Anda di halaman 1dari 19

BAB II

PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN FILSAFAT MENURUT PARA AHLI


a. Aristoteles. Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika retorika, etika
ekonomi, politik dan estetika (filsafat keindahan)1
b. Al-Farabi. Filsuf Arab ini mengatakan bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang
hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
c. Rene Descartes. Menurut Descartes, filsafat adalah kumpulan semua pengetahuan di
mana Tuhan, alam dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
d. Immanuel Kant. Menurut Kant, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang menjadi pangkal
dari semua pengetahuan yang di dalamnya tercakup masalah epistemology (filsafat
pengetahuan) yang menjawab persoalan apa yang dapat kita ketahui.
e. Hasbullah Bakry.Menurut Bakry, ilmu filsafat adalah ilmu yang menyelidik segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan juga manusia sehingga
dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu2
f. N. Driyarkara. Filsuf Indonesia ini berpendapat bahwa filsafat adalah perenungan yang
sedalam-dalamnya tentang sebab-sebab ‘ada dan berbuat’, perenungan tentang kenyataan
(reality) yang sedalam-dalamnya sampai ke’mengapa’ yang penghabisan.

Sehingga dapat diklasifikasikan bahwa yang termasuk pada pemikiran adalah pendapat
Immanuel Kant, Aristotels dan Al-farabi. Yang termasuk proses berfikir Rene Descartes, dan
Langeveld. Pada pandangan falsafi yaitu Hasbullah Bakry dan N. Driyakara.

2. LAHIRNYA FILSAFAT DI YUNANI

Lahirnya filsafat di Yunani diperkirakan pada abad ke-6 Sebelum Masehi. Timnulnya
filsafat di tempat itu disebut peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang

1
Surajiyo,Ilmu Filsafat Suatu Pengantar(Jakarta: PT. Bumi Aksara,2014), hlm. 2
2
Ibid

1
sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. K. Bertens
menyebutkan ada tiga factor, yaitu sebagai berikut.

a. Pada bangsa Yunani, terdapat suatu mitologi yang kaya serta luas. Mitologi ini dapat
dianggap sebagai perintis yang mendahului filsafat, karena mite-mite sudah merupakan
percobaan untuk mengerti. Mite-mite sudah memberi jawaban atas pertanyaan yang hidup
dalam hati manusia: dari mana dunia kita? Darimana kejadian dalam alam? Melaui mite-
mite, manusia mencari keterangan tentang asal usul alam semesta dan kejadian-kejadian
yang berlangsung di dalamnya. Mite yang pertama mencari keterangan tentang asal usul
alam semesta biasanya disebut mite kosmogonis, sedangkan mite yang kedua mencari
keterangan tentang asal-usul serta sifat kejadian alam semesta disebut mite kosmologis.
Khusus bangsa Yunani bahwa mereka mengadakan berbagai usaha untuk menyusun mite-
mite yang diceritakan oleh rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis.
b. Kesusastraan Yunani. Dua karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan Odyssea
mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusastraan Yunani. Syair-syair dalam karya
tersebut sudah lama digunakan sebagai semacam buku pendidikan untuk rakyat Yunani.
Dalam dialog yang bernama Politeia, Plato mengatakan Homeros telah mendidik seluruh
Hellas. Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk mengisi waktu
terluang dan serentak juga mempunyai nilai edukatif.
c. Pengaruh ilmu pengetahuan sudah terdapat di Timut Kuno. Orang Yunani tentu berutang
budi kepada bangsa lain dalam menerima beberapa unsur ilmu pengetahuan. Seperti ilmu
ukur dan ilmu hitung sebagian berasal dari Mesir. Pengaruh Babylonia dalam
perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani. Namun, andil dari bangsa lain dalam
perkembangan ilmu pengetahuan Yunani tidak boleh dilebih-lebihkan. Orang Yunani
telah mengolah unsur-unsur tadi dengan cara yang tidak pernah disangka-sangka oleh
bangsa Mesir dan babylonia. Baru pada bangsa Yunani lah didapatkan ilmu pengetahuan
yang bercorak dan suungguh-sungguh ilmiah3
Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama
sekali berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban rasional tentang berbagai

3
Ibid

2
problem yang diajukan oleh alam semesta. Logos (akal budi, rasio) mengganti mythos.
Dengan demikian filsafat dilahirkan.

