“ INDUKSI “
Disusun Oleh :
Kelompok
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Induksi Matematika.
2. Untuk mengetahui apa saja prinsip – prinsip dalam Induksi Matematika.
3. Untuk mengetahui Bagaimana bentuk umum dari Induksi Matematika
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Penyelesaian :
Misalkan p(n) adalah proposisi yang menyatakan bahwa jumlah n buah bilangan
ganjil positif pertama adalah n2
i. Basis induksi: p(1) benar, karena jumlah satu buah bilangan ganjil positif pertama
adalah 12 = 1.
ii. Langkah induksi: misalkan p(n) benar, yaitu asumsikan bahwa
1 + 3 + 5 + … + ( 2n – 1) = n2
adalah benar (hipotesis induksi) [catatlah bahwa bilangan ganjil positif ke- n adalah
(2n - 1)]
Kita harus memperlihatkan bahwa p(n + 1) juga benar, yaitu
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1) = (n + 1)2
Hal ini dapat kita tunjukkan sebagai berikut
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n + 1)= [1 + 3 + 5 + … + (2n – 1)] + (2n + 1)
= n2 + (2n + 1 )
= n2 + 2n + 1
= (n + 1)2
Karena langkah basis dan langkah induksi keduanya telah diperlihatkan benar,
maka jumlah n buah bilangan ganjil positif pertama adalah n2.
2. Buktikan dengan induksi matematika , n , 1 + 7 + 13 + … + (6n – 5) = n(3n – 2).
Penyelesaian :
Andaikan bahwa p(n) menyatakan proposisi bahwa untuk n 1, jumlah n bilangann
bulat positif pertama adalah n(3n – 2) , yaitu 1 + 7 + 13 + … + (6n – 5) = n(3n – 2). Kita
harus membuktikan kebenaran proposisi ini dengan dua langkah induksi sebagai berikut:
(i) Basis induksi : p(1) benar, karena untuk n = 1 kita peroleh
1 = 1(3.1 – 2)
= 1 (1)
=1
(ii) Langkah induksi : Misalkan p(n) benar, yaitu mengasumsikan bahwa
1 + 7 + 13 + … + (6n – 5) = n(3n – 2)
adalah benar (hipotesis induksi). Kita harus memperlihatkan bahwa p(n + 1) juga
benar, yaitu
1 + 7 + 13 + … + (6n – 5) + (6n + 1) = (n + 1)(3n + 1)
Untuk membuktikan ini, tunjukkan bahwa
1 + 7 + 13 + … + (6n – 5) + (6n + 1) = n(3n – 2) + (6n + 1)
3
= (3n2 – 2n) + (6n + 1)
= 3n2 – 2n + 6n + 1
= 3n2 + 4n + 1
= (n + 1)(3n + 1)
Karena langkah (i) dan (ii) telah dibuktikan benar, maka untuk semua bilangan
bulat positif n, terbukti bahwa untuk semua n 1, 1 + 7 + 13 + … + (6n – 5) = n(3n – 2).
4
Hal ini kita tunjukkan sebagai berikut :
20 + 21 + 22 + … + 2n + 2n+1 = (20 + 21 + 22 + … + 2n) + 2n+1
= (2n+1 – 1) + 2n+1 (dari
hipotesis induksi)
= (2n+1 + 2n+1) – 1
= (2 . 2n+1) – 1
= 2n+2 – 1
= 2(n+1)+1 – 1
Karena langkah i dan ii keduanya telah diperlihatkan benar, maka untuk semua bilangan
bulat tidak-negatif n, terbukti bahwa 2 0 + 21 + 22 + … + 2n = 2n+1 – 1
5
i. Basis Induksi : p(2) benar, karena 2 sendiri adalah bilangan prima dan disini 2
dapat dinyatakan sebagai perkalian dari satu buah bilangan prima, yaitu dirinya
sendiri.
ii. Langkah Induksi : Misalkan p(n) benar, yaitu asumsikan bahwa bilangan 2, 3, … ,
n dapat dinyatakan sebagai perkalian (satu atau lebih) bilangan prima (hipotesis
induksi). Kita perlu menunjukkan bahwa p(n+1) benar, yaitu n + 1 juga dapat
dinyatakan sebagai perkalian bilangan prima. Hal ini ditunjukkan sebagai berikut :
Jika n + 1 sendiri bilngan prima, maka jelas ia dapat dinyatakan sebagai perkalian
satu atau lebih bilangan prima. Jika n + 1 bukan bilangan prima, maka terdapat bilngan
bulat positif a yang membagi habis n + 1 tanpa sisa. Dengan kata lain,
(n + 1)/a = b atau (n + 1) = ab
yang dalam hal ini, 2 ≤ a ≤ b ≤ n. Menurut hipotesis induksi, a dan b dapat dinyatakan
sebagai perkalian satu atau lebih bilangan prima. Ini berarti, n + 1 jelas dapat dinyatakan
sebagai perkalian bilngan prima, karena n + 1 = ab
Karena langkah (i) dan (ii) sudah ditunjukkan benar, maka terbukti bahwa setiap bilangan
bulat positif n (n ≥ 2) dapat dinyatakan sebagai perkalian dari (satu atau lebih) bilangan
prima.
