Siti Mutiawati
SEJARAH FILSAFAT
Pembimbing ke filsafat tak akan lengkap tanpa sepatah kata tentang perkembangan
filsafat sepanjang sejarah. Sejarah filsafat ialah penyelidikan ilmiah mengenai perkembangan
pemikiran filsafat dari seluruh bangsa manusia dalam sejarah. sejarah filsafat itu belumlah
"filsafat", sejarah filsafat hanyalah "sejarahnya"!.
Apabila sejarah filsafat dianggap satu-satunya pengantar, bahkan satu-satunya filsafat,
itu kami anggap kurang tepat. Lagi pula dilihat dari sudut pandang berbeda, pembimbing
yang melulu "historis" saja kami anggap kurang pada tempatnya karena banyaknya aliran
aliran dan pendapat-pendapat yang sering bertentangan satu sama lain. Hal itu dengan mudah
dapat menimbulkan salah faham dan menghasilkan kekecewaan belaka. Tetapi jika pengantar
historis itu diberikan di samping pengantar sistematis maka ia akan sangat besar faedahnya.
Sering kali persoalan-persoalan filsafat hanya dapat dipahami jika dilihat perkembangan
sejarahnya. Ahli-ahli besar seperti Aristoteles, Tho mas Aquino, Immanuel Kant itu hanya
dapat dimengerti dari aliran-aliran yang mendahului mereka. Aliran yang satu biasanya
merupakan reaksi atau syntesis dari aliran lain. Dan dari seluruh perjalanan pemikiran filsafat
itu menjadi kentara juga persoalan persoalan manakah yang selalu tampil kembali bagi setiap
kurun masa, bagi setiap bangsa dan setiap orang.
Sejarah lahirnya dan perkembangan filsafat sama tuanya dengan sejarah kelahiran dan
perkembangan ilmu pengetahuan yang muncul pada masa peradaban kuno. Asal muasal
lahirnya filsafat adalah dalam upaya mencari kebenaran, menyelidiki hakikat yang
sebenarnya mengenai segala sesuatu secara sungguh-sungguh. Sama halnya dengan filsafat,
bahwa ilmu itu mengejar kebenaran, artinya ilmu pengetahuan berusaha untuk mencapai
persesuaian antara pengetahuan dengan objeknya. Sejarah filsafat adalah uraian suatu
peristiwa yang berkaitan dengan hasil pemikiran filsafat. Di dalamnya memuat berbagai
pemikiran kefilsafatan yang beraneka ragam, mulai dari zaman pra-Yunani atau sering
disebut dengan zaman kuno hingga zaman modern.
TUJUAN SEJARAH FILSAFAT
Tujuan mempelajari sejarah filsafat ini untuk mengetahui pemikiran filsafat para ahli
pikir atau filosof tentang berbagai ragam pemikiran dari dahulu hingga sekarang. Di dalam
sejarah filsafat akan diketahui pemikiran pemikiran yang cemerlang hingga hasil pemikiran
tersebut dapat mengubah dunia melalui gagasan dan ide-ide yang monumental.
Barangkali sudah menjadi sifat manusia yang ingin mengerti segala sesuatu yang ada,
bahkan yang mungkin ada. Namun demikian, sekalipun penyelidikan orang dalam ilmu sudah
amat mendalam, tetapi belum sedalam-dalamnya, karena tujuan ilmu bukan untuk menggali
objek sedalam dalamnya, ia membatasi diri. Adapun batasannya ialah pengalaman. Tentu saja
tidak selalu penggalian itu tercapai, jadi ada keterbatasannya, tetapi ia diusahakan supaya
ketebatasannya lenyap dan tenaganya dicurahkan tercapai kebenaran. supaya
Berbeda dengan ilmu, filsafat berusaha mencari kebijaksanaan, menye lidiki hakikat
yang sebenarnya dari segala sesuatu, usaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya tentang
segala sesuatu, segala yang ada dan yang mungkin ada. Sedangkan ilmu, seperti yang
disebutkan di atas, membatasi diri, berhenti pada dan berdasarkan atas pengalaman. Filsafat
tidak membatasi diri, ia berusaha mencari keterangan yang sedalam-dalamnya. Dengan demi
kian, dapat dikatakan bahwa yang menjadi objek filsafat ialah segala sesuatu yang ada dan
mungkin ada.
