Anda di halaman 1dari 8

Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa

dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Materi Bangun Datar

Amruliana Baliani Putri1, Arum Mei Lutfiana2, Didin Maulana Sholehodin3, Nihayatul Ulya4
.1,2,3,4Jurusan Tadris Matematika, IAIN Tulungagung. Tulungagung
e-mail: amruliana@gmail,com1, arummei54@gmail.com2, maulanadidin720@gmail.com3,
nihayaelfishy@gmail.com4

ABSTRAK
Subjek dalam penelitian ini adalah 2 orang siswa kelas 7 SMP. Pengumpulan data dengam observasi,
wawancara dan dokumentasi. Hampir setiap orang pada saat memahami atau menyelesaikan masalah
matematika memerlukan waktu atau strategi penyelesaikan yang berbeda. Adakalanya seseorang langsung
(directly) dalam memahami masalah pada saat membaca soal dan pada saat yang bersamaan muncul pula ide
atau strategi dalam menyelesaikan masalah tersebut, namun ada pula yang memerlukan alat bantu atau media
atau jembatan berpikir untuk memahami dan menemukan cara terbaik untuk menentukan solusi melalui
langkah-langkah formal termasuk aktifitas algoritma. Kemampuan seseorang memahami dan sekaligus
menemukan strategi yang tepat dan cepat dalam menyelesaikan masalah tersebut merupakan aktifitas mental
yang ditopang oleh kecakapan berpikir intuitif yang muncul secara spontan, bersifat segera (immediate),
global atau mungkin muncul secara tiba-tiba (sudently) dan tidak diketahui dari mana asalnya. Kecakapan
formal (berpikir rasional, analitis) yang ditopang oleh kecakapan informal (berpikir intuitif) dalam
matematika justru sangat membantu seseorang dalam menentukan solusi yang akurat. Beberapa karakteristik
berpikir intuitif yang cenderung digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika antara lain;
globality, implicitly, extrapolative, perseverable, coerciveness, catalytic inference, power of synthesis, dan
common sense.

Kata Kunci: berpikir intuitif, menyelesaikan masalah matematika, bangun datar

ABSTACT
The subjects in this study were 2 7th grade students. Data collection by observation, interview and
documentation. Almost everyone at the time of understanding or solving a mathematical problem requires a
different time or strategy to solve. Sometimes a person directly understands the problem when reading a
problem and at the same time an idea or strategy arises in solving the problem, but there is also a need for
tools or media or thinking bridge to understand and find the best way to determine a solution through
Formal steps include algorithmic activities. The ability of a person to understand and at the same time find
the right strategy and quickly solve the problem is a mental activity that is supported by intuitive thinking
skills that arise spontaneously, are immediate, global or may appear suddenly (sudently) and are not known
from where does it come from. Formal skills (rational, analytical thinking) that are supported by informal
skills (intuitive thinking) in mathematics actually help someone in determining an accurate solution. Some
characteristics of intuitive thinking that students tend to use in solving mathematical problems include;
globality, implicitly, extrapolative, perseverable, coerciveness, catalytic inference, power of synthesis, and
common sense.

Keywords: intuitive thinking, solving mathematical problems, two-dimentional figure

PENDAHULUAN
Tujuan pembelajaran matematika ialah untuk membantu siswa dalam menyelesaikan
permasalahan matematikan yang diberikan. Setiap individu memiliki karakteristik dalam
memecahkan permasalahan yang diberikan, adakalanya ketika membaca soal langsung paham
menggunakan strategi apa dalam pemecahannya, ada juga yang membutuhkan waktu lebih lama

