Anda di halaman 1dari 9

KEMAJUAN MILITER DARAT DAN LAUT DI ERA BANI

UMAYAH SERTA CAPAIAN-CAPAIANNYA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah


Mata Kuliah Tarikh Khulafa’

Dosen Pengampu:

Ust. Tengku Azhar

Edo Pratama

NIM. T.19.07.004

MA’HAD ALY DARUSY SYAHADAH LI TA’HIL

AL MUDARRISIN WA AL MUDARRISAT

2022/1443
KEMAJUAN MILITER DARAT DAN LAUT DI ERA BANI UMAYAH SERTA CAPAIAN-
CAPAIANNYA
Oleh : Muhammad Nuafal
A. Pendahuluan
Bani Umayah adalah sebuah nama yang diadopsi dari nama salah seorang tokoh kabilah
Quraisy pada masa jahiliyyah, yaitu Umayyah ibn Abd Al-Syam ibn Abd Manaf ibn Qusay Al-
Quraisyi Al-Amawiy.1 Dinasti Umayyah dinisbatkan kepadaMu’awiyah ibn Abi Sofyan ibn Harb
ibn Umayyah ibn Abd Al-Syams yang merupakan pembangun dinasti Umayyah dan juga
khalifah pertama yang memindahkan ibu kota kekuasaan Islam dari Kufah ke Damaskus.

Daulah Bani Umayyah berdiri pada tahun 41 H/661 M. Didirikan oleh Mu’awiyyah bin
Abi Sufyan. Ia adalah gubernur Syam pada masa pemerintahan Umar bin Khattab dan Utsman
bin Affan. Selama ia menjabat gubernur, ia telah membentuk kekuatan militer yang dapat
memperkuat posisinya di masa-masa mendatang. Ia tidak segan-segan menghamburkan harta
kekayaan untuk merekrut tentara bayaran yang mayoritas adalah keluarganya sendiri. Bahkan
pada masa Umar bin Khattab, ia mengusulkan untuk mendirikan angkatan laut, tetapi Umar
menolaknya. Dan angkatan lautnya berhasil didirikan ketika masa pemerintahan Utsman bin
Affan.2 Masa pemerintahan dinassti Umayyah berlangsung selama 91 tahun dengan 14 orang
khalifah. Berbagai kemajuan telah diperoleh pada masa dinasti ini dalam bidang administrasi
misalnya, telah terbentuk berbagai lembaga administrasi pemerintahan yang mendukung tambuk
pimpinan dinasti Umayyah. Banyak terjadi kebijaksanaan yang dilakukan pada masa ini, di
antaranya; Pemisahan kekuasaan, Pembagian wilayah, Bidang administrasi pemerintahan,
Organisasi keuangan, Organisasi keteraturan, Organisasi kehakiman, Sosial dan budaya, Bidang
seni dan sastra, Bidang seni Rupa, Bidang Arsitektur dan lain sebagainya.3

Namun dinasti ini lebih banyak mengarahkan kebijakan pada perluasan kekuasaan politik
atau perluasan wilayah kekuasaan negara. Perluasan wilayah di zaman Dinasti ini merupakan
ekspansi besar kedua setelah ekspansi besar pertama di zaman Umar bin Khattab. Melalui
strategi-strategi ekspansi yang dilakukan pada masa pemerintahannya, banyak daerah-daerah
yang berhasil dikuasai umat Islam. Kemudian dilakukan upaya-upaya untuk mempertahankan
1
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004), h. 181
2
Dr. Fuji Rahmadi P. MA, “kajian sejarah dan kemajuannya”, jurnal al-hadi, ( universitas pembangunan Panca Budi
Medan ), vol. III, No. 2, hal.669
3
Maidir Harun, Firdaus Agung, Sejarah Peradaban Islam, (Padang IAIN IB Press, 2001), h. 82-87.

