Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH VARIETAS DAN JARAK TANAM TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL GAMBAS DI TANAH GAMBUT

Dandy Supriandi1), Dini Anggorowati2), Iwan Sasli2)


1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian 2)Dosen Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Email : dandysupriandi9@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman Gambas (Luffa acutangula L.) merupakan tanaman sayuran merambat


dengan alat pemegang berbentuk pilin, batang panjang dan kuat, dapat mencapai puluhan
meter. Daerah asal gambas dari India, tanaman ini telah beradaptasi lama di daerah Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Buah gambas berkhasiat untuk membersihkan darah, selain
berguna untuk obat, kulit buah yang telah kering baik sekali untuk penggosok tempat cucian.
pemilihan varietas tanaman yang tidak tepat menjadi salah satu masalah dalam budidaya
tanaman, pengunaan bahan tanam yang bukan berasal dari varietas unggul akan sangat
berpengaruh bagi budidaya tanaman. pengaturan jarak tanam merupakan faktor penting
dalam upaya meningkatan hasil dari tanaman. Jarak tanam yang terlalu jarang mengakibatkan
besarnya proses penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses pertumbuhan dan
perkembangan terganggu. Penelitian ini telah dilaksanakan di lokasi yang terletak di Jalan
Sungai Raya Dalam Ujung, Desa Punggur. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 9 Febuari
sampai 30 April 2022. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot
Design) dengan Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagai rancangan dasar. Sistem Jarak
Tanam ditentukan sebagai petak utama (main plot) yang terdiri dari 3 taraf dan Varietas
sebagai anak petak (sub plot) yang terdiri dari 3 taraf dan setiap kombinasi 9 perlakuan
diulang sejumlah 3 (kelompok). Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah volume
akar, berat kering tanaman, jumlah buah pertanaman, berat buah pertanaman, berat buah
perbuah, berat buah perpetak, panjang buah, diameter buah. Hasil penelitian menunjukkan
varietas Hibrida Prima dengan jarak tanam 70 cm x 70 cm memberikan pertumbuhan yang
terbaik dan jarak tanam 70 cm x 70 cm mampu memberikan hasil yang terbaik untuk
tanaman gambas pada tanah gambut.

Kata Kunci : Gambas, Gambut, Jarak Tanam, Varietas.

ABSTRACT

Gambas (Luffa acutangula L.) is a vegetable vine with a spiral-shaped holder, a long
and strong stem, which can reach tens of meters. The area of origin of the gambas from
India, this plant has adapted for a long time in Southeast Asia, including Indonesia. Gambas
fruit is efficacious for cleaning the blood, besides being useful for medicine, the dried fruit
skin is very good for scrubbing the laundry. Inappropriate selection of plant varieties is one
of the problems in plant cultivation, the use of planting materials that are not derived from
superior varieties will greatly affect plant cultivation. Spacing is an important factor in
efforts to increase crop yields. Spacing that is too infrequent results in a large process of
evaporation of water from the soil, so that the process of growth and development is
disrupted. This research has been carried out at a location located on Sungai Raya Dalam
Ujung Street, Punggur Village. This research took place from February 9 to April 30, 2022.
This study used a Split Plot Design with a Randomized Block Design (RBD) as the basic
design. The Spacing System was determined as the main plot (main plot) consisting of 3
levels and Varieties as a subplot (sub plot) consisting of 3 levels and each combination of 9
treatments was repeated for 3 (groups). The variables observed in this study were root
volume, plant dry weight, number of fruit planted, weight of fruit planted, weight of fruit per
piece, fruit weight per plot, fruit length, fruit diameter. The results showed that the Hybrid
Prima variety with a spacing of 70 cm x 70 cm gave the best growth and a spacing of 70 cm x
70 cm was able to give the best yield for gambas on peat soil.

Keyword : Gambas, Peat soil, Spacing, Varieties.

