Anda di halaman 1dari 6

Mata kuliah : Pancasila

Semester :I
Fakultas/Prodi : Kedokteran
Hari/Tanggal : Jumat, 27 Oktober 2020
Nama : Alvyna Mutiara Laksita Jayanti
NIM : 2013010048
Dosen : Dr. H. Wakhudin

JAWABAN SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER


1. Bagaimana sikap kita menjadi warga global, tapi tetap berpegang teguh kepada
Pancasila?
Pancasila yang memiliki lima sila yang antara sila satu dengan yang lain saling
menjiwai dan dijiwai serta menunjukan satu kesatuan yang utuh, memiliki makna yang
sangat dalam untuk menjadi landasan bersikap, bertindak dan bertingkah laku. Berbagai
tantangan sudah dialami bangsa Indonesia untuk menggantikan ideologi Pancasila, tetapi
tidak menggoyahkan keyakinan kita bahwa Pancasila yang cocok sebagai dasar negara
dan sebagai ideologi sejati di negara Indonesia.
Di era global ditandai dengan kemajuan teknologi  yang menimbulkan beberapa
perubahan  dalam kebiasaan masyaratakat, salah satu contoh dampak akibat dari era
modern ini masyarakat yang mengikuti trend dari negara lain dan transformasi budaya
.Dalam kondisi ini masyarakat sudah tidak memperdulikan nilai – nilai Pancasila sebagai
ideologi dan pedoman hidup bagi rakyat Indonesia dalam perkembangan zaman tersebut.
Sehingga banyaknya kasus – kasus yang membuat kehidupan Bersama di Indonesia
menjadi tidak teratur . Dengan adanya pengaruh dunia luar , rakyat Indonesia sudah
mulai merubah dasar dalam kehidupan Bersama mereka seperti :
 Mulai hidup secara individualisme
 Tidak menghargai orang – orang disekitar
 Berpakaian seperti orang barat
 Melakukan kegiatan – kegiatan dan kebiasaan orang luar
(Ricky Fattah Raharjo, 29 Apr 2020)
Di era global ini juga banyak sekali budaya-budaya yang masuk di negara kita,
dan kita juga tidak akan bisa mengelak dari masuknya budaya-budaya negara lain. Yang
terpenting adalah bagaimana masyarakat Indonesia terutama generasi muda yang menjadi
warga global bisa menyaring budaya-budaya asing dan bisa mengambil budaya yang baik
dan menyaring yang buruk dan tidak sesuai dengan nilai dan norma Pancasila. Budaya
luar memang memberikan banyak pengaruh terhadap warga global, terutama untuk
kalangan anak muda. Tinggal bagaimana sikap dari warga global yang menerima budaya
tersebut. Cara menghindari budaya yang memang tidak pantas untuk kita tiru yaitu
dengan tetap berpakaian sesuai ketentuannya, seperti seorang muslim diwajibkan untuk
menutup aurat.
Selain itu, dari generasi muda ini bisa memanfaatkan adanya budaya yang masuk
kedalam negara kita yaitu dengan melihat bagaimana cara negara tersebut dapat
dikatakan sebagai negara maju dan menjadi kaya. Dan dengan tetap berpegang teguh
dengan norma-norma pada pancasila serat menanamkan karakter nasionalisme dalam diri.
Menurut Rajasa (2007), generasi muda mengembangkan karakter nasionalisme melalui
tiga proses yaitu :
a) Pembangun Karakter (character builder) yaitu generasi muda berperan membangun
karakter positifr bangasa melalui kemauan keras, untuk menjunjung nilai-nilai moral
serta menginternalisasikannya pada kehidupan nyata.
b) Pemberdaya Karakter (character enabler), generasi muda menjadi role model dari
pengembangan karakter bangsa yang positif, dengan berinisiatif membangun
kesadaran kolektif denhgan kohesivitas tinggi, misalnya menyerukan penyelesaian
konflik.
c) Perekayasa karakter (character engineer) yaitu generasi muda berperan dan
berprestasi dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta terlibat dalam proses
pembelajaran dalam pengembangan karakter positif bangsa sesuai dengan
perkembangan zaman.
Dari konsep Rajasa tersebut dapat dianalisa bahwa generasi muda sebagai pilar bangsa
memiliki peran yang sangat penting. Masa depan bangsa tergantung dari para generasi
muda dalam bersikap dan bertindak. Menjunjung nilai-nilai moral yang baik berdasarkan
nilai-nilai Pancasila dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sangat penting
dilakukan. Rasa nasionalisme yang harus ditumbuhkan di kalangan generasi muda bukan
nasionalisme yang sempit, akan tetapi nasionalisme yang menjunjung tinggi bangsa dan
negara sendiri masih menghargai bangsa lain. (Ana Irhandayaningsih, 2005)