Adapun karakteristik filsafat Yunani yaitu.

i. Skematika konsepsial.
Konepsi (rencana kerja) merupakan hasil generalisasi serta abstrak dari pengalaman
tentang hal-gal serta proses-proses satu demi satu. Karena itu filsafat merupakan
pemikiran tentng hal-hal serra proses—proses dalam hubungan yang umum. Diantara
proses yang dibicarakan adalah pemikiran itu sendiri. Filsafat merupakan hasil menjadi-
sadarnya manusia mengenai dirinya sendiri sebagai pemikir, dan menjadi- kritisnya
manusia terhadap diri sendiri sebagai pemikir di dalam dunia yag dipikirkannya4
ii. Koheren
Pemikiran filsfat merupakan suatu usaha perenungan/refleksi kritis-rasional yang
runtut dan mandalam terhadap sutu hal atau suatu obyek yang dipikirkan oleh akal budi.
Orang bukan berpikir asal-asalan atau berpikir setengah hati saja. Dalam proses berpikir
ini, orang perlu mengerahkan seluruh pikirannya secara focus, terarah, terorientasi,
terkonsentrasi pada obyek yang dipikirkan agar mencapai hasil akhir pemikiran yang
benar secara folosifis.
iii. Rasional
Rasional berarti logis, masuk akal, dan dapat dimengerti atau diterima secara akal
sehat. Pemikiran yang logis sberarti pemikiran yang berhubungan satu sama lain, utuh ,
tidak terpisah-pisah, tidak frakmentasi, tidak terpotong-poton. Pemikiran rasional kontra
terhadap segala hal yang irasional dalam kehidupan karena filsafat mengandalkan rasio
sebagai alat analisanya. Filsafat menolak segala hal yang tidak sesuai dengan prinsip-
prinsip rasionalitas yang benar.
iv. Menyeluruh/holistic
Holistic berrti obyek pemikiran kita harus berhubungan erat dengan seluruh tatanan
yang ada (esse). Segala sesuatu yang dapat dipikirkan termasuk dalam pemikiran filsafat.
Jadi, obyeknya bisa berupa apa saja dan segala entitas (substansi) apa saja sejauh itu
dapat dipikirkan oleh akal budi. Segala sesuatu yang dapat dipikirkan dapat menjadi

4
Nuryahya.dkk,”Perbedaan Filsafat Yunani dan Filsafat Islam”,Bandung, hlm. 16

3
data/hal menarik untuk direfleksikan secara menyeluruh oleh filsafat, termasuk
didalamnya refleksi tentang diri kita sendiri sebagai manusia kini dan disini.
v. Memberi visi
Berciri visioner. Filsafat tampil dalam paradigm pandangan/pemikiran/ visi terhadap
suatu kenyataan dunia dan diri kita sendiri. Kita tidak mungkin memiliki pandangan
terhadap sesuatu jika kita tidak dapat berefleksi secara benar terhadapnya. Hanya orang
yang yang merenung/berefleksi secara benar yang akan mampu menghasilkan ide-ide
cemerlang tentang duni manusia.5
3. FILSAFAT BARAT
Sejarah filsafat barat dibagi dalam empat periode; zaman Filsafat Yunani Kuno, Zaman
Abad Pertengahan, zaman Modern dan Zaman Masa Kini.
a. Zaman Filsafat Yunani Kuno (600 SM-400 M)
Zaman Kuno meliputi zaman filsafat pra-Socrates di Yunani. Tokoh-tokohnya dikenal
dengan nama filsuf pertama atau filsuf alam. Mereka mencari unsur induk (arche) yang
dianggap asal dari segala sesuatu. Menurut Thales, arche itu air, Anaximandros benpendapat
arche itu ‘yang tak terbatas’ (to apeiron). Anaximenes arche itu udara, Pythagoras arche itu
bilangan, Heraklitos arche itu api, ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu it uterus
mengalir (panta rhei). Parmenedes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak
bergerak. (Lasiyo dan Yuwono, 1985, hlm, 52)6.
b. Zaman Keemasan filsafat Yunani

Pada waktu Athena dipimpin oleh Perikles, kegiatan politik dan filsafat dapat
berkembang dengan baik. Ada segolongan kaum yang pandai berpidato (retorika) dinamakan
kaum sofis. Kegiatan mereka adalah mengajarkan pengetahuan pada kaum muda.

Yang menjadi objek penyelidikannya bukan lagi alam tetapi manusia, sebagaimana yang
dikatakan oleh Prothagoras, ‘Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya’. Hal ini ditentang
oleh Socrates dengan mengatakan ‘bahwa yang benar dan yang baik harus dipandang sebagai
nilai-nilai onjektif yang dijunjung oleh semua orang’. Akibat ucapannya tersebut Socrates
duhukum mati.

5
Ibid
6
Surajiyo, loc.cit

4
Hasil pemikiran Socrates dapat ditemukan pada muridnya Plato. Dalam filsafatnya Plato
mengatakan; “realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka bagi panca indra
dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah dunia jasmani dan
kedua dunia ide”.

Pendapat tersebut dikritik oleh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah
manusia-manusia yang konkret. ‘Ide Manusia’ tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles
adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan besar sekali.
Sumbangan yang sampai sekarang masih digunakan dalam ilmu pengetahuan adalah
mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional di mana seseorang memperoleh pengetahuan.
Menurut Aristoteles ada tiga macam abstraksi, yakni fisis, matematis, dan metafisis.

Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur-unsur individual


untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Adapun abstraksi di mana subjek menangkap
unsur kuantitatis dengan menyingkirkan unsur kualitatif disebut abstraksi matematis.
Abstraksi di mana seseorang menangkap unsur-unsur yang hakiki dengan mengesampingkan
unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis. (Harry Hamersma, 1983)

Teori Aristoteles yang cukup terkenak adalah tentang materi dan bentuk. Keduanya ini
merupakan prinsip-prinsip metafisis, materi adalah prinsip yang tidak ditentukan, sedangkan
bentuk adalah prinsip yang menentukan. Teori ini terkenal dengan sebutan ‘Hylemorfisme’.
(K. bertens, 1988, hlm.11-16).

c. Masa Helinistis dan Romawi

Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang
disebut kebudayaan Hallinistis, karena kebudayaan Yunani tidak terbatas lagi pada kota-kota
Yunani saja, tetapi mencakup juga seluruh wilayah yang ditaklukkan Alexander Agung.
Dalam bidang filsafat, Athena tetap merupakan suatu pusat yang penting, tetapi berembang
pula pusat-pusat intelektual lain, terutama kota Alenxandria. Jika akhirnya ekspansi Romawi
meluas sampai ke wilayah Yunani, ini tidak berarti berakhirnya kebudayaan dan filsafat
Yunani, karena kekaisaran Romawi membuka pintu lebar-lebar untuk menerima warisan

5
kultural Yunani. Dalam bidang filsafat yang terus berkembang, namun pada saat iyu tidak
ada filsuf besarm kecuali Plotinus.

Pada masa ini muncul beberapa aliran berikut.

i. Stoisisme. Menurut paham ini, jagat raya ditentukan oleh kuasa-kuasa yang disebut
‘Logos’. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan yang tidak
dapat dihindari.
ii. Epikurisme. Segala sesuatu terdiri atas atom-atom yang senantiasa bergerak.
Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut
pada dewa-dewa.
iii. Spektisisme. Mereka berpikir bahwa bidang teoritis manusia tidak sanggup mencapai
kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian.
iv. Eklestisisme. Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur, filsafat
dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang sungguh-
sungguh.
v. Neo Platonisme. Yakni paham yang ingin menghidupkan kembali filsafat Plato.
Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafatnya berkisar pada Allah sebagai ‘yang
satu’. Segala sesuatu berasal dari ‘yang satu’ dan ingin kembali kepadanya. (K.
Bertens, 1988, hlm. 16-18)
d. Zaman Abad Pertengahan

Periode Abad Pertengahan mempunyai perbendaan yang menyolok dengan abad


sebelumnya. Perbedaan itu terutama terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama
Kristen yang diajarkan oleh Nabi Isa as. pada permulaan Abad Masehi membawa perubahan
besar terhadap kepercayaan keagamaan.

Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu


Tuhanlah yang merupakan kebenaran yang sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani
Kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat dicapai oleh kemampuan akal. Mereka
mengenal adanya wahyuu.

6
Mengenai sikap terhadap pemikiran Yunani ada dua:

i. Golongan yang menolak sama sekali pemikiran Yunani, karena pemikiran Yunani
merupakan pemikiran orang kafir karena tidak mengakui wahyu.
ii. Menerima filsafat Yunani yang mengatakan bahwa karena manusia itu ciptaan
Tuhan maka kebijaksanaan manusia berarti pula kebijaksanaan yang datangnya
dari Tuhan. Mungkin akal tidak dapat mencapai kebenaran yang sejati. Oleh
karena itu, akal dapat dibantu oleh wahyu.
Filsafat pada zaman pertengahan mengalami dua periode.
a) Periode Paristik. paristik berasal dari kata Latin patres yang berarti bapa-
bapa Gereja, ialah ahli agama Kristen pada abad permulaan agama
Kristen.
b) Periode skolastik. Periode ini berlangsung dari tahun 800-1500 M.
Periode ini dibagi menjadi tiga tahap;
Periode skolastik awal (abad ke 9-12), ditandai oleh pembentukan metode
yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Yang
tampak pada permulaan ialah persoalan tentang universalia. Periode
puncak perkembangan skolastik (abad ke-13), ditandai oleh keadaan yang
dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab dan
Yahudi. Puncak perkembangan pada Thomas Aquinas. Periode skolastik
akhir (abad ke 14-15), ditandai dengan pemikiran kefilsafatan yang
berkembang kea rah nominalisme, ialah aliran yang berpendapat bahwa
unversalisme tidak memberi petunjuk tentang aspek yang sama dan yang
umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya momen
yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif.
e. Zaman modern

Zaman modern dimulai dengan masa renaissance yang berarti kelahiran kembali, yaitu
usaha untuk menghidupkan kembali kebudayaan klasik 9Yunani-Romawi). Pembaruan
terpenting yang kelihatan itu tidak lagi kosmos, seperti ‘antroposentrisme’nya. Pusat
perhatian pemikiran itu tidak lagi kosmos, seperti zaman kuno, atau Tuhan seperti abad

7
pertengahan, melainkan manusia. Mulai zaman modern inilah manusia dianggap sebagai titik
focus dari kenyataan.