PENDAHULUAN

Tanaman Gambas (Luffa acutangula L.) merupakan tanaman sayuran merambat


dengan alat pemegang berbentuk pilin, batang panjang dan kuat, dapat mencapai puluhan
meter. Daerah asal gambas dari India, tanaman ini telah beradaptasi lama di daerah Asia
Tenggara termasuk Indonesia. Buah gambas berkhasiat untuk membersihkan darah, selain
berguna untuk obat, kulit buah yang telah kering baik sekali untuk penggosok tempat
cucian. Luas panen gambas pada tahun 2018 seluas 2.323 ha dan mengalami peningkatan
seluas 2.426 ha pada tahun 2019, hal tersebut sebanding dengan produksi gambas pada tahun
2018 mencapai 4832,50 ton yang mengalami peningkatan sebanyak 7443,80 ton pada tahun
2019. Produksi gambas mengalami peningkatan tetapi belum memenuhi kebutuhan
konsumen seiring dengan pertambahan jumlah penduduk (Badan Pusat Statistik Kalimantan
Barat, 2020).
Produktivitas gambas yang masih tergolong rendah yaitu sebesar 2080,28 ton pada
tahun 2018 dan mengalami kenaikan sebesar 3068,34 ton pada tahun 2019, dikarenakan
pemilihan varietas tanaman yang tidak tepat menjadi salah satu masalah dalam budidaya
tanaman gambas. Gambas yang dibudidayakan para petani pada umumnya masih berasal dari
varietas lokal sehingga waktu panen yang dibutuhkan relatif lebih lama, dan tidak tahan
terhadap serangan hama dan penyakit. Pemilihan varietas unggul yang tepat akan mampu
meningkatkan produksi tanaman gambas. Selain varietas, pengaturan jarak tanam merupakan
faktor penting dalam upaya meningkatan hasil dari tanaman. Jarak tanam yang terlalu jarang
mengakibatkan besarnya proses penguapan air dari dalam tanah, sehingga proses
pertumbuhan dan perkembangan terganggu. Jarak tanam akan mempengaruhi kepadatan dan
efisiensi penggunaan cahaya, persaingan diantara tanaman dalam penggunaan air dan unsur
hara sehingga akan mempengaruhi produksi tanaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi varietas dan jarak tanam
yang memberikan pertumbuhan dan hasil gambas yang terbaik di tanah gambut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di lokasi yang terletak di Jalan Sungai Raya Dalam
Ujung, Desa Punggur. Penelitian ini berlangsung dari tanggal 9 Febuari sampai 30 April
2022. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang, cangkul, sabit, gunting,
sprayer, ember, tali rapia, timbangan digital, meteran, alat dokumentasi, alat tulis,
penggaris, Termohigrometer, gelas ukur, dan oven. Bahan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah benih gambas, tanah gambut, pupuk dasar, kapur dolomit, lanjaran, dan pestisida.
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dengan
Rancangan Acak Kelompok (RAK) sebagai rancangan dasar. Sistem Jarak Tanam ditentukan
sebagai petak utama (main plot) yang terdiri dari 3 taraf dan Varietas sebagai anak petak (sub
plot) yang terdiri dari 3 taraf dan setiap kombinasi 9 perlakuan diulang sejumlah 3
(kelompok), yaitu : j1v1 (50 cm x 50 cm varietas Hibrida Prima F1), j1v2 (50 cm x 50 cm
varietas Anggun F1), j1v3 (50 cm x 50 cm varietas Primavera F1), j2v1 (60 cm x 60 cm
varietas Hibrida Prima F1), j2v2 (60 cm x 60 cm varietas Anggun F1), j2v3 (60 cm x 60 cm
varietas Primavera F1), j3v1 (70 cm x 70 cm varietas Hibrida Prima F1), j3v2 (70 cm x 70
cm varietas Anggun F1), j3v3 (70 cm x 70 cm varietas Primavera F1).
Pelaksanaan penelitian dimulai dari persiapan tempat penelitian membersihkan lahan