Dikarenakan filsafat itu menyelidiki segala sesuatu, maka dapat dikata kan bahwa
filsafat berupaya mencari penyelesaian segala persoalan yang terdapat di dunia. Adapun
upaya yang dilakukan adalah untuk mencapai kebenaran dalam segala bidang, yang meliputi
pikiran atau budi manusia, tingkah laku, nilai tingkah laku, tujuan hidup. Ringkasnya segala
sesuatu yang menyangkut soal kehidupan, baik kehidupan di dunia ini maupun kehidupan
sesudah dunia ini. Oleh karena itu, seringkali filsafat disebut sebagai pedoman hidup.
PERIODE SEJARAH FILSAFAT
A. FILSAFAT BARAT
Pada abad ke-6 Sebelum Masehi mulai berkembang suatu pendekatan yang sama sekali
berlainan. Sejak saat itu orang mulai mencari jawaban rasional tentang berbagai problem
yang diajukan oleh alam semesta. Logos ( akal budi, rasio ) mengganti Mythos. Dengan
melepas diri dari mythos-mythos dan mencari pertanggungan jawab yang rasional daripada
kenyataan mencari apa yang tetap dan kekal dalam kenyataan yang berubah-ubah. Realistis,
terang, tajam dalam perumusan-perumusan, teratur dan rapi.
B. PERIODISASI FILSAFAT BARAT
a) Thales mengatakan bahwa Arche itu Air. Karena air adalah pusat dan sumber
yang ada atau pokok dari segala sesuatu.segala sesuatu berasal dari air dan
Kembali ke air
b) Anaximandros bahwa Arche itu to apeiron yaitu ‘Yang Tak Terbatas’. Apeiron
itu dapat dirupakan, tidak ada persamaannya dengan salah satu barang kelihatan
itu, yang dapat ditentukan rupanya dengan pancaindra kita adalah barang yang
mempunyai akhir yang berhingga.
c) Anaximenes berpendapat bahwa Arche itu udara. Udara adalah unsur kehidupan.
Udara adalah dasar hidup. Tidak ada sesuatu pun yang hidup tanpa udara. Oleh
karena itu, ia dapat menerima ajaran gurunya, bahwa "jiwa itu serupa dengan
udara"
d) Pythagoras mengatakan Arche adalah bilangan. Kecakapan dia dalam matematik
mempengaruhi terhadap pemikiran filsafatnya sehingga pada segala keadaan ia
melihat dari angka-angka dan merupakan paduan dari unsur angka.
e) Heraklitos berpendapat bahwa Arche adalah api, ia juga berpendapat bahwa
segala sesuatu terus mengalir.
f) Parmendes mengatakan bahwa segala sesuatu itu tetap tidak bergerak.