1
wilayah kekuasaannya. Daerah-daerah yang berhasil dikuasai pada masa dinasti menjadikan
kekuasaan Islam semakin luas. Pada awal masa pemerintahan bani Ummayyah, langkah strategis
yang dilakukan Muawiyah adalah dengan memindahkan ibu kota negara dari Madinah ke
Damaskus. Perluasan wilayah Islam kembali dilanjutkan, hingga sampai benua Afrika, Asia
tengah dan benua Eropa. Kekuasaan bani Ummayyah yang hampir satu abad ini terbagi menjadi
14 kali pergantian kekuasaan dengan 2 kategori, yaitu kekuasaan Bani Ummayyah di Damascus
dan Bani Ummayyah di Andalusia. Ada pula yang mengkategorikan masa pemerintahan Bani
Umayyah ini menjadi 3 bagian, yaitu masa permulaan berdirinya dinasti bani Ummayyah, masa
perkembangan atau kejayaan dan terakhir masa keruntuhan.4

B. Strategi perluasan kekuasaan

Strategi perluasan Islam yang dilakukan Muawiyah adalah melalui politik ekspansi
(perluasan wilayah). Pada masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, Daulah Islamiyah telah
demikian meluas, tetapi perluasan tersebut belumlah sampai kepada tapal batas yang tetap. Sebab
disana sini masih selalu terjadi pertikaian dan kontak-kontak pertempuran di daerah perbatasan
itu. Daerah-daerah yang telah berada dalam kekuasaan Islam itu masih tetap menjadi sasaran
penyerbuan pihak-pihak yang di luar Islam, dari belakang garis-garis perebutan itu. Di tambah
lagi musuh di luar lingkungan Islam telah berhasil merampas beberapa daerah kepunyaan Daulah
Islamiyah, ketika terjadinya perpecahan-perpecahan dan pemberontakan-pemberontakan dalam
negeri dan ancaman dari luar.

Dalam keadaan semacam ini, terjadilah pertempuran-pertempuran antara Bani Umayah


dan negara tetangga mereka, yang di kebanyakan daerah-daerah pertempuran yang telah dicapai
oleh perluasan Islam di masa Khulafaur Rasyidin. Sifat dari peperangan ini adalah bahwa ia akan
berlangsung terus sampai terdapat tapal batas alami yang memisahkan antara kedua pasukan
yang bermusuhan tersebut. Seperti yang dijelaskan pula oleh Ira M Lapidus bahwa kebijakan
konsolidasi rezim kekhilafahan yang terpenting adalah melanjutkan gerakan penaklukan yang
berskala dunia. Serangkaian penaklukan tahap awal dilatarbelakangi sejumlah migrasi kesukuan
dan pengerahan kekuatan Arab yang berpusat di beberap pangkalan militer. Penaklukan baru
pada tahap berikutnya berlatarbelakangi ambisi kerajaan dan melibatkan sejumlah penyerangan
terhadap wilayah-wilayah terpencil yang dilaksanakan oleh sejumlah kekuatan tambahan non-
4
Khoiro Ummatin, “Tiga Pilar Penyangga Eksistensi Dinasti Ummayah”, jurnal Dakwah, Vol.XIII, No.2, Tahun
2012.

2
Arab. Maka perang yang terjadi berikutnya bukanlah perang ekspansi kesukuan, melainkan
perang kerajaan yang berjuang meraih dominasi dunia. Dalam sejumlah peperangan tersebut
berhasil dikuasi negeri-negeri seperti Afrika Utara, Spanyol, Transoxania, dan sebagian negeri
Sindh.5

C. Penaklukan Dan Penyebaran Agama Islam

Ketika Khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan terpaksa berhadapan dengan musuh-musuh
politik dalam negara dan menyempumakan tanggung jawabnya sebagai pemerintah umat Islam
untuk memberi keselesaan hidup kepada rakyat seperti menyediakan kemudahan infranstruktur
awam seperti yang telah disebutkan di atas, selaku pemimpin umat Islam, baginda juga ada dan
telah melaksanakan tugas-tugas kerajaan untuk luar negara yaitu tindakan pengukuhan kerajaan
dan penyebaran agama Islam kepada penduduk di negara-negara yang masih belum
diperkenalkan agama Islam kepada mereka.6

