Anda di halaman 1dari 17

KELOMPOK 10 :

Amanda Foury Layyinatushifa

Al-Mos Falah Akbar

Siti Mutiawati

SEJARAH FILSAFAT
Pembimbing ke filsafat tak akan lengkap tanpa sepatah kata tentang perkembangan
filsafat sepanjang sejarah. Sejarah filsafat ialah penyelidikan ilmiah mengenai perkembangan
pemikiran filsafat dari seluruh bangsa manusia dalam sejarah. sejarah filsafat itu belumlah
"filsafat", sejarah filsafat hanyalah "sejarahnya"!.
Apabila sejarah filsafat dianggap satu-satunya pengantar, bahkan satu-satunya filsafat,
itu kami anggap kurang tepat. Lagi pula dilihat dari sudut pandang berbeda, pembimbing
yang melulu "historis" saja kami anggap kurang pada tempatnya karena banyaknya aliran
aliran dan pendapat-pendapat yang sering bertentangan satu sama lain. Hal itu dengan mudah
dapat menimbulkan salah faham dan menghasilkan kekecewaan belaka. Tetapi jika pengantar
historis itu diberikan di samping pengantar sistematis maka ia akan sangat besar faedahnya.
Sering kali persoalan-persoalan filsafat hanya dapat dipahami jika dilihat perkembangan
sejarahnya. Ahli-ahli besar seperti Aristoteles, Tho mas Aquino, Immanuel Kant itu hanya
dapat dimengerti dari aliran-aliran yang mendahului mereka. Aliran yang satu biasanya
merupakan reaksi atau syntesis dari aliran lain. Dan dari seluruh perjalanan pemikiran filsafat
itu menjadi kentara juga persoalan persoalan manakah yang selalu tampil kembali bagi setiap
kurun masa, bagi setiap bangsa dan setiap orang.
Sejarah lahirnya dan perkembangan filsafat sama tuanya dengan sejarah kelahiran dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang muncul pada masa peradaban kuno. Asal muasal
lahirnya filsafat adalah dalam upaya mencari kebenaran, menyelidiki hakikat yang
sebenarnya mengenai segala sesuatu secara sungguh-sungguh. Sama halnya dengan filsafat,
bahwa ilmu itu mengejar kebenaran, artinya ilmu pengetahuan berusaha untuk mencapai
persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya. Sejarah filsafat adalah uraian suatu
peristiwa yang berkaitan dengan hasil pemikiran filsafat. Di dalamnya memuat berbagai
pemikiran kefilsafatan yang beraneka ragam, mulai dari zaman pra-Yunani atau sering
disebut dengan zaman kuno hingga zaman modern.
TUJUAN SEJARAH FILSAFAT
Tujuan mempelajari sejarah filsafat ini untuk mengetahui pemikiran filsafat para ahli
pikir atau filosof tentang berbagai ragam pemikiran dari dahulu hingga sekarang. Di dalam
sejarah filsafat akan diketahui pemikiran pemikiran yang cemerlang hingga hasil pemikiran
tersebut dapat mengubah dunia melalui gagasan dan ide-ide yang monumental.
Barangkali sudah menjadi sifat manusia yang ingin mengerti segala sesuatu yang ada,
bahkan yang mungkin ada. Namun demikian, sekalipun penyelidikan orang dalam ilmu sudah
amat mendalam, tetapi belum sedalam-dalamnya, karena tujuan ilmu bukan untuk menggali
objek sedalam dalamnya, ia membatasi diri. Adapun batasannya ialah pengalaman. Tentu saja
tidak selalu penggalian itu tercapai, jadi ada keterbatasannya, tetapi ia diusahakan supaya
ketebatasannya lenyap dan tenaganya dicurahkan tercapai kebenaran. supaya
Berbeda dengan ilmu, filsafat berusaha mencari kebijaksanaan, menye lidiki hakikat
yang sebenarnya dari segala sesuatu, usaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya tentang
segala sesuatu, segala yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan ilmu, seperti yang
disebutkan di atas, membatasi diri, berhenti pada dan berdasarkan atas pengalaman. Filsafat
tidak membatasi diri, ia berusaha mencari keterangan yang sedalam-dalamnya. Dengan demi
kian, dapat dikatakan bahwa yang menjadi objek filsafat ialah segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada.
Dikarenakan filsafat itu menyelidiki segala sesuatu, maka dapat dikata kan bahwa
filsafat berupaya mencari penyelesaian segala persoalan yang terdapat di dunia. Adapun
upaya yang dilakukan adalah untuk mencapai kebenaran dalam segala bidang, yang meliputi
pikiran atau budi manusia, tingkah laku, nilai tingkah laku, tujuan hidup. Ringkasnya segala
sesuatu yang menyangkut soal kehidupan, baik kehidupan di dunia ini maupun kehidupan
sesudah dunia ini. Oleh karena itu, seringkali filsafat disebut sebagai pedoman hidup.
PERIODE SEJARAH FILSAFAT
A. FILSAFAT BARAT

A. Lahirnya Filsafat di Yunani ( 600 Sebelum Masehi – 500 Sesudah Masehi )


Lahirnya filsafat di Yunani diperkirakan pada abad ke-6 Sebelum Masehi. Timbulnya
filsafat di tempat itu disebut peristiwa ajaib (the greek miracle). Ada beberapa faktor yang
sudah mendahului dan seakan-akan mempersiapkan lahirnya filsafat di Yunani. K. Bertens
menyebutkan ada tiga faktor, yaitu sebagai berikut.