1
dalam memecahkan permasalahan tersebut. Pemecahan masalah dalam matematika adalah suatu
aktivitas untuk mencari solusi dari soal matematika yang dihadapi dengan melibatkan pengetahuan
dan pengalaman yang dimiliki. Dreyfis T. & Eisemberg T (1982) mengatakan bahwa pemahaman
secara intuitif sangat diperlukan untuk “jembatan berpikir” manakala seseorang berupaya untuk
menyelesaikan masalah dan memandu menyelarasakan kondisi awal dan kondisi tujuan. 1 Menurut
Gagne (dalam Bilgin dan Karakirik, 2005), pemecaham masalah adalah suatu proses berpikir
dimana siswa dapat mengkombinasikan pengetahuan yang telah mereka miliki sebelumnya untuk
bias menyelesaikan masalah baru.2 Upaya mendapatkan pemecahan atau jawaban atas masalah
matematika, berbeda anatara siswa yang satu dengan lainnya. Sebagian siswa memandang sulit
dalam hal pemecahan masalah matematika, sementara siswa lain merasa mudah.
Penelitian ini berusaha menganalisis karakteristik kemampuan berpikir intuitif siswa dari
Fischbein, dengan adanya penelitian ini peneliti dapat mengenalisis karakter subjek ketika
diberikan permasalahan matematika. Sehingga peneliti dapat mengetahui karakter tiap individu
yang selanjutnya akan dianalisis guna untuk membedakan subjek satu dengan lainnya. Supaya hal
tersebut tercapai, dibutuhkan “intuisi” pada siswa. Fischbein menyatakan bahwa intuisi merupakan
kognisi yang self evident (dianggap benar dengan sendirinya), dapat diterima langsung, holistic,
bersifat memaksa, dan eksploratif (memperkirakan). Intuisi pada siswa akan semakin baik jika
mereka selalu menyelesaikan masalah dengan memunculkan ide-ide yang mereka hasilkan.
Hampir setiap orang pada saat memahami atau menyelesaikan masalah matematika
memerlukan waktu atau strategi yang berbeda. Fischbein berpendapat bahwa melalui proses
pelatihan, seseorang dapat mengembangkan intuisi baru. Intuisi hadir dan digunakan ketika
berhadapan dengan dilemma penyelesaian masalah atau pengambilan keputusan. Proses yang
mendasari intuisi penyelesaian masalah adalah mencocokkan pola yang dapat dipertajam melalui
pelatihan dan latihan berulang.
Maka dari itu berpikir intuitif dapat dijadikan modal untuk memahami konsep-konsep
matematika dengan benar dan masuk akal baik melalui dugaan ataupun melakukan pembuktian.
Pada perkembangan zaman mengharuskan individu untuk berkembang dalam proses berpikir,
seseorang harus memiliki kemampuan tingkat tinggi untuk mengimbangi perkembangan zaman.
Kemampuan berpikir intuitif inilah yang menjadi salah satu kemampuan tingkat tinggi yang perlu
dimiliki siswa guna mempersiapkan mereka dimasa depan.

Karakteristik berpikir intuitif dalam menyelesaikan permasalahan matematika

1
Muniri, Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika,
Universitas Negeri Surabaya: Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, 9
November 2013
2
Erdyna, dkk, Intuisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Nganjuk Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ), Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Surakarta:
FKIP UNS, Juli 2016, Vol. 4, hal. 563-574

2
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), intuitif adalah bersifat (secara) intuisi,
berdasrkan bisikan (gerak) hati3. Selanjutnya arti katra intuisi sendiri adalah daya atau kemampuan
mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari, bisikan hati, gerak hati.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa intuitif adalah kata sifat untuk intuisi. Menurut Nasution,
intuisi adalah kemampuan mental untuk menemukan hipotesis pemecahan masalah tanpa melalui
langkah-langkah analisis. Menurut Fischbein, tidak ada definisi intuisi yang diterima secara
bersama-sama oleh para ahli. Fischbein mendefinisikan intuisi sebagai immediate knowledge
(pengetahuan langsung) yang disetujui secara langsung tanpa pembenaran.
Sedangkan berpikir adalah suatu kegiatan mental yang melibatkan kerja otak walaupun tidak
bisa dipisahkan dari aktivitas kerja otak, pikiran manusia lebih dari sekedar kerja organ tubuh yang
disebut otak. Secara sederhana, berpikir adalah memproses informasi secara mental atau secara
kognitif. Jadi berpikir adalah sebuah representasi symbol dari bebrapa peristiwa atau item. Karena
berpikir intuitif merupakan kemampuan seseorang memahami dan sekaligus menemukan strategi
yang tepay dan cepat dalam menyelesaikan masalah yang muncul secara spontan, bersifat segera
(immediate), global atau mungkin secara tiba-tiba (suddently) dan tidak diketahui dari mana
asalnya.
Pada penelitian ini menggunakan karakteristik berpikir intuitif yang dikemukakan oleh
Fischbein, karakteristik yang dimaksud diantaranya: 4
1. Self evident : berpikir intuitif yang diterima sebagai feeling seseorang tanpa membutuhkan
pengecekan dan pembuktian lebih lanjut. Contoh: jarak terdekat antara dua buah titik adalah
garis lurus. Fiscbein mengungkapkan pula, self evident merupakan karakteristik pondasi atau
karakteristik dasar berpikir intuitif.
2. Intrinsic certainty : kepastian berpikir intuitif biasanya dihubungkan dengan perasaan
tertentu akan kepastian interinsik. Contoh: aksioma geometri Euclid tidak hanya diterima
karena diajarkan, hal itu diterima sebagai suatu self evident dengan perasaan intrinsic
certainly, sehingga intrinsic certainly merupakan perasaan kepastian tetapi bukan persaan
kepastian mutlak yang bersifat objektif. Intrinsic certainly tetap menjadi kriteria
pengetahuan untuk memaksakan diri kepada seseorang bersifat subjektif yang mutlak.
3. Coercivines : dalam berpikir intuitif terdapat sifat memaksa dari seseorang dalam hal
strategi, penalaran, seleksi hipotesis dan solusi. Hal ini berrati, seseorang cenderung untuk
menolak dari interpretasi alternative yang bertentangan dengan berpikir intuitifnya.
4. Ekstrapolativeness : kemampuan untuk meramalkan melampaui dari segala dukungan
empiris, maka dari itu hal ini harus ada dalam karakteristik berpikir intuitif.