Khalifah Mu'awiyah bin Abu Sufyan menyadari segala-galanya itu terjadi adalah
berkaitan dengan sikapnya juga. Barangkali terbayang di dalam fikiran beliau, kalau dia
bertindak cepat ketika negara sedang dilanda huru-hara pada pertengahan pemerintahan Khalifah
Usman bin Affan tahun 29 Hiirah/ 650 M, dengan menghantar angkatan tentara yang besar ke
kota Madinah dan seandainya beliau tidak mengambil sikap tidak mau membaiat Khalifah Ali
bin Abu Talib pada tahun 35 H/656 M dahulu sehinggah Khalifah Ali bin Abu Talib terbunuh
pada tahun 40 H/660 M, maka kemungkinan besar kedua-dua Khalifah Irrasyidin yang ketiga
dan keempat itu telah dapat menggantar tentara Islam yang gagah perkasa sampai ke negara Cina
di timur dan sampai ke seluruh negari Afrika dan benua Eropah di barat. Khalifah Mu'awiyah bin
Abu Sufyan juga telah melengkapi angkatan tentara yang kuat terdiri dari angkatan darat dan
laut. Angkatan tentara ini pula dibagi menjadi tiga bagian. Pertama pasukan tentara darat yang
beroperasi pada musim panas, kedua tentera darat yang beroperasi pada musim sejuk dan ketiga
tenteri laut. Kemudian angkatan tentara yang besar itu dikerahkan menyerang negara-negara di
sebelah timur, utara dan barat yang pada zaman pemerintahan Khalifah Uthman bin Affan
tentera Islam masih belum sampai ke sana dan ada negara-negara atau wilayah-wilayah yang
telah dirampas kembali oleh angkatan tentara musuh ketika terjadi peristiwa huru-hara di dalam
5
Henny Yusalia, “Daulah Umayyah, Ekspansi Dan Sistem Pemerintahan Monarchiheridetis”, Jurnal Wardah,
No.25, Desember 2012, Hal. 136
6
Tarikuddin Bin Haji Hassan, “Pemerintahan Kerajaan Bani Umayyah”, (Malasyah, Jahabersa), Hal.60

3
negara Islam pada pertengahan zaman pemerintahan Khalifah Uthman bin Affan dan zaman
Khalifah Ali bin Abu Talib.

D. Kemajuan Militer Darat di Era Bani Umayah

Pada masa pemerintahan Bani umayyah perluasan wilayah yang terhenti pada masa
Khalifah Utsman bin Affan dan Ali binAbi thalib dilanjutkan kembali, dimulai dengan
menakhlukkan Tunisia, kemudian ekspansi ke sebelah timur, dengan menguasai daerah
Khurasan sampai sungai Oxus dan Afghanisan sampai ke Kabul. Ekspansi ke Kawasan timur
dilanjutkan kembali pada masa Khalifah Abdul malik bin Marwan. Ia mengirim tantara
menyeberangi sungai Oxus dan berhasil menundukan Balkanadad, Bukhara, Khawarizm,
Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan menguasai Balukhistan, sind,
dan daerah Punjab sampai ke Maltan.7

Ekspansi ke barat secara besar-besaran dilanjutkan di masa waktu seratus tahun Al-Walid
bin Abdul-Malik. Masa pemerintahan al-Walid yaitu masa ketenteraman, kemakmuran dan
ketertiban. Umat Islam merasa hidup bahagia. Pada masa pemerintahannya yang berjalan kurang
semakin sepuluh tahun itu tercatat suatu ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah barat
daya, benua Eropa, yaitu pada tahun 711 M. Setelah Aljazair dan Maroko mampu ditundukan,
Tariq bin Ziyad, pimpinan pasukan Islam, dengan pasukannya menyeberangi selat yang
memisahkan selang Maroko (magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang
sekarang dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Tentara Spanyol mampu dikalahkan.
Dengan demikian, Spanyol menjadi sasaran ekspansi kemudian. Ibu kota Spanyol, Cordoba,
dengan cepatnya mampu direbut. Menyusul setelah itu kota-kota lain seperti Seville, Elvira dan
Toledo yang menjadi ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordoba. Pasukan Islam
memperoleh kemenangan dengan remeh karena mendapat dukungan dari rakyat setempat yang
sejak lama menderita dampak kekejaman penguasa.

