Anda di halaman 1dari 4

1,5 Jam Jalan Nasional Lumpuh Gara-

Gara Kecelakaan Muara Rapak


Sembilan Mobil Diseruduk Truk, Turunan Rapak Kembali Mencekam
Senin, 09 Mei 2016 12:00

PROKAL.CO, BALIKPAPAN Seperti enggan belajar dari pengalaman, tragedi di turunan


Muara Rapak, Jalan Soekarno-Hatta terus berulang. Siapa yang harus disalahkan, nyatanya
pemerintah seperti tutup mata. Minggu (8/5) sekitar pukul 16.30 Wita di kawasan itu kembali
mencekam, lantaran tabrakan beruntun terjadi di tanjakan maut tersebut.

Sebuah truk Hino nomor polisi L 9492 UB yang dikendarai Bondan Bimo Setiawan (40) hilang
kendali di turunan Muara Rapak. Walhasil, pengendara asal Blitar yang mengangkut 10 kubik
kayu Bengkirai itu menabrak banyak kendaraan di depannya. Diketahui, dia membawa kayu
tersebut dari Tenggarong, Kutai Kartanegara, untuk dikirim ke Jawa melalui kapal di Pelabuhan
Semayang.

Data yang dihimpun Kaltim Post dari Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Balikpapan mencatat,
terdapat sembilan kendaraan roda empat (R-4) beragam jenis dan satu sepeda motor (R-2)
Yamaha Jupiter MX menjadi korban dalam kecelakaan beruntun tersebut. Plus satu truk yang
menubruk.

Sontak, karena kejadian itu, hingga pukul 18.00 Wita, dua ruas jalan nasional tersebut lumpuh
total. Sekejap lokasi disesaki warga dan pengemudi yang mayoritas hendak melintas.

Petugas pun mengalihkan lalu lintas kendaraan ke jalan penghubung antara Kecamatan
Balikpapan Utara, Balikpapan Barat, dan Balikpapan Tengah untuk sementara selama proses
evakuasi yang berjalan 1,5 jam.

Setelah kejadian, Bondan berinisiatif mengamankan diri ke pos polisi yang tak jauh dari
bundaran simpang lima depan Plaza Rapak. Delapan petugas Polsek Balikpapan Utara yang
dipimpin Kapolsek Balikpapan Utara AKP Sarbini turun ke lokasi, mengingat TKP hanya
selemparan batu dari Mapolsek.

Saya mendengar bunyi benturan sebanyak lima kali. Spontan saja, saya langsung keluar dari
Mapolsek. Beberapa petugas piket juga mendengar dan langsung turun ke jalan, ternyata ada
kecelakaan lagi, papar Sarbini, di lokasi kejadian, kemarin.

Kasat Lantas Polres Balikpapan AKP Eko Budi Yatno yang turun bersama satu regu anggotanya
berisi 12 orang juga meninjau lokasi kejadian. Sejak pukul 17.00 Wita, dua mobil derek dari
Dinas Perhubungan (Dishub) membantu mengevakuasi tumpukan kendaraan di dua ruas jalan.
Meski tak ada korban jiwa dalam kejadian ini, pengemudi dan penumpang mobil mengalami
luka-luka. Mereka langsung dilarikan sejumlah rumah sakit terdekat, seperti RSUD dr Kanujoso
Djatiwibowo, RSUD Balikpapan, dan RS Ibnu Sina. Sekitar pukul 18.00 Wita jalan kembali
dibuka.

Kanit Laka Polres Balikpapan Ipda Suripna menuturkan, saat kejadian terdapat dua baris
kendaraan R-2 dan R-4 yang sedang mengantre mengingat lampu merah tanda berhenti sedang
menyala.

Tiba-tiba sebuah truk berwarna hijau yang dikemudikan Bondan datang dari arah Kelurahan
Batu Ampar hilang kendali. Diduga rem truk tersebut blong. Kata Suripna, mobil Daihatsu
Grand Max berwarna silver KT 1439 KD merupakan mobil pertama yang menjadi korban.
Disusul delapan mobil lain beserta satu sepeda motor.

SOPIR KABUR

Setelah evakuasi korban luka dan kendaraan, polisi tak kunjung menemukan Bondan. Lebih dulu
petugas menelusuri asal-muasal kayu yang terdapat di truk. Ternyata pasca-insiden, Bondan
berniat kabur karena takut menjadi incaran massa, terlebih jalan di lokasi kejadian terbilang
sempit.

Namun, perburuan berakhir, setelah Bondan menyerahkan diri ke Mapolres Balikpapan sekitar
pukul 21.00 Wita. Terkait insiden kecelakaan lalu lintas itu, Satlantas tak memungkiri menjadi
yang terbesar dalam empat bulan terakhir. Sejauh ini korban jiwa kami pastikan nihil, beber
Suripna.

Mengenai tindak, dia menerangkan, Bondan masih diperiksa secara intensif. Ditanya apakah ada
pengaruh minuman keras atau narkotika pada, Suripna menyangkal. Belum ada, tidak mabuk.
Saat menyopir, dia hanya seorang diri dan kondisi sadar. Hanya hilang kendali, jelas Suripna.

Adapun status Bondan masih terperiksa. Pihaknya juga belum menghitung berapa jumlah
kerugian materiil dari insiden tersebut.