dari gulma dan sisa tanaman secara manual dan menggunakan alat berupa parang, kemudian
dicangkul sedalam lapisan olah tanah (± 20 cm), selanjutnya dibuat petakan dengan ukuran
2,5 meter x 2,5 meter sebanyak 27 petak. Jarak antar petakan blok yaitu 1,5 meter dan jarak
antar bedengan didalam blok yaitu 1 meter. Pengapuran dan pemberian pupuk kandang
dilakukan setelah bedengan siap digunakan, sebelum dilakukan penanaman pada tanah
gambut untuk menaikan pH, kemudian dilakukan inkubasi pada media tanam selama 14 hari,
setelah inkubasi dilakukan pengukuran pH tanah pada tanah. Benih di semai ke media semai
dengan jumlah 1 biji. Setelah menjadi bibit lalu dipindah tanam ke bedengan yang sudah
dibuat. Pemindahan bibit dari media semai ke bedengan dilakukan ketika berumur 7 hari
setelah berdaun 2-3 helai. Pemeliharan tanaman meliputi penyiramaan, penyulaman,
penyiangan gulma, pemupukan, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemanenan buah
gambas dilakuan pada umur 45 HST, kriteria panen buah gambas ialah buah berukuran
maksimum, tidak tua, belum berserat, dan mudah dipatahkan. Cara panen yaitu dengan
menunggunakan gunting yang tajam.
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah volume akar (cm3), berat kering
tanaman (g), jumlah buah pertanaman (buah), berat buah pertanaman (g),berat buah perbuah
(g), berat buah perpetak (g), panjang buah (cm), diameter buah (cm).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa pengaruh varietas dan jarak tanam
berinterkasi terhadap volume akar dan berat kering tanaman. Perlakuan varietas berpengaruh
tidak nyata terhadap jumlah buah pertanaman, berat buah pertanaman, berat buah perbuah,
berat buah perpetak, panjang buah, dan diameter buah. Sedangkan pada jarak tanam
berpengaruh nyata terhadap berat buah perbuah dan berat buah perpetak, tetapi berpengaruh
tidak nyata terhadap jumlah buah pertanaman, berat buah pertanaman, panjang buah, dan
diameter buah.
Tabel 1. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Jarak Tanam dan Varietas pada Volume Akar (cm3)
Jarak Tanam Varietas
Hibrida Prima Anggun Primavera
50 cm x 50 cm 3,93 bc 4,77 ab 5,23 a
60 cm x 60 cm 3,47 c 3,40 c 4,73 ab
70 cm x 70 cm 3,60 c 3,57 c 3,67 c
BNJ 0,894
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji BNJ
5%
Hasil uji BNJ Tabel 1 menunjukkan bahwa volume akar yang tertinggi diperoleh
varietas Primavera pada jarak tanam 50 cm x 50 cm namum berbeda tidak nyata dengan
varietas Anggun dan varietas Primavera pada jarak tanam 60 cm x 60 cm, sedangkan
varietas Primavera pada jarak tanam 70 cm x 70 cm menunjukan hasil berbeda nyata dengan
varietas Anggun pada jarak tanam 60 cm x 60 cm dan 70 cm x 70 cm, serta berbeda nyata
dengan varietas Hibrida Prima pada ketiga jarak tanam.
Tabel 2. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Jarak Tanam dan Varietas pada Berat Kering
Tanaman (g)
Varietas
Jarak Tanam
Hibrida Prima Anggun Primavera
50 cm x 50 cm 3,75 b 3,48 b 4,01 b
60 cm x 60 cm 3,77 b 4,08 b 3,90 b
70 cm x 70 cm 5,23 a 3,45 b 3,64 b
BNJ 0,870
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf uji
BNJ 5%
Hasil uji BNJ Tabel 2 menunjukkan bahwa berat kering tanaman varietas Hibrida
Prima pada jarak tanam 70 cm x 70 cm memberikan hasil yang tertinggi dan berbeda nyata
dengan perlakuan jarak tanam 50 cm x 50 cm dan jarak tanam 60 cm x 60 cm, serta berbeda
nyata dengan varietas Anggun dan Primavera pada ketiga jarak tanam.