Latar belakang dan implikasi dari renaissance itu adalah sebagai berikut.

i. Pudarnya kekuasaan politik dan kekuasaan spiritual yang mengakibatkan lahirnya cita-
cita semangat pembaruan dan pembebasan.
ii. Berkembangnya jiwa dan semangat individualisme.
iii. Pertentangan (diskusi) antara universalia dan individualia berakhir dengan kemenangan
individualia.
iv. Timbulnya rasa kebanggaan terhadap harta dan derajat manusia. Gejala ini menunjukkan
manifestasinya kepada kepercayaan diri bahwa manusia dengan kebebasan, nilai
individualis yang optimal, dan kemampuan ilmiahnya merasa mampu untuk menguasai
alam semesta ini.
Zaman modern ditandai dengan munculnya rasionalisme rene Descartes (1596-
1650), B. Spinoza dan G.Libniz. mereka menekankan pentingnya rasioa atau akal budi
manusia.
Pada abad ke-18 terkenal dengan zaman pencerahan, dengan munculnya tokoh-
tokoh empirisme. Isntilah empirisme berasal dari kata yunani empiria yang berarti
pengalaman indrawi. Empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenala,
baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah yang
menyangkut pribadi manusia saja.
f. Masa Kini

Masa kini dimulai pada abad ke-19 dan 20 dengan timbulnya berbagai aliran yang
berpengaruh seperti Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Pragmatisme, Neo Kantianisme.
Aliran-aliran ini sangat terikat oleh keadaan negara maupun lingkungan bahasa sehingga dalam
perkembangan terakhir lahirlah filsafat analitis yang lahir sejak tahun 1950.

i. Positivisme. Positivise mulai pada filsuf A.Comte (sosiolog pertama). Beliau


menyatakan bahwa pemikiran setiap manusia, pemikiran setiap ilmu dan pemikiran suku
bangsa manusia pada umumnya melewati tiga tahap, yaitu; tahap teologis, tahap
metafisis dan tahap ‘positif-ilmiah’

8
Dalam tahap teologis manusia percaya bahwa di belakang gejala alam terdapat
kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Kuas-kuasa ini
dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio dan kehendak seperti manusia, tetapi
orang percaya bahwa mereka berada pada tingkatan dibagi lagi atas tig periode.
Dalam dalam metafisis, kuasa-kuasa adikodrati diganti dengan konsep dan
prinsip-prinsip yang abstrak, misalnya kodrat dan penyebab. Metafisika dijunjung tinggi
dalm tahap ini.
Akhirnya dalam tahap positif sudah tidak diusahakan lagi untuk mencari
penyebab yang terdapat di belakang fakta-fakta. Dalam tahap positif ini manusia
membatasi diri pada fkta yang disajikan kepadanya. Atas dasar observasi dengan
menggunakan rasionya, ia berusaha menetapkan relasi-relasi persamaan atau urutan yang
terdapat antara fakta-fakta. Baru dalam tahap terakhir ini dihasilkan ilmu pengetahuan
dalam arti yang sebenarnya.
ii. Marxisme. Pemikiran Karl Marx ditunjukkan dengan materialisme dialektis dan
materialisme historis. Dalam jaran mengenai materialisme dialektis bahwa kenyataan kita
akhirnya hanya terdiri atas materi yang berkembang melalui suatu prosesdialektis (tes-
antitesa-sintesa). Salah satu prinsip materialisme dialektis ialah bahwa perubahan dalam
kuantitas dapat mengakibatkan perubahan dalam kualitas. Itu berarti bahwa suatu
kejadian pada taraf kuantitatif dapat menghasilkan sesuatu yang sama sekali baru.
Dengan cara itulah kehidupan berasal dari materi mati dan kesadaran manusiawi
berasal dari kehidupan organis. Proses dialektik sendiri sebenarnya adalah pemikiran
Hegel dipakai juga oleh Karl Max. pemikiran Hegel mengenai proses dialektika selalu
terdiri atas tiga fase. Ada suatu fase pertama (tesis) yang menampilkan lawannya
(antithesis), yaitu fase kedua. Akhirnya timbullah fase ketiga yang memperdamaikan fase
pertama dan fkedua (sintesis). Dalam sintesis dan antisintesis menjadi aufgehoben, kata
Hegel. Kata yang berasal dari bahasa Jerman ini mempunyai lebih dari satu arti dan
Hegel menginginkan semua arti itu. Di satu pihak aufgehoben berarti dicabut, ditiadakan,
tidak berlaku lagi. Itu memang dimaksudkan karena adanya sintesis, maka tesis dan
antitetis sudah tidak ada lagi; sudah lewat. Di lain pihak kata tersebut berarti juga
diangkat, dibawa kepada taraf lebih tinggi. Itu juga dimaksudkan Hegel dan sintesis
masih terdapat tesis dan antithesis, tetapi kedua-keduanya diangkat kepada tingkatan