Dalam kecelakaan beruntun kemarin, mobil KT 1768 LI milik Kapolsek Waru, Penajam Paser
Utara (PPU) AKP Juhari turut menjadi korban. Dia dari arah Batu Ampar menuju Pasar Kebun
Sayur untuk belanja keperluan sehari-hari. Juhari berada di Kota Minyak karena tengah
mengikuti pelatihan di Sekolah Polisi Negara (SPN) Balikpapan.

Mobilnya bersentuhan langsung dengan bemper truk setelah lima mobil di belakangnya
tersingkir dan keluar ke ruas sebelah jalan. Seketika mobilnya terbalik, namun dia tidak
mengalami luka berarti. Saya kaget langsung tiba ada hantaman keras dari belakang tidak
sampai mengenai bagian kepala saya, cuma mobil saya terbalik, terang Juhari tak jauh dari
mobilnya.

Sementara itu, tragedi di turunan Muara Rapak juga menuntut evaluasi dari Pemprov Kaltim.
Khususnya terkait keberadaan jembatan timbang di Km 17, Jalan Soekarno-Hatta. Jembatan itu
masih berfungsi, namun praktiknya jelas tak sesuai harapan. Faktanya, truk yang mengangkut
puluhan ton kayu dari Tenggarong lolos masuk ke Kota Minyak dengan bobot melebihi
ketentuan.

Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Balikpapan Sudirman Djayaleksana saat membenarkan


kendaraan tersebut dalam kondisi overload. Truk itu dari Tenggarong bawa kayu jati. Bobotnya
diperkirakan 30 ton, ungkapnya. Kondisi kendaraan memang masih bagus. Kirnya juga masih
aktif sampai Juli 2016.

Namun, ketika dicek, rem belakang bagian kiri pecah. Ini memang karena berat muatan yang
melebihi kemampuan kendaraan. Apalagi kondisi jalan yang menurun.

Balikpapan sudah memiliki Perwali Nomor 33 Tahun 2009 yang mengatur jam edar kendaraan
berat. Sayangnya regulasi itu tak mengatur soal truk dengan bak kayu. Hanya truk peti kemas,
trailer, tractor head, pay loader, dan greder yang diatur jam edarnya dalam Perwali. Aturan jam
edar juga tidak berlaku pada hari libur.

Artinya memang ada yang perlu direvisi dari Perwali itu. Yang pertama kami tak akan memakai
lagi ukuran feet (besar kendaraan), tapi bobot kendaraan dan muatan, katanya. Seperti yang
terjadi kemarin, yang menjadi persoalan adalah muatannya yang berlebihan. Selain itu,
pengecualian terhadap hari libur juga harus dikaji kembali. Usulan revisi Perwali ini akan
dikoordinasikan dengan stakeholder terkait.

Solusi selanjutnya adalah memindahkan operasional kapal roro dari Pelabuhan Semayang ke
Terminal Peti Kemas (TPK) Kariangau. Ini bukan solusi baru, wacananya sudah sempat
mengemuka tahun lalu. Kendati demikian, wacana ini mentah karena TPK Kariangau yang sudah
kewalahan mengelola peti kemas saja.

Dirman, sapaan akrabnya, mengaku akan mengundang kembali pihak Pelabuhan Indonesia
(Pelindo) dan TPK Kariangau untuk membahas persoalan tersebut. Kalau kapal roro pindah ke
Kariangau, kendaraan besar otomatis masuknya ke Km 13. Tidak akan lagi lewat Rapak ke
Semayang, jelasnya.

Menurut dia, revisi Perwali tak akan banyak berpengaruh jika kapal roro masih beroperasi di
Semayang. Seharusnya pelabuhan Semayang hanya khusus penumpang. Kami pernah razia jam
edar. Truk besar kami stop yang melanggar. Ternyata mereka terpaksa, mengejar kapal. Mereka
sudah beli tiket dan harus berangkat. Sulit jadinya, tambahnya.

Solusi ketiga adalah membangun posko pengawasan di Km 13. Ini memang bergantung
anggaran. Akan diusulkan di APBD Perubahan Balikpapan 2016. Posko ini juga perlu dilengkapi
dengan timbangan portabel supaya kendaraan dengan muatan berlebih tak sampai masuk ke
dalam kota.

Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi sepakat mengubah Perwali bahwa pada hari libur ketentuan
jam edar akan tetap berlaku. Tentu juga diiringi dengan pengawasan yang ketat. Ia juga setuju
dengan gagasan pemindahan operasional kapal roro ke Kariangau.
Pelabuhan Semayang Akan dikhususkan sebagai pelabuhan angkut penumpang. Pemkot akan
memanfaatkan pelabuhan peti kemas di Km 13 untuk bongkar muat. Ini agar kendaraan besar
tidak lagi masuk ke jalan yang rawan kecelakaan khususnya area Rapak, paparnya.

HARUS DILANDAIKAN

Dosen Teknik Sipil Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Mohammad Muntaha menjelaskan,
harus ada perbaikan sudut tanjakan Muara Rapak. Jalan umum, aturannya sudut maksimal adalah
7 persen. Artinya setiap jarak 100 meter, kenaikannya maksimal hanya 7 meter. Lebih baik lagi
hanya 5 persen.

Solusinya adalah melandaikan tanjakan atau turunan itu. Asal ada anggarannya, tiga atau empat
bulan bisa rampung, jelasnya. Pemkot sendiri sejatinya sudah punya desain pembangunan
flyover di Simpang Muara Rapak, namun hal ini disebut hanya bisa mengurangi kemacetan.
Tanjakan yang terlalu curam tetap harus dilandaikan

Anda mungkin juga menyukai