PENDAHULUAN
Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Andalusia (Spanyol ) masa penaklukan
Islam oleh Thariq bin Ziad hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir disana, Islam memainkan
peranan sangat besar. Pada priode ini Daulah Umayyah Spanyol mencapai puncaknya
menyaingi Daulah Abbasyiah di Bagdad. Apalagi ketika telah didirikannya Universitas
Cordoba, perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku, pembangunan kota
berlangsung cepat dan rakyat dapat menikmati kemakmuran dan kesejahteraan. Maka
banyaklah para pencari ilmu pengetahuan memperdalam ilmu mereka di Andalusia terutama
bangsa-bangsa Eropa.
Masa tersebut dikenal sebagai masa Daulah Umayyah II. Masa tersebut berlangsung
lebih kurang tujuh setengah abad lamanya. Dalam kurun waktu 750 tahun tersebut. Pada
masa Islam di Andalusia ini, tentulah banyak hal yang bisa disumbangkan Islam terhadap
wilayah tersebut. Sehingga kalau saat ini kita berada di Spanyol kita akan melihat masih
banyak peninggalan-peninggalan bersejarah Islam yang terdapat disana.
Sehingga ketika Umat Islam di Spanyol memasuki masa disintegrasi masih terdapat
kekuatan besar yang dominan, yaitu dinasti Murabithun dan dinasti Muwahhidun. Meskipun
dua dinasti ini pada mulanya merupakan gerakan keagamaan akhirnya menjadi suatu gerakan
yang berbentuk pasukan dan berhasil menguasai beberapa daerah Andalusia yang telah
dikuasai Kristen.
Meskipun diakhir pemerintahannya daerah daerah yang mereka kuasai tersebut pada
akhirnya kembali dikuasai oleh pihak Kristen kecuali Granada, yang kelak nantinya berada
dibawah Dinasti Bani Ahmar.
Untuk mengetahui apa dan bagaimana sejarah berdiri sampai berakhirnya serta
kemajuan yang dicapai oleh kedua dinasti ini. Penulis akan menguraikan lebih lanjut pada
bab- bab selanjutnya.
1
BAB II
DINASTI MURABITHUN
Murabithun adalah salah satu dinasti Islam yang berkuasa di Maghribi. Nama
Murabithun berkaitan erat dengan nama tempat tinggal mereka (ribat, semacam madrasah).
Mereka biasa juga diberi sebutan al-mulassimun (pemakai kerudung sampai menutupi
wajah). Asal usul dinasti dari Lemtuna, salah satu puak dari suku Senhaja. Berawal dari 1000
anggota pejuang. Diantara kegiatan mereka adalah menyebarkan agama Islam dengan
mengajak suku-suku lain menganut agama Islam seperti yang mereka anut. Mereka
mengambil ajaran mazhab Salaf secara ketat. Wilayah mereka meliputi Afrika Barat Daya
dan Andalus. Pada mulanya gerakan keagamaan yang kemudian berkembang menjadi religio
militer.
Dalam meyiarkan Islam dengan sebutan al-Mulassimun juga dinyatakan oleh Dr. Ali
Mufrodi: ” mereka menyiarkan Islam dengan semangat dan menggunakan cadar, sehingga
dinamakan al-Mulassimun (orang-orang yang bercadar) ”.
Perkataan “al-Murabithin “ sebagaimana di tulis oleh Greet, berasal dari bahasa
Arab”murabith” yang dalam bahasa Perancis disebut “marabout”, bermakna mengikat,
menyimpulkan, memasang, melekatkan, mengaitkan dan menambatkan. Dengan demikian
seorang Marabout atau Murabith adalah orang yang terikat, tertambat kepada Tuhan,
bagaikan seekor unta yang diikat pada tiang tambatan, atau kapal yang ditambat di dermaga
dan sebagainya .