Di masa Umar bin Abdul-Aziz, serangan dilaksanakan ke Perancis menempuh pegunungan


Pirenia. Serangan ini dipimpin oleh Aburrahman bin Abdullah al-Ghafiqi. Dia mulai dengan
menyerang Bordeaux, Poitiers. Dari sana dia mencoba menyerang Tours. Namun, dalam
peperangan yang terjadi di luar kota Tours, al-Ghafiqi terbunuh, dan tentaranya mundur kembali

7
Abdul Syukur Al-Azizi, Sejarah terlengkap peradaban Islam, hal 157-158.

4
ke Spanyol. Disamping daerah-daerah tersebut di atas, pulau-pulau yang terdapat di Laut Tengah
(mediterania) juga jatuh ke tangan Islam pada masa waktu seratus tahun Bani Umayyah ini. 8

Dengan kesuksesan ekspansi ke beberapa daerah, di timur maupun barat, wilayah


kekuasaan Islam masa Bani Umayyah sangatlah luas. Daerah-daerah itu meliputi Spanyol,
Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, daerah
yang sekarang disebut Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan di Asia Tengah.

E. Kemajuan Militer Laut di Era Bani Umayah

Angkatan militer laut ini telah dipersiapkan oleh Mu’awiyah bin Abu Sufyan sejak lama
ketika beliau menjabat gubernur di kota Damaskus pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, dan
pernah meminta izin untuk menambahkan Angkatan militer laut. Akan tetapi Khalifah Umar bin
Khattab agak keberatan karena beliau tidak menyukai peperangan di Laut. Dikarenakan pula
para sahabat juga tidak pandai berenang. Pada zaman khalifah Utsman bin Affan, ketika
Mu’awiyah dilantik menjadi gubernur seluruh Syam. Beliau meminta izin lagi kepada khalifah
Utsman bin Affan untuk menambahkan Angkatan laut. Akhirnya Mu’awiyah mendapt izin dari
khalifah, dengan syarat untuk tidak memaksa tantara islam yang tidak mau menjadi pasukan laut.
Akhirnya terbentuklah pasukan laut dengan jumlah 600 kapal yang dimiliki.

Pada era Bani Umayyah, perluasan wilayah Islam menjadi salah satu alasan bagi khalifah
untuk memiliki armada laut, yang pertama di era Muawiyah bin Abi Sufyan yang kemudian
dilanjutkan pada era khalifah Walid bin Abdul Malik yang mengirim Musa bin Nushair untuk
menaklukkan Andalusia. Untuk mencapai tujuan tersebut Khalifah Walid mempersiapkan
armada laut yang berada di Tunisia untuk merebut pulau-pulau sekitar Maroko supaya dapat
menjadi jalan menuju Andalusia.9 Melalui penguatan armada laut inilah Muawiyah bin Abu
Sufyan mampu menaklukkan beberapa kota di Laut Mediterania, seperti Siprus, Arwad, Rhodes
(672 M) Kreta (674 M). Pasca ditaklukkan, kota-kota besar ini dijadikan benteng pertahanan
maritim Islam dalam menghadap ancaman dari angkatan laut kerajaan Byzantium. Pada masa
Muawiyah, armada laut Islam telah memiliki 1. 700 kapal perang yang lengkap.10

8
Ibid, hal. 159.
9
Dr. Yusuf al-Isy, Sejarah Dinasti Umawiyah, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, T.Th), hal. 306.
10
Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam, (Jakarta: Zaman, 2014), hal. 244.

