Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PAPER PANCASILA

“MEMBUMIKAN PANCASILA DI BUMI INDONESIA”


Dosen : Abdul Ghofur S.Pd,M.Pd

Nama : Uswatun Hasanah


NIM : 2111150213

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKARAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDY PENDIDIKAN BAHASA ARAB
ABSTRAK

Tujuan dari penulisan paper ini adalah untuk mengetahui perjalanan sejarah Pancasila
yang memiliki dinamikanya sendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang sampai
saat ini belum menunjukkan keharmonisan hidup setiap komponen negara, mengharuskan
warga negara untuk melihat kembali jalan terbaik bagi perjalanan kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam koridor Pancasila. Pancasila merupakan ikhtiar kebangsaan yang perlu dijaga
dan dirawat demi kepentingan negara Pancasila sehingga tidak hanya slogan semata dengan
mengatakan "Saya Indonesia, Saya Pancasila". Pancasila tak menawarkan upaya deklaratif dari
pemerintah atau masyarakat, lebih dari itu Pancasila perlu dibumikan dalam kehidupan nyata.
Pembumian nilai Pancasila dapat dilakukan dengan cara melakukan pelembagaan nilai
Pancasila dalam kehidupan di Indonesia. Sejarah Pancasila yang memiliki dinamika tersendiri
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang hingga saat ini belum menunjukkan
kerukunan hidup setiap komponen negara, menuntut kita untuk memikirkan kembali jalan yang
terbaik bagi kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Pancasila merupakan upaya nasional yang perlu kita jaga dan rawat untuk keutuhan negara.
Sehingga Pancasila bukan sekedar semboyan dengan mengatakan “Saya orang Indonesia, saya
Pancasilais”. Pancasila bukan sekedar upaya deklaratif dari pemerintah atau masyarakat, lebih
dari itu Pancasila perlu dibumikan dalam kehidupan nyata. Pembumian nilai-nilai Pancasila
dapat dilakukan dengan melembagakan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan masyarakat desa.
menuntut kita untuk memikirkan kembali jalan terbaik bagi kehidupan berbangsa dan
bernegara dalam koridor Pancasila. Pancasila bukan sekedar upaya deklaratif dari pemerintah
atau masyarakat, lebih dari itu Pancasila perlu dibumikan dalam kehidupan nyata. Pembumian
nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan melembagakan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan masyarakat Indonesia. Pancasila bukan sekedar upaya deklaratif dari pemerintah
atau masyarakat, lebih dari itu Pancasila perlu dibumikan dalam kehidupan nyata. Pembumian
nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan melembagakan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan Indonesia.