 Seperti pada bangsa-bangsa sekitarnya,bangsa Yunani terdapat suatu mitologi yang


kaya serta luas. Mitologi ini dapat dianggap sebagai perintis yang mendahului
filsafat, karena mite-mite sudah merupakan percobaan untuk mengerti. Mite yang
pertama mencari keterangan tentang asal usul alam semesta biasanya disebut mite
kosmogonis, sedangkan mite yang kedua mencari keterangan tentang asal usul serta
sifat kejadian alam semesta disebut mite kosmologis. Khusus bangsa Yunani bahwa
mereka mengadakan berbagai usaha untuk menyusun mite-mite yang diceritakan oleh
rakyat menjadi suatu keseluruhan yang sistematis. Karena dengan mencari suatu
keseluruhan yang sistematis, mereka sudah menyatakan keinginan untuk mengerti
hubungan mite-mite satu sama lain dan menyingkirkan mite yang tidak dapat
dicocokkan dengan mite lain.
 Kesusteraan Yunani yaitu Dua karya puisi Homeros yang berjudul Ilias dan Odyssea
mempunyai kedudukan istimewa dalam kesusteraan Yunani. Syair-syair dalam karya
tersebut sudah lama digunakan sebagai semacam buku Pendidikan untukrakyat
Yunani.Dalam dialog yang Bernama Politeia, Plato mengatakan Homeros telah
mendidik secara Hellas.Karena puisi Homeros pun sangat digemari oleh rakyat untuk
mengisi waktu luang dan serentak memiliki nilai edukatif
 Orang Yunani tentu berutang budi kepada bangsa lain dalam menerima beberapa
unsur ilmu pengetahuan. Seperti ilmu ukur dan ilmu hitung Sebagian berasal dari
Mesir. Pengaruh Babbylonia dalam perkembangan ilmu astronomi di negeri Yunani.
Orang Yunani telah mengolah unsur-unsur tadi dengan cara yang tidak pernah
disangka-sangka oleh bangsa Mesir dan Babbylonia. Baru pada bangsa Yunani lah
didapatkan ilmu pengetahuan yang bercorakdan sungguh-sungguh ilmiah.

Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali
berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban rasional tentang berbagai problem
yang diajukan oleh alam semesta. Logos ( akal budi, rasio ) mengganti Mythos. Dengan
melepas diri dari mythos-mythos dan mencari pertanggungan jawab yang rasional daripada
kenyataan mencari apa yang tetap dan kekal dalam kenyataan yang berubah-ubah. Realistis,
terang, tajam dalam perumusan-perumusan, teratur dan rapi.
B. PERIODISASI FILSAFAT BARAT

 Zaman Yunani Kuno ( Pra Socrates ) 600 SM- 400 M


Filsafat alam mencari penjelasan daripada alam, khususnya terjadinya segala-galanya dari
prinsip pertama ( arche ). Beberapa tokoh dikenal dengan nama filsuf pertama atau filsuf
alam. Mereka mencari unsur induk dari arche yang dianggap asal dari segala sesuatu.
Menurut :

a) Thales mengatakan bahwa Arche itu Air. Karena air adalah pusat dan sumber
yang ada atau pokok dari segala sesuatu.segala sesuatu berasal dari air dan
Kembali ke air
b) Anaximandros bahwa Arche itu to apeiron yaitu ‘Yang Tak Terbatas’. Apeiron
itu dapat dirupakan, tidak ada persamaannya dengan salah satu barang kelihatan
itu, yang dapat ditentukan rupanya dengan pancaindra kita adalah barang yang
mempunyai akhir yang berhingga.
c) Anaximenes berpendapat bahwa Arche itu udara. Udara adalah unsur kehidupan.
Udara adalah dasar hidup. Tidak ada sesuatu pun yang hidup tanpa udara. Oleh
karena itu, ia dapat menerima ajaran gurunya, bahwa "jiwa itu serupa dengan
udara"
d) Pythagoras mengatakan Arche adalah bilangan. Kecakapan dia dalam matematik
mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia
melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsur angka.
e) Heraklitos berpendapat bahwa Arche adalah api, ia juga berpendapat bahwa
segala sesuatu terus mengalir.
f) Parmendes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.

 Zaman Keemasan ( Zaman Athena ) 508 – 322 SM


Pada waktu Athena dipipmpin oleh Prikles, Pada saat itu memusatkan penyelidikan pada
manusia. Filsafat alam tidak dapat memberikan jawaban yang memuaskan, maka timbulah
kaum “sofis” kegiatan mereka adalah mengajarkan kepada kaum muda. Sebagaimana yang
dikatakan Protaghoras , “ manusia adalah ukuran untuk segala-galanya”, Kemudian dalam
filsafatnya plato mengatakan “realitas seluruhnya terbagi atas dua dunia yang hanya terbuka
bagi panca indera dan dunia yang hanya terbuka bagi rasio kita. Dunia yang pertama adalah
dunia jasmani yang kedua dunia ide”.
Pendapat tersebut dikritik olrh Aristoteles dengan mengatakan bahwa yang ada itu adalah
manusia-manuasia yang konkret. “Ide manusia” tidak terdapat dalam kenyataan. Aristoteles
adalah filsuf realis, dan sumbangannya kepada perkembangan ilmu pengetahuan dalam ilmu
pengetahuan adalah mengenai abstraksi, yakni aktivitas rasional dimana seseorang
memperoleh pengetahuan. Menurut Arsitoteles ada tiga macam abstraksi, yakni abstraksi
fisis, matematis, dan metafisis.
Abstraksi yang ingin menangkap pengertian dengan membuang unsur unsur individual
untuk mencapai kualitas adalah abstraksi fisis. Abstraksi dimana subjek menangkap unsur
kuantitatif dengen menyingkirkan unsut kualitatif disebut abstraksi sistematis. Abstraksi
dimana seorang menangkap unsur-unsur lain disebut abstraksi metafisis. Teori tentang materi
dan bentuk. Keduanya prinsip metafisis, materi adalah prinsip yang tidak ditemukan
sedangkan bentuk yg menentukan. Teori “Hylemorfisme”
 Zaman Helinitis dan Romawi (323-30 SM)
Pada zaman Alexander Agung telah berkembang sebuah kebudayaan trans nasional yang
disebut kebudayaan Hellinistis, Kebudayaan Yunani sudah mencakup seluruh wilayah yang
ditaklukan Alexander Agung. Dalam bidang filsafat, Athena tetap menjadi suatu pusat yang
penting. Dalam bidang filsafat yang terus berkembang, namun pada saat itu tidak ada filsuf
besar, kecuali Plotinus. Pada saat itu muncul beberapa aliran berikut :
a) Stoisisme : Menurut paham ini,jagat raya ditentukan oleh kuasa kuasa yang
disebut “logos”. Oleh karena itu, segala kejadian berlangsung menurut ketetapan
yang tidak dapat dihindari. Pada masa ini hendak memberikan ajaran hidup
praktis, agak materialis, memperkembangkan logika lebih lanjut.
b) Epikurisme : Segala sesuatu terdiri atas atom atom yang senantiasa bergerak.
Manusia akan bahagia jika mau mengakui susunan dunia ini dan tidak boleh takut
pada dewa dewa. Materialistis dan “akuistis” : kebahagiaan adalah kepuasan diri,
“permulaan dan akar kebaikan adalah kenikmatan perut”
c) Skeptisisme : Mereka berpikir bahwa bidang teoretis manusia tidak sanggup
mencapai kebenaran. Sikap umum mereka adalah kesangsian.
d) Eklektisisme : Suatu kecenderungan umum yang mengambil berbagai unsur,
filsafat dari aliran-aliran lain tanpa berhasil mencapai suatu pemikiran yang
sungguh-sungguh.
e) Neo Platonisme : Paham yang ingin menghidupkan Kembali filsafat plato.
Tokohnya adalah Plotinus. Seluruh filsafat berkisar pada Allah sebagai “yang
satu” segala sesuatu berasal dari “yang satu” dan ingin Kembali kepadanya.