9
baru. Dengan perkataan lain, dalam sintesis baik tesis maupun anitesis mendapat
eksistensi baru. Dengan perkataan lain lagi, kebenaran yang terkandung dalam tesis dan
anti tesis tetap disimpan dalam sintesis, tetapi dalam bentuk lebih sempurna. Proses ini
akan terus berlangsung. Sintesis yang dihasilkan dapat menjadi tesis pula yang
menampilkan antithesis lagi dan akhirnya kedua-duanya dapat diperdamaikan menjadi
sintesisi baru.
iii. Eksistensialisme. Eksistensialisme dipersiapkan dalam abad ke-19 oleh S.Kierkegaard
dan F. Nietsche. Dalam abad ke-20 eksistensialisme menjadi aliran filsafat yang sangat
penting. Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan
berpangkal kepada eksistensi. Pada umumnya kata eksistensi berarti keberadaan, tetapi di
dalam filsafat eksistensialisme ungkapan eksistensi mempunyai arti yang khusus
eksistensi adalah cara manusia berada di dalam dunia. Cara manusia berada di dalam
dunia berbeda dengan cara berada benda-benda. Benda-benda tidak sadar akan
keberadaananya, juga yang satu berada di samping yang lain, tanpa hubungan. Tidak
demeikian cara manusia berada. Manusia berada bersama-sama dengan benda-benda itu.
Benda-benda itu menjadi berarti karena manusia. Di samping itu, manusia berada
bersama-sama dengan sesame manusia. Untuk membedakan dua cara berada ini didalam
filsafat eksistensialisme bahwa benda-benda “berada”, sedangkan manusia
“bereksistensi”. Jadi, hanya manusialah yang bereksistensi.
Kata eksistensi berasal dari kata eks(luar) dan sistensi, yang diturunkan dari kata
kerja sisto (berdiri, menempatkan). Oleh karena itu, kata eksistensi diartikan manusia
berdiri sebagai diri sendiri dengan keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa dirinya ada.
Ajaran eksistensialisme tidak hanya satu. Sebenarnya eksistensialisme adalah
suatu aliran filsafat yang bersifat teknis, yang terjelma dalam berbagai macam sistem,
yang satu berbeda dengan yang yang lain. Sekalipun demikian ada juga ciri-ciri yang
sama, yang menjadikan sistem itu dapat dicap sebagai eksistensialisme. Ciri yang
dimiliki bersama itu di antaranya menurut Harun Hadiwijono adalah sebagai berikut.
a) Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada.
Hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia
berada. Pusat perhatian ini ada pada manusia. Oleh karena itu, bersifat humanitas.

10
b) Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan
dirinya secara aktif, bereksistensi berarti berbuat, menjadi, merencanakan. Setiap
manusia menajdi lebih atau kurang dari keadaannya.
c) Di dalam eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah
realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya manusia
terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih-lebih kepada sesame manusia.
d) Eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkret, pengalaman
yang eksistensial. Hanya arti pengalaman ini berbeda-beda. Heidegger memberi
tekanan kepada kematian, yang menyuramkan segala sesuatu, Marcel kepada
pengalaman keagamaan dan jaspers kepada pengalaman hidup yang bermacam-
macam seperti kematian, penderitaan, perjuangan dan kesalahan.
iv. Fenomenologi. Metode fenomenologi berasal dari E. Husserl dan kemudian
diperkembangkan oleh M. Scheler dan M. Merleau Ponty. Fenomenologi mengatakan
bahwa kita harus memperkenalkan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi. Kata
fenomenologi berasal dari kata Yunani fenomenon, yaitu sesuatu yang tampak, yang
terlihat karena bercahaya, yang di dalam bahasa Indonesia disebut “gejala”. Jadi,
fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau gejala sesuatu
yang menampakkan diri.
Kata fenomenon atau gejala dapat dipakai dalam berbagai arti. Kata fenomen atau
gejala dapat dipertentangkan dengan “kenyataan”. Fenomen bukanlah hal yang nyata,
tetapi sesuatu yang semu.
v. Pragmatism. Pragmatism merupakan aliran filsafat yang lahir di Amerika Serikat
sekitar 1900. Pragmatism mengajarkan bahwa ide-ide tidak ‘benar’ atau ‘salah’
melainkan bahwa ide-ide dujadikan benar oleh suatu tindakan tertentu. Pragmatisme
adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang membuktikan
dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat secara
praktis. Pegangan pragmatism adalah logika pengamatan.
vi. Neo-kantianisme dan neo-tomisme. Filsafat dalam aliran ini dianggap sebagai
epistemologi dan kritik ilmu pengetahuan.

11
4. FILSAFAT ISLAM

Pemikiran dalam filsafat Islam dimulai kira-kira pada tahun 700 M, dan periode ini sering
dinamakan periode skolastik sampai pada tahun 1450. Filsafat skolastik ialah filsafat yang
berusaha memecahkan secara rasional mengenai persoalan-persoalan logika, sifat ada,
kebendaan, kerohanian dan akhlak dengan tetap menyesuaikan pada kitab suci. Filsafat skolastik
dibagi menjadi dua periode yaitu sebagai berikut.

