MATEMATIKA
MATEMATIKA DISKRIT
OLEH:
DONA FITRIAWAN
TEKNIK INFORMATIKA
STMIK PONTIANAK
INDUKSI MATEMATIKA
Metode untuk menunjukkan suatu proposisi benar
dalam matematika ada beberapa macam antara lain ada
metode pembuktian secara langsung, tidak langsung atau
dengan kontradiksi.
Demikian juga ada yang menggunakan induksi
matematika. Induksi Matematika adalah cara standart
dalam membuktikan bahwa sebuah pernyataan tertentu
yang berlaku untuk setiap bilangan asli (N). Induksi
matematika digunakan untuk mengecek hasil proses yang
terjadi secara berulang sesuai dengan pola tertentu.
Melalui induksi matematika dapat dikurangi langkah-
langkah pembuktian menjadi lebih terbatas.
PEMBUKTIAN
Contoh 3.1:
Buktikan 1 + 2 + 3 + ⋯+ 𝑛 = nn 1
2
berlaku untuk setiap bilangan asli,
Bukti:
Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan bahwa pernyataan tersebut benar untuk n = 1. (basis
induksi) Jelas sekali bahwa jumlah 1 bilangan asli pertama adalah
1 = 11 1 . Jadi pernyataan tersebut adalah benar untuk n = 1.
2
2. Menunjukkan bahwa jika pernyataan tersebut benar untuk n = k,
maka pernyataan tersebut juga benar untuk n = k+1 .(Langkah
induksi). Hal ini bisa dilakukan dengan cara:
mengasumsikan bahwa pernyataan tersebut benar untuk n = k,
(Hipotesis induksi) yaitu:
Dengan demikian, karena langkah 1 dan 2 terbukti benar maka pernyataan pada contoh 3.1 juga benar.
Aplikasi induksi matematika dalam Pemrograman.
Dalam ilmu komputer, metode induksi matematika dipakai untuk
membuktikan suatu program tertentu apakah benar atau tidak.
Karena dalam membuat suatu program haruslah menghasilkan
keluaran yang benar sesuai dengan data masukan yang diberikan.
Salah satu bentuk yang digunakan dalam program adalah bentuk
kalang (Loop). Untuk menunjukkan kebenaran kalang dapat
menggunakan Teorema Kalang Invarian.
Teorema Kalang Invarian
Misalkan diberikan kalang WHILE dengan syarat kondisi S, kondisi sebelum dan
sesudah kalang. Misalkan pula diberikan predikat I(n) yang disebut kalang
invarian. Apabila keempat syarat berikut benar, maka kalang benar terhadap
kondisi sebelum dan sesudahnya.
1. Basis
Kondisi sebelum kalang berarti bahwa I(0) benar sebelum iterasi pertama
kalang.
2. Induksi
Jika syarat kondisi S dan kalang invarian I(k) benar untuk suatu bilangan
bulat k0 sebelum iterasi kalang, maka I(k+1) juga benar setelah iterasi
kalang.
3. Kondisi penghentian
Setelah sejumlah itetrasi kalang yang berhingga, maka syarat kondisi S
menjadi salah.
4. Kebenaran kondisi setelah kalang
Jika untuk suatu bilangan bulat tak negatif N, syarat kondisi S salah dan
I(N) benar, maka harga variabel akan sama dengan yang ditentukan dalam
kondisi akhir kalang.
Bukti:
Untuk membuktikan bahwa kalang pada contoh 3.8 tersebut benar, maka harus
ditunjukkan 4 syarat sesuai Teorema Kalang Invarian.
1. Basis
Akan ditunjukkan bahwa I(0) benar sebelum iterasi kalang yang pertama.
I(0) : “ i=0, maka kali=0.y=0”
Kondisi sebelum kalang dideklarasikan bahwa: i=0 dan kali = 0.
Jadi terbukti benar.
2. Induksi
Akan ditunjukkan bahwa jika 𝑖 ≠ 𝑚 dan I(k) benar sebelum iterasi kalang
(𝑘 ≥ 0), maka I(k+1) benar setelah iterasi kalang.
I(k+1): “ i=k+1 dan kali = (k+1).y”
Misalkan k adalah bilangan bulat tak negative sedemikian sehingga 𝑖 ≠ 𝑚
dan
I(k) benar sebelum iterasi.
Diawal kalang, 𝑖 ≠ 𝑚, i=k dan kali=k.y
Oleh karena 𝑖 ≠ 𝑚, maka kalang dieksekusi dan didapat:
Kalibaru = Kalilama + 𝑦 = 𝑘𝑦 + 𝑦 = 𝑘 + 1 𝑦
𝑖𝑏𝑎𝑟𝑢 = 𝑖𝑙𝑎𝑚𝑎 + 1 = 𝑘 + 1
Dengan demikian, setelah eksekusi kalang, I(k+1) benar.
3. Kondisi penghentian
Akan ditunjukkan bahwa setelah sejumlah iterasi (berhingga),
maka kondisi sebelum kalang menjadi salah sehingga iterasi
berhenti.
Setelah kalang diiterasi sebanyak m kali, maka i=m dan kali=my.
Pada keadaan ini, syarat kondisi sebelum kalang menjadi salah
sehingga iterasi berhenti.
4. Kebenaran kondisi setelah kalang
Dalam algoritma, syarat kondisi sebelum kalang menjadi salah
setelah i=m.
Kondisi I(m) benar berarti “i=N dan Kali=Ny”.
Oleh karena terpenuhinya kedua kondisi, yaitu kondisi sebelum
kalang salah dan I(N) benar, maka m=i=N dan Kali=Ny=my
Hal tersebut sama dengan kondisi setelah kalang.