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perubahan yang terjadi di dunia teras begitu cepat, jadi menyebabkanseluruh tatanan yang ada
di dunia ini ikut berubah, sementara tatanan yang baru belum terbentuk. hal ini menyebabkan
kirim-sendi kehidupan selsama ini dipercayakebenarannya menjadi usang. nilai-nilai yang
menjadi panutan hidup telahkehilangan otoritasnya, jadi manusia menjadi bingung.
Kebingungan itumenimbulkan berbagai krisis, moral, serta perilaku manusia di berbagai
membelahdunia, khususnya negara berkembang seperti Indonesia. guna merespon
kondisitersebut, pemerintah perlu mengantisipasi agar tidak menuju ke arah keadaan yanglebih
ini, salah satu cara dalam menjaga nilai-nilai panutan hidupdalam berbangsa dan bernegara
yaitu melalui bidang pendidikan.dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara di
zaman reformasi, belumterlihat jelas upaya mewujudkan nilai-nilai Pancasila secara sungguh-
sungguh.sadar, atau tidak sadar Pancasila memiliki fungsi integratif yang menjaminkesatuan
negara bangsa Indonesia yang pluralistik. Tidaklah berlebihan jikaPancasila menjadi salah satu
kekaguman dunia luar terhadap Indonesia, karenamemiliki fungsi tidak masyarakat dan wilayah
nusantara yang begitu luas,dengan berbagai latar belakang belakang, suku, budaya, bahasa,
dan agama. Pancasila sebagai ideologi negara menjadi acuan dasar bagi semua warga negara
Indonesia diberbagai sektor kehidupan. Namun faktanya saat ini nilai-nilai luhur pancasila
semakin terkikis akibat pengaruh pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
yang kurang terfilter dengan baik, Indikasi memudarnya praktik nilai-nilai pancasila dapat dilihat
dari meningkatnya jumlah kasus yang melibatkan generasi bangsa yang mencerminkan
lemahnya karakter bangsa, seperti meningkatnya kriminalitas, korupsi, kolusi dan nepotisme,
radikalisme, kejahatan seksual, kehidupan yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak
produktif, dan sebagainya. Untuk mengembalikan nilai pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara perlu upaya aktualisasi. Melalui aktualisasi sosialisasi
nilai-nilai pancasila diharapkan menjadi lebih membumi dimasyarakat Indonesia dengan
melibatkan semua pihak untuk aktif berpartisipasi membumikan nilai-nilai pancasila ke semua
aspek kehidupan, di tiga ranah pendidikan informal, formal dan non formal guna membentuk
karakter yang baik pada generasi bangsa, sehingga akseptabilitas dan kredibilitas pancasila
dapat terjaga dalam meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab generasi bangsa terhadap
masa depan yang berkualitas , cerdas, dan berkarakter.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana nilai-nilai Pancasila di Indonesia?
2. Apa upaya yang dilakukan untuk membumikan Pancasila?
3. Bagaimana membumikan nilai Pancasila pada generasi bangsa?
4. Bagaimana membumikan Pancasila dalam Berbangsa dan Bernegara?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui nilai Pancasila di Indonesia!
2. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk membumikan Pancasila!
3. Untuk mengetahui nilai Pancasila pada generasi bangsa!
4. Untuk mengetahui cara membumikan dalam berbangsa dan bernegara!
PEMBAHASAN
MEMBUMIKAN PANCASILA DI BUMI INDONESIA

A. Membumikan Pancasila dari hal-hal kecil


Membumikan Pancasila bisa dimulai dari hal-hal kecil dan sederhana, seperti dengan
memakai pakaian adat, alat musik hingga makanan.Hal ini diungkapkan oleh sutradara muda
Hollywood dari Indonesia, Livi Zheng, saat menjadi pembicara dalam Kongres Pancasila X di
balai Senat UGM, Jumat (24/8).Menurut Livi keberagaman Indonesia dalam etnis dan budaya
tersebut merupakan contoh nyata Pancasila yang ada di tengah masyarakat. Kekuatan
Indonesia, kata Livi, ada pada keberagaman tersebut.
“Semua bisa dimulai dari hal-hal yang kecil dan sehari-hari. Misalnya kita memakai pakaian adat
atau makanan daerah masing-masing,”tutur Livi.Ia mengatakan dengan kemajuan teknologi
saat ini maka akan mempermudah untuk mengangkat dan mempromosikan keberagaman
Indonesia di tingkat dunia. Dalam beberapa karya film yang disutradarai ia juga memasukan
keberagaman yang dimiliki Indonesia seperti gamelan. “Misalnya dalam Bali Beats of Paradise
saya memperkenalkan gamelan di sana,”papar perempuan kelahiran Blitar itu. Sementara itu,
Ketua BEM UGM, Obed Kresna Widyapratistha, sepakat jika Pancasila tidak hanya dipahami
nilai-nilai luhurnya, namun juga harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. “Pancasila
bukan hanya jadi slogan tapi harus dipraktikkan,”tegas Obed. Di sisi lain, Wakil Ketua Forum
Rektor Indonesia, Prof. Dr. Sutarto Hadi, menilai generasi muda saat ini minim pemahamannya
terhadap nilai-nailai Pancasila. Akibatnya, mereka terseret menjadi figur yang individualistis dan
tidak punya pegangan dalam arus informasi yang kian terbuka. Untuk itu, penting
mengomunikasikan gagasan tentang Pancasila, khususnya melalui perguruan tinggi, dengan
desain dan metode yang mudah ‘dicerna’ oleh generasi milenial. “Instrumennya sudah ada,
lembaga dan landasan hukum sehingga tidak perlu menambah lembaga baru,”tutur Sutarto.