1. Periode Mutakallimin

Pada periode ini muncullah beberapa mazhab, yaitu Al-Khawarij, Murjiah, Qadariah,
Jabariah, Mu’tazailah dan Ahli Sunnah Wal Jama’ah.

Mazhab Al-Khawarij berpendapat bahwa setiap orang dari umat Muhammad yang terus-
menerus berbuat dosa besar dan hingga matinya belum juga tobat, maka orang itu dihukum mati
kafir dan kekal di dalam neraka.

Mazhab Murjiah, artinya ‘melambatkan’ atau ‘menangguhkan’ pada balasan Tuhan di


hari akhir. Mazhab ini berpendapat bahwa keputusan tentang baik dan buruknya seorang khalifah
bukun urusan manusia, akan tetapi terserah pada Allah.

Mazhab Qadariah timbul di Irak yang muncul pda tahun 689. Mazhab ini berpendapat
bahwa kalau Tuhan itu adil, maka Tuhan akan menghukum orang yang bersalah dan memberi
pahala kepada orang yang berbuat baik. Manusia harus bebeas dalam menentukan nasibnya
sendiri dengan memilih perbuatan yang baik ataupun buruk.

Mazhab Jabariah juga sering disebut mazhab Jahanamiah, timbul di Khurasan (Persia).
Mazhab in berpandangan bahwa Allah menentukan dan memutuskan segala amal perbuatan
manusia. Segala amal perbuatan manusia sejak awal telah diketahui oleh Allah. Semua amal
perbuatan itu hanya berlaku dengan qodrat dan iradat Allah saja. Manusia tidak ikut
mencampurinya.

Mazhab Mu’tazailah didirikan oleh Al-Ghazali, ia berpendapat bahwa seorang muslim


yang melakukan dosa besar termasuk golongan yang tidak mukmin dan tidak kafir, tetapi di
antara keduanya.
12
Mazhab Ahli Sunnah Wal Jama’ah. Ahli Sunnah berpendapat bahwa iman adalah
kepercayaan di dalam hati yang diucapkan dengan lisan, sedangkan amal perbuatannya
merupakan syarat sempurnanya iman itu. Orang yang berbuat dosa besar kemudian meninggal
sebelum bertobat, hukumnya terserah Allah.

2. Periode Filsafat Islam

Dalam periode ini para filsuf berusaha untuk menyelidiki hakikat sesuatu termasuk
ketuhanan dan alam. Dengan terjadinya pertukaran kebudayaan di antara bangsa dari seluruh
pelosok penjuru dunia, maka pemikiran filsafat Islam juga ikut masuk ke negara lain terutama ke
dunia Barat baik melalui aktivitas kerajaan, terjemahan buku dan perpustakaan, pengiriman
mahasiswa dan pengaruh dari pemikiran bangsa-bangsa dari modernisasi Barat.

Adapun karakteristik filsafat Islam7 yaitu.

1. Sebagai filsafat religious-spiritual

Dikatakan filsafat religious, karena filsafat Islam tumbuh di Jantung Islam dan tokoh-
tokohnya dididik dengan ajaran-ajaran Islam, ataupun semangat Islam dan hidup dengan suasana
Islam. Topic-topik yang terkandung dalam filsafat Islam bersifat religious, bermula dengan
mengesakan Tuhan dan menganalisa secara universal kemudian menggambarkan Allah Yang
maha Agung adlah bersifat abstrak dan suci, dimana keesaan mutlak dan kesempurnaan total
bagi-Nya. Karena Ia adalah pencipta, menciptakan alam sejak azali mrngatur dan menatanya.
Filsafat religious ini sangat memberikan perhatian kepada jiwa karena di dalam jiwa manusia
terdapat Nur dan Ilahi.Filosof Islam berpendapat bahwa ruh merupakan sumber gerak dan
sebagian saran kebahagiaaan.

2. Sebagai filsafat rasional

Filsafat rasional sangat bertumpu pada akal dalam menafsirkan problematika ketuhanan,
manusia dan alam.Karena akal merupakan sesuatu pertama yang diciptakan Allah.Terdapat 2
tugas akal.Pertama bertugas mengendalikan badan dan tingkah laku, kedua, menerima
pandangan-pandangan inderawi.Pada kenyataannya para filosof Islam memiliki kecenderungan

7
Nuryahya.dkk,loc.cit

13
rasional sejalan dengan Mu1tazilah yang mengagungkan akal.Mereka sepakat bahwa kebebasan
berkehendak dan kemerdekaan manusia untuk berbuat.Mereka mengartikan teks-teks agama
yang tidak sejalan dengan logika. Dan untuk mewujudkan itu, mereka mengadakan berbagai
jenis majelis dan diskusi.

3. Filsafat sinkretis

Adalah filsafat yang memadukan pemikiran atau pendapat antara filosof. Sebagaimana
bangsa Arab yang sebagian besar telah dipengaruhi oleh kebudayaan Yunani, dalam filosofi
mereka setelah menaklukkan Laut Tengah mereka tidak hanya mempelajari bahkan
menterjemahkan dialog dan buku atau karya dari Plato dan Aristoteles. Kedua tokoh inilah yang
mempengaruhi banyak aliran islam karena Ia merupakan titik awal yang melandasi para filosof
selanjutnya.

