan dan jauh dari kata sempurna baik dalam segi
bahasa, penyusunan, maupun pengetikannya. Untuk itu kami mengharapkan keritik dan saran
yang membangun agar makalah ini bisa disusun lebih baik lagi.
Akhir kata, kami selaku penulis mengucapkan maaf dan terima kasih yang sebesar-
besarnyakepada para pembaca makalah ini dan kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat
Palangkaraya , 5 Oktober2021
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-quran adalah kitab suci umat islam dan menjadi sumber ajaran islam yang
pertama dan utama yang harus kita imani dan aplikasikan dalam kehidupan kita agar kita
memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Kitab al-quran di turunkan kepada rasul
allah (nabi Muhammad saw). Turunnya al-quran untuk yang pertama kalinya merupakan
tonggak sejarah munculnya satu syariat baru dari agama tauhid yaitu agama islam. Sebagai
penyempurna dari agama-agama tauhid sebelumnya. Pemahaman dan cara mengkaji al-
quran ini banyak sekali yang harus di kupas secara mendalam salah satunya yaitu Nasikh
dan Mansukh dalam al-quran. Secara etimologi kata Nasikh berarti menghilangkan sesuatu
menghapuskan sesuatu dan menetapkan yang lain pada tempatnya. Sedangkan pengertian
Mansukh secara etimologi yaitu sesuatu yang di hilangkan, diganti, dig anti dll. Dan dapat
di simpulkan pengertian Al-nasikh yaitu pembatalan terhadap sesuatu yang telah terjadi
sebelumnya, dan Al- mansukh yaitu sesuatu yang telah terjadi di batalkan karena adanya
yang di batalkan (Al-nasikh). Agar para pembaca dapat mengetahui pengertian nya lebih
lengkap maka akan di bahas di dalam makalah ini yaitu tentang pengertian, syarat-syarat,
pembagian, dan lain sebagainya tentang Al-Nasikh dan Al-Mansukh dalam Al- Quran.
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi, kata “nasikh” merupakan isim fa’il dari kata kerja nasakha
Kata nasakh sendiri mempunyai banyak makna. Ia bisa berarti menghilangkan sesuatu
dan mentiadakannya (al-izalah),1 sebagai terdapat dalam QS. Al-Hajj ayat 52.
Artinya: “dan kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi
menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu. Dan Allah akan menguatkan ayat-
1
Manna Khalil al-Qattan, Mabahith Fi Ulum al-Qur’an, diterjemah Mudzakkir, Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa
1996, h. 326.
2
Ibid, h. 326.
Dari definisi yang telah disebutkan, disini jelas bahwa naskh mempunyai makna
sebagainya, akan tetapi diantara makna-makna tersebut yang paling mendekati kebenaran
dalil/khithab shara’ yang lain. disebutkan kata hukum disini menunjukkan prinsip bahwa
segala “sesuatu hukum asalnya adalah boleh‛ tidak termasuk yang dinasakh” 3. dan
terutusnya khithab hukum yang Mansukh dengan perbuatan mukallaf .Definisi di atas
a. Dipastikan Naskh apabila ada 2 (dua) hal yaitu Naskh dan Mansukh
c. Menilai suatu ayat sebagai penaskh dan yang dinaskhkan apabilan ayat-ayat
lainlain.
3
Muhammad, Abu Zahroh, al-Shafi’i, Hayatuh Wa ‘Asrah Wa al-Fiqhuh Jilid II, Mesir: Dar al-Fikr, 1945, h. 240.
B. Syarat-syarat Nasikh
2. Dalil penghapusan hukum tersebut adalah khitab syar’i yang datang lebih kemudian dari
3. Khitab yang dihapuskan atau diangkat hukumnya tidak terikat (dibatasi) dengan waktu
tertentu. Sebab jika tidak demikian maka hukum akan berakhir dengan berakhirnya waktu
Umumnya para ulama membagi nasakh menjadi empat bagian, yaitu nasakh Al-
Qur’an dengan Al-Qur’an, nasakh Al-Qur’an dengan sunnah. nasakh sunnah dengan
Hukum yang ditetapkan berdasarkan dalil ayat Al-Qur’an kemudian dinasakh dengan
dalil ayat Al-Qur’an pula. Tentang hal ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan
ulama. Mereka yang berpendapat bahwa nasikh dan mansukh ada terdapat dalam ayat-
ayat Al-Qur’an berdasarkan surah Al Baqarah ayat 106. Menurut para ulama yang
menerima adanya nasikh mansukh dalam Al Qur’an ini, bahwa adanya nasikh dan
mansukh dalam Al-Qur’an dapat diterima akal karena Allah Maha Kuasa, Maha
Pengasih dan Penyayang, sehingga hukum yang ringan pada mulanya memang perlu
ditetapkan, dan kemudian perlu diganti dengan hukum yang tidak ringan lagi setelah
Salah satu contohnya ayat ‘iddah satu tahun di-naskhan dengan ‘iddah 4 bulan 10 hari
Tetapi sebagian ulama lain berpendapat bahwa tidak ada nasikh mansukh dalam ayat-
ayat Al Qur’an. Menurut ulama-ulama ini Al-Qur’an memang telah menasakh kitab-
kitab suci terdahulu, tetapi semua ayat Al-Qur’an yang ada sekarang tidak ada lagi
yang mansukh. Hal tersebut menurut mereka sesuai dengan firman Allah SWT dalam
Artinya: “Yang tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari
belakang yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji”.