Sementara Lapidus mengatakan bahwa “al-Murabithun” berasal dari sebuah akar kata
Al-Qur’an “ r-b-t “ yang merujuk pada tehnik pertempuran jarak dekat dengan
infantri di barisan depan dan pasukan berunta dan berkuda pada barisan belakang (yang
sudah lazim dalam pertempuran masyarakat Berber) , menunjukkan bahwa “al-Murabithun “
bermakna orang-orang yang terjun ke Medan perang suci sebagaimana yang diisyaratkan al-
Qur’an . Dapat dilihat dalam surat al-anfal ayat 60:
واعد هم ما استطعتم من قوة ومن ربا ط الخيل تر هبون به عد هللا
وال وعدوكم واخرين من دو نهم ال تعلمو نهم هللا يعلمهم
Artinya: Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu ) kamu
menggetarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak
mengetahuinya, sedang Allah mengetahuinya.
Hal yang senada juga dinyatakan oleh Philip K. Hitti bahwa pada mulanya al-
Murabithun ini merupakan kumpulan persaudaraan militer, mereka mengambil anggota-
anggotanya yang baru dari kalangan suku-suku yang kaum lelakinya memakai kerudung yang
menutupi muka sampai ke mata, justru itu mereka dinamai juga dengan pemakai kerudung .
Sementara itu menurut K.Ali Murabithun berasal dari kata “ribath “ sebuah kata
turunan lainnya yang berarti sebuah tenpat suci yang menyerupai benteng , seperti biara bagi
para biksu dan “Rabat” ibu kota negeri ini (Magrib) juga berasal dari kata “Ribat” yang
berarti tempat suci.
Dari beberapa uraian diatas dapat dipahami bahwa Murabihun nampaknya pada
awalnya adalah merupakan suatu gerakan keagamaan yang bertujuan memberantas berbagai
penyelewengan keagamaan dan akhirnya berkembang memasuki wilayah militer dan
kemudian politik dan kekuasaan.
Seperti telah disinggung diatas bahwa Murabithun berasal dari suku Lamtunah, yaitu
merupakan bagian dari cabang suku Shanhajah dari suku Barbar. Jumlah mereka semakin
bertambah ketika Musa bin Nushair menjadi gubernur diwilayah Afrika. Dalam
perkembangan berikutnya, mereka menjadi sebuah komunitas yang cukup dominan di
wilayah tersebut.Gerakan Murabithun ini dipelopori Yahya bin Ibrahim Al-Jaddali salah
seorang kepala suku Lamtunah. Gerakan ini dimulai sekembalinya dari perjalanan ibadah
haji. Dalam perjalanan kembali ke kampung halaman di Naflis, ia berjumpa dengan seorang
alim bernama Abdullah bin Yasin Al-Jazuli. Dengan kesungguhan hati, Yahya bin Ibrahim
meminta Abdullah bin Yasin untuk datang ke tempat tinggalnya dan mengajarkan ilmu
agama yang benar kepada penduduk ditempat tinggal Yahya, sehingga ia bersama Yahya
pergi menuju tempat kelahiran Yahya bin Ibrahim. Akan tetapi, dakwah yang disampaikan
Abdullah bin Yasin tidak mendapat banyak sambutan, kecuali dari keluarga Yahya bin
Ibrahim, Yahya bin Umar dan keluarga adiknya Abu Bakar bin Umar. Melihat kegagalan
dakwah yang disampaikannnya, akhirnya Abdullah bin Yasin mengajak beberapa orang
pengikutnya pergi ke sebuah pulau di Sinegal.
Kegagalan dakwah tersebut di latarbelakangi karena: pada mulanya tindakan keras dan
tegas yang diperaktekkan oleh Abdullah bin Yasin dalam mengajarkan sekaligus memurnikan
ajaran Islam, telah mengurangi simpati mereka kepadanya,sehingga hamper saja beliau
meninggalkan ummat yang baru dihadapinya tersebut untuk pergi berdakwah ke
Sudan.Namun karena bujukan dan desakan dari beberapa teman dekatnya, akhirnya Abdullah
bin Yasin mau bertahan dan menetap disana.
