Anda di halaman 1dari 4

A.

Pengertian Filsafat

Istilah “filsafat” ini sebenarnya berasal dari Bahasa Yunani, yakni “philosophia”, yang mana merupakan
gabungan dari kata “philo” dan “sophia”. Philo berarti ‘cinta dalam arti yang luas’, sementara sophia
berarti ‘kebijakan atau pandai’. Jadi, dapat disebut bahwa filsafat ini adalah keinginan untuk mencapai
cita pada kebijakan.

Banyak ahli yang mendefinisikan apa itu filsafat.Aristoteles berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu
(pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.

Socrates menyebutkan bahwa filsafat adalah ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan
realitas ada dengan mengandalkan akal budi.

Berdasarkan beberapa pendapat dari para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah
sebuah ilmu yang berusaha mencari sebab secara mendalam berdasarkan pemikiran dan akal manusia.
Filsafat ini juga dapat menjadi pandangan hidup seseorang sekelompok orang mengenai kehidupan yang
dicita-citakan. Namun, filsafat ini dapat juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan
dewasa ketika memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan melihat secara menyeluruh dengan
segala hubungan.

B. Metode Filsafat

Bersumber dari buku Pengantar Filsafat Ilmu, metode digunakan sebagai alat pendekatan untuk
mencapai hakikat sesuai dengan corak pandangan filsuf masing-masing. Adapun metode filsafat
dijelaskan sebagai berikut.

1. Kritis

Metode pertama adalah kritis. Metode ini mengacu pada kenyataan bahwa banyak pengetahuan dan
pendapat manusia bersifat semu. Artinya, banyak hal yang kabur dan bertentangan dalam pengetahuan
seseorang sehingga perlu dipikirkan lebih matang.

2. Intuitif

Metode intuitif dipengaruhi oleh aliran agama yang memakai cara mistik dan kontemplatif. Metode
intuitif berarti seseorang memiliki intuisi untuk memandu dan mengungkapkan suatu kebenaran.

3. Metode Skolastik

Metode skolastik sering disebut sebagai metode sintesis-deduktif. Metode ini menunjukkan kaitan yang
erat dengan metode mengajar.

4. Metode Matematis

Sesuai namanya, metode matematis merupakan metode yang berkaitan erat dengan ilmu pasti, ilmu
alam, astronomi, arsitektur, dan metafisika.
5. Metode Empiris Eksternal

Metode empiris eksternal yaitu metode yang mempercayakan pengalaman sebagai sumber
pengetahuan yang terpercaya daripada rasio.

6. Metode Transendental

Berikutnya adalah transendental. Metode transendental sering dijuluki neo-skolastik. Dalam metode ini,
pengertian yang objektif diterima, lalu dianalisis dengan kriteria logis.

7. Metode Dialektis

Metode berikut adalah metode dialektis. Metode ini termasuk dalam aliran idealisme yang menekankan
subyektivitas. Subyektivitas ini dapat meliputi seluruh kenyataan yang membuat self-sufficient sama
dengan menjadi kenyataan.

8. Metode Historis

Metode historis yaitu cara belajar dengan menilik padan sejarah yang dibagi menjadi empat fase secara
berurutan Fase ini meliputi fase Pra Yunani, fase Yunani, fase Modern, dan fase Post Modern.

9. Metode Saintifik

Selanjutnya ada metode saintifik. Metode saintifik adalah jenis metode yang menggunakan kaidah
keilmuan yang memuat serangkaian aktivitas dan langkah dalam proses pembelajaran meliputi
mengamati, mengumpulkan, mengolah, dan mengkomunikasikan informasi.

10. Metode Silogistis Deduktif

Contoh metode ilmu filsafat terakhir adalah metode silogistis. Mengutip repository.iainponogoro.ac.id,
metode ini menarik kesimpulan berdasarkan dua kebenaran yang pasti dan tidak diragukan

C. Ciri-ciri Filsafat

Selain merunut pada pengertiannya, kita juga dapat memahami filsafat dengan lebih mudah jika kita
dapat membedakannya melalui ciri-ciri filsafat. Menurut Nur A. Fadhil Lubis, filsafat memiliki tiga ciri
utama, yakni:

a. Universal (menyeluruh), yaitu pemikiran yang luas dan tidak aspek tertentu saja.

b. Radikal (mendasar), yaitu pemikiran yang dalam sampai kepada hasil yang fundamental dan essensial.

c. Sistematis, yaitu mengikuti pola dan metode berpikir yang runtut dan logis meskipun spekulatif.