 Zaman Abad Pertengahan, ( 100-1600 )


a) Periode Patristik : Berasal dari kata latin Patres yang berarti bapa-bapa gereja,
ialah ahli agama Kristen pada abad permulaan agama Kristen. Mulai tersebar
dengan ajaran-ajaran tentang Tuhan, manusia dan dunia, dan etikanya. khususnya
mengenai soal-soal tentang kebebasann manusia, kepribadian, kesusilaan dan sifat
Tuhan. Periode ini melalu 2 tahap,yakni :
 Permulaan agama Kristen. Setelah mengalami berbagai kesukaran terutama
mengenai filsafat Yunani maka agama kristren memantapkan diri. Keluar
memperkuat gereja dan kedalam menetapkan dogma-dogma
 Filsafat Agustinus merupakan ahli filsafat yang terkenal pada masa patristic.
Agustinus melihat dogma-dogma sebagai suatu keseluruhan.
b) Periode Skolastik : satunya pemikir yang tampil ke muka ialah : Skotus Erigena
( 810-877) Skolastik,disebut demikian karena filsafat diajarkan pada Universitas-
universitas pada waktu itu. Persoalannya tentang pengertian umum.Filsafat
mengabdi kepada Theologi. Periode ini melalui 3 tahap, yakni :
 Periode skolastik awal (tahun 900 - 1200 M) Ditandai oleh pembentukan
metode yang lahir karena hubungan yang rapat antara agama dan filsafat. Pada
masa awal ini yang terlihat adalah persoalan universalia.
 Periode puncak perkembangan skolastik (tahun 1300 M) Ditandai oleh
keadaan yang dipengaruhi oleh Aristoteles akibat kedatangan ahli filsafat Arab
dan Yahudi. Puncak perkembangan terjadi pada masa Thomas Aquinas.
 Periode skolastik akhir (tahun 1400 - 1500 M) Ditandai dengan pemikiran
kefilsafatan yang berkembang ke arah nominalisme, yaitu aliran yang
berpcndapat bahwa universalisme tidali memberi petuniuk tentang aspek yang
sama dan umum mengenai adanya sesuatu hal. Pengertian umum hanya
momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang objektif.

c) Zaman Islam
Pengalihan pengetahuan ilmiah dan Filsafat Yunani ke dunia Islam, dan penyerapan serta
pengintegrasian pengetahuan itu oleh umat Islam, merupakan sebuah catatan sejarah yang
unik. Sebagai contoh konkret dapat disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memberikan
pengaruh yang besar pada mazhab-mazhab Islam, khususnya mazhab eklektisisme. Bahkan
bisa dikatakan para filosof Muslim mulai dari Al-Kindi sampai Ibn Rusyd terlibat dalam
upaya rekonsiliasi tersebut, dengan cara mengemukakan pandangan-pandangan yang relatif
baru dan menarik. Sumbangan pemikir-pemikir tokoh-tokoh islam:
a) Al-Kindi, disamping menerjemahkan karya filsafat Yunani, kontribusinya
menyekaraskan filsafat dan Agama. Al-Kindi dikenal pula sebagai geografer
pertama yang memperkenalkan percobaan ke dalam ilmu bumi
b) Ibnu Rusdi (Averus), pemikir Muslim yang berpengaruh pada abad 12 M,
mengintegrasikan antara Islam dengan tradisi pemikiran Yunani
c) Al-Biruni disepakati para pakar sebagai Bapak Geodesi karena kontribusinya
dalam pengembangan Geografi dan Geodesi, di mana Al-Biruni mempelajari
tehnik pengukuran bumi dan menemukan radius bumi 6.339,6 km padahal dunia
Barat belum mengenalnya
d) Al-Khawarizmi bersama 70 geografer Muslim lainnya mampu membuat peta
dunia pertama pada tahun 830 M
e) Qutubin Asy-Syirazi abad 13 mampu membuat peta Laut Putih / Laut Tengah
yang dihadiahkan kepada Raja Persia dan Yaqut Ar-Runi berhasi menulis 6 jilid
ensiklopedi Negeri-Negeri
f) Ibnu Batutta, abad 14 menemukan rute perjalanan baru di mana hampir 30 tahun
menjelajahi darat dan lautan keliling dunia. Kemudian Panglima Muslim Cheng
Ho dari Tiongkok menjelajahi sedikitnya 30 negara benua Asia dan Afrika dari
tahun 1403 sampai tahun 1433 M, kurang lebih 87 tahun sebelum penjelajah Barat
Christoper Columbus melakukannya bahkan jauh lebih awal dari petualangan
Vasco da Gama dari Spanyol
g) Al-Gazali (1059-1111) filsuf besar islam yang mengarang Ihya Ulumuddin di
Spanyol.
h) Ibnu Zuhur terkenal sebagai perintis metode bedah manusia dan utopsi, Al-Sufi
yang oleh Barat dikenal dengan nama Azophi berhasil melakukan observasi dan
menjelaskan bintang-bintang, posisi, jarak dan warna bintang, Ibnu Al-Baitar
menguasi ilmu Farmasi pada abad 9 M padahal dunia Barat baru pada abad 12 M,
Ibnu Sina yang dikenal Barat Avicena menjelaskan sedikitnya 700 cara
pembuatan obat dengan kegunaannya dalam kitabnya “Canon of Medicine”, dan
masih banyak lagi dengan berbagai bidang.