c) Zaman Islam
Pengalihan pengetahuan ilmiah dan Filsafat Yunani ke dunia Islam, dan penyerapan serta
pengintegrasian pengetahuan itu oleh umat Islam, merupakan sebuah catatan sejarah yang
unik. Sebagai contoh konkret dapat disebutkan bahwa Plato dan Aristoteles telah memberikan
pengaruh yang besar pada mazhab-mazhab Islam, khususnya mazhab eklektisisme. Bahkan
bisa dikatakan para filosof Muslim mulai dari Al-Kindi sampai Ibn Rusyd terlibat dalam
upaya rekonsiliasi tersebut, dengan cara mengemukakan pandangan-pandangan yang relatif
baru dan menarik. Sumbangan pemikir-pemikir tokoh-tokoh islam:
a) Al-Kindi, disamping menerjemahkan karya filsafat Yunani, kontribusinya
menyekaraskan filsafat dan Agama. Al-Kindi dikenal pula sebagai geografer
pertama yang memperkenalkan percobaan ke dalam ilmu bumi
b) Ibnu Rusdi (Averus), pemikir Muslim yang berpengaruh pada abad 12 M,
mengintegrasikan antara Islam dengan tradisi pemikiran Yunani
c) Al-Biruni disepakati para pakar sebagai Bapak Geodesi karena kontribusinya
dalam pengembangan Geografi dan Geodesi, di mana Al-Biruni mempelajari
tehnik pengukuran bumi dan menemukan radius bumi 6.339,6 km padahal dunia
Barat belum mengenalnya
d) Al-Khawarizmi bersama 70 geografer Muslim lainnya mampu membuat peta
dunia pertama pada tahun 830 M
e) Qutubin Asy-Syirazi abad 13 mampu membuat peta Laut Putih / Laut Tengah
yang dihadiahkan kepada Raja Persia dan Yaqut Ar-Runi berhasi menulis 6 jilid
ensiklopedi Negeri-Negeri
f) Ibnu Batutta, abad 14 menemukan rute perjalanan baru di mana hampir 30 tahun
menjelajahi darat dan lautan keliling dunia. Kemudian Panglima Muslim Cheng
Ho dari Tiongkok menjelajahi sedikitnya 30 negara benua Asia dan Afrika dari
tahun 1403 sampai tahun 1433 M, kurang lebih 87 tahun sebelum penjelajah Barat
Christoper Columbus melakukannya bahkan jauh lebih awal dari petualangan
Vasco da Gama dari Spanyol
g) Al-Gazali (1059-1111) filsuf besar islam yang mengarang Ihya Ulumuddin di
Spanyol.
h) Ibnu Zuhur terkenal sebagai perintis metode bedah manusia dan utopsi, Al-Sufi
yang oleh Barat dikenal dengan nama Azophi berhasil melakukan observasi dan
menjelaskan bintang-bintang, posisi, jarak dan warna bintang, Ibnu Al-Baitar
menguasi ilmu Farmasi pada abad 9 M padahal dunia Barat baru pada abad 12 M,
Ibnu Sina yang dikenal Barat Avicena menjelaskan sedikitnya 700 cara
pembuatan obat dengan kegunaannya dalam kitabnya “Canon of Medicine”, dan
masih banyak lagi dengan berbagai bidang.
Pada ajaran materialisme historis, pikiran dasarnya adalah bahwa arah yang ditempuh
sejarah sama sekali ditentukan atau dideterminir oleh perkembangan sarana produksi yang
materiil. Meskipun sarana produksi merupakan buah hasil pekerjaan manusia, namun arah
sejarah tidak tergantung dari kehendak manusia. Sebagaimana juga materi sendiri, sejarah
pun dideterminir secara dialektis bukan secara mekanistis.
Karl Marx berkeyakinan bahwa sejarah manusia menuju ke suatu keadaan ekonomis
tertentu, yaitu komunisme, di mana milik pribadi akan diganti dengan milik bersama.
Perkembangan menuju fase sejarah ini akan berlangsung secara mutlak dan tidak mungkin
dihindarkan. Akan tetapi, manusia dapat mempercepat proses ini menjadi lebih sadar dengan
aksi-aksi revolusioner yang berdasar atas penyadaran itu. (Bertens, 1988, hlm. 89)
c) Eksistensialisme
Dalam abad ke 20 eksistensialisme menjadi aliran filsafat yang sangat penting. Filsuf-
filsuf paling besar dari eksistensialisme adalah K. ]aspers, M. Heidegger, f.P. Sartre, G.
Marcel, dan Merleu Ponty.
Dalam filsafat Eksistensi cara manusia berada di dalam dunia berbeda dengan cara
berada benda-benda. Benda-benda tidak sadar akan keberadaannya, juga berada disamping
yang lain tanpa melihat hubungannya sama sekali. Tidak dernikian dengan cara keberadaan
manusia. Manusia berada bersama-sama dengan benda-benda itu. Benda-benda itu menjadi
berarti karena manusia. Di samping itu, manusia berada bersama-sama dengan sesama
manusia. Cara bedakan ini di dalam filsafat eksistensialisme dikatakan bahwa benda-benda
“berada”, sedangkan manusia “bereksistensi”. Jadi, kata eksistensi diartikan sebagai
manusia berdiri sebagai dirinya sendiri dengan cara keluar dari dirinya. Manusia sadar bahwa
dirinya tersebut ada.