4. Filsafat yang berhubungan kuat dengan ilmu pengetahuan

Filsafat Islam berhubungan kuat dengan ilmu pengetahuan karena dalamkajjian filosof
terdapat ilmu pengetahuan dan problematika saintis, dan sebaliknya dalam kajian saintis terdapat
prinsip dan teori filosofis.Mereka memberikan pemecahan atas masalah fisika. Contohnya buku
al-syifa,ensiklopedi filsafat Arab terbesar, karena buku ini berisi logika, fisika, matematika dan
metafisika. Para filosof Islam adalah ilmuan diantara mereka ada ilmuan yang menonjol.
Misalnya al-Kindi adalah seorang ilmuan sebelum menjadi filosof, ia mengkaji masalah-masalah
sistematis dan fisis.

5. ILMU DAN FILSAFAT

Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang telah kita
tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan
pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini. Berfilsafat tentang ilmu
berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri apakah sebenarnya yang saya ketahui tentang
ilmu? Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-
pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Mengapa kita mesti mempelajari ilmu. Demikian juga
berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan yang telah kita ketahui:

14
Apakah ilmu telah mencakup segenap pengetahuan yang seyogyanya saya ketahui dalam
kehidupan ini? Dibatas manakah ilmu mulai dan di batas manakah dia berhenti? Kemanakah
saya harus berpaling di batas ketidaktahuan ini? Apakah kelebihan dan kegunaan ilmu? Ada tiga
karakteristik berpikir filsafat. Diantaranya yaitu sifat menyeluruh, sifat mendasar dan sifat
spekulatif.

DASAR-DASAR PENGETAHUAN

Pada buku ini dijelaskan beberapa dasar dari ilmu pengetahuan. Diantaranya yaitu.

1. Penalaran. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu


kesimpulan yang berupa pengetahuan. Sebagai kegiatan berpikir, penalaran mempunyai
irri-ciri tertentu yaitu: pertama, adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut
logika. Atau dapat juga dikatakan penalaran merupakan suatu proses berpikir logis. Ciri
yang kedua adalah proses berpikirnya bersifat analitik. Perasaan adalah suatu penarikan
kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Intuisi adalah suatu kegiatan berpikir yang
nonanalitik yang tidak mendasarkan diri pada pola pikir tertentu.
2. Logika. Logika dapat di defenisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih.
Logika ada dua yaitu: logika induksi dan logika deduksi. Logika Induksi merupakan cara
berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari kasus yang bersifat
individual. Sedangkan logika deduksi merupakan cara berpikir di mana dari pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
secara deduktif menggunakan pola berpikir silogisme. Disusun dari dua buah pertanyaan
dan sebuah kesimpulan
3. Sumber pengetahuan. Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar. Yang pertama adalah mendasarkan diri kepada
rasio dan yang kedua mendasarkan diri kepada pengalaman. Kaum rasionalis
mengembangkan paham apa yang kita kenal dengan rasionalisme sedangkan mereka
yang mendasarkan diri kepada pengalaman mengembangkan paham yang disebut dengan
empirisme
Kaum rasionalis beranggapan bahwa pengetahuan didapatkan lewat penalaran rasional
yang abstrak sedangkan kaum empirisme pengetahuan manusia didapatkan lewat bukti

15
konkret. Selain rasionalisme dan empirisme masih terdapat cara untuk mendapatkan
pengetahuan yaitu intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan
tanpa melalui proses penalaran tertentu. Suatu masalah dalam pikiran namun menemui
jalan buntu, tiba-tiba saja muncul di benak kita yang lengkap dengan jawabannya dan kita
merasa yakin bahwa itulah jawabannya namun kita tidak bisa menjelaskan bagaimana
caranya kita sampai kesana. Intuisi bersifat personal dan tidak bisa diramalkan. Wahyu
merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada para nabi dan rasul-
rasulnya.
4. Kriteria Kebenaran. Sesuatu yang dianggap benar apabila pernyataan dan kesimpulan
konsisten dengan pernyataan dan kesimpulan yang terdahulu yang telah dianggap benar.
Teori ini disebut teori koherensi. Atau dapat disimpulkan bahwa teori koherensi adalah
suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten
dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar.