 Zaman Modern ( Masa Renaissance – Masa Kant )


masa renaissance yang berarti kelahiran kembali, yaitu usaha untuk menghidupkan
kembali kebudayaan klasik (Yunani Romawi). Pembaruan terpenting yang kelihatan dalam
filsafat renaissance itu 'antroposentrisme'nya. Pusat perhatian pemikiran itu tidak lagi
kosmos, seperti zaman kuno, atau Tuhan seperti abad pertengahan, melainkan manusia.
Mulai zaman modern inilah manusia yang dianggap sebagai titik fokus dari kenyataan. Latar
belakang dan implikasi dari renaissance itu adalah sebagai berikut.
a) Pudarnya kekuasaan politik dan kekuasaan spiritual yang mengakibatkan lahirnya
cita-cita semangat pembaruan dan pembebasan.
b) Berkembangnya jiwa dan semangat individualisme.
c) Pertentangan (diskusi) antara universalia dan individualia berakhir dengan
kemenangan individualia. Hal ini menimbulkan akibat-akibat sebagai berikut:
o Warga masyarakat tidak lagi menerima dogma/agama yang digambarkan ada
di tangan pada masing-masing diri manusia
o Pandangan yang bercorak substansialistis dan metode pendekatan ilmiah
secara dedukatif, dikalahkan oleh metode-metode induktif dan empiris untuk
menemukan-menemukan kebenaran individual.
d) Timbul rasa kebanggan terhadap harta dan derajat manusia. Gejala ini
menunjukan manifestasinya kepada kepercayaan diri bahwa manusia dengan
kebebasan, nilai individualis yang optimal, dan kemampuan ilmiahnya merasa
mampu untuk menguasai alam semesta ini.
Zaman modern ditandai dengan munculnya rasionalisme Rene Descartes (1996-1650),
B.Spinoza (1632-1677), dan G.Libniz (1646-1716). Mereka menekankan pentingnya rasio
dan akal budi manusia. Yang berkembang di Perancis.
Pada abad ke-18 terkenal dengan zaman pencerahan, (einlighment,aufklarung) dengan
munculnya tokoh-tokoh empirisme. Istilah empirisme berasal dari kata Yunani empeiria yang
berarti pengalaman indrawi. Empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama
pengenalan, baik pengalaman lahiriah yang menyangkut dunia maupun pengalaman batiniah
yang menyangkut pribadi manusia saja.
Tokoh-tokoh empirisme antara lain, di Inggris John Locke (1632-1704), George
Berkeley (1684-1753), dan David Hume (1711-1776), di Prancis Jean Jacques Rousseau
(1712-1778), dan di Jerman Immanuel Kant (1724-1804). Selain itu, ditandai pula munculnya
aliran idealisme seperti J. Fichte (1762 1814), F. Schelling (1775-1854), dan G.W. Hegel
(1770-1831). (Lasiyo dan Yuwono, 1985, hlm. 53-54).
 Masa Kini
Masa kini dimulai abad ke 19 dan 20 dengan timbulnya berbagai aliran yang
berpengaruh seperti Positivisme, Marxisme, Eksistensialisme, Pragmatisme, Neo
Kantianisme, Neo Tomisme dan Fenomenologi. Aliran ini sangat terikat oleh keadaan negara
maupun lingkungan Bahasa sehingga dalam perkembangan terakhir lahirnya filsafat analistis
yang lahir sejak tahun 1950.

Penjelasan aliran-aliran sejarah filsafat masa kini :


a) Positivisme
Positivisrne dimulai oleh filsuf A. comte .A.comte menyatakan bahwa pemikiran setiap
manusia, pemikiran setiap ilmu dan pemikiran suku bangsa manusia pada umumnya melewati
tiga tahap yaitu tahap teologis, tahap metafisis,dan tahap positif-ilmiah.
Dalam tahap teologis, manusia percaya bahvra di belakang gejala alam terdapatkuasa
adokodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala tersebut. Kuasa-kuasa ini dianggap
sebagai makhluk yang memiliki rasio dan kehendak seperti manusia, tetapi orang percaya
bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi dari makhluk insani yang biasa' Tahap
teologis ini sendiri dapat dibagi lagi atas tiga periode. pada taraf paling primitif, benda-benda
sendiri dianggap berjiwa (animisme). Adapun pada taraf berikutnya manusia percaya pada
dewa-dewa yang masing-masiong menguasai suatu Iapangan tertentu; dewa Iaut, dewa
gunung, dewa halilintar, dan sebagainya (politeisme). Dan pada taraf lebih tinggi lagi
manusia memandang satu, Allah sebagai penguasa segala sesuatu (monoteisme).
Metafisika dijunjung tinggi dalam tahap ini. Akhirnya dalam tahap positif sudah tidak
diusahakan lagi untuk mencari penyebab yang terdapat di belakang fakta-fakta. Baru dalam
tahap terakhir ini dihasilkan ilmu pengetahuan dalam arti yang sebenarnya.Dalam abad ke 20,
positivisme diperbarui dalam neo positivisme, suatu aliran yang asalnya dari Wina.
b) Marxisme
Pemikiran Karl Marx ditunjukkan dengan materialis dialektis dan materialisme historis.
Dalam ajaran mengenai materialisme dialektis bahwa kenyataan kita akhir nya hanya terdiri
atas materi yang berkembang melalui suatu proses dialektis (tesa-antitesa-sintesa). Salah satu
prinsip materialisme dialektis ialah bahwa perubahan dalam kuantitas dapat mengakibatkan
perubahan dalam kualitas. taraf kuantitatif dapat menghasilkan sesuatu yang sama sekali
baru. Dengan cara itulah kehidupan berasal dari materi mati dan kesadaran manusiawi berasal
dari kehidupan organis.
Proses dialektik sendiri sebenarnya adalah pemikiran Hegel dipakai juga oleh Karl Marx.
Pemikiran Hegel mengenai proses dialektika selalu terdiri atas tiga fase. Ada suatu fase
pertama (tesis) yang menampilkan lawannya (antitesis), yaitu fase kedua. Akhirnya
timbullah fase ketiga yang memper damaikan fase pertama dan kedua (sintesis). Dalam
sintesis itu tesis dan antitesis menjadi aufgehoben, kata Hegel. Aufgehoben berarti dicabut,
ditiadakan, tidak berlaku lagi. Itu memang dimaksudkan karena adanya sintesis, maka tesis
dan antitesis sudah tidak ada lagi; sudah lewat. Di lain pihak kata tersebut berarti juga
diangkat, dibawa kepada taraf lebih tinggi. Itu juga dimaksudkan Hegel dalam sintesis masih
terdapat tesis dan antitesis, tetapi kedua-duanya diangkat kepada tingkatan baru. Dengan
perkataan lain, dalam sintesis baik tesis maupun antitesis mendapat eksistensi baru. Dengan
perkataan lain lagi, kebenaran yang terkandung dalam tesis dan antitesis tetap disimpan
dalam sintesis, tetapi dalam bentuk lebih sempurna. Proses ini akan berlangsung terus.
Sintesis yang dihasilkan dapat menjadi tesis pula yang menampilkan antitesis lagi dan
akhirnya kedua duanya dapat diperdamaikan menjadi sintesis baru.