Bereksistensi oleh Heidegger disebut dasein, da (disana) dan sein (berada), sehingga kata
ini berarti berada disano, yaitu di tempat. Manusia senantiasa menempatkan diri di tengah-
tengah dunia sekitarnya sehingga ia terlibat dalam alam sekitarnya dan bersatu dengannya.
Eksistensialisme adalah filsafat yang bersifat teknis, yang terjelma dalam berbagai
macam sistem.Sekalipun demikian ada juga ciri-ciri yang sama, yang menjadikan sistem itu
dapat dicap sebagai eksistensialisme. Ciri yang dimiliki bersama itu diantaranya adalah:
o Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya
manusialah yang bereksistensi, cara khas manusia berada. Pusat perhatian ada pada
manusia, sehingga bersifat humanistis.
o Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya
secara aktif, bereksistensi berarti berbuat, menjadi sesuatu, merencanakan. Setiap saat
manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaannya.
o Di dalam eksistensialisme, manusia dipandang sebagai sesuatu yang terbuka. Manusia
adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk Pada hakikatnya manusia
terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih kepada sesame manusia.
o Eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkret, namun arti
pengalaman ini berbeda-beda- Heidegger memberi tekanan kepada kematian, yang
menjruramkan segala sesuatu. Bagi Marce! pengalaman yang konkret tersebut lebih
ditekankan kepada pengalaman keagamaan, sementara fasper menekankan kepada
kematian, penderitaan, perjuangan, dan kesalahan.
d) Fenomenologi
Metode Fenomenologi berasal dari E. Husserl (1859-1938), dan kemudian
dikembangkan oleh M.Scheler (1874-7928), dan M. Merleau Ponty. Fenomenologi
mengatakan bahwa kita harus memperkenalkan gejala-gejala dengan menggunakan intuisi.
Kata fenomenologi berasal dari kata Yunani fenomenon, yaitu sesuatu yang tampak,
yang terlihat karena bercahaya, yang dalam Bahasa Indonesia berarti “gejala”. Jadi,
fenomenologi adalah suatu aliran yang membicarakan fenomena, atau gejala sesuatu yang
menampakkan diri. Kata fenomenon atau gejala dapat dipakai dalam berbagai arti. Kata
fenomenon dapat dipertentangkan dengan kata “kenyataan”. Fenomenon bukanlah hal yang
nyata, tetapi sesuatu yang “semu”.
Di dalam filsafat fenomenologi, suatu fenomen tidak perlu harus dapat diamati dengan
indra, sebab fenomenon dapat juga dilihat secara rohani. Fenomenon juga tidak perlu dalam
bentuk suatu peristiwa, sehingga ienomenon bisa diartikan sebagai apa yang menampakkan
diri dalam dirinya sendiri
e) Pragmatisme
Pragmatisme merupakan aliran filsafat yang lahir di AS Sekitar 1900. Tokoh-tokoh
terpentingnya adalah W.James (1842-1920) dan J. Dewey (1959-1914). Pragmatisme
mengajarkan bahwa ide-ide tidak “benar” atau “salah” melainkan ide-ide dijadikan benar
oleh suatu tindakan.
Pragmatisme adalah suatu aliran yang mengajarkan bahwa yang benar ialah apa yang
membuktikan dirinya sebagai benar dengan perantaraan akibat-akibatnya yang bermanfaat
secara praktis. Pengalaman pribadi diterimanya, asal bermanfaat, bahkan kebenaran mistis
dipandang sebagai berlaku juga, asal kebenaran mistis itu membawa akibat praktis yang
bermanfaat. ( Harun Hadiwijono,1990,hlm 130).
