Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL ILMIAH

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2022

Nama : Ery Susanto


Nim : C1011171072
Program Studi : Agroteknologi
Judul : Pengaruh Pemberian Bokashi Decanter Solid dan Pupuk
Magnesium Tehadap Pertumbuhan Kelapa Sawit di Main
Nursery pada Tanah PMK
Pembimbing : 1. Ir. Agustina Listiawati, MP
: 2. Dr. Ir. Basuni, M.Si
Pengnguji : 1. Asnawati, S.Hut, M.Si
: 2. Ir. Warganda, MMA
PENGARUH PEMBERIAN BOKASHI DECANTER SOLID DAN PUPUK
MAGNESIUM TERHADAP PERTUMBUHAN KELAPA SAWIT
DI MAIN NURSERY PADA TANAH PMK

Ery Susanto(1), Agustina Listiawati(2), Basuni(3)


(2)
Mahasiswa Fakultas Pertanian
(2,3)
Dosen Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Email : erysusanto473@gmail.com

ABSTRAK

Pemanfaatan tanah PMK sebagai media pembibitan memiliki beberapa kendala


seperti tingkat kesuburan rendah. Kendala ini bisa di atasi dengan pemberian bahan
organik seperti bokashi decanter solid. Penambahan magnesium juga dibutuhkan di
main nursery, karena magnesium berfungsi dalam proses fotosintesis dan berbagai
reaksi enzimetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dosis interaksi yang terbaik
antara pemberian bokashi decanter solid dan pupuk magnesium terhadap pertumbuhan
kelapa sawit di main nursery pada tanah PMK. Penelitian dilaksanakan di Dusun Sungai
Mayam, Kecamatan Meliau, Kalimantan Barat pada tanggal 26 Oktober 2021 sampai 26
Februari 2022. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen pola Rancangan Acak
Lengkap (RAL) faktorial dengan 2 faktor perlakuan, setiap perlakuan terdiri dari 3
ulangan. Faktor pertama adalah bokashi decanter solid yang terdiri dari 3 taraf yaitu : 27
ton/ha, 83 ton/ha dan 139 ton/ha. Faktor kedua adalah pupuk magensium yang terdiri
dari 3 taraf yaitu : 2,7 ton/ha, 5,2 ton/ha, dan 7,7 ton/ha, sehingga ada 9 kombinasi
perlakuan. Variabel pengamatan meliputi : pertambahan tinggi tanaman, pertambahan
diameter batang, jumlah pelepah daun, volume akar dan berat kering. Hasil penelitian
menunjukkan terjadi interaksi antara bokashi decanter solid dan pupuk magnesium pada
variabel pertambahan tinggi tanaman 2, 3, dan 4 bulan setelah tanam. Pemberian dosis
bokashi decanter solid 83 ton/ha dan pupuk magnesium 5,2 ton/ha memberikan hasil
terbaik untuk meningkatkan pertumbuhan kelapa sawit di main nursery pada tanah
PMK.

Kata kunci : Decanter Solid, Magnesium, Main Nursery, PMK

1
THE EFFECT OF BOKASHI DECANTER SOLID AND MAGNESIUM
FERTILIZER ON PALM OIL GROWTH IN MAIN NURSERY
ON RED-YELLOW PODZOLIC SOIL

Ery Susanto(1), Agustina Listiawati(2), Basuni(3)


(1)
Mahasiswa Fakultas Pertanian
(2,3)
Dosen Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura
Email : erysusanto473@gmail.com