Pada ajaran materialisme historis, pikiran dasarnya adalah bahwa arah yang ditempuh
sejarah sama sekali ditentukan atau dideterminir oleh perkembangan sarana produksi yang
materiil. Meskipun sarana produksi merupakan buah hasil pekerjaan manusia, namun arah
sejarah tidak tergantung dari kehendak manusia. Sebagaimana juga materi sendiri, sejarah
pun dideterminir secara dialektis bukan secara mekanistis.
Karl Marx berkeyakinan bahwa sejarah manusia menuju ke suatu keadaan ekonomis
tertentu, yaitu komunisme, di mana milik pribadi akan diganti dengan milik bersama.
Perkembangan menuju fase sejarah ini akan berlangsung secara mutlak dan tidak mungkin
dihindarkan. Akan tetapi, manusia dapat mempercepat proses ini menjadi lebih sadar dengan
aksi-aksi revolusioner yang berdasar atas penyadaran itu. (Bertens, 1988, hlm. 89)
c) Eksistensialisme
Dalam abad ke 20 eksistensialisme menjadi aliran filsafat yang sangat penting. Filsuf-
filsuf paling besar dari eksistensialisme adalah K. ]aspers, M. Heidegger, f.P. Sartre, G.
Marcel, dan Merleu Ponty.
Dalam filsafat Eksistensi cara manusia berada di dalam dunia berbeda dengan cara
berada benda-benda. Benda-benda tidak sadar akan keberadaannya, juga berada disamping
yang lain tanpa melihat hubungannya sama sekali. Tidak dernikian dengan cara keberadaan
manusia. Manusia berada bersama-sama dengan benda-benda itu. Benda-benda itu menjadi
berarti karena manusia. Di samping itu, manusia berada bersama-sama dengan sesama
manusia. Cara bedakan ini di dalam filsafat eksistensialisme dikatakan bahwa benda-benda
“berada”, sedangkan manusia “bereksistensi”. Jadi, kata eksistensi diartikan sebagai
manusia berdiri sebagai dirinya sendiri dengan cara keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa
dirinya tersebut ada.
Bereksistensi oleh Heidegger disebut dasein, da (disana) dan sein (berada), sehingga kata
ini berarti berada disano, yaitu di tempat. Manusia senantiasa menempatkan diri di tengah-
tengah dunia sekitarnya sehingga ia terlibat dalam alam sekitarnya dan bersatu dengannya.
Eksistensialisme adalah filsafat yang bersifat teknis, yang terjelma dalam berbagai
macam sistem.Sekalipun demikian ada juga ciri-ciri yang sama, yang menjadikan sistem itu
dapat dicap sebagai eksistensialisme. Ciri yang dimiliki bersama itu diantaranya adalah:
o Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya
manusialah yang bereksistensi, cara khas manusia berada. Pusat perhatian ada pada
manusia, sehingga bersifat humanistis.
o Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya
secara aktif, bereksistensi berarti berbuat, menjadi sesuatu, merencanakan. Setiap saat
manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaannya.
o Di dalam eksistensialisme, manusia dipandang sebagai sesuatu yang terbuka. Manusia
adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk Pada hakikatnya manusia
terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih kepada sesame manusia.
o Eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkret, namun arti
pengalaman ini berbeda-beda- Heidegger memberi tekanan kepada kematian, yang
menjruramkan segala sesuatu. Bagi Marce! pengalaman yang konkret tersebut lebih
ditekankan kepada pengalaman keagamaan, sementara fasper menekankan kepada
kematian, penderitaan, perjuangan, dan kesalahan.
d) Fenomenologi
Metode Fenomenologi berasal dari E. Husserl (1859-1938), dan kemudian
dikembangkan oleh M.Scheler (1874-7928), dan M. Merleau Ponty. Fenomenologi
mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi.
Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani fenomenon, yaitu sesuatu yang tampak,
yang terlihat karena bercahaya, yang dalam Bahasa Indonesia berarti “gejala”. Jadi,
fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau gejala sesuatu yang
menampakkan diri. Kata fenomenon atau gejala dapat dipakai dalam berbagai arti. Kata
fenomenon dapat dipertentangkan dengan kata “kenyataan”. Fenomenon bukanlah hal yang
nyata, tetapi sesuatu yang “semu”.
Di dalam filsafat fenomenologi, suatu fenomen tidak perlu harus dapat diamati dengan
indra, sebab fenomenon dapat juga dilihat secara rohani. Fenomenon juga tidak perlu dalam
bentuk suatu peristiwa, sehingga ienomenon bisa diartikan sebagai apa yang menampakkan
diri dalam dirinya sendiri
e) Pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang lahir di AS Sekitar 1900. Tokoh-tokoh
terpentingnya adalah W.James (1842-1920) dan J. Dewey (1959-1914). Pragmatisme
mengajarkan bahwa ide-ide tidak “benar” atau “salah” melainkan ide-ide dijadikan benar
oleh suatu tindakan.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis. Pengalaman pribadi diterimanya, asal bermanfaat, bahkan kebenaran mistis
dipandang sebagai berlaku juga, asal kebenaran mistis itu membawa akibat praktis yang
bermanfaat. ( Harun Hadiwijono,1990,hlm 130).
f) Neo-Kantianisme dan Neo-Tomisme
Neo-Kantianisme berkembang terutama di Jerman. Filsafat dalam aliran ini dianggap
sebagai epistemolohi dan kritik ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh terpenting adalah E. Cassirer
(1874-1945), H.Ricket (1863-1936), H.Vaihinger (1852-1933). Neo-Tomisme berkembang di
dunia katholik di banyak negara di Eropa dan di Amerika ( Hary Hamersma, 1988, hlm 42-
44)
B. FILSAFAT TIMUR