B. Upaya yang Di lakukan Untuk Membumikan Pancasila


Membumikan nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan mengaplikasikan sila-sila
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari dengan tindakan nyata. Kalau tidak diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari maka tidak akan pernah menjadi tindakan nyata. "Contohnya, dalam Sila
Pertama itu takut akan Tuhan, senang berbagi, dan mencintai sesama," kata Staf Khusus Dewan
Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Romo Benny Susetyo, dalam Seminar
Hari Pancasila dengan tema Mengakarkan dan Membumikan Pancasila sebagai Landasan
Bernegara, di Jakarta, Sabtu (29/6). Lebih jauh Romo Benny mengatakan kalau ada orang
menyebarkan hoaks, sentimen, itu artinya tidak mendalami kecintaan pada Tuhan. Jadi ketika
agama tidak membatinkan dalam diri atau menjadi inspirasi maka tidak akan membebaskan
manusia dari kerakusan. Menurut Romo Benny, sudah tepat kalau Pancasila dibumikan dalam
kehidupan sehari hari. Kalau tidak dibumikan dalam kehidupan sehari-hari maka hanya menjadi
alat kekuasaan saja dan bukan jadi ideologi bangsa. Pemerintah saat ini, tambah Romo Benny,
membumikan Sila Ketiga dan Sila Kelima Pancasila dengan cara membangun daerah-daerah di
luar Pulau Jawa dan kawasan timur. "Presiden Jokowi berupaya membumikan Pancasila dengan
membangun daerah-daerah di luar Pulau Jawa dan wilayah Indonesia timur," ujar Romo Benny.