ABSTRACT

The utilization of Red-Yellow Podzolic Soil as a nursery medium has several


obstacles, such as low fertility. This obstacle can be overcome by giving organic
materials such as solid bokashi decanter. The addition of magnesium is also needed in the
main nursery because magnesium functions in the process of photosynthesis and various
enzymatic reactions. This study aims to determine the best dose of interaction between
the administration of bokashi decanter solid and magnesium fertilizer on oil palm growth
in the main nursery on Red-Yellow Podzolic Soil. The research was conducted in Sungai
Mayam Hamlet, Meliau District, West Kalimantan from October 26, 2021, to February
26, 2022. This study used an experimental method of factorial Completely Randomized
Design (CRD) with 2 treatment factors, each treatment consisting of 3 replications. The
first factor is bokashi decanter solid which consists of 3 levels, namely: 27 tons/ha, 83
tons/ha, and 139 tons/ha. The second factor was magnesium fertilizer which consisted of
3 levels, namely: 2.7 tons/ha, 5.2 tons/ha, and 7.7 tons/ha, so there were 9 treatment
combinations. Observation variables included: an increase in plant height, increase in
stem diameter, number of leaf midribs, root volume, and dry weight. The results showed
that there was an interaction between bokashi decanter solid and magnesium fertilizer on
the variables of plant height increase 2, 3, and 4 months after planting. The dose of
bokashi decanter solid 83 tons/ha and magnesium fertilizer 5.2 tons/ha gave the best
results to increase oil palm growth in the main nursery on Red-Yellow Podzolic Soil.

Keywords: Decanter Solid, Magnesium, Main Nursery, Red-Yellow Podzolic Soil

2
PENDAHULUAN

Kelapa sawit merupakan tanaman dari famili palmae yang di kenal karena dapat
menghasilkan minyak nabati. Tanaman kelapa sawit adalah tanaman yang banyak
dibudidayakan di Indonesia. Setiap aspek di dalam teknik budidaya tanaman kelapa
sawit sangat perlu diperhatikan seperti teknik pembibitan yang bertujuan untuk
menghasilkan bibit dengan kualitas pertumbuhan yang baik dan optimal.

Main Nursery atau pembibitan utama merupakan tahap kedua dari pembibitan
double stage yang dilakukan mulai umur 4-12 bulan sampai siap tanam. Main nursery
bertujuan untuk menghasilkan bibit yang sesuai dengan standar pertumbuhan kelapa
sawit sebelum ditanam ke lapangan. Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
bibit kelapa sawit di main nursery adalah kesuburan media tanam. Keterbatasan media
tanam yang subur di Kalimantan Barat menyebabkan penggunaan lahan marginal
mejadi alternatif sebagai media pembibitan kelapa sawit.

Salah satunya jenis tanah marjinal di Kalimantan Barat adalah tanah PMK.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2019) luas tanah PMK di Kalimantan Barat
mencapai 9.257.907 ha. Tanah PMK dikenal memiliki kesuburan yang rendah seperti
pH tanah yang masam, kandungan bahan organik rendah, kejenuhan basa kurang dari
35%, kejenuhan Al tinggi, KTK rendah, ketersediaan unsur hara rendah serta sangat
peka terhadap erosi. Kendala tersebut perlu diatasi dengan melakukan penambahan
bahan organik dan unsur hara yang diperlukan untuk memperbaiki kesuburan tanah
PMK sebagai media tanam pembibitan.

Penambahan bahan organik dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Salah satu
limbah sawit yang dapat dijadikan bahan organik pembenah tanah adalah decanter
solid. Decanter solid adalah limbah padat dari proses pengolahan buah kelapa sawit
menjadi minyak mentah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) yang memakai sistem
decanter. Kandungan minyak di bawah 2 % yang terdapat pada limbah solid kelapa
sawit juga memungkinkan untuk dapat digunakan sebagai bahan pupuk organik untuk
media tanaman.

Pemberian magnesium di pembibitan main nursery berfungsi sebagai atom pusat


penyusun molekul klorofil pada pelepah yang berperan dalam fotosintesis. Magnesium
juga berperan dalam berbagai reaksi enzimetik pada bibit. Pemberian kombinasi bokashi
decanter solid dan pupuk magnesium diharapkan mampu memperbaiki kesuburan
media tanam dan menunjang pertumbuhan bibit kelapada sawit di main nursery. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui interaksi dan dosis terbaik antara pemberian bokashi
decanter solid dan pupuk magnesium terhadap pertumbuhan kelapa sawit di main
nursery pada tanah PMK.

METODE PENELITIAN
3
Penelitan ini Berlokasi di Dusun Sungai Mayam, Desa Sungai Mayam,
Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat. Waktu penelitian
ini berlangsung dari Tanggal 26 Oktober 2021 sampai dengan 26 Februari 2022. Bahan
yang digunakan adalah bibit D x P Marihat, tanah PMK, polybag, kapur, decanter solid,
dan pupuk magnesium. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah parang,
penggaris, meteran, ayakan, sekop, ember, timbangan, terpal, kantong plastik, oven,
gelas ukur, timbangan digital, gunting, alat dokumentasi, dan alat tulis. Rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri
dari 9 kombinasi perlakuan, 3 ulangan, dan 3 tanaman sampel. Total keseluruhan
tanaman sampel yaitu 81, dengan perlakuan sebagai berikut : d1 = 27 ton/ha bokashi
decanter solid setara dengan 108 g/polybag (2,5% bahan organik tanah), d2 = 83 ton/ha
bokashi decanter solid setara dengan 334 g/polybag (5% bahan organik tanah), d3 = 139
ton/ha bokashi decanter solid setara dengan 560 g/polybag (7,5% bahan organik tanah),
n1 = 2,7 ton/ha atau 11 g/polybag, n2 = 5,2 ton/ha atau 21 g/polybag, n3 = 7,7 ton/ha
atau 31 g/polybag.
Pelaksanaan penelitian meliputi : Pembuatan bokashi decanter solid yang
ditambahkan EM4, gula, dan air, lalu diinkubasi kurang lebih 1 bulan; persiapan media
tanam tanah PMK yang telah dipersiapkan, ditimbang 8 kg/polybag dan dicampur
dengan kapur, serta bokashi decanter solid sesuai dosis perlakuan dan diinkubasi selama
2 minggu; pemindahan bibit kelapa sawit dari polybag kecil ke polybag besar dengan
menyayat polybag kecil secara vertikal, lalu bibit dikeluarkan dengan tanahnya dan
dimasukkan ke dalam polybag besar, kemudian dipindahkan ke lahan sesuai denah
penelitian dengan jarak tanam 70 x 70 cm; pembersihan lahan penelitian menggunakan
parang; pemupukan pupuk magnesium dengan dosis 11, 21 dan 31 g/polybag dan pupuk
NPK Mutiara 16:16:16 sebagai pupuk dasar sesuai dosis anjuran yang diberikan 1
minggu setelah tanam secara bertahap sebanyak 4 kali pemupukan; penyiraman
dilakukan 2 kali sehari dengan volume 1,5 liter/polybag/hari, penyiangan gulma di
sekitar polybag dan area tanam dengan menggunakan parang atau dicabut secara
manual menngunakan tangan. Variabel pengamatan meliputi: Pertambhan tinggi
tanaman (cm), pertambahan diameter bonggol (cm), jumlah pelepah daun (helai),
volume akar (cm), dan berat kering tanaman (g). Variabel penunjang meliputi: suhu
udara (oC), kelembaban udara (%), curah hujan (mm), dan pH tanah

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil analisis keragaman, menunjukkan bahwa interaksi antara pemberian bokashi


decanter solid dan pupuk magnesium berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi
tanaman pada 2, 3, dan 4 bulan setelah tanamn (bst). Pemberian bokashi decanter solid
berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah pelepah daun, volume akar, dan berat kering
tanaman, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap variabel pertambahan diameter

4
bonggol. Pemberian pupuk magnesium berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah
pelepah daun, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap variabel pertambahan diameter
bonggol, volume akar, dan berat kering tanaman. Selanjutnya dilakukan uji lanjut Beda
Nyata Jujur (BNJ) untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan dapat dilihat pada Tabel
1, 2, dan 3.

Tabel 1. Uji BNJ Pengaruh Interaksi Bokashi Decanter Solid dan Pupuk Magnesium
terhadap Pertambahan Tinggi Tanaman 2 bst, 3 bst, dan 4 bst
Bokasi Decanter Solid dan Pupuk Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)
Magnesium (g/polybag) 2 bst 3 bst 4 bst
108 + 11 7,57 c 15,82 bc 25,93 b
108 + 21 8,41 bc 5,43 c 26,94 b
108 + 31 7,99 c 15,95 bc 26,95 b
334 + 11 8,36 bc 17,88 b 29,01 b
334 + 21 11,30 a 21,37 a 33.03 a
334 + 31 10,11 ab 20,75 a 33,04 a
560 + 11 11,08 a 21,50 a 33,23 a
560 + 21 10,14 ab 20,91 a 33,45 a
560 + 31 11,43 a 20,80 a 33,56 a
BNJ Interaksi 1,87 2,40 3,30
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji BNJ 5%