A. Sejarah Filsafat Cina

A. Tema Yang Menonjol Filsafat Cina


Filsafat Cina erat hubungannya dengan keadaan alam dan masyarakat. Filsafat Cina
mempunyai ciri khusus, yaitu yang menjadi tema dari filsafat dan kebudayaan adalah
perikemanusiaan atau “jen”. Menurut Confusius “jen” itu mempunyai 2 segi, yaitu:
 Segi Positif : Chung “Apa yang kau suka dari orang lain berbuat kepadamu berbuatlah
hal baik itu kepadanya.
 Segi Negatif : Shu “Apa yang tidak kau suka orang lain berbuat kepadamu janganlah
kau berbuat hal itu kepadanya.”
Jika dibandingkan dengan filsafat Barat dan India. Filsafat Cina lebih antroposentris dan
pragmatis. Antroposentris karena memang dalam sejarah Cina fokusnya masalah manusia.
Pragmatis dalam arti bagaimana manusia itu ada keseimbangan antara dunia dan surga dapat
tercapai.
B. Periodisasi Filsafat Cina
Filsafat Cina dibagi dalam 4 Periode, yakni Zaman Kuno (600-200 SM),Zaman
Pembauran (200 SM-1000 SM).Zaman Neo-Konfusianisme (1000-1900 SM), dan Zaman
Modern (1900-sekarang)
 Zaman Kuno
Ditandai dengan munculnya aliran-aliran filsafat klasik antara berikut :
 Konfusianisme – Ju Chia
Aliran yang terdiri atas orang-orang terpelajar yang mempunyai keahlian di bidang kitab-
kitab klasik. Titik berat ajaran aliran ini di bidang etika. Etika konfusianisme didasarkan pada
kebutuhan manusia, yaitu kebutuhan akan kebahagiaan hidup.
 Taoisme : Tao te Chia
Suatu mahzab yang terdiri atas orang-orang terpelajar dan mengalami kekecewaan
karena keadaan negara pada saat itu mengalami kemunduran. Tokoh dari aliran ini Lao Tzu
dan Chuang Tzu. Pokok ajaran dari Taoisme terutama mengenai metafisika dan filsafat
sosial. Mahzab ini mengajarkan untuk mencapai kebahagaiaan manusia harus hidup dengan
wu wei, artinya tidak berbuat apa-apa, nonaction: tidak berbuat yang bertentangan dengan
alam. Maka manusia yang berbahagia menurut aliran ini adalah mereka yang hidup dekat
dengan alam. Seperti pertain,nelayan dan para biarawan.
 Mohisme atau Mo Chia
Aliran yang terdiri atas kelompok kaum ksatria yang telah kehilangan kedudukannya,
mereka menawarkan keahliannya dibidang peperangan kepada penguasa baru. Tokohnya Mo
Tzu ( 479-381 SM)

 Mazhab Yin Yang


Mazhab yang dipelajari oleh orang-orang yang pada mulanya mempunyai kedudukan
penting dalam istana. Menurut pandangan orang Cina. Yin dan Yang adalah 2 prinsip pokok
di alam semesta. Yin: Prinsip betina seperti bumi, bulan, air, hitam, kepasifan dan
sebagainya.Yang: Prinsip jantan seperti surga, matahari, api, putih, keaktifan dsb. Antara Yin&Yang
jika digabungkan akan memberikan pengaruh timbal balik dan terjadilah semua peristiwa yang ada di
alam semesta. Aliran ini mengajarkan bahwa di alam semesta ini ada 5 unsur asli, yaitu : tanah,
logam, api, air, kayu. Kelima unsur punya sifat productid dan desktruktif dalam keadaan yang
tertutup. Jadi, kelima unsur asali itu merupakan suatu kekuatan yang dinamis.
 Dialektisisme : Ming Chia
Aliran dialektisi dikenal juga dengan sebuah mazhab nama-nama. Aliran inin dipelopori oleh
orang-orang yang ahli dalam bidang debat dan pidato. Mereka menyalurkan kepandaiannya kepada
rakyat. Ajarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi pandangan agar orang dapat dengan mudah
untuk memberikan nama pada sesuatu objek.
 Legalisme : Fa Chia
Aliran yang dipelopori oleh orang-orang yang ahli di dalam bidang pemerintahan, mereka
menawarkan kepandaiannya kepada para penguasa diberbagai daerah. Mengajarkan bahwa
pemerintahan yang baik harus didasarkan pada kitab undang-undang yang tetap dan tidak didasarkan
pada pendapat orang berilmu. Baik dalam bidang pemerintahan maupun moral. Menurut
pandangannya setiap manusia itu jahat. Maka diberlakukan dengan kekerasan dn hukum yang ketat
agar tidak melanggar. Tokoh yang terkenal Han Fei Tzu dan Li Sse.

 Zaman Pembauran
Ditandai dengan masuknya Budhisme dari India, yang kemudian berkembang pesat di Cina dan
memberikan warna baru bagi pemikiran kefilsafatan Cina. Budhisme sendiri banyak berbaur dengan
alam pemikiran filsafat Cina sehingga kemudian melahirkan aliran baru dalam Budhisme Cina yang
diberi nama Ch’an Budhisme atau Ch’anisme. Juga muncul aliran Neo-Taoisme yang berikan arti
baru “Tao” sebagai “nirwana”. Puncak dari zaman pembaruan yang terjadi pada waktu pemerintahan
Dinasti Han, munculnya tokoh Tung Chung Shu.