2. Sebagai bagian dari warga negara Indonesia yang baik, bagaimana kita menjadi warga
negara yang ber-Pancasila?
Sebagai Menurut Rajasa (2007), generasi muda mengembangkan karakter
nasionalisme melalui tiga proses yaitu :
1. Pembangun Karakter (character builder) yaitu generasi muda berperan membangun
karakter positifr bangasa melalui kemauan keras, untuk menjunjung nilai-nilai moral
serta menginternalisasikannya pada kehidupan nyata.
2. Pemberdaya Karakter (character enabler), generasi muda menjadi role model dari
pengembangan karakter bangsa yang positif, dengan berinisiatif membangun kesadaran
kolektif denhgan kohesivitas tinggi, misalnya menyerukan penyelesaian konflik.
3. Perekayasa karakter (character engineer) yaitu generasi muda berperan dan berprestasi
dalam ilmu pengetahuan dan kebudayaan, serta terlibat dalam proses pembelajaran dalam
pengembangan karakter positif banmgsa sesuai dengan perkembangan zaman.

Dari konsep Rajasa tersebut dapat dianalisa bahwa generasi muda sebagai pilar
bangsa memiliki peran yang sangat penting. Masa depan bangsa tergantung dari para
generasi muda dalam bersikap dan bertindak. Menjunjung nilai-nilai moral yang baik
berdasarkan nilai-nilai Pancasila dan melaksanakan dalam kehidupan sehari-hari sangat
penting dilakukan. Rasa nasionalisme yang harus ditumbuhkan di kalangan generasi
muda bukan nasionalisme yang sempit, akan tetapi nasionalisme yang menjunjung tinggi
bangsa dan negara sendiri akan tetapi masih menghargai bangsa lain,
Pancasila berperan besar dalam menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotism
di kalangan generasi muda. Apapun langkah tindakan yang dilakukan harus selalu
didasrakan nilai-nilai Pancasila. Pancasila yang memiliki lima sila yang antara sila satu
yang lain saling menjiwai dan dijiwai dan menunjukan satu kesatuan yang utuh, memiliki
makna yang sangat dalam untuk menjadi landasan bersikap bertindak dan bertingkah
laku. Berbagai tantangan sudah dialamai bangsa Indonesia untuk menggantikan ideologi
Pancasila tidak menggoyahkan keyakinan kita bahwa Pancasila yang cocok sebagai dasar
negara dan sebagai ideologi sejati di negara Indonesia.

3. Bagaimana pandangan Anda bahwa Pancasila sabagai sumber hukum?


Pandangan saya mengenai Pancasila sebagai sumber hukum sudah mendapatkan
legitimasi secara yuridis melalui TAP MPR Nomor XX/MPRS/1966 tentang
Memorandum Peraturan Perundang Republik Indonesia. Setelah reformasi, keberadaan
Pancasila tersebut Kembali dikukuhkan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004
yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Perundang-Undangan. Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum memberi makna
bahwa system hukum nasional wajib berlandaskan Pancasila. Akan tetapi, keberadaan
Pancasila tersebut semakin tergerus dalam system hukum nasional. Hal demikian
dilatarbelakangi oleh tiga alasan yaitu: pertama, adanya sikap resistensi terhadap Orde
Baru yang memanfaatkan Pancasila demi kelanggengan kekuasaan yang bersifat otoriter.
Kedua, menguatnya pluralism hukum yang mengakibatkan terjadinya kontradiksi-
kontradiksi atau disharmonisasi hukum. Ketiga, status Pancasila tersebut hanya dijadikan
symbol dalam hukum. Untuk itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk menerapkan
Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum dalam system hukum agar tidak terjadi
lagi disharmonisasi hukum akibat diterapkannya pluralisme hukum. Kedua,
mendudukkan Pancasila sebagai puncak peraturan perundang-undangan agar Pancasila
memiliki daya mengikat terhadap segala jenis peraturan perundang-undangan sehingga
tidak melanggar asas lex superiori derogate legi inferiori.