5
Kekuataan armada laut yang dimiliki oleh Bani Umayyah mampu menggentarkan
dan menghancurkan armada laut Byzantium, dan menurut Muhammad Tohir, bahwa bagi
Byzantium, imperium Bani Umayyah pada masa itu merupakan musuh yang lebih berbahaya
daripada Persia pada jaman sebelumnya. Armada laut Arab yang mulai dibangun sejak
jaman hidupnya Mu'awiyah sudah jauh bertambah besar dan kuat di luar dari perkiraan
sebelumnya.11 Perhatian pemerintahan imperium Bani Umayyah juga ditunjukkan oleh
Abdul Malik bin Marwan dengan menunjuk Hassan bin Nu’man al-Ghassani sebagai
gubernur Afrika setelah sebelumnya jabatan tersebut dipegang oleh Zuhayr bin Qays al-
Balawi.
Pada masa gubernur Hassan, Tunisia mampu ditaklukkan setelah ia berhasil
mengislamkan suku Barbar Barenas yang merupakan suku terbesar dan merangkul mereka
untuk menyerang dan menguasai Cartagena, penyerangan ini dimaksudkan agar tidak ada
lagi tempat bagi Kapal-kapal Byzantium untuk berlabuh. Panglima Uqbah bin Nafi' yang
berhasil menguasai Tunisia mendirikan sebuah pelabuhan di sana dan diberi nama kota
Qairawan.
Setelah menaklukkan Cartagena, Hassan terus bergerak mengalahkan Kahina,
seorang komandan wanita dari suku Barbar yang terkenal sangat ganas. Kahina dan seluruh
pasukannya berhasil dikalahkan oleh Hassan. Pasca kemenangannya ini, Hassan
membangun sebuah pelabuhan besar Tunisia di dekat Cartagena yang digunakan untuk
mengawasi gerak gerik dan lalu lintas armada laut Byzantium.12
Pada masa khalifah Al-Walid bin Abdul-Malik (705-715 M), Ekspedisi pertama yang
dipimpin oleh Thariq bin Ziyad, mampu merobek jantung pertahanan pasukan Spanyol
pimpinan Zuraiq Raja dari al-Qauth yang berjumlah sekitar 20.000 orang, sehingga pasukan
Thariq mampu merangsek masuk dan menguasai Toledo hingga mendapatkan tambahan
pasukan yang dipimpin oleh Musa bin Nushair yang berjumlah sekitar 8.000 personil. Kedua
ekspedisi inilah yang pada akhirnya menjadi jalan pembuka bagi perkembangan Islam di
Andalusia.
Thariq bin Ziyad, adalah komandan pasukan yang diutus oleh Gubernur Musa bin
Nushair bersama pasukannya ia menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko

11
Muhammad Tohir, Sejarah Islam dari Andalus Sampai Indus, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1981), hal. 88.
12
Ibid, hal. 295.

6
(magrib) dengan benua Eropa, dan mendarat di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan
nama Gibraltar (Jabal Thariq).
Angkatan laut Bani Umayyah utamanya pada masa kepemimpinan Abdurrahman an-
Nashir (912-929 M) telah memiliki kekuataan yang sangat di segani oleh angkatan laut
Eropa, hal tersebut dikuatkan dengan keberadaan dua pangkalan militer. Yakni di sisi timur
laut Mediterania yang berpusat di pelabuhan Murcia, sedangkan pangkalan di sisi barat
terletak di Laut Atlas (Laut Gelap) dengan kota pelabuhan utama Lisabon.13

13
Syaikh Abdul Aziz Az-Zuhairi. Khairuddin Barbarosa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan. (Jakarta: Pustaka Al
Kautsar. 2016), hal. 49.

7
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004)
Al-Isy, Yusuf. T.Th. Sejarah Dinasti Umawiyah. Jakarta: Pustaka al-Kautsar.
Az-Zuhairi, Syaikh Abdul Aziz. 2016. Khairuddin Barbarosa: Pahlawan Islam Penguasa Lautan.
Jakarta: Pustaka Al Kautsar
Harun Maidir, Agung Firdaus, Sejarah Peradaban Islam, (Padang IAIN IB Press, 2001).
Haji Hassan Bin Tarikuddin, “Pemerintahan Kerajaan Bani Umayyah”, (Malasyah, Jahabersa).
Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh. 2014. Buku Pintar Sejarah Islam. Jakarta: Zaman
Rahmadi Fuji “kajian sejarah dan kemajuannya”, jurnal al-hadi, ( universitas pembangunan
Panca Budi Medan ), vol. III, No. 2.
Tohir, Muhammad. 1981. Sejarah Islam dari Andalus Sampai Indus. Jakarta: Pustaka Jaya
Ummatin Khoiro, “Tiga Pilar Penyangga Eksistensi Dinasti Ummayah”, jurnal Dakwah,
Vol.XIII, No.2.
Yusalia Henny, “Daulah Umayyah, Ekspansi Dan Sistem Pemerintahan Monarchiheridetis”,
Jurnal Wardah, No.25, Desember 2012.

Anda mungkin juga menyukai