6
Misalkan X terurut dengan baik oleh “ < ˮ, dan p(x) adalah pernyataan perihal
elemen x dari X. kita ingin membuktikan bahwa p(x) benar untuk semua x X. Untuk
membuktikan ini, kita hanya perlu menunjukkan bahwa :
1. p(x0) benar, yang dalam hal ini x0 adalah elemn terkecil di dalam X, dan
2. jika p(y) benar untuk y < x, maka p(x) juga benar untuk setiap x > x 0 di dalam X,
sehingga p(x) benar untuk semua x X
Contoh :
Tinjau barisan bilangan yang didefinisikan sebagai berikut :
0 jika m = 0 dan n = 0
Sm,n = Sm – 1 ,n + 1 jika n = 0
Sm,n – 1 + 1 jika n ≠ 0
Sebagai contoh ,
S0,0 = 0 S1,0 = S0,0 + 1 = 0 + 1 = 1
S0,1 = S0,0 + 1 = 1 S1,1 = S1,0 + 1 = 1 + 1 = 2
S2,0 = S1,0 + 1 = 2 S2,1 = S2,0 + 1 = 2 + 1 = 3
Buktikan dengan induksi matematika bahwa untuk pasangan tidak
negative m dan n, Sm,n = m+ n
Penyelesaian :
i. Basis induksi : Karena (0,0) adalah elemen terkecil di dalam X, maka S0,0 = 0 + 0
= 0. Ini benar dari definisi S0,0.
ii. Langkah induksi : Buktikan untuk semua (m,n) > (0,0) di dalam X bahwa jika Sm´,n
´ = m´ + n´ benar untuk semua (m´, n´ ) < (m , n) maka Sm,n = m + n juga benar.
Andaikan bahwa S m´,n´ = m´ + n´ benar untuk semua (m´, n´). Ini adalah hipotesis
induksi. Kita perlu menunjukkan bahwa Sm,n = m + n, baik untuk n = 0 atau n ≠ 0.
Kasus 1 : Jika n = 0 dari definisi Sm,n = Sm – 1 ,n +1. Karena (m – 1 , n) < (m , n),
maka dari hipotesis induksi,
Sm – 1 ,n = (m – 1) + n sehingga Sm,n = Sm – 1 ,n + 1 = (m – 1) + n + 1 = m + n
Kasus 2 : Jika n ≠ 0 dari definisi Sm,n = Sm,n – 1 + 1. Karena (m, n – 1) < (m, n), maka dari
hipotesis induksi,
Sm,n – 1 = m + (n – 1) sehingga Sm,n = Sm,n – 1 + 1 = m + (n – 1) + 1 = m + n
Karena langkah (i) dan (ii) sudah dibuktikan benar, maka terbukti bahwa untuk pasangan
tidak negatif m dan n, Sm,n = m + n.
BAB III
7
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian tentang induksi matematika diatas dapat disimpulkan bahwa Induksi
Matematika merupakan pembuktian deduktif, meski namanya induksi. Induksi
matematika atau disebut juga induksi lengkap sering dipergunakan untuk pernyataan –
pernyataan yang menyangkut bilangan asli. Induksi matematika dapat juga dikatakan
sebagai suatu metode pembuktian untuk proposisi bilangan bulat.
Beberapa prinsip yang digunakan untuk membuktikan induksi matematika yaitu
prinsip induksi sederhana, prinsip induksi yang dirapatkan dan prinsip induksi yang kuat.
Bentuk Induksi secara umum adalah mungkin membuat bentuk umum metode induksi
sehingga ia dapat diterapkan tidak hanya untu pembuktian proposisi yang menyangkut
himpunan bilngan bulat positif, tetapi juga pembuktian yang menyangkut himpunan
obyek yang lebih umum. Syaratnya, himpunan obyek tersebut harus mempunyai
keterurutan dan mempunyai elemen kecil.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan sehingga tidak sesuai
dengan keinginan pembaca, untuk itu saran sangat kami harapkan agar penulisan makalah
selanjutnya kekurangan-kekurangan tersebut dapat penulis perbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
8
Munir, Rinaldi. 2014. Matematika Diskrit. Bandung : Informatika.
Ayres, Frank & Philip A. Schmidt. 2004. Matematika Universitas. Jakarta : Erlangga.
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Induksi_matematika