4. Bagaimana pendapat Anda agar setiap warga negara berideologi Pancasila?


Pendapat saya agar warga Negara berideologi pancasila yaitu sebagai bangsa
Indonesia harus dapat menanamkan nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, karena
itu merupakan identitas dan ciri khas kita sebagai bangsa Indonesia dan warga negara
yang baik, bahkan pemerintah pun dalam menyelenggarakan pemerintahnnya turut
melibatkan dan menanakan nilai-nilai Pancasila kedalamnya karena merupakan identitas
negara Indonesia, yang harus selalu tertanam didalam diri bangsa Indonesia tanpa
terkecuali. Selain itu upaya yang dapat dan telah dilakukan agar nilai-nilai Pancasila
dapat diimplementasikan dengan cara menjadikan nilai Pancasila sebagai landasan dalam
melaksanakan pendidikan karakter.
Agar dapat menanamkan nilai-nilai Pancasila sejak dini kepada generasi penerus bangsa,
karena di era modern ini pasti sudah banyak nilai-nilai dan budaya-budaya dari luar yang
masuk kedalam Indonesia, dan dikhawatirkan akan menggantikan nilai-nilai Pancasila
yang ada di Indonesia, khususnya pada diri anak muda saat ini yang selalu ingin
mengikuti perkembangan zaman, maka dari itu lebih baik nya jika nilai Pancasila
ditanamkan sejak dini sebagai nilai karakter bangsa Indonesia.

5. Anda akan menjadi dokter ber-Pancasila. Jelaskan maksudnya dan apa yang akan Anda
lakukan?
Profesi dokter dengan nilai-nilai Pancasila memiliki hubungan yang erat. Saya
melihat hubungan erat tersebut dipengaruhi oleh profesi kedokteran yang berkedudukan
di wilayah negara Indonesia yang menjadikan Pancasila sebagai norma dasar bernegara.
Pancasila itu sendiri merupakan nilai universal yang sebenarnya tidak hanya diberlakukan
bagi negara Indonesia saja, namun memiliki nilai universal yang bisa digunakan oleh
profesi kedokteran yang ada di negara lain. Ini karena Pancasila memiliki nilai
transendental yang dapat diaplikasikan dalam moral dan etika yang harus dimiliki oleh
dokter untuk memberi pelayanan medis kepada pasien dengan sikap yang penuh hati
nurani. Dalam menjalankan profesi dokter, baik secara personal maupun secara
organisasi, tidak bisa melepaskan nilai-nilai Pancasila. Ini karena Pancasila memiliki
kaitan dan pertanggungjawaban secara transendental kepada Allah Swt, serta dengan
manusia itu sendiri sebagai wujud dari kemanusiaan yang adil dan beradab, atau dalam
Islam dikenal dengan raḥmatan lil ’ālamīn, artinya keadiran manusia di muka bumi harus
memberi manfaat bagi orang lain. Pancasila pada Orde Baru hanya dimanfaatkan oleh
kekuasaan untuk mengamankan kekuasaan, dan bukan untuk tujuan membangun negara
dan masyarakat dengan nilai-nilai Pancasila sebagai pijakan dasar bernegara, sehingga
dampaknya sekarang nilai-nilai Pancasila terasa asing khususnya bagi profesi dokter itu
sendiri.
Daftar Pustaka

Ricky Fattah Raharjo. 29 Apr 2020. PENTINGNYA PANCASILA SEBAGAI DASAR


KEHIDUPAN BERSAMA DI INDONESIA

Beerling, Kwee, Mooij, Van Peursen diterjemahkan oleh Drs. Soejono Soemargono. 1990.
Pengantar Filsafat Ilmu. PT. Tiara Wacana Yogya:Yogyakarta

Franz Magnis-Suseno. 1992. Filsafat-Kebudayaan-Politik. PT Gramedia Pustaka Utama:Jakarta

H.M. Tama Sembiring, Prof., Drs., SH, MM., dkk, Manur Pasaribu, SH., dan H. Chairul Alam,
Drs., MM., 2012. Filsafat dan Pendidikan Pancasila. Yatama Printing:Jakarta.
 
Saswinadi Sasmojo dkk (eds.), 1991. Menerawang Masa Depan Ilmu Pengetahuan Teknologi
dan Seni. Penerbit ITB, Bandung

Sulaiman, A. (2015). Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. (T. Redaksi, Ed).


Bandung:cv. Arfino Raya

Surono, ed. 2010. Nasionalisme dan Pembangunan Karakter Bangsa. Yogyakarta: Pusat Studi
Pancasila Press.

Yonas B’oa, Fais. 2018. Pancasila sebagai Sumber Hukum dalam Sistem Hukum Nasional.
Yogyakarta: Universitas Atma Jaya.

Buamona, Hasrul. 2017. Pancasila Sebagai Nilai Dasar Profesi. Indonesia : Jurnal Hukum
Novelty.

Anda mungkin juga menyukai