Orang- orang Berber yang berpandangan luas menyesali tindakan mereka terhadap
Abdullah bin Yasin, dan datang meminta maaf serta menyatakan bersedia melaksanakan
ajaran- ajaran gurunya, sehingga secara bersama-sama mereka mendirikan ribat, semacam
pesantren, di hulu sungai Sinegal .
Disinilah Abdullah bin Yasin dan para pengikutnya mendirikan ribat . Orang –orang
yang bergabung dengan kelompok Abdullah bin Yasin dan Yahya bin Ibrahim, semakin
bertambah banyak. Ketika jumlah pengikutnya sekitar seribu orang, Abdullah bin Yasin
memerintahkan kepada seluruh pengikutnya untuk menyebarkan ajaran mereka keluar ribath
dan memberantas berbagai penyimpangan ajaran agama. Sasaran usaha kelompok ribath ini
tidak hanya ditujukan kepada individu, tetapi juga kepada para penguasa yang memungut
pajak terlalu tinggi tanpa ada distribusi yang jelas kepada masyarakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, ketika pengikut ribath semakin bertambah banyak,
mereka mulai melirik cara lain dalam perkembangan ajaran kelompok ini, yaitu dengan
memasuki wilayah politik militer dan kekuasaan.Untuk kepentingan itu, mereka mengangkat
Yahya bin Umar menjadi panglima militer mereka. Kelompok ini kemudian melakukan
ekspansi ke wilayah-wilayah Sahara Afrika dan menaklukan penduduknya.Usaha ekspansi ini
bukan berarti tidak ada perlawanan sengit, penguasa Sijilmash bernama Mas’ud bin
Wanuddin al-Magrawi melakukan perlawanan sengit, meskipun akhirnya gugur dalam
pertempuran tersebut dan ibu kota Wadi Dar’ah direbut oleh kelompok Murabithun pada
tahun 1055 M.
Dr. Hasan Asari, MA menyebutkan, Ribath tidak menjadi lembaga sufi pada saat
pertama lembaga ini diperkenalkan. Pada abad ke-1/7, semasa berlangsungnya penaklukan
besar-besaran yang dilakukan pasukan Muslim, ribath berarti barak-barak tentara yang berada
pada garis depan, dekat dengan perbatasan daerah yang masih dikuasai musuh atau yang
sedang dalam proses penaklukan. Asosiasi ribath dengan persoalan militer dapat dilihat
dalam sejarah munculnya dinasti Murabithun, yang pernah
Menjadi penguasa Afrika Utara dan al-Andalusia dari pertengahan abad ke - 5/ 11 hingga
pertengahan abad berikutnya, meskipun asosiasi ini bukan kondisi yang umum lagi sejak
abad ke -8/ 14. Para penghuni Ribath (murabith, murabithun) kemudian mengalihkan
perhatiannya dari perang fisik melawan musuh kepada perang spiritual melawan diri dan
jiwa mereka sendiri dalam praktek-praktek sufi.
Setelah Yahya bin Umar meninggal pada tahun 1056 m, tampuk kekuasaan diambil
alih oleh adiknya yang bernama Abu Bakar dan kemanakannya bernama Yusuf bin Tasyfin.
Setelah Abdullah bin Yasin meninggal pada tahun 1059 M, dalam suatu pertempuran
Samudera Atlantik. Sepeninggal Abdullah bin Yasin, tampuk kekuasaan dan wilayah-wilayah
kekuasaan kaum ribath diambil alih oleh Abu Bakar dan Yusuf bin Tasyfin.
Ketika terjadi konflik di antara suku-suku yang ditinggalkannya di bagian utara, kedua
berpisah. Abu Bakar kembali ke Sahara untuk mengembalikan keamanan dan ketertiban.
Sementara Yusuf bin Tasyfin melanjutkan usaha penaklukannya ke wilayah Utara. Usaha
keduanya berhasil dengan baik. Karena itu, Abu Bakar berkeinginan kembali ke utara dan
mengambil kekuasaan. Tetapi apa yang diharapkan Abu Bakar tidak menjadi kenyataan.