C. Membumikan Nilai Pancasila Pada Generasi Bangsa

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengatakan, setidaknya ada dua cara yang
bisa digunakan agar nilai Pancasila bisa diimplementasikan oleh generasi milenial dalam
kehidupan sehari-hari. Pertama, kaum kolonial atau orang-orang tua harus menjadi contoh atau
teladan. Kedua, mengkomunikasikan atau melibatkan generasi muda dalam usaha
membumikan Pancasila. Hal tersebut disampaikan Haedar saat memberikan sambutan acara
Sarasehan Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila pada Generasi Milenial yang digelar kerjasama
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dengan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
(UMY), di Yogyakarta, Senin (5/4). Hadir pada acara tersebut Kepala Badan Pembinaan Ideologi
Pancasila (BPIP) Yudian Wahyudi, dan Rektor UMY Gunawan Budiyanto. Hadir pula sejumlah
narasumber yaitu Deputi Pengkajian dan Materi BPIP FX Adji Samekto, Staf Khusus Ketua
Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo, Sosiolog M Najib Azca, dan Direktur Program
Doktor Politik Islam UMY Zuly Qodir. Dalam sambutanya, Haedar menyampaikan agenda untuk
membumikan nilai Pancasila adalah agenda yang panjang. Butuh kesabaran dan usaha yang
sungguh-sungguh. Salah satu problemnya adalah ada kesenjangan antara norma dan realita
atau praktik kehidupan berbangsa dan bernegara.
Lalu bagaimana caranya agar nilai Pancasila ini bisa dengan mudah diimplementasikan oleh
generasi milenial? Menurut Haedar, generasi kolonial yaitu generasi yang tua harus bisa
memberikan teladan. Karena persoalan tentang Pancasila bukan hanya soal ucapan, tapi juga
keteladanan pada perilaku nyata. Ia mengutip pepatah arab yang berbunyi perbuatan atau
tindakan itu lebih shahih dari pada hanya teori atau retorika. "Jadi generasi milenial akan
membudayakan Pancasila jika generasi kolonial bisa menjadi teladan dalam berbangsa dan
bernegara," kata Haedar. Menurut dia, salah satu prioritas dalam membumikan Pancasila ada
pada institusi lembaga negara dan pejabat atau elite negara. Karena Pancasila adalah dasar
negara. Dia yakin, ketika institusi negara sudah menjalankan sila pertama sampai kelima,
urusan membumikan Pancasila sudah selesai separuh atau bahkan dua pertiga. "Karena nanti
masyarakat lebih-lebih kaum milenial akan otomatis punya role model atau contoh yang bisa
dijadikan teladan," ungkapnya. Haedar mengatakan, usaha untuk membudayakan nilai
Pancasila kepada generasi milenial sangat penting. Karena generasi muda ini yang akan
mewarisi bangsa dan negara di masa depan. Agar usaha berjalan sukses, kita harus mampu
memahami karakter generasi milenial yang sangat melekat dengan dunia teknologi informasi
itu. Karena generasi milenial sepertianak muda umumnya. Tidak suka pada kemapanan, suka
pada perubahan, inovatif, kreatif dan suka yang non konvensional. Agar bisa dengan mudah
diterima, selami dulu alam pikir mereka. Libatkan mereka dalam berbagai usaha membumikan
Pancasila. Misalnya dalam karya-karya yang populer di kalangan anak muda seperti buku, film
atau video singkat, atau dialog langsung. "Mungkin ini akan lebih mengena bagi mereka. Agar
dunia milenial tidak kehilangan kompas kehidupan. Kita inilah yang harus menjadi suluh,"
tuntasnya. Rektor UMY Gunawan Budiyanto mengatakan, urusan soal Pancasila mestinya sudah
selesai. Namun karena pembudayaan yang agak tersendat seolah nilai Pancasila terpinggirkan
di masyarakat. Apalagi dalam sebuah video yang disebar di TikTok baru-baru ini, pernah
muncul 10 remaja yang tidak bisa menjawab saat diminta menyebutkan sila dalam Pancasila.
Tapi saat diminta menyebutkan game terkenal semacam Mobile Legend, mereka sangat fasih.
Menurut Gunawan, hal ini antara lain disebabkan kurangnya sosialisasi soal Pancasila.
Gunawan memaparkan, Pancasila merupakan kesepakatan dari seluruh komponen bangsa.
Kesepakatan Dalam format demi berdirinya dan bersatunya NKRI. "Karena itu ini menjadi perlu
disosialisasikan dengan baik. Perlu kita unggah nilai-nilai Pancasila," kata Gunawan. Demi
kepentingan bangsa, dalam sosialisasi itu perlu disampaikan dalam narasi kenegarawanan.
Hindari diksi atau narasi politik. Karena itu pemerintah, dosen, harus melihat dalam perspektif
kenegarawanan. Diksi politik dalam mengartikan, artikulasi, dan menarasikan Pancasila justru
akan membuat perpecahan.
D. Membumikan Pancasila Dalam Kehidupan berbangsa Dan Bernegara
Membumikan Pancasila sebagai upaya merawat kebhinekaan & menjaga jati diri bangsa
di tengah redupnya paham kebangsaan” dihadiri oleh Dekan Fakultas Ilmu sosial Prof. DR. Ajat
Sudrajat., M.Ag., dan kajur Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum DR. Mukhamad
Murdiyono, M.Ag., dan dosen lainnya serta pembicara yang ahli dalam bidangnya yaitu Prof.
Dr. Kaelan, M.S (Guru Besar Filsafat Universitas Gajah Mada), Halili M.A (Direktur Riset Setara
Institute), Maskur Hasan (Koordinator Jogja-Jateng The Asian Muslim Action Network
Indonesia), dan Dilla Fadiella (Putri Indonesia Perdamaian 2018) ini selain bertujuan untuk
membumikan Pancasila juga sebagai bentuk upaya yang kami lakukan dalam rangka menjaga
pancasila dari dalam, terkhusus dari lingkungan kampus Universitas Negeri Yogyakarta dan
sekitarnya. Dalam narasinya Maskur Hasan mengutarakan persoalan persoalan yang
berkembang terkait Ke-Pancasilaan. Indikator dari masalah yang berkembang yaitu Intoleransi
berbasis agama yang masih sangat tinggi, maraknya politik identitas, radikalisme dan
ekstrimisme, serta merosotnya moralitas publik menggerogoti semua lini, meningkatnya
korupsi, lemahnya penegakan hukum, penyakit hoax semakin akut dan minimnya peran
permpuan dalam pembangunan. Selain itu juga Maskur Hasan menyinggung terkait
kemunduran peradaban dimana globalisasi menjadi salah satu faktor terbesar yang semakin
hari semakn kompleks. Globalisasi ini berdampak pada penurunan kehidupan sosial masyarakat
indonesia yakni asosial dan hilangnya nilai-nilai kekeluargaan dalam masyarakat sehingga rawan
terjadi konflik antar tetangga atau warga lain. Dilla Fadiella dalam seminar tersebut mengajak
kepada generasi millenial untuk menjaga pancasila dengan mempraktekan dalam kehidupan
sehari hari. Dilla juga menceritakan pengalamannya sebagai Putri Perdamaian Indonesia 2018
tentang bagaimana kita bertoleransi terhadap teman temannya yang berbeda suku, agama, ras,
dan antar golongan. Selain itu Dilla juga menanggapi sebuah pertanyaan dari peserta seminar
tentang apa itu membumikan Pancasila. Menurutnya yang dimaksud membumikan Pancasila
yakni menjadikan pancasila sebagai dasar pegangan dalam kehidupan sehari-hari baik
berbangsa maupun bernegara, contohnya dengan senantiasa berbuat baik, saling tolong
menolong, toleransi, humanis, dan introspeksi diri agar senantiasa dapat selalu meningkatkan
perbuatan baik sehingga nilai-nilai Pancasila dapat tertanam dalam-dalam di kehidupan
masyarakat Di Indonesia.