f) Neo-Kantianisme dan Neo-Tomisme
Neo-Kantianisme berkembang terutama di Jerman. Filsafat dalam aliran ini dianggap
sebagai epistemolohi dan kritik ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh terpenting adalah E. Cassirer
(1874-1945), H.Ricket (1863-1936), H.Vaihinger (1852-1933). Neo-Tomisme berkembang di
dunia katholik di banyak negara di Eropa dan di Amerika ( Hary Hamersma, 1988, hlm 42-
44)
B. FILSAFAT TIMUR
Zaman Pembauran
Ditandai dengan masuknya Budhisme dari India, yang kemudian berkembang pesat di Cina dan
memberikan warna baru bagi pemikiran kefilsafatan Cina. Budhisme sendiri banyak berbaur dengan
alam pemikiran filsafat Cina sehingga kemudian melahirkan aliran baru dalam Budhisme Cina yang
diberi nama Ch’an Budhisme atau Ch’anisme. Juga muncul aliran Neo-Taoisme yang berikan arti
baru “Tao” sebagai “nirwana”. Puncak dari zaman pembaruan yang terjadi pada waktu pemerintahan
Dinasti Han, munculnya tokoh Tung Chung Shu.
Zaman Neo-Konfusianisme
Ditandai dengan adanya Gerakan untuk Kembali ke ajaran ajaran-konfusius yang asli,
Zaman Modern
Zaman modern pemikiran filsafatnya sangat dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran yang berasal dari
Barat, hal ini banyaknya paderi-paderi yang masuk kedaratan Cina. Aliran yang paling berpengaruh
adalah Pragmatisme yang berasal dari AS. Pada tahun 1950 daratan Cina dikuasai oleh pemikiran
Marx, Lenin dan tokoh yang terkenal Mao Ze Dong.
B. Sejarah Filsafat India
Weda Samhita adalah suatu pengumpulan mantra-mantra, yang berbentuk syair, yang
dipergunakan untuk mengundang dewa, yang untuknya akan dipersembahkan korban. Selain
dari bagian Weda samhita yang berkaitan dengan persembahan korban kepada dewa dewa
ini, ada bagian yang dihubungkan dengan tenung dan sihir dan segala hal yang berhubungan
ilmu hitam.
Jadi, yang menonjol untuk filsafat India adalah dalam upanisad, yakni ajaran tentang
hubungan antara Atman dan Brahman. Atman adalah segi subjektif dari kenyataan ‘diri’
manusia. Brahmana adalah segi objektif ‘makrokosmos’ alam semesta. Upanisad mengajar
bahwa Atman dan Brahman memang sama dan bahwa manusia mencapai keselamatan .
Periode Wiracarita
Periode epic atau periode hikayat cerita-cerita kepahlawanan, Periode ini meliputi
perkembangannya upanisad-upanisad yang tertua dan system-sistem filsafat. Sistem-sistem
dari Jainisme, Syiwaisme dan Wisnuisme termasuk periode ini.
Periode Sutra-sutra
Pada periode ini bahan yang berupa konsep konsep pemikran menjadi banyak, sehingga
sukar sekali untuk disederhanakan serta perlu untuk membuat semacam rangkuman,skema
kefilsafatan yang pendek dan ringkas. Ikhtisar ini dibuat dalam bentuk sutra-sutra.
Periode Skolastik
Munculnya tokoh-tokoh besar seperti Kumarila, Sankara, Syridhara, Ramanuja,
Madhwa, Wacaspati, Udayana, Bhaskara dan Jayanta. Maing-masing berselisih paham
karena mempunyai teori tersendiri yang cukup mantap,dengan mengajukan alas an-alasan
yang tersusun rapi. Mereka dengan penuh harapan saling mengajukan argumentasi dengan
menetapkan sifat-sifat umum atas dasar logika
Jika ajaran tentang karma dan samsara memberikan sikap hidup yang pesimistis, maka
aiaran tentang kelepasan memberikan harapan yang optimis kepada hari depan
manusia. Padahal akhir itu tidak perlu dicari jauh-jauh, sebab akhir itu telah berada di dalam
diri manusia sendiri. Maka jalan kelepasan yang membebaskan manusia dari samsara, yaitu
berbuat tanpa emosi. Jiwa manusia dapat melepaskan diri dari segala perbuatan, perasaan
atau cita-citanya, jiwanya akan tahu, bahwa hubungannya dengan dunia sebenarnya adalah
hubungan yang hanya lahiriah saja, hubungan yang tidak mendalam dan semu.