Hasil uji BNJ interaksi pada Tabel 1, menunjukkan bahwa rerata pertambahan
tinggi tinggi tanaman pada 2, 3, dan 4 bst dengan pemberian bokashi decanter solid dosis
334 g/polybag dan pupuk magnesium dosis 21 g/polybag berbeda nyata dengan
pemberian bokashi deacnter solid 108 g/polybag dan pupuk magnesium 11, 21, dan 31
g/polybag, bokashi decanter solid 334 g/polybag dan pupuk magnesium 11 g/polybag,
serta berbeda tidak nyata dengan pemberian bokashi decanter solid 334 g/polybag dan
pupuk magnesium 31 g/polybag, bokashi decanter solid 560 g/polybag dan pupuk
magnesium 11, 21, 31 g/polybag.

Tabel 2. Uji BNJ Pengaruh Bokashi Decanter Solid terhadap Pertambahan Tinggi
Tanaman 1 bst, Jumlah Pelepah Daun, Volume Akar, dan Berat Kering
Tanaman.
Bokashi Decanter Tinggi Tanaman Jumlah Pelepah Volume Berat
Solid (g/polybag) 1 bst (cm) Daun (helai) Akar (cm )3
Kering (g)
108 3,24 b 11,25 b 67,78 b 78,44 b
334 4,15 a 12,18 a 88,98 a 104,51 a
560 4,56 a 12,22 a 90,00 a 100,03 a
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji BNJ 5%

Hasil uji BNJ pada Tabel 2, menunjukkan bahwa rerata pertambahan tinggi
tanaman 1 bst, jumlah pelepah daun, volume akar, dan berat kering tanaman dengan
5
pemberian bokashi decanter solid dengan dosis 334 g/polybag berbeda nyata dengan
pemberian dengan dosis 108 g/polybag, tetapi berbeda tidak nyata dengan pemberian
dosis 560 g/polybag.

Tabel 3. Uji BNJ Pengaruh Pupuk Magnesium terhadap Jumlah Pelepah Daun
Pupuk Magnesium (g/polybag) Jumlah Pelepah Daun (helai)
11 11,44 b
21 12,25 a
31 11,96 ab
BNJ 5% = 0,55
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berbeda
tidak nyata pada taraf uji BNJ 5%

Hasil uji BNJ pada Tabel 3, menunjukkan bahwa rerata jumlah pelepah daun
dengan pemberian pupuk magnesium dengan dosis 21 g/polybag berbeda nyata dengan
pemberian dosis 11 g/polybag, tetapi berbeda tidak nyata dengan pemberian dosis 31
g/polybag.

10
Tinggi Tanaman 1 bst (cm)

6
4.28 4.09 4.13 4.25
4 3.53 3.45
2.81 2.93 2.79
2

0
108+11 108+21 108+31 334+11 334+21 334+31 560+11 560+21 560+31
Kombinasi bokashi decanter solid dan magnesium (g/
tanaman)

Gambar 1. Nilai Rerata Pertambahan Tinggi Tanaman 1 bst pada Berbagai Dosis
Perlakuan Bokashi Decanter Solid dan Magnesium

6
4

Diameter Bonggol (cm)


3
2.31 2.19
2.07 2.11 2.09 2.15 2.13
1.95 1.90
2

0
108+11 108+21 108+31 334+11 334+21 334+31 560+11 560+21 560+31
Kombinasi bokashi decanter solid dan magnesium (g/tanaman)

Gambar 2. Nilai Rerata Pertambahan Diameter Bonggol pada Berbagai Dosis Perlakuan
Bokashi Decanter Solid dan Magnesium
25
Jumlah Pelepah Daun

20
15 12.44 11.78 11.78 11.67 11.56
11.00
(helai)

10.22 10.89 10.67


10
5
0
108+11 108+21 108+31 334+11 334+21 334+31 560+11 560+21 560+31
Kombinasi decanter solid dan magnesium (g/tanaman)