 Zaman Neo-Konfusianisme
Ditandai dengan adanya Gerakan untuk Kembali ke ajaran ajaran-konfusius yang asli,

 Zaman Modern
Zaman modern pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang berasal dari
Barat, hal ini banyaknya paderi-paderi yang masuk kedaratan Cina. Aliran yang paling berpengaruh
adalah Pragmatisme yang berasal dari AS. Pada tahun 1950 daratan Cina dikuasai oleh pemikiran
Marx, Lenin dan tokoh yang terkenal Mao Ze Dong.
B. Sejarah Filsafat India

1. Ciri Khas Filsafat India


Menurut Rabindranath Tagore (1861-1941) filsafat India berpangkal pada keyakinan
bahwa ada kesatuan fundamental antara menusia dan alam, harmodi antara individu dan
kosmos. Harmoni ini harus disadaei supaya dunia tidak dialami sebagai tempat keterasingan
ataupun sebagai penjara. Orang India bukan belajar menguasai dunia, tetapi untuk berteman
dengan dunia.
Dibarat, sekalipun semua filsafat tumbuh dari perkembangan agama, namun lama
kelamaan filsafat memisahkan diri dari agama dan berdiri sendiri sebagai kekuatan rohani,
yang sering bahkan bertentangan dengan agama. Akan tetapi tidak dengan filsafat India.
Filsafat India tidak pernah berkembang sendiri lepas dari agama, serta menjadi suatu
kekuatan yang berdiri sendiri. Di India filsafat bersifat religious. Tujuan akhir filsafat adalah
keselamatan manusia di akhirant
Menurut Hadiwijono, pertumbuhan filsafat India keluar dari agama itu meliputi suatu
proses yang sangat pelan-pelan. Jikalau zaman Upanisad pada umumnya dipandang sebagai
saat kelahiran sang bayi filsafat India maka bayi asudah ada di dalam kandungan sang ibu
agana hindu selama lebih dari 10 abad.
3 sifat-sifat khusus yang membedakan filsafat India dan filsafat Yunani , yaitu:
 Suasana dan bakat orang India yang berlainan dengan bakat orang Yunani ( dalam
Bahasa)
 Seluruh pengatahuan dan filsafat diabdikan kepada usaha pembebasan.
 Berpangkal pada buku-buku kuno (veda) yang kekuasaannya tak dapat diganggu
gugat, hanya dapat ditafsirkan dan diterangkan lebih lanjut

2. Periodisasi Filsafat India


Filsafat India bercorak religious dan etis. Sejarah filsafat India dibagi menjadi empat periode,
yaitu Periode Weda (1500-600 SM), Periode Wiracarita (600-200 SM), Periode Sutra-sutra
(200M- Sekarang, Periode Skolastik ( 200M-sekarang).
 Periode Weda
Periode ini ditandai dengan kedatangan bangsa Arya dan penyebarannya di India. Bangsa
Arya mulai menanamkan kekuasaannya di India, demikian juga kebudayaan Arya
berkembang dan berpengaruh. Pada saat itu, India dihadapkan pada aliran-aliran pikiran yang
susul menyusul dan mudah dikenal karena adanya mantra-mantra, brahmana-brahmana, serta
upanisad upanisad. Konsep-konsep religi masih boleh dikatakan bersifat mitologis.
Literatur suci mereka disebut Weda. Jarak waktu antara pewahyuan yang pertama dan
pembukuan yang terakhir meliputi zaman yang hingga berabad-abad, kira-kira dari tahun
2000 SM hingga tahun 500 SM, selama kira-kira 1500 tahun. Pertama-tama terkumpullah
bagian Weda yang disebut Weda samhita, kemudian bagian Weda yang disebut Brahmana
dan akhirnya bagian Weda yang disebut Upanisad.

Weda Samhita adalah suatu pengumpulan mantra-mantra, yang berbentuk syair, yang
dipergunakan untuk mengundang dewa, yang untuknya akan dipersembahkan korban. Selain
dari bagian Weda samhita yang berkaitan dengan persembahan korban kepada dewa dewa
ini, ada bagian yang dihubungkan dengan tenung dan sihir dan segala hal yang berhubungan
ilmu hitam.
Jadi, yang menonjol untuk filsafat India adalah dalam upanisad, yakni ajaran tentang
hubungan antara Atman dan Brahman. Atman adalah segi subjektif dari kenyataan ‘diri’
manusia. Brahmana adalah segi objektif ‘makrokosmos’ alam semesta. Upanisad mengajar
bahwa Atman dan Brahman memang sama dan bahwa manusia mencapai keselamatan .
 Periode Wiracarita
Periode epic atau periode hikayat cerita-cerita kepahlawanan, Periode ini meliputi
perkembangannya upanisad-upanisad yang tertua dan system-sistem filsafat. Sistem-sistem
dari Jainisme, Syiwaisme dan Wisnuisme termasuk periode ini.
 Periode Sutra-sutra
Pada periode ini bahan yang berupa konsep konsep pemikran menjadi banyak, sehingga
sukar sekali untuk disederhanakan serta perlu untuk membuat semacam rangkuman,skema
kefilsafatan yang pendek dan ringkas. Ikhtisar ini dibuat dalam bentuk sutra-sutra.
 Periode Skolastik
Munculnya tokoh-tokoh besar seperti Kumarila, Sankara, Syridhara, Ramanuja,
Madhwa, Wacaspati, Udayana, Bhaskara dan Jayanta. Maing-masing berselisih paham
karena mempunyai teori tersendiri yang cukup mantap,dengan mengajukan alas an-alasan
yang tersusun rapi. Mereka dengan penuh harapan saling mengajukan argumentasi dengan
menetapkan sifat-sifat umum atas dasar logika

3. Kesamaan dalan Ajaran di Filsafat India


Filsafat India di dalam perjalanannya di spanjang zaman, sekalipun terdapat banyak
perbedaan di sana-sini, namun pada pokoknya memperlihatkan suatu kesamaan. Kesamaan
itu bukan hanya bermaksud untuk memuaskan orang-orangyang gemar akan pikiran yang
spekulatif saja, melainkan bermaksud untuk membawa orang kepada penggeneralisasian
cita-cita tertinggi di dalam agama dan hidup. Mnrt Harun Hadiwijono kesamaan ada 4 ajaran,
yaitu:
 Ajaran tentang kenyataan yang tinggi
Dari semua sistem yang mengajarkan tentang filsafat, semua mengemukakan bahwa
kenyataan yang tertinggi adalah zat yang mutlak, dalam arti filsafat adalah bahwa kenyataan
yang tertinggi tersebut bebas dari segala sebutan dan bebas dari segala hubungan. Akal
manusia tidak dapat menerobos kenyataan tersebut. Sejak Upanisad dan ajaran Sri Ramana,
ajaran tersebut bertahan dan mungkin akan terus demikian sampai nanti. Demikianlah tidak
ada perbedaan yang asasi di antara Zat Mutlak dengan dunia, antara Tuhan dengan dunia.

