Anda di halaman 1dari 5

PERADABAN ISLAM DI SPANYOL

Masuknya Islam

Pemerintahan Islam yang pertama kali menduduki Spanyol adalah Khalifah dari Bani
Umayyah yang berpusat di Damaskus (Salwasalsabila, 2008: 21). Sebelum penaklukan
Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu
propinsi dari dinasti Bani Umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di
zaman Khalifah Abd Malik (685-705 M). Khalifah Abd Malik mengangkat Ibnu Nu’man al
Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa Khalifah al Walid (705-715 M), Hasan
Ibnu Nu’man sudah digantikan oleh Musa Ibnu Nushair. Di saat al Walid berkuasa, Musa Ibnu
Nushair sukses memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki daerah Aljazair dan
Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke berbagai wilayah bekas kekuasaan
Bangsa Barbar di sejumlah pegunungan sehingga mereka menyatakan loyal dan berjanji tidak
akan membuat kekacauan seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya.

Penaklukan wilayah Afrika Utara hingga menjadi salah satu propinsi dari Khalifah Bani
Umayyah membutuhkan waktu selama 53 tahun, sejak tahun 30 H (masa pemerintahan
Muawiyah Ibnu Abi Sofyan) sampai tahun 83 H (masa al Walid). Sebelum dikalahkan dan
kemudian dikuasai Islam, kawasan itu merupakan basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu
Kerajaan Gothik. Kerajaan ini seringkali mendatangi penduduk dan mendorong mereka untuk
membuat kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam. Setelah kawasan ini dapat dikuasai
secara total, umat Islam mulai memusatkan perhatiannya untuk menaklukkan Spanyol. Dari
sini dapat diketahui bahwa penaklukan Afrika Utara adalah batu loncatan bagi kaum Muslimin
untuk menguasai wilayah Spanyol (Syalabi, 1995: 156).

Dalam sejarah penguasaan Spanyol, ada tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa dalam proses penaklukan Spanyol. Mereka adalah Tharif Ibnu Malik, Thariq
Ibnu Ziyad, dan Musa ibn Ibnu Nushair. Tharif dinilai sebagai perintis dan penyelidik wilayah
Spanyol karena ia merupakan orang pertama yang sukses menyeberangi selat antara Maroko
dan Benua Eropa. Ia pergi bersama satu pasukan perang berjumlah lima ratus orang dengan
menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian. Dalam penyerbuan itu, Tharif menang
dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang banyak jumlahnya. Termotivasi
oleh keberhasilan Tharif dan krisis kekuasaan dalam kerajaan Gothic yang menguasai Spanyol
pada saat itu, serta dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, pada tahun
711 M Musa Ibnu Nushair mengirim pasukan sebanyak 7000 orang ke Spanyol di bawah
pimpinan Thariq Ibnu Ziyad (Hitti, 2005: 628).

Thariq Ibnu Ziyad lebih terkenal sebagai penakluk Spanyol sebab jumlah pasukannya
lebih besar dan efeknya pun lebih nyata (Syalabi, 1995: 159-1960; Hill, 1996: 10). Pasukannya
terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang didukung oleh Musa Ibnu Nushair dan sebagian
lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al Walid (Yatim, 1994:86). Orang Barbar merupakan
suatu bangsa yang masih mempunyai pertalian keturunan dengan Bangsa Hamiyah, suatu
cabang dari bangsa kulit putih dan dalam masa pra sejarah mungkin berasal dari Bangsa
Samyah. Kebanyakan orang Barbar (Berber) yang mendiami daerah pesisir beragama Kristen.
Orang terkemuka dalam agama Kristen tua, seperti Tertullianus, Santa Cyprianus, dan terutama
Santa Augustinus berasal dari negeri ini (Hitti, 2005: 83). Pasukan itu kemudian menyeberangi
Selat di bawah pimpinan Thariq Ibnu Ziyad. Gunung tempat pertama kali Thariq dan
pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya hingga kini dapat dikenang dengan nama
Gibraltar (Jabal Thariq).

Perkembangan Islam

Islam sebagai fenomena sejarah mengalami masa-masa pertumbuhan, kemajuan dan


juga kemunduran. Keberhasilan perluasan wilayah Islam pada masa pemerintahan Dinasti
Umayah ditindaklanjuti kemajuan peradaban Islam oleh pemerintahan Abbasiyah di Bagdad
dan oleh pemerintahan Umayah di Cordova (Spanyol), menjadikan Islam sebagai adikuasa
dunia. Kemajuan tersebut terdapat ketika umat Islam berada dalam kesatuan politik di bawah
sistem khilafah. Islam di Spanyol sejak pertama kali berkembang sampai berakhirnya
kekuasaannya di sana telah memainkan peranan yang sangat besar. Masa ini berlangsung
selama delapan abad, mulai penaklukan dan penundukan yang dipimpin oleh Tariq ibnu Ziyad
pada tahun 711 M sampai jatuhnya kota Granada dari Dinasti Bani Ahmar ke tangan
pemerintahan Kristen pada tahun 1492 M (Syalabi, 1979: 76)

Pada tahap awal sejak menjadi kekuasaan Islam, Spanyol diperintah oleh wali-wali
yang diangkat oleh pemerintah Bani Umayyah di Damaskus. Pada masa ini kondisi sosial
politik masih diwarnai perselisihan yang disebabkan karena komplesitas etnis dan golongan.
Juga timbulnya gangguan dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di
wilayah pedalaman. Masa ini berlangsung sampai datangnya salah seorang keturunan
Muawiyah yang berhasil menyelamatkan diri kekejaman al Saffah yaitu Abdur Rahman yang
bergelar ‘al Dakhil’ pada tahun 138 H/755 M. Selanjutnya ia mendirikan Dinasti Umayah yang
tidak lagi terikat oleh pemerintahan pusat (al Abbadi, 1964: 65)

Selama berkuasa dalam rentang waktu yang panjang, Islam di Spanyol telah mengisi
lembaran sejarah Islam. Ia tumbuh, berkembang dan mencapai kemajuan dalam berbagai
bidang terutama ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Dari segi ilmu pengetahuan kemajuan
Islam di Spanyol dapat dibuktikan dengan berdirinya berbagai lembaga pendidikan, sehingga
tidak ada kota, betapapun kecilnya yang tidak memiliki sekolah. Setiap kota utama mempunyai
perguruan tinggi sendiri (Mahmudunnasir, tt: 307-308). Universitas Cordova yang didirikan
Abd al Rahman III dan Universitas Granada yang didirikan Abu Yusuf al Hajjaj menjadi pusat
perkembaagan ilmu pengetahuan. Kedua lembaga pendidikan ini telah memberikan
sumbangan yang penting terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus
memunculkan ilmuwan ilmuwan yang terkenal bagi perkembangan Islam di dataran Eropa
(Tim penulis IAIN Syahid, 1992: 121).

Faktor terusirnya umat Islam dari kawasan Spanyol

Dalam penaklukan Spanyol, para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara
sempurna, mereka membiarkan orang-orang Kristen yang sudah ditaklukkannya
mempertahankan hukum dan adat mereka, namun demikian, kehadiran orang Arab Islam telah
memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen dan hal inilah yang menyebabkan
negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen.

Di paruh kedua masa Islam di Spanyol para penguasa gencar-gencarnya membangun


kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan serius, hingga lalai dalam
mengembangkan perekonomian. Hal inilah yang mengakibatkan Spanyol saat itu mengalami
kesulitan ekonomi yang amat berat dan mempengaruhi kondisi politik dan militer.

Gerakan Averroism

Ibn Rusyd telah memahami pandangan para filsuf seperti Al-Farabi, Ibn Sina, Ibn
Bajjah, Ibn Thufail, dan lain-lain. Ia menghargai pandangan-pandangan mereka, walaupun
dibanding dengan para filsuf tersebut dalam penggunaan akal dan pemikiran filsafat yang
spesifik Ibn Rusyd lebih banyak. Ibn Rusyd mengakui bahwa para filsuf itu telah membukakan
jalan baginya dengan karya karya mereka. Tetapi tetap saja Ibn Rusyd bersikap kritis kepada
mereka dengan mengungkap suatu kesalahan yang ada dalam pandangan kefilsafatannya. Oleh
karena itulah ia sering berbeda pendapat dengan para pendahulunya. Al-Ghazali tidak
mempelajari pandangan Aristoteles kecuali untuk menyerang dan memusuhinya. Sementara
itu Al-Farabi dan Ibn Sina telah mempelajari pandangan Aristoteles namun mereka
memasukkan unsur-unsur Platonisme ke dalam filsafatnya. Ibn Rusyd mengkritik Al-Farabi
dan Ibn Sina kemudian merujuk kepada pandangan Aristoteles.38 Sehingga di dalam
filsafatnya dijumpai ada dua unsur pokok yaitu pandangan Aristoteles dan keyakinan agama.
Maka akan jelas bagaimana Ibn Rusyd menempatkan keduanya pada posisinya berdasar
keyakinannya dengan burhân dan atas pancaran pandangan rasionalnya, tidak hanya
menyangkut pandangannya mengenai keharominisan antara akal dan agama.

TUGAS

Tulislah biografi pemikir muslim yang berpengaruh pada peradaban islam di Spanyol!

1. Al-Farabi

Abu Nashr Muhammad Al-Farabi lahir pada 870 M di Farab, sebuah kota di Turki
tengah. Al-Farabi adalah seorang jenius yang menguasai 89 bahasa dan guru besar Muslim
dalam bidang fiqih, filsafat, sains, kedokteran, musik, dan puisi. Al-Farabi pernah tinggal di
Baghdad selama 40 tahun untuk memelajari bahasa Arab dan Yunani, kemudian memelajari
filsafat dan logika Aristoteles. Apabila Aristoteles dikenal sebagai guru pertama, maka Al-
Farabi dijuluki sebagai guru kedua dan Bapak Logika Islam. Sepanjang hidupnya, Al-Farabi
menulis lebih dari seratus buku berbahasa Arab dalam bidang filsafat, sains, kedokteran, musik,
dan lain-lain. Beberapa karyanya yang terkenal adalah At-Ta'lim Ats-Tsani, Al-Musiqi Al-
Kabir, Ihsha'u Al-Iqa, dan Ihsha'u Al-Ulum wa At-Ta'rif bi Aghradhiha.

2. Al-Khawarizmi

Al-Khawarizmi atau yang mempunyai nama asli Muhammad Ibn Musa al-Khawarizmi dikenal
sebagai Bapak Aljabar Dunia. Ia menciptakan pemakaian secans dan tangens dalam
trigonometri dan astronomi. Selain itu, Al-Khawarizmi juga menciptakan sistem penomoran
yang sangat penting hingga digunakan pada zaman sekarang.
3. Ibnu Haitham

Ibnu Haitham adalah Bapak Optik Modern yang mempunyai nama asli Abu Ali
Muhammad Al-Hassan Ibnu Al-Haitham. Dalam kalangan cerdik pandai di Barat, tokoh
ilmuwan Islam yang lahir pada 965 M ini dikenal dengan nama Alhazen. Tulisannya mengenai
pengobatan mata telah menjadi rujukan penting yang masih dipelajari hingga saat ini. Ibnu
Haitham banyak melakukan penelitian mengenai cahaya dan telah memberi ilham kepada ahli
sains Barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler, dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
Selain itu, Ibnu Haitham telah menemukan prinsip kesatuan udara sebelum Trricella dan daya
gravitasi sebelum Issaac Newton.

Anda mungkin juga menyukai