3
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diakses pada 1 April 2020.
4
Muniri, Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika, Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY, (Yogyakarta: 9 November 2013), hal. 444-
445

3
5. Globality : aktivitas berpikir yang global yang berlawanan dengan aktivitas berpikir logis,
berurutan secara analitis.
6. Implicitness : tersembunyi, tidak tampak, berada dibalik fakta. Artinya dalam membuat
interpretasi, keputusan atau konklusi tertentu atau dalam menyelesaikan masalah tidak
dinyatakan dalam alas an atau langkah-langkah yang jelas (eksplisit) adakalanya kemampuan
kognisi seseorang dalam menyelesaikan masalah bersifat implisit dan tidak dinyatakan
melalui langkah (step by step).

Adapun beberapa indikator karakter berpikir intuitif dalam menyelesaikan masalah


matematika yang digunakan sebagai acuan untuk artikel ini selain dari Fischbein
Tabel 1. Indikator berpikir intuitif subjek yang diamati pada saat menyelesaikan permasalahan

matematika
Karakter
berpikir Indikator Deskripsi
intuitif
Subjek menjawab soal bersifat
- Jawaban singkat. Jawaban kurang rinci.
langsung, segera atau tiba-tiba,
Catalitic - Subjek tidak mampu memberikan alasan
menggunakan jalan pintas, jawaban
Inference logis.
singkat, tidak rinci, dan tidak mampu
- Gambar yang kurang jelas ukurannya
memberikan alasan logis
- Jawaban subjek kurang rinci dan kurang
Subjek menjawab soal secara teratur.
Power of langsung, segera atau tiba-tiba dengan - Jawaban subjek menggunakan kaidah
synthesis menggunakan kemampuan kombinasi dan prinsip algoritma
rumus dan algoritme yang dimiliki. - Gambar yang dibuat berulang-ulangdan
bervariasi
Subjek menyelesaikan soal secara - Langkah-langkah jawaban terurut dan
langsung, segera atau tiba-tiba, teratur, logis.
Common menggunakan langkah-langkah, - Jawaban mengacu pada pengetahuan
Sense kaidah-kaidah didasarkan pada dan pengalaman (sering latihan)
pengetahuan dan pengalaman yang - Gambar yang dibuat sesuai dengan fakta
dimiliki. yang ada.

METODE
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif
dengan jenis penelitian deskriptif-eksploratif (Miles, M.B & Huberman, A.M 1992). Bila ditinjau
dari tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan karakteristik berpikir intuitif siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika. Untuk mengungkap atau memperoleh gambaran tentang
karakteristik berpikir intuitif yang digunakan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika,
peneliti berusaha melakukan pemeriksaan secara teliti dan hati-hati serta secara detail dan
mendalam (dengan melakukan eksplorasi) terhadap subjek/siswa mengenai apa yang dilakukan,
ditulis, digambar, diucapkan, gerakan tubuh, atau bahkan apa yang dipikirkan mereka pada saat
menghadapi dan menyelesaikan soal melalui wawancara berbasis tugas oleh karenanya peneliti
bertindak sebagai instrumen kunci artinya keberadaan peneliti mutlakdiperlukan dan tidak dapat
diwakilkan oleh orang lain atau dengan sesuatu yang lain (Moleong, Lexy J. 2002). Penelitia juga

4
menggunakan masalah matematika, alat perekam audio dan audiovisual (handycam) sebagai
instrumen pembantu. Berdasarkan tujuan itu, subjek penelitian ini adalah siswa yang duduk
dibangku SMP yang terdiri atas 1 orang termasuk prestasi tinggi dan 1 orang termasuk kelompok
prestasi sedang. Masalah matematika dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Sebuah segitiga sama kaki memiliki panjang alas 6 cm. Panjang kedua kakinya 10 cm.
Tentukan keliling dari segitiga tersebut!

HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian mengungkap karakter berpikir intuitif subjek dalam menyelesaikan masalah
matematika. Berikut ini dipaparkan hasil wawancara dan aktifitas yang dilakukan subjek dalam
menyelesaikan masalah matematika.
1. Paparan data dari subjek Natania Mahrunisa, siswa kelas VIII SMP Full Day Sunan
Ampel, Banyuwangi.

Hasil jawaban dari soal yang telah peneliti berikan dan wawancara yang dilakukan setelah
pengerjaan soal.

Gambar 1. Hasil jawaban subjek NM


Berdasarkan hasil jawaban subjek NM, terlihat bahwa subjek tidak begitu merinci langkah-
langkah dalam menjawab soal yang diberikan oleh peneliti. Subjek hanya menuliskan apa yang ia
ketahui dalam soal, selain itu subjek juga tidak menuliskan rumus untuk menyelesaikan soal yang
diberikan oleh peneliti. Subjek hanya menerka-nerka dalam menyelesaikan soal, subjek hanya
menuliskan apa yang pernah ia pelajari sebelumnya, mengenai rumus keliling segitiga secara
umum tanpa memperhatikan apakah rumus tersebut berlaku untuk seluruh jenis segitiga. Kondisi
ini sesuai dengan pernyataan subjek ketika peneliti melakukan wawancara. Subjek mengatakan
“tidak pernah menemui soal yang semacam ini, cuma ingat kalau rumus keliling segitiga ya seperti
ini”. Subjek NM memanfaatkan pengetahuannya yaitu berupa rumus keliling segitiga yang telah ia
ketahui. Hal ini berarti subjek termasuk dalam karakter berpikir intuitif power of synthesis. Karena

5
subjek menjawab soal secara tiba-tiba dengan menggunakan kemampuan kombinasi rumus yang ia
miliki.
Subjek mampu memahami soal ketika membaca berulang kali yaitu sampai tiga kali, Karena
subjek sebelumnya belum pernah menjumpai soal yang diberikan. Subjek mengatakan “paham sih
sama soalnya”. Peneliti melontarkan pertanyaan selanjutnya, dan dijawab oleh subjek “tadi baca
sampai tiga kali baru paham sama soalnya”.Selanjutnya peneliti melontarkan pertanyaan
lain”apakah yang kamu bayangkan ketika membaca soal tersebut?” subjek menjawab “yang
terbayang hanya rumus keliling segitiga saja, kalau rumusnya ya sisi + sisi + sisi”. Hal ini
menunjukkan bahwa subjek termasuk dalam kategori extrapolativeness yaitu bersifat meramal,
menduga, dan memperkirakan langkah dalam menyelesaikan soal. Meskipun dalam soal termuat
gambar, subjek ragu bisa menyelesaikan soal yang diberikan, karena subjek belum pernah
menjumpai soal yang serupa sesuai dengan pernyataan dari subjek “kalau ada gambar ragu sih
bisa apa enggak, soalnya cuma tau rumus keliling tok dan pernah diajarin untuk keliling segitiga”.
Dengan demikian, subjek hanya bermodalkan rumus yang telah ia ketahui untuk menyelesaikan
soal yang diberikan tanpa membutuhkan gambar dalam penyelesaiannya, maka termasuk dalam
karakteristik berpikir intuitif power of synthesis.
Ketika peneliti bertanya “apakah kamu yakin dengan jawaban yang kamu tuliskan”, subjek
menjawab “yakin kok”. Hal ini juga menunjukkan bahwa subjek memilki karakterisik self-evidence
yaitu konklusi yang diambil dianggap benar tanpa perlu dibuktikan.
2. Paparan data dari subjek Sayyiah Adibah, siswa kelas VII MTs Fathul Hidayah,
Lamongan

Gambar 2. Hasil jawaban subjek SA


Berdasarkan hasil jawaban subjek SA, terlihat bahwa subjek dapat menjawab dengan
relatif rinci dengan disertakan rumus, hal ini menunjukkan bahwa subjek memiliki pengetahuan
dan pengalaman dalam menyelesaikan soal tersebut. Kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan
subjek ketika peneliti mewawancarainya “pernah melihat soal kayak gini. Tapi, biasanya
angkanya ada 3 untuk segitiga. Ini Cuma dua”. Dengan demikian berarti subjek SA memanfaatkan
pengetahuan dan pengalammannya sebelumnya pada saat menghadapi soal tersebut. Berarti subjek
SA menggunakanakan intuisi saat memikirkan solusi, yang merupakan karakter berpikir intiuitif