Karena kedatangannya ke wilayah Magribi tidak diharapkan oleh Yusuf bin Tasyfin dan
istrinya bernama Zainab. Karena itu, ketika Abu Bakar tiba Yusuf tidak pernah menyinggung
soal kepemimpinan. Yusuf hanya memberikan hadiah dengan jumlah yang cukup banyak.
Tampaknya Abu Bakar tidak mau bersitegang dengan kemanakannya hanya karena
persoalan politik kekuasaan. Karena ia menyadari bahwa latar belakang berdirinya kelompok
ini semata bertujuan memberikan peringatan kepada semua orang dan para penguasa yang
telah melakukan penyimpangan ajaran agama. Karena itu kemudian ia pergi meninggalkan
Mahgribi dan kembali ke Sahara, terus pergi ke Sudan dan meninggal disini. Setelah satu
tahun Yusuf bin Tasfin memimpin kesultanan Al-Murabithun, dia langsung membangun kota
Marrakech dan menjadikannya sebagai ibu kota
pemerintahannya.
Ekspansi wilayah masih terus dilanjutkan dan bahkan sampai ke Aljazair. Ia
menganggkat pejabat dari kalangan Murabithun untuk menduduki jabatan gubernur pada
wilayah taklukan, sementara ia memerintah di Maroko. Pada masa Yusuf Tasyfin ini
Murabithun mengalami kejayaan.
Puncak prestasi karir politik Yusuf bin Tasyfin dicapai ketika ia berhasil menyeberang
ke Spanyol. Keberangkatannya ke Spanyol atas undangan amir Cardoba, Al-Mu’tamid bin
Abbas, yang terancam kekuasaan oleh raja Alfonso VI (raja Leon Castelia). Dalam
melaksanakan perjalanan ini Yusuf Bin Tasyfin mendapat dukungan dari Muluk al Thawaif
Andalus. Dalam sebuah pertempuran besar di Zallakah tanggal 12 Rajab 479 H/ 23 Oktober
1086 M, ia berhasil mengalahkan raja Alfonso VI selanjutnya berhasil merebut Granada dan
Malag. Mulai saat itulah ia memakai gelar Amir al-Mukminin. Pada akhirnya ia juga berhasil
menaklukan Muluk al-Thawaif.kemudian menggabungkan wilayah itu dalam kerajaan yang
dibangun.Yusuf juga berhasil menaklukan Almeria dan Badajoz. Kemudian menaklukan
kerajaan Saragosa dan pulau Balearic.
Yusuf bin Tasfin wafat dalam usia seratus tahun (1106), yang pada waktu itu
kekuasaannya telah sampai ke Liberia Selatan termasuk juga Valencia dan Afrika Utara dari
kepulauan Atlantik sampai dengan Aljazair. Warisan yang cukup luas tersebut diterima
anaknya yang bernama Ali bin Yusuf bin Tasfin dan berhasil melanjutkan politik
pendahulunya dengan mengalahkan anak Alfonso VI tahun 1108.
BAB III
DINASTI MUWAHHIDUN
Pada tahun 1162 Abdul Mukmin bin Ali meninggal dunia, beliau digantikan
puteranya sendiri yang bernama Abu Ya’kub Yusuf bin Abdul Mukmin, yang sama seperti
ayahnya ingin memperluas wilayah kekuasaannya, baik ke Utara maupun ke Timur.
Dalam masa kepemimpinannya paling tidak ada dua kali penyerangan yang
dilakukannya ke Andalusia. Pertama pada tahun 1169 di bawah pimpinan saudaranya Abu
Hafs, mereka berhasil merebut Toledo, kedua pada tahun 1184 yang dikomandoinya sendiri,
dan berhasil menguasai wilayah Syantarin sebelah Barat Andalusia, sekaligus
menghancurkan pertahanan tentara Kristen di daerah Lissabon (ibu kota Portugal saat ini),
sekalipun Abu Ya’kup sendiri luka berat yang mengakibatkan kematiannya.