Tabel 3. Uji Beda Nyata Jujur Pengaruh Jarak Tanam terhadap Berat Buah Perbuah (g) dan
Berat Buah Perpetak (g)
Jarak Tanam Berat Buah Perbuah (g) Berat Buah Perpetak (g)
50 cm x 50 cm 128,06 b 3192,22 b
60 cm x 60 cm 134,01 ab 3227,78 b
70 cm x 70 cm 138,18 a 3333,33 a
BNJ 5,87 71,48
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada satu kolom yang sama
berbeda tidak nyata pada taraf uji BNJ 5%
Hasil uji BNJ pada Tabel 3 menunjukkan bahwa berat buah perbuah pada jarak
tanam 70 cm x 70 cm berbeda tidak nyata dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm dan berbeda
nyata dengan jarak tanam 50 cm x 50 cm. Berat buah perpetak pada jarak tanam 70 cm x
70 cm memberikan hasil yang terbaik dan berbeda nyata dengan jarak tanam 60 cm x 60
cm dan 50 cm x 50 cm.

Gambar 1. Nilai Rerata Jumlah Buah Pertanaman pada Perlakuan Jarak Tanam dan
Varietas
Gambar 2. Nilai Rerata Berat Buah Pertanaman Pada Perlakuan Jarak Tanam dan
Varietas

Gambar 3. Nilai Rerata Panjang Buah pada Perlakuan Jarak Tanam dan Varietas

Gambar 4. Nilai Rerata Diameter Buah pada Perlakuan Jarak Tanam dan Varietas

Gambar 1 menunjukkan nilai rerata jumlah buah pertanaman pada jarak tanam dan
varietas yaitu 8,00 – 8,11. Gambar 2 menunjukkan nilai rerata berat buah pertanaman pada
jarak tanam dan varietas dapat dilihat bahwa rerata berat buah pertanaman berkisar antara
1007,89 g – 1112,00 g. Gambar 3 nilai rerata panjang buah pada jarak tanam dan varietas
dapat dilihat bahwa nilai rerata panjang buah berkisar antara 23,64 cm – 27,66 cm. Gambar
4 menunjukkan nilai rerata diameter buah pada jarak tanam dan varietas dapat dilihat bahwa
nilai rerata diameter buah berkisar antara 2,38 cm – 2,80 cm.

Pembahasan
Berdasarkan analisis keragaman menunjukkan bahwa varietas dan jarak tanam
berinteraksi terhadap volume akar dan berat kering tanaman. Tabel 1 menunjukkan bahwa
volume akar yang tertinggi diperoleh varietas Primavera pada jarak tanam 50 cm x 50 cm
namun berbeda tidak nyata dengan varietas Anggun dan varietas Primavera pada jarak tanam
60 cm x 60 cm. Pada Tabel 2 menunjukkan bahwa berat kering tanaman varietas Hibrida
Prima pada jarak tanam 70 cm x 70 cm memberikan hasilyang tertinggi dan berbeda nyata
dengan perlakuan jarak tanam 50 cm x 50 cm dan jarak tanam 60 cm x 60 cm, serta berbeda
nyata dengan varietas Anggun dan Primavera pada ketiga jarak tanam.
Hasil penelitian pada pertumbuhan menunjukkan bahwa berat kering tanaman pada
varietas Hibrida Prima di jarak tanam 70 cm x 70 cm mampu memberikan hasil yang terbaik
dan pada produksi per tanaman terbaik diperoleh pada jarak tanam 70 cm x 70 cm, hal ini
disebabkan jarak tanam tersebut lebih besar sehingga tanaman mendapatkan unsur hara yang
cukup untuk melakukan proses asimilasi dengan lebih baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan
(Barri, 2003) dimana sistem jarak tanam mempengaruhi unsur hara dan ruang tumbuh yang
diperoleh tanaman yang pada akhirnya memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman. Pada jarak tanam yang lebih sempit penyerapan unsur hara kurang
maksimal diakibatkan adanya persaingan antar tanaman itu sendiri sehingga proses assimilasi
menjadi tidak maksimal dan menghasilkan produksi yang kurang baik. Hasil penelitian dapat
dilihat pada jarak tanam 50 cm x 50 cm yang memiliki produksi per tanaman terkecil. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Resiworo (1992) dimana jarak tanam sempit tanaman budidaya
akan memberikan hasil yang relatif kurang baik akibat persaingan dengan gulma serta
persaingan antar tanaman itu sendiri. Pengaturan jarak tanam yang tepat untuk populasi yang
besar sangat penting untuk mendapatkan produksi optimum.
Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh tidak nyata dengan nilai rerata berat
kering tanaman cenderung mencapai 3,45 – 5,23 g. Berat kering tanaman merupakan
indikator berlangsungnya pertumbuhan tanaman yang merupakan hasil fotosintesis tanaman.
Menurut Setyati (1988) bahwa pertumbuhan tanaman ditunjukkan dengan pertambahan
ukuran dan berat kering yang mencerminkan bertambahnya protoplasma yang terjadi karena
pertambahan ukuran dan jumlah sel.
Pada jarak tanam 70 cm x 70 cm menunjukkan hasil yang terbaik dari jarak tanam 50
cm x 50 cm dan 60 cm x 60 cm pada pengamatan berat buah perbuah. Hasil rerata berat buah
perbuah dapat dilihat dengan hasil rerata 123,17- 141,19 g pertanaman, jumlah ini sangat
rendah jika dilihat berdasarkan deskripsi tanaman gambas Hibrida Prima, Primavera, maupun
gambas Anggun yang menyebutkan bahwa berat buah perbuah tanaman gambas bias
menghasilkan 250 – 350 g perbuah. Hasil pengamatan berat buah perpetak dengan perlakuan
jarak tanam dan varietas setalah dianalisis keragaman menunjukkan hasil berpengaruh nyata
pada jarak tanam dan berpengaruh tidak nyata pada varietas, dengan interaksi kedua
perlakuan berpengaruh tidak nyata. Nilai rerata berat buah perpetak dapat dilihat dengan
hasil rerata 3162,33 – 3385,33 g perpetak. Penelitian Pescie dan Strik (2004) yaitu seiring
jumlah buah yang sama, berat buah rata-rata meningkat secara linear. Makin banyak jumlah
buah, maka makin besar persaingan antar buah untuk memperoleh asimilat sehingga buah
yang dihasilkan lebih kecil. Hal ini sejalan dengan pendapat Zamzami, dkk. (2015) dan
Gumelar, dkk. (2014) yang menyatakan bahwa bila jumlah buah yang tidak berbeda berarti
fotosintat yang dihasilkan oleh daun akan lebih terkonsentrasi pada perkembangan buah
sehingga berat per tanaman akan meningkat. Selanjutnya hasil penelitian Pflanz, dkk,.(2016)
menunjukkan bahwa diameter buah dan panjang buah berkorelasi positif terhadap berat buah,
makin besar diameter buah maka makin besar beratnya.
Penyerapan energi matahari yang baik akan mempengaruhi proses fisiologi terutama
pada tanaman gambas proses fotosintesis akan meningkat. Syarat tumbuh tanaman gambas
antara 18ºC - 24ºC dan kelembaban udara yaitu berkisar antara 50 - 60%. Rerata suhu harian
selama penelitian yaitu 26,9 ºC - 27,8 ºC, sedangkan rerata kelembaban udara harian selama
penelitian yaitu 80% - 82%. Kondisi kelembaban udara dan suhu selama penelitian tidak
mendukung untuk pertumbuhan tanaman gambas. Suhu merupakan faktor yang mempunyai
peran penting dalam proses pertumbuhan karena suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme
tanaman. Suhu mempengaruhi tanaman dalam beberapa aktivitas fisiologi tanaman seperti
pertumbuhan akar, serapan unsur hara dan air dalam tanah, fotosintesis, respirasi dan
translokasi fotosintat (Lenisastri, 2000). Suhu lingkungan sedikit lebih tinggi menyebabkan
semakin tinggi tingkat respirasi dan absorpsi air sehingga terjadi proses- proses perombakan
protein dan terhambatnya kinerja enzim. Selain itu, proses pengangkutan dan penyebaran
asimilat dari sumber fotosintesis kebagian tanaman yang menyimpan atau menggunakan
cadangan makanan menjadi terganggu. Curah hujan selama penelitian yaitu 55,7 – 382,3
mm/bulan. Menurut Kiswondo (2011) faktor lingkungan seperti suplai hara, suhu dan cahaya
matahari perlu mendapat perhatian untuk mendukung keberlangsungan proses pertumbuhan
dan perkembangan suatu tanaman. Menurut Sakri (2012) proses pembungaan dan
pembentukan buah juga dipengaruhi oleh faktor luar antara lain suhu, panjang pendek hari
dan ketinggian tempat. Faktor lingkungan sangat mempengaruhi pertumbuhan dan hasil
tanaman gambas.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :


1) Varietas Hibrida Prima dengan jarak tanam 70 cm x 70 cm memberikan
pertumbuhan yang terbaik pada tanaman gambas pada tanah gambut.
2) Jarak tanam 70 cm x 70 cm mampu memberikan hasil yang terbaik untuk tanaman
gambas pada tanah gambut.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2020. Kalimantan Barat Dalam Angka 2020. Pontianak: Badan Pusat Statistik
(BPS) Kalimantan Barat.
Setyati. 1988. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.
Barri, N. L. 2003. Peremajaan Kelapa Berbasis Usahatani Polikultur Penopang
Pendapatan Petani Berkelanjutan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Resiworo J.S. 1992. Pengendalian gulma dengan pengaturan jarak tanam dan cara
penyiangan pada pertanaman kedelai. Pandang: Prosiding konferensi Himpunan
Ilmu Gulma Indonesia.
Zamzami, K., Nawawi, M., & Aini, N. 2015. Pengaruh jumlah tanaman per polibag dan
pemangkasan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman mentimun kyuri (Cucumis
sativus L). Jurnal Produksi Tanaman, 3(2), 113 – 119.
Pescie, M.A. & Strik, B.C. 2004. Thinning before bloom affects fruit size and yield of hardy
kiwifruit. HORTSCIENCE 39(6), 1243–1245.
Kiswondo, S. 2011. Penggunaan abu sekam dan pupuk ZA terhadap pertumbuhan dan hasil
tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Jurnal Embryo. Vol. 8. No. 1.
Hal: 9-17.
Lenisastri. 2000. Penggunaan Metode Satuan Panas (Heat Unit) Sebagai Dasar Penentuan
Umur Panen Benih Sembilan Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L).
Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Sakri, F.M. 2012. Meraup Untung Jutaan Rupiah dari Budidaya Terung Putih. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Gumelar, R.M.R., Sutjahjo, S.H., Marwiyah, S., & Nindita, A. 2014. Karakterisasi dan
respon pemangkasan tunas air terhadap produksi serta kualitas buah genotipe tomat
lokal. Jurnal Hortikultura Indonesia. 5(2), 78-83.
Pflanz, M., Gebbers, R. & Zude, M. 2016. Influence of tree-adapted flower thinning on
apple yield and fruit quality considering cultivars with different predisposition in
fructification. Acta Hortic. 1130, 605- 612.

Anda mungkin juga menyukai