EPISTEMOLOGI : CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

1. Jarum Sejarah Pengetahuan. Konsep dasar pengetahuan waktu dulu adalah kriteria
kesamaan bukan perbedaan. Tetapi setelah berkembangnya abad penalaran pada
pertengahan abad ke 17 konsep dasarnya berubah dari kesamaan kepada perbedaan
berbagai pengetahuan yang mengakibatkan timbulnya spesialisasi pekerjaan dan
konsekuensinya mengubah struktur kemasyarakatan. Pohon pengetahuan mulai dibeda-
bedakan berdasarkan apa yang diketahuai, bagaimana cara mengetahui dan untuk apa
pengetahuan itu dipergunakan8
2. Pengetahuan. Pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui
tentang suatu obyek tertentu. Termasuk didalamnya adalah ilmu. Setiap jenis
pengetahuan memiliki ciri-ciri yang spesifik mengenai apa ( ontologi ), bagaimana
gaimana ( epistemologi ) dan untuk apa ( aksiologi ). Ilmu mempelajari alam
sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita. Usaha untuk
mengetahui gejala ualam sudah dimulai sejak dulu kala melalui mitos. Tahap selanjutnya
yaitu dengan mengembangkan pengetahuan yang mempunyai kegunaan praktis dan

8
Fitri.lidia.2013.”Filsafat Pendidikan”,dalam https://id.scribd.com/doc/283680407/A-KESIMPULAN-BUKU-
FILSAFAT-ILMU-KARANGAN-JUJUN-S-SURIASUMANTRI

16
berakar pada pengalaman berdasarkan akal sehat yang didukung oleh metode mencoba-
coba. Perkembangan ini menyebabkan tumbuhnya pengetahan yang disebut seni terapan.
Akal sehat dan coba-coba mempunyai peranan penting dalam usaha manusia untuk
menemukan penjelasan mengenai berbagai gejala alam. Perkembangan selanjutnya
adalah tumbuhnya rasionalisme yang secara kritis mempertanyakan dasar-dasar pikiran
yang bersifat mitos. Lalu berkembang lagi kearah empirisme yang menyatakan bahwa
pengetahuan yang benar itu didasarkan kepada kenyataan pengalaman.
3. Metode Ilmiah. Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu. Metodologi merupakan suatu pengkajian dalam mempelajari
peraturan-peraturan yang terdapat dalam metode ilmiah. Alur berpikir yang tercakup
dalam metode ilmiah adalah sebagai berikut yaitu: pertama, perumusan masalah, Kedua,
Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis yang merupakan argumentasi
yang menjelaskan hubungan yang mungkin terdapat antara faktor yang saling mengait
dan membentuk konstelasi permasalahan, ketiga. Perumusan hipotesis yang merupakan
jawaban sementara. Keempat, pengujian hipotesis. Kelima. Penarikan kesimpulan9
4. Struktur Pengetahuan Ilmiah. Pengetahuan yang di proses menurut metode ilmiah
merupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan dan dapat disebut
pengetahuan ilmiah atau ilmu. Pada hakikatnya pengetahuan ilmiah mempunyai tiga
fungsi yakni menjelaskan, merencanakan dan mengontrol. Sebuah teori pada umumnya
terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakikatnya merupakan pernyataan yang
menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
Makin tinggi keumuman konsep maka makin tinggi teoritis konsep tersebut. Pengetahuan
ilmiah dalam bentuk teori dan hukum harus mempunyai tingkat keumuman yang tinggi
atau secara idealnya harus bersifat universal. Dalam ilmu sosial untuk meramalkan
menggunakan metode proyeksi, pendekatan struktural, analisis kelembagaan atau tahap-
tahap perkembangan. Penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengetahuan baru
yang sebelumnya belum pernah diketahui dinamakan penelitan murni atau penelitian
dasar. Sedangkan penelitian yang bertujuan untuk mempergunakan pengetahuan ilmiah
yang telah diketahui untuk memecahkan masalah kehidpan yang bersifat praktis
dinamakan penelitian terapan.

9
Ibid

17
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN
Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya
terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika retorika, etika ekonomi, politik dan estetika
(filsafat keindahan) (Aristoteles). Lahirnya filsafat di Yunani diperkirakan pada abad ke-
6 Sebelum Masehi. Sejarah filsafat barat dibagi dalam empat periode yaitu; zaman
Filsafat Yunani Kuno, Zaman Abad Pertengahan, zaman Modern dan Zaman Masa Kini.
Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah,
serta menetapkan nilai dan usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
Implikasi mempelajari filsafat diperlukan pengetahuan dasar yang memadai tentang
ilmu, baik ilmu alam maupun ilmu sosial, supaya para ilmuan memiliki landasan berpijak
yang kuat dan menyadarkan seorang ilmuwan agar tidak terjebak ke dalam pola
pikir hanya berpikir murni dalam bidangnya mengaitkannya dengan kenyataan yang ada
di luar dirinya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Fitri.lidia.2013.”Filsafat Pendidikan”.Dalam https://id.scribd.com/doc/283680407/A-


KESIMPULAN-BUKU-FILSAFAT-ILMU-KARANGAN-JUJUN-S-SURIASUMANTRI

Arief.verdico.2008.”Filsafat Ilmu”. Dalam https://id.scribd.com/doc/15892016/Makalah-


FILSAFAT-ILMU-Filsafat-Ilmu

Surajiyo.2014.Ilmu Filsafat Suatu Pengantar.Jakarta:PT Bumi Aksara

19

Anda mungkin juga menyukai