Karena tidak ada satu ayat pun yang batil baik di bagian muka maupun di belakang,
memang telah menasakh ayat-ayat dalam kitab-kitab suci terdahulu yaitu Taurat,
Zabur, dan Injil. Pendapat demikian dikemukakan oleh Abu Muslim al Isfahani .
Beberapa mufassir lain juga berpendapat demikian bahwa sesama Al-Qur’an tidak ada
Hukum yang didasarkan pada dalil ayat Al-Qur’an dinasakh dengan dalil sunnah.
Nasakh jenis ini menurut Manna’ Al-Qatthan terbagi dua, yaitu: Nasakh Al-Qur’an
dengan hadits ahad. Jumhur berpendapat, Al-Qur’an tidak boleh dinasakh oleh hadis
ahad, sebab Al-Qur’an adalah mutawatir dan menunjukkan yakin, sedang hadis ahad
zanni, bersifat dugaan, di samping tidak sah pula menghapus sesuatu yang
Ahmad dalam satu riwayat, sebab masing-masing keduanya adalah wahyu. Dasarnya
Najm 3-4)
Sementara itu Asy Syafi’i, Zhahiriyah dan Ahmad dalam riwayatnya yang lain
menolak nasakh seperti ini, berdasarkan firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat
106:
Apa saja ayat yang kami nasakhan, atau kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, kami
datangkan yang lebih baik atau yang sebanding denganya (QS. Albaqarah 106)
Sedang hadits menurut ulama-ulama tersebut tidak lebih dari atau sebanding dengan
Al-Qur’an. Jadi jumhur ulama sepakat tidak ada nasakh AlQur’an dengan sunnah,
karena Al-Qur’an lebih tinggi dari sunnah, jadi tidak mungkin dalil yang lebih tinggi
dihapus oleh dalil yang lebih rendah. Pada Surah Al Baqarah ayat 106 telah disebutkan
bahwa dalil yang menasakh yaitu lebih baik dalam arti kuat dari pada dalil yang
Suatu hukum syara’ yang dasarnya sunnah kemudian dinasakh atau dihapus dengan
dalil syara’ dari sunnah juga. Contohnya adalah larangan ziarah kubur yang dinasakh
Tirmidzi).
Dalam hal nasakh sunnah dengan sunnah ini Manna Khalil Al Qattan
mutawatir. (2) Nasakh ahad dengan ahad. (3) Ahad dengan mutawatir. (4) Nasakh
mutawatir dengan ahad. Tiga bentuk pertama dibolehkan, sedang bentuk keempat
4. Nasakh Sunnah dengan Al Qur’an Suatu hukum yang telah ditetapkan dengan dalil
sunnah kemudian dinasakh dengan dalil Al-Qur’an. Seperti shalat yang semula
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami
akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.
Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat
dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar
dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” QS.
Albaqarah 144)
Namun nasakh seperti itu pun ditolak oleh Imam Syafi’i sebagaimana dikutip Manna’
Alqatthan dari Al Itqan, menurut Imam Syafi’I, apa saja yang ditetapkan sunnah tentu
didukung oleh Al-Qur’an dan apa saja yang ditetapkan Al-Qur’an tentu didukung pula
oleh sunnah. Hal tersebut menurut beliau antara Kitab dengan sunnah harus senantiasa
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Ilmu Pengetahuan adalah tahu, atau hal mengetahui sesuatu; segala apa yang
diketahui; kepandaian atau segala apa yang diketahui atau akan diketahui berkenan
c. Cahaya kebenaran.
b. Pengertian Aksiologi adalah merupakan studi yang berkaitan dengan teori tentang nilai
atau studi segala sesuatu yang dapat bernilai atau memberikan manfaat.
d. Fungsi Aksiologi adalah menentukan baik dan buruk bagi individu dan bangsa.
B. Kritik & Saran
Al nasik dan mansukh merupakan hal yang harus kita pahami dan pelajari dengan
teliti. kita harus mengetahui pengertian dan perbedaannya seperti apa supaya tidak terjadi
kesalahpahaman dan perbedaan pendapat. Kami menyadari kemungkinan besar makalah ini
masih memiliki banyak kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan. Namun sedikit
banyaknya kami berharap materi yang ada pada makalah ini dapat menambah pengetahuan
dari para pembaca. Namun, kami tetap menyarankan para pembaca untuk untuk mencari
lebih banyak referensi untuk pembahasan Al Nasikh dan Al Mansukh secara lebih
mendalam pada jurnal yang tersedia di situs-situs terpercaya. Dan kami juga membutuhkan
saran/kritikan sebagai motivasi agar makalah ini bisa di perbaiki dan bisa membuat para
pembaca lebih memahami isi makalah ini. Semoga allah SWT senantiasa merahmati kita
semua dan makalah ini bisa menjadi salah satu amal jariyah untuk kita semua nantinya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca kurang dan lebihnya makalah ini
kami memohon maaf yang sebesar besarnya, karna kami adalah manusia yang tidak
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna Khalil, Mabahith Fi Ulum al-Qur’an, diterjemah Mudzakkir, Bogor: Pustaka
Al-Shafi’i, Muhammad Abu Zahroh, Hayatuh Wa ‘Asrah Wa al-Fiqhuh Jilid II, Mesir: Dar al-
Fikr, 1945