Beberapa ahli lain menambahkan ciri-ciri lain, yaitu:

a. Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu, menjelaskan mengapa sesuatu berbuat
begitu.
b. Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat), dan tidak menerima begitu saja
apa yang terlihat sepintas, yang dikatakan dan yang dilakukan masyarakat.

c. Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh sesuatu, termasuk konsep-konsep
dasar yang dengannya kita memikirkan dunia dan kehidupan manusia.

d Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguhsungguh untuk menilai dan
menyikapi segala persoalan yang dihadapi manusia. Penilaian itu bisa bersifat pemastian kebenaran,
kelayakan dan kebaikan.

e Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan, penjelajahan dan pengandaian dan
tidak membatasi hanya pada rekaman indera dan pengamatan lahiriah.

D. ASAL DAN PERANAN FILSAFAT

A. Asal Filsafat

Ada tiga hal yang mendorong manusia untuk ‘berfilsafat’, yaitu sebagai berikut:

1. Keheranan

Banyak filsuf menunjukan rasa heran (dalam bahasa yunani thaumasia) sebagai asal filsafat. Plato
misalnya mengatakan: “mata kita member pengamatan bintang-bintang, matahari, dan langit.
Pengamatan ini member dorongan untuk menyelidiki. Dari penyelidikan ini berasal filsafat”.

2. Kesangsian

Filsuf-filsuf lain, seperti Augustius (254-430 M) dan Rene Descartes (1596-1650 M) menunjukan
kesangsian sebagai sumber utama pemikiran. Manusia heran, tetapi kemudian ia ragu-ragu. Apakah ia
tidak ditipu oleh panca indranya kalau ia heran? Apakah kita tidak hanya melihat yang ingin kita lihat?
Dimana dapat ditemukan kepastian? Karena dunia ia penuh dengan berbagai pendapat, keyakinan, dan
interpretensi.

3. Kesadaran akan keterbatasan

Manusia memulai berfilsafat jika ia menyadari bahwa dirinya sangat kecil dan lemah terutama bila
dibandingkan dengan alam sekelilingnya. Manusia merasa bahwa ia sangat terbatas dan terikat
terutama pada waktu mengalami penderitaan atau kegagalan. Dengan kesadaranakan keterbatasan
dirinya manusia mulai berfilsafat. Ia mulai memikirkan bahwa diluar manusia yang terbatas pasti ada
sesuatu yang tidak terbatas (Harry Hamersman 1988, 11)

B. Peranan Filsafat
Menyimak sebab-sebab kelahiran filsafat dan proses perkembangannya, sesungguhnya filsafat telah
memerankan sedikitnya tiga peranan utama dalam sejarah pemikiran manusia. Ketiga peranan yang
telah diperankannya sebagai pendobrak, pembebas, dan pembimbing. (Jan Hendrik Rapar, 1996).

1. Pendobrak

Berabad-abad lamanya intelektualitas manusia tertawan dalam penjara tradisi dan kebiasaan. Manusia
menerima begitu saja segala penuturan dongeng dan takhayul tanpa mempersoalkannya lebih lanjut.

Keadaan tersebut berlangsung cukup lama. Kehadiran filsafat telah mendobrak pintu dan tembok-
tembok tradisi yang begitu sakral dan selama ini tidak boleh diganggu gugat. Kendati pendobrakan itu
membutuhkan waktu yang cukup panjang, kenyataan sejarah telah membuktikan bahwa filsafat benar-
benar telah berperan selsku pendobrak yang mencengangkan.

2. Pembebas

Filsafat bukan sededar mendobrak pintu penjara tradisi dan kebiasaan yang penuh dengan berbagai
mitos dan mite, melainkan juga merenggut manusia keluar dari dalam penjara itu. Filsafat
membebaskan manusia dari ketidaktahuan dan kebodohannya. Demikian pula, filsafat membebaskan
manusia dari belenggu cara berpikir mistis dan mitis.

Filsafat pun membebaskan manusia dari cara berpiir yang tidak teratur dan tidak jernih. Filsafat juga
membebaskan manusia dari cara berpikir tidak kritis yang membuat manusia mudah menerima
kebenaran semu yang menyesatkan.

3. Pembimbing

Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang mistis dengan membimbing manusia untuk
berpikir secara rasional. Filsafat membebaskan manusia dari cara berpikir yang picik dan dangkal dengan
membimbing manusia untuk berpikir secara luas dan lebih mendalam. Filsafat membebaskan manusia
dari cara berpikir yang tidak utuh dan begitu fragmentaris dengan membimbing manusia untuk berpikir
secara integral dan koheren.

Anda mungkin juga menyukai