KESIMPULAN
salah satu cara membumikan Pancasila adalah dengan mengelaborasikan konsep nasionalisme
dengan hasil budaya daerah. Contohnya adalah membuat sovernir khas suatu daerah dengan
dicampurkan unsur nasionalisme adalah kalung-kalung khas suatu daerah yang beberapa
coraknya mengandung warna-warna bendera Indonesia atau nilai-nilai perjuangan. Melalui
seminar tersebut yang dihadiri oleh berbagai elemen, mulai dari mahasiswa, dosen, jurnalis
sepakat untuk bersama sama membumikan pancasila ditengah redupnya jati diri bangsa yang
dirasakan sedang meredup saat ini.
Pancasila bukan hanya ideologi bagi rakyat Indonesia, tapi juga budaya, falsafah hidup, juga
sebagai cita hukum atau dasar negara yang tertanam dalam jiwa masyarakat Indonesia dan
tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan berbangsa,” ungkap Wetik. Lebih lanjut Wetik
menyampaikan bahwa budaya Pancasila yang digali dari bumi kita, harus disosialisasikan untuk
dibumikan kembali ke bumi nusantara.
Dengan kondisi masyarakat Indonesia yang heterogen, haruslah memiliki visi yang sama sebagai
bangsa, yaitu merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Sebagaimana tercantum pada
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Visi ini dapat tercapai bila negara menjalankan
fungsinya yang tetap berpegang teguh pada nilai-nilai yang disepakati bersama. Nilai-nilai yang
ada pada setiap bangsa Indonesia, yang tidak lain adalah Pancasila dengan berbagai
instrumennya. Wetik berharap, Pancasila dapat diajarkan kepada masyarakat secara baik
sehingga menjadi perilaku sehari-hari yang membudaya, terutama pada generasi muda.
DAFTAR PURTAKA

Budimansyah. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membangun


Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.
Cahyo, E. D. (2017). Pendidikan Karakter Guna Menanggulangi Dekadensi Moral Yang
Terjadi Pada Siswa Sekolah Dasar. EDUHUMANIORA: Jurnal Pendidikan
Dasar, Vol 9, No 1, 16-26.
Fahrudi, Erista Zulki, and Dheny Wiratmoko. (2016). “Peran pendidikan sebagai pondasi
penumbuhan karakter bangsa Indonesia.
Hadi, H.P. (1994). Hakikat dan Muatan Filsafat Pancasila. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Iskarim, M. (2017). Dekadensi Moral di Kalangan Pelajar (Revitalisasi Strategi PAI dalam
Menumbuhkan Moralitas Generasi Bangsa). Edukasia Islamika, 1-20.

Anda mungkin juga menyukai