Abu Ya’kup digantikan Abu Yusuf al-Manshur (1184 -1199). Al-Manshur mencatat
kemenangan atas penduduk bani Hamad di Bajaya setelah ia meminta bantuan Bahaduun,
panglima Shalahuddin al-Ayyubi 1184 M. Tahun 1195 Abu Ya’cub berhasil mematahkan
Alfonso VIII setelah menguasai banteng Alarcos kemudian menguasai Toledo dan akhirnya
kembali ke Sevilla (sebagai ibu kota baru).
Kemudian Al-Mansur digantikan Muhammad al-Nashir. Ia dikalahkan dalam
pertempuran di Toulose, sejak itu kerajan Muwahidun melemah, orang Kristen yang pernah
ditaklukan memberontak. Sebab itulah habislah kekuasaan Muwahidun di Andalusia.
Dari uraian diatas kalau kita urutkan para pemimpin- pemimpin Muwahidun, dapat
kita rangkumkan sebagai-berikut:
1. Ibnu Tumart sebagai pelopor awal
2. Abdul Mu’ min sebagai khalipah I
3. Abu Ya’ kub Yusuf.
4. Abu Yusuf Ya’ kub Al –Mansur
5. Muhammad Al-Nasir
6. Abu Ya’ kub Yusuf II dengan gelar Al-Muntasir
BAB IV
KESIMPULAN
Dinasti Murabithun dan Dinasti Muwahhidun adalah dua dinasti Islam yang pernah
jaya di Spanyol dan Afrika Utara. Meskipun pada awal tebentuknya kedua dinasti ini berawal
dari suatu gerakan keagamaan yang menegakkan kebenaran dengan memberantas
kemungkaran. Tapi pada akhirnya berkembang menjadi suatu kekuatan dengan
mengandalkan pasukan perangnya. Sehingga pada kedua masa pemerintahan dua dinasti ini
telah berhasil mengantar Islam untuk memiliki peradapan yang berkembang pesat, seperti
ilmu pengetahuan, seni ukir, seni arsitektur dll. Sehingga lahirlah sejumlah tokoh –tokoh
Islam yang masyhur didunia Islam dan terkenal didunia Barat.
Tetapi seiring dengan perubahan waktu serta keadaan, kedua dinasti ini kian melemah
dikarenakan perubahan sikap mental yang dipicu oleh kesenangan dan kemewahan, dan
perpecahan yang terjadi dikalangan kaum muslimin. Sehingga mengantarkan kedua dinasti
ini mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran apalagi dengan bertambah kuatnya
kekuatan musuh dari kalangan umat Kristen. Sehingga tidak dapat dielakkan lagi kedua
kekuasaan tersebut saat ini hanya tinggal didalam catatan sejarah. Meskipun sisa-sisa
kejayaan dan bangunan-bangunan tersebut masih kita jumpai akan tetapi tidak menjadi milik
Islam lagi. Semoga apa-apa yang masih tersisa ini dapat kita ambil hikmahnya dan kita
jadikan pelajaran bagi generasi kita mendatang.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk kita, masukan dari teman-teman sangat, serta
bimbingan dan arahan dari bapak dosen sangat dibutuhkan untuk menambah perbendaharaan
ilmu pengetahuan.
20
BIBLIOGRAFI
Departemen Agama, Ensiklopedi Islam III, Jakarta, Ictiar Baru Van Hoeve, cet VI,
1999.
Hamka, Sejarah Ummat Islam, Jakarta , NV. Nusantara , jilid II, 1961.
K. Hitti, Philip. The Arabs a Short History, Terj. U. Hutagalung dan ODP, Sihombing,
Bandung, NVPenerbitan W Van Hoeve, 1953.
Lapidus, Ira M. A Study of Islamic Societe, New Yprk: Cambridge University Pres, 1989
Muradi. Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta, PT Karya Toha Putra, Tahun 2006.
Sunanto , Musyrifah. Sejarah Islam Klasik (Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam),
Jakarta, Prenada Media, 2003.
Sumalyo, Yulianto, Arsitektur Mesjid dan Monument Sejarah Muslim, Yogyakarta Gajah
Mada, 2006.
Yatim, Badri. Sejarah Peradapan Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1993.