6
common sense. Yakni menggunakan langkah-langkah, kaidah-kaidah didasarkan pada
pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dan langkah-langkah jawaban terurut dan teratur.
Subjek mampu memahami soal pada saat membaca soal sebanyak dua kali “saya membaca
soal sebanyak dua kali”. peneliti lanjut bertanya kepada subjek” setelah kamu memahami soalnya,
apa yang kamu bayangkan pertama kali?”. Kemudian subjek menjawab dengan spontan. “gambar
segitiga”. Peneliti menambahkan lagi “ segitiga yang seperti apa?”. “ segitiga sama kaki, berarti
kan yang dua sisinya sama” subjek menjwab dengan penekanan dibelakanng kalimatnya. Hal ini
menunjukkan bahwa subjek memikirkan atau membayangkan objek setelah membaca soal.
Dengan demikian menunjukkan bahwa subjek meramal, menduga, dan memperkirakan gambar
segitiga sama kaki dalam bayangannya, yang merupakan karakter berpikir intuitif extrapolativeness
Karena peneliti tidak melihat gambar yang dituliskan di buku. Peneliti mencoba bertanya
kepda subjek “kalau kamu membayangkan kenapa kamu tidak menggambarnya disini?”. Subjek
menjawab dengan sangat percaya diri “ udah jelas 2 sisinya sama. Satu sisinya berbeda. Saya tidak
perlu menggambarnya. Tidak ada perintahnya juga”. Hal ini menunjukkan bahwa subjek berpikir
intuitif self-evidence. Yang dimana subjek yakin dnegan jawabannya dan tidak memerlukan
jastifikasi atau verifikasi lebih lanjut.

PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan data dan analisis penemuan peneliti diatas, ditemukan beberapa
kesamaan dan perbedaan karakteristk berpikir intuitif antara NM dan SA dalam menyelesaikan
masalah bangun datar. Adapun kesamaan-kesamaan karakteristik berpikir intuitif dalam
menyelesaikan masalah bangun datar tersebut antara lain:
1. Kedua subjek NM dan SA sama-sama dapat menyelesaikan soal dengan meramal, menduga,
dan memperkirakan gambar dalam bayangannya. Hal ini berarti kedua subjek menggunakan
karakter berpikir intuitif extrapolativeness
2. Kedua subjek NM dan SA sama-sama memiliki kepercayaan diri terhadap pengerjaannya
sendiri. Hal ini berarti kedua subjek menggunakan karakter berpikir intuitif self-evidence
Sedangkan pebedaan-perbedaan karakteristik berpikir intuitif kedua subjek dalam
menyelesaikan masalah bangun datar tersebut antara lain:
1. Subjek NM menggunakan cara berpikir intuitif power of synthesis. Terbukti dari subjek yang
tidak begitu merinci langkah-langkah dan menjawab soal secara tiba-tiba dengan
menggunakan kemampuan kombinasi rumus yang ia miliki.
2. Subjek SA menggunakan cara berpikir intuitif common sense. Terbukti dari subjek yang
menggunakan langkah-langkah, kaidah-kaidah didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman
yang dimiliki dan langkah-langkah jawaban terurut dan teratur.

7
SIMPULAN
Berdasarkan paparan analisis data dan pembahasan diatas, maka diperoleh karakter
berpikir intuitif dalam menyelesaikan masalah bangun datar sebagai berikut
1. Karakteristik berpikir intuitif yang digunakan oleh subjek NM dalam menyeleaikan
masalah bangun datar antara lain: extrapolative, power of synthsis, dan self-evidence.
2. Karakteristik berpikir intuitif yang digunakan oleh subjek SA dalam menyeleaikan masalah
bangun datar antara lain: extrapolative, common sense, dan self-evidence.

DAFTAR RUJUKAN
Erdyna, dkk. ”Intuisi Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Nganjuk Dalam Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau Dari Adversity Quotient (AQ)” dalam Jurnal Elektronik
Pembelajaran Matematika Vol. 4 No. 5 Tahun 2016. Diakses pada 1 April 2020

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Diakses pada 1 April 2020

Muniri. “Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa Dalam Menyelesaikan Masalah Matematika”


dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.
Tahun 2013. Diakses pada 30 Maret 2020

Anda mungkin juga menyukai