 Ajaran Tentang Jiwa


Kecuali beberapa sistem yang tidak mengakui adanya Tuhan, dapat dikatakan bahwa
semua sistem mengajarkan bahwa jiwa manusia adalah sebagian dari zat yang mutlak, atau
bahwa jiwa adalah zatyang mutlak itu sendiri. fiwa itu disebut dengan berbagai sebutan yaitu
atman, purusa atau jiwa. Jiwa sebagai asas yang lebih tinggi, tidak turut aktif di dalam segala
pergumuian hidup ini.
 Ajaran tentang karma
Segala sistem filsafat India mengajarkan bahwa segala perbuatan manusia, yang baik
maupun yang jahat meninggalkan bekas-bekasnya pada manusia, yang tinggal sebagai daya
terpendam, yang kemudian akan menghasilkan kegembiraan atau kesusahan. 0leh karena
itu, dunia yang tampak beraneka ragam ini baik dipandang sebagai khayalan maupun sebagai
hal yang nyata, mewujudkan suatu godaan yang besar bagi hidup
manusia. Akibatnya, filsafat-filsafat itu cenderung untuk menyangkal dunia atau menolak
dunia sebagai hal yang jahat.

 Ajaran tentang Kelepasan

Jika ajaran tentang karma dan samsara memberikan sikap hidup yang pesimistis, maka
aiaran tentang kelepasan memberikan harapan yang optimis kepada hari depan
manusia. Padahal akhir itu tidak perlu dicari jauh-jauh, sebab akhir itu telah berada di dalam
diri manusia sendiri. Maka jalan kelepasan yang membebaskan manusia dari samsara, yaitu
berbuat tanpa emosi. Jiwa manusia dapat melepaskan diri dari segala perbuatan, perasaan
atau cita-citanya, jiwanya akan tahu, bahwa hubungannya dengan dunia sebenarnya adalah
hubungan yang hanya lahiriah saja, hubungan yang tidak mendalam dan semu.

C. Sekelumit Sejarah Filsafat Islam


Pemikiran dalam filsafat Islam dimulai kira-kira pada tahun 700 M, dan periode ini
sering dinarnakan periode skolastik sampai pada tahun 1450. Filsafat skolastik adalah filsafat
yang berusaha memecahkan secara rasional persoalan-persoalan logika, sifat ada, kebendaan,
kerohanian, dan akhlak dengan tetap menyesuaikan pada kitab suci. Istilah filsafat skolastik
Islam tidak begitu banyak dipakai di kalangan orang Islarn. Mereka cenderung memakai
istilah ilmu kalam atau filsafat Islam. Filsafat Skolastik Islam dibagi menjadi 2 periode, yaitu:
 Periode Mutakallimin
Munculnya beberapa mazhab, yaitu Al Khawarij, Murjiah, Qodariah, Jabariah,
Mu’tazilah dan ahli sunnah Wal Jamaah.
Mazhab Al-Khawarij berpendapat bahwa setiap orang dari umat Muhammad yang
terus-menerus berbuat dosa besar sehingga matinya belum juga tobar, maka orang itu
dihukum mati kafir dan kekal di dalam neraka.
Mazhab Murjiah berpendapat bahwa keputusan tentang baik-buruknya seorang khalifah
bukan urusan manusia, akan tetapi terserah kepada Tuhan.
Mazhab Qodariah timbul di Irak tahun 689. Tokohnya Ma’bad Al Juhani Al Bishri.
Berpendapat bahwa kalau Tuhan itu adil, maka Tuhan akan menghukum orang yang bersalah
dan memberi pahala kepada orang yang berbuat baik.
Mazhab Jabariah biasa disebut juga Mazhab Jahamiah timbuk di Khurasan ( Persia ).
Tokohnya Al Jaham bin Syafwan. Berpandang bahwa Allah menentukan dan memutuskan
segala amal perbuatan manusia. Segala amal perbuatan manusia sejak awal telah diketahui.
Mazhab Mu’tazilah didirikan oleh Abu Hudzaifah Washil bin Atho Al Ghazali.
Berpendapat bahwa seorang muslim yang melakukan dosa besar termasuk golongan yang
tidak mukmin dan tidak kafir, tetapi diantara keduanya. Mazhab Mu’tazilah adalah mazhab
rasionalitis
Mazhab Ahli Sunnah Wal Jamaah Tokohnya terkenal Ahmad bin hamdal. Ahli Sunnah
berpendapat bahwa iman adalah kepercayaan di dalam hati yang diucapkan dengan lisan,
sedangkan amal perbuatannya merupakan syarat sempurnanya iman itu.

 Periode Filsafat Islam


Dalam periode ini para filsuf berusaha untuk menyelidiki hakikat sesuatu termasuk
ketuhanan dan alam. Tokoh-tokoh yang termasuk di dalam periode ini antara lain Al Kindi,
Al Farabi,lbnu Sina, AI Ghazali, Ibnu Bajah, Ibnu Thufail, dan Ibnu Rusyd.
Dengan teriadinya pertukaran kebudayaan di antara bangsa dari seluruh pelosok dunia,
maka pemikiran filsafat Islam juga ikut masuk ke negara lain terutama ke dunia Barat, baik
melalui aktifitas kerajaan, terjemahan buku dan perpustakaan, pengirirnan mahasiswa dan
pengaruh dari pemikiran bangsa-bangsa lain terutama dari modernisasi Bara
Referensi Materi:
1) Salam, Burhanuddin.2015. Pengantar Filsafat. Jakarta : Pt Bumi Aksara
2) Bakhtiar,Amsal.2010. Filsafat ilmu. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
3) Surajiyo.2012. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta; Pt Bumi Aksara
4) Susanto, A.2016. Filsafat ilmu:suatu kajian dalam dimensi ontologis,epistemologis
dan aksiologis, Jakarta:Pt Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai