Anda di halaman 1dari 14

Tugas kelompok 7

AL-NASIKH DAN AL-MANSUKH


Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Qur’an

Dosen pengampu : Saiful Lutfi M. Pd. I

Disusun Oleh:
AHMAD ADI REKSI
2111150086
NADA ANANDA PUTERI
2111150200
USWATUN HASANAH
2111150213

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillahhirabbilalamin, Segala puji dan syukurkami panjatkan kehadirat Allah

SWT, atas segala berkat, rahmat, Taufik, sertahidayahnya yang tiada terkira besarnya sehingga

kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta

salamsemoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW,

.Adapun makalah yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini adalah’’Nasikh dan Mansukh

dalam Al Qur’an ”

Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah

ULUMUL QUR’AN yaitu bapak Saiful Luthfi,M.pd.I yang telah memberikan dukungan dan

kepercayaan yang begitu besar. Kami sebagai penulis meminta maaf sebesar-besarnya jika

makalah ini memiliki kekurangan atau kesalahan dan jauh dari kata sempurna baik dalam segi

bahasa, penyusunan, maupun pengetikannya. Untuk itu kami mengharapkan keritik dan saran

yang membangun agar makalah ini bisa disusun lebih baik lagi.

Akhir kata, kami selaku penulis mengucapkan maaf dan terima kasih yang sebesar-

besarnyakepada para pembaca makalah ini dan kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat

bagi semua pembaca.

Wassalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Palangkaraya , 5 Oktober2021

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.........................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian al-Nasikh dan al-Mansukh..................................................................3

B. Syarat-syarat al-Nasikh dan al-Mansukh.............................................................3

C. Pembagian al-Nasikh dan al-Mansukh................................................................5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................10

B. Kritik & Saran......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-quran adalah kitab suci umat islam dan menjadi sumber ajaran islam yang

pertama dan utama yang harus kita imani dan aplikasikan dalam kehidupan kita agar kita

memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Kitab al-quran di turunkan kepada rasul

allah (nabi Muhammad saw). Turunnya al-quran untuk yang pertama kalinya merupakan

tonggak sejarah munculnya satu syariat baru dari agama tauhid yaitu agama islam. Sebagai

penyempurna dari agama-agama tauhid sebelumnya. Pemahaman dan cara mengkaji al-

quran ini banyak sekali yang harus di kupas secara mendalam salah satunya yaitu Nasikh

dan Mansukh dalam al-quran. Secara etimologi kata Nasikh berarti menghilangkan sesuatu

dan mentiadakanya dan mempunyai banyak makna yaitu membatalkan, menghilangkan,

menghapus dan lain sebagainya.

Sedangkan pengertian menurut etimologi, adalah mengangkat atau

menghapuskan sesuatu dan menetapkan yang lain pada tempatnya. Sedangkan pengertian

Mansukh secara etimologi yaitu sesuatu yang di hilangkan, diganti, dig anti dll. Dan dapat

di simpulkan pengertian Al-nasikh yaitu pembatalan terhadap sesuatu yang telah terjadi

sebelumnya, dan Al- mansukh yaitu sesuatu yang telah terjadi di batalkan karena adanya

yang di batalkan (Al-nasikh). Agar para pembaca dapat mengetahui pengertian nya lebih

lengkap maka akan di bahas di dalam makalah ini yaitu tentang pengertian, syarat-syarat,

pembagian, dan lain sebagainya tentang Al-Nasikh dan Al-Mansukh dalam Al- Quran.

1
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengertian al-Nasikh dan al-Mansukh?

2. Bagaimana Syarat-syarat al-Nasikh dan al-Mansukh?

3. Bagaimana Pembagian al-Nasikh dan al-Mansukh?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui Pengertian al-Nasikh dan al-Mansukh?

2. Mengetahui Syarat-syarat al-Nasikh dan al-Mansukh?

3. Mengetahui Pembagian al-Nasikh dan al-Mansukh?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian al-Nasikh dan al-Mansukh

Secara etimologi, kata “nasikh” merupakan isim fa’il dari kata kerja nasakha

Kata nasakh sendiri mempunyai banyak makna. Ia bisa berarti menghilangkan sesuatu

dan mentiadakannya (al-izalah),1 sebagai terdapat dalam QS. Al-Hajj ayat 52.

Artinya: “dan kami tidak mengutus seorang rasul dan tidak (pula) seorang nabi

sebelum engkau (Muhammad), melainkan apabila ia mempunyai suatu keinginan, setan

pun memasukkan godaan-godaan ke dalam keinginannya itu. Tetapi Allah

menghilangkan apa yang dimasukkan setan itu. Dan Allah akan menguatkan ayat-

ayatnya. Dan Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.

Ada juga makna yang lain, yaitu;


1. Menggantikan (al-tabdil),2 sebagai terdapat dalam QS. al-Nahl ayat101.
Artinya: “Dan apabila kami mengganti ayat yang satu dengan ayat yang lain”.
2. Pengalihan (al-tahwil), sebagai yang berlaku dalam ilmu faraid (pembagian harta
warisan).
3. Mengutip atau memindahkan (al-Naql), seperti kalimat Nasakhtu al-kitab, berarti saya
mengutip isi buku menurut kata dan penulisnya, dalam ayat al-Qur’an surat al-Jathiyah
ayat 29:
Artinya: “Sesungguhnya kami menyuruh untuk menasakh apa dahulu kalian
kerjakan,Maksudnya kami (Allah) memindahkan amal perbuatan ke dalam lembaran-
lembaran catatan amal”.

1
Manna Khalil al-Qattan, Mabahith Fi Ulum al-Qur’an, diterjemah Mudzakkir, Bogor: Pustaka Lentera Antar Nusa
1996, h. 326.
2
Ibid, h. 326.
Dari definisi yang telah disebutkan, disini jelas bahwa naskh mempunyai makna

yang banyak yaitu membatalkan, menghilangkan, menghapus, mengalihkan dan

sebagainya, akan tetapi diantara makna-makna tersebut yang paling mendekati kebenaran

adalah bermakna al-izalah (menghilangkan sesuatu dan mentiadakannya). Sedangkan

pengertian menurut terminologi adalah: (Mengangkat atau menghapuskan sesuatu dan

menetapkan yang lain pada tempatnya).

Dalam kalimat lainnya ialah mengangkat (menghilangkan) hukum shara’ dengan

dalil/khithab shara’ yang lain. disebutkan kata hukum disini menunjukkan prinsip bahwa

segala “sesuatu hukum asalnya adalah boleh‛ tidak termasuk yang dinasakh” 3. dan

terutusnya khithab hukum yang Mansukh dengan perbuatan mukallaf .Definisi di atas

apabila dijelaskan lagi dapat kita tarik beberapa kesimpulan yakni :

a. Dipastikan Naskh apabila ada 2 (dua) hal yaitu Naskh dan Mansukh

b. Naskh harus turun belakangan dari Mansukh

c. Menilai suatu ayat sebagai penaskh dan yang dinaskhkan apabilan ayat-ayat

kontradiktif itu tidak dapat dikompromikan dan diamalkan secara bersama

sedangkan syarat kontradiksi;adanya persamaan subjek, objek, waktu dan

lainlain.

d. Al-Nasikh pada hakikatnya adalah Allah, kadang-kadang dimaksud juga

dengan ayat yang menasikh Mansukh. Sedangkan Mansukh hukum yang

diangkat atau dihapus.

3
Muhammad, Abu Zahroh, al-Shafi’i, Hayatuh Wa ‘Asrah Wa al-Fiqhuh Jilid II, Mesir: Dar al-Fikr, 1945, h. 240.
B. Syarat-syarat Nasikh

Berikut merupakan syarat-syarat Nasikh yang harus diketehui yaitu:

1. Hukum yang mansukh adalah hukum syara.

2. Dalil penghapusan hukum tersebut adalah khitab syar’i yang datang lebih kemudian dari

khitab yang hukumnya mansukh.

3. Khitab yang dihapuskan atau diangkat hukumnya tidak terikat (dibatasi) dengan waktu

tertentu. Sebab jika tidak demikian maka hukum akan berakhir dengan berakhirnya waktu

tersebut. Yang demikian tidak dinamakan nasakh.

C. Pembagian Al-Nasikh dan Al-Mansukh

Umumnya para ulama membagi nasakh menjadi empat bagian, yaitu nasakh Al-

Qur’an dengan Al-Qur’an, nasakh Al-Qur’an dengan sunnah. nasakh sunnah dengan

sunnah, dan nasakh sunnah dengan Al-Qur’an berikut penjelasannya.

1. Nasakh Al-Qur’an dengan Al Qur’an

Hukum yang ditetapkan berdasarkan dalil ayat Al-Qur’an kemudian dinasakh dengan

dalil ayat Al-Qur’an pula. Tentang hal ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan

ulama. Mereka yang berpendapat bahwa nasikh dan mansukh ada terdapat dalam ayat-

ayat Al-Qur’an berdasarkan surah Al Baqarah ayat 106. Menurut para ulama yang

menerima adanya nasikh mansukh dalam Al Qur’an ini, bahwa adanya nasikh dan

mansukh dalam Al-Qur’an dapat diterima akal karena Allah Maha Kuasa, Maha

Pengasih dan Penyayang, sehingga hukum yang ringan pada mulanya memang perlu

ditetapkan, dan kemudian perlu diganti dengan hukum yang tidak ringan lagi setelah

orang-orang Islam menghadapi keadaan normal dan dipandang sudah mampu


menghadapi hukum yang tidak ringan lagi. Hal tersebut termasuk kebijakan Allah

Yang Maha Tinggi dan Maha Mengetahui.

Salah satu contohnya ayat ‘iddah satu tahun di-naskhan dengan ‘iddah 4 bulan 10 hari

Tetapi sebagian ulama lain berpendapat bahwa tidak ada nasikh mansukh dalam ayat-

ayat Al Qur’an. Menurut ulama-ulama ini Al-Qur’an memang telah menasakh kitab-

kitab suci terdahulu, tetapi semua ayat Al-Qur’an yang ada sekarang tidak ada lagi

yang mansukh. Hal tersebut menurut mereka sesuai dengan firman Allah SWT dalam

QS. Fussilat 42;

Artinya: “Yang tidak akan didatangi oleh kebatilan baik dari depan maupun dari

belakang yang diturunkan dari Tuhan yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji”.

Karena tidak ada satu ayat pun yang batil baik di bagian muka maupun di belakang,

tidak ada ayat Al-Qur’anyang dinasakh maupun mansukh. Ayat-ayat Al-Qur’an

memang telah menasakh ayat-ayat dalam kitab-kitab suci terdahulu yaitu Taurat,

Zabur, dan Injil. Pendapat demikian dikemukakan oleh Abu Muslim al Isfahani .

Beberapa mufassir lain juga berpendapat demikian bahwa sesama Al-Qur’an tidak ada

yang nasikh dan mansukh.

2. Nasakh Al-Qur’an dengan sunnah

Hukum yang didasarkan pada dalil ayat Al-Qur’an dinasakh dengan dalil sunnah.

Nasakh jenis ini menurut Manna’ Al-Qatthan terbagi dua, yaitu: Nasakh Al-Qur’an

dengan hadits ahad. Jumhur berpendapat, Al-Qur’an tidak boleh dinasakh oleh hadis

ahad, sebab Al-Qur’an adalah mutawatir dan menunjukkan yakin, sedang hadis ahad

zanni, bersifat dugaan, di samping tidak sah pula menghapus sesuatu yang

ma’lum(jelas diketahui) dengan yang maznun(diduga) Nasakh Al-Qur’an dengan


hadis mutawatir. Nasakh jenis ini dibolehkan oleh Imam Malik, Abu Hanifah dan

Ahmad dalam satu riwayat, sebab masing-masing keduanya adalah wahyu. Dasarnya

adalah firman Allah dalam surah an Najm ayat 3-4.

Artinya”Dan tiadalah yang diucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya.

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”.(QS. An

Najm 3-4)

Sementara itu Asy Syafi’i, Zhahiriyah dan Ahmad dalam riwayatnya yang lain

menolak nasakh seperti ini, berdasarkan firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat

106:

Apa saja ayat yang kami nasakhan, atau kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, kami

datangkan yang lebih baik atau yang sebanding denganya (QS. Albaqarah 106)

Sedang hadits menurut ulama-ulama tersebut tidak lebih dari atau sebanding dengan

Al-Qur’an. Jadi jumhur ulama sepakat tidak ada nasakh AlQur’an dengan sunnah,

karena Al-Qur’an lebih tinggi dari sunnah, jadi tidak mungkin dalil yang lebih tinggi

dihapus oleh dalil yang lebih rendah. Pada Surah Al Baqarah ayat 106 telah disebutkan

bahwa dalil yang menasakh yaitu lebih baik dalam arti kuat dari pada dalil yang

dinasakh, atau setidaknya sama.

3. Nasakh sunnah dengan sunnah

Suatu hukum syara’ yang dasarnya sunnah kemudian dinasakh atau dihapus dengan

dalil syara’ dari sunnah juga. Contohnya adalah larangan ziarah kubur yang dinasakh

menjadi boleh. Hadisnya seperti yang diriwayatkan At Tirmidzi

”Dahulu aku melarang kamu berziarah kubur, sekarang berziarahlah”.(Riwayat At

Tirmidzi).
Dalam hal nasakh sunnah dengan sunnah ini Manna Khalil Al Qattan

mengkategorikan ke dalam empat bentuk, yaitu: 5 (1) Nasakh mutawatir dengan

mutawatir. (2) Nasakh ahad dengan ahad. (3) Ahad dengan mutawatir. (4) Nasakh

mutawatir dengan ahad. Tiga bentuk pertama dibolehkan, sedang bentuk keempat

terjadi silang pendapat. Namun jumhur ulama tidak membolehkan.

4. Nasakh Sunnah dengan Al Qur’an Suatu hukum yang telah ditetapkan dengan dalil

sunnah kemudian dinasakh dengan dalil Al-Qur’an. Seperti shalat yang semula

menghadap Baitul Maqdis kemudian menjadi menghadap Ka’bah di Masjidil Haram

setelah turun ayat Al-Qur’an surah Al Baqarah/2 ayat 144:

“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami

akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah

Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.

Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat

dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar

dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” QS.

Albaqarah 144)

Namun nasakh seperti itu pun ditolak oleh Imam Syafi’i sebagaimana dikutip Manna’

Alqatthan dari Al Itqan, menurut Imam Syafi’I, apa saja yang ditetapkan sunnah tentu

didukung oleh Al-Qur’an dan apa saja yang ditetapkan Al-Qur’an tentu didukung pula

oleh sunnah. Hal tersebut menurut beliau antara Kitab dengan sunnah harus senantiasa

sejalan dan tidak bertentangan.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Ilmu Pengetahuan adalah tahu, atau hal mengetahui sesuatu; segala apa yang

diketahui; kepandaian atau segala apa yang diketahui atau akan diketahui berkenan

dengan sesuatu hal.

2. Fungsi Ilmu Pengetahuan adalah :

a. Dasar bagi pengembangan teknologi.

b. Penjelasan atas segala hal yang terjadi.

c. Cahaya kebenaran.

d. Alat untuk meningkatkan kualitas hidup manusia.

e. Alat untuk meningkatkan harkat dan martabat.

f. Pondasi yang menyangga benteng peradaban sekarang ini

a. Sumber Ilmu Pengetahuan adalah Rasionalisme dan Emperisme.

b. Pengertian Aksiologi adalah merupakan studi yang berkaitan dengan teori tentang nilai

atau studi segala sesuatu yang dapat bernilai atau memberikan manfaat.

c. Aspek Aksiologi adalah Etika dan Estetika.

d. Fungsi Aksiologi adalah menentukan baik dan buruk bagi individu dan bangsa.
B. Kritik & Saran

Al nasik dan mansukh merupakan hal yang harus kita pahami dan pelajari dengan

teliti. kita harus mengetahui pengertian dan perbedaannya seperti apa supaya tidak terjadi

kesalahpahaman dan perbedaan pendapat. Kami menyadari kemungkinan besar makalah ini

masih memiliki banyak kekurangan ataupun kesalahan dalam penulisan. Namun sedikit

banyaknya kami berharap materi yang ada pada makalah ini dapat menambah pengetahuan

dari para pembaca. Namun, kami tetap menyarankan para pembaca untuk untuk mencari

lebih banyak referensi untuk pembahasan Al Nasikh dan Al Mansukh secara lebih

mendalam pada jurnal yang tersedia di situs-situs terpercaya. Dan kami juga membutuhkan

saran/kritikan sebagai motivasi agar makalah ini bisa di perbaiki dan bisa membuat para

pembaca lebih memahami isi makalah ini. Semoga allah SWT senantiasa merahmati kita

semua dan makalah ini bisa menjadi salah satu amal jariyah untuk kita semua nantinya.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca kurang dan lebihnya makalah ini

kami memohon maaf yang sebesar besarnya, karna kami adalah manusia yang tidak

sempurna tempatnya salah dan dosa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qattan, Manna Khalil, Mabahith Fi Ulum al-Qur’an, diterjemah Mudzakkir, Bogor: Pustaka

Lentera Antar Nusa, 1996.

Al-Shafi’i, Muhammad Abu Zahroh, Hayatuh Wa ‘Asrah Wa al-Fiqhuh Jilid II, Mesir: Dar al-

Fikr, 1945

Anda mungkin juga menyukai