Gambar 3. Nilai Rerata Jumlah Pelepah Daun pada Berbagai Dosis Perlakuan Bokashi
Decanter Solid dan Magnesium
250
Volume Akar (cm3)

200

150
106.67 100.00
100 76.67 83.33 86.67 83.33
66.67 66.67 70.00
50

0
108+11 108+21 108+31 334+11 334+21 334+31 560+11 560+21 560+31
Kombinasi bokashi decanter solid dan magnesium (g/tanaman)

Gambar 4. Nilai Rerata Volume Akar pada Berbagai Dosis Perlakuan Bokashi Decanter
Solid dan Magnesium
B era t Kering T a na m a n

250
(g )

200

150
103.89 105.98
100 75.93 84.16 77.84
67.69 65.15 66.72
52.93
50

0
108+11 108+21 108+31 334+11 334+21 334+31 560+11 560+21 560+31
Kombinasi bokashi decanter solid dan magnesium (g/tanaman)

7
Gambar 5. Nilai Rerata Berat Kering Tanaman pada Berbagai Dosis Perlakuan Bokashi
Decanter Solid dan Magnesium

Untuk variabel yang berpengaruh tidak nyata dapat dilihat dalam bentuk grafik
pada Gambar 1, 2, 3, 4 dan 5. Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai rerata pertambahan
tinggi tanaman pada berbagai perlakuan bokashi decanter solid dan pupuk magesium 1
bst berkisar antara 2,81 – 4,28 cm. Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai rerata
pertambahan diameter bonggol pada berbagai perlakuan bokashi decanter solid dan
pupuk magesium berkisar antara 1,90 – 2,31 cm. Gambar 3 menunjukkan bahwa nilai
rerata jumlah pelepah daun pada berbagai perlakuan bokashi decanter solid dan pupuk
magnesium berkisar antara 10,22 – 12,44 helai. Gambar 4 menunjukkan nilai rerata
volume akar pada berbagai perlakuan bokashi decanter solid dan pupuk magnesium
berkisar antara 66,67 – 106,67 cm3. Gambar 5 menunjukkan nilai rerata berat kering
tanaman pada berbagai perlakuan bokashi decanter solid dan pupuk magnesium berkisar
antara 52,93 – 105,98 g.
Pembahasan

Volume akar merupakan variabel yang mencerminkan kemampuan tanaman dalam


penyerapan unsur hara, air, serta metabolisme yang mendukung pertumbuhan bibit. Akar
merupakan organ vegetatif utama yang berperan untuk menyerap air, mineral dan bahan-
bahan terlarut untuk pertumbuhan dan perkembangan bibit. Pertumbuhan akar yang baik
mempengaruhi volume akar bibit. Semakin besar volume akar, maka kemampuan akar
untuk menyerap unsur hara dari dalam tanah juga akan meningkat, sehngga pertumbuhan
dan perkembangan bibit menjadi lebih optimal. Berdasarkan hasil uji BNJ 5% pada Tabel
2, menunjukkan bahwa pemberian dosis bokashi decanter solid memberikan hasil yang
lebih efisien dengan dosis 334 g/polybag (5% bahan organik pada variabel volume akar
dengan rerata 88,98 cm3. Volume akar yang dihasilkan karena pemberian bokashi
decanter solid dapat memperbaiki sifat fisik tanah PMK berupa struktur tanah lebih halus
atau gembur, meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan air sehingga perbaikan
tersebut dapat membantu pertumbuhan akar lebih baik sehingga mempermudah sebaran
akar bibit dalam tanah. Sebaran akar ini berpengaruh terhadap penyerapan hara yang
dilakukan oleh bulu-bulu akar. Lakitan (1996) menyatakan bahwa sebagian besar unsur
yang dibutuhkan tanaman diserap dari larutan tanah melalui akar. Semakin luas sebaran
akar akan memperbanyak unsur hara yang diserap oleh akar sehingga pertumbuhan bibit
kelapa sawit lebih baik.
Berat kering tanaman berkaitan erat dengan proses fotosintesis pada bibit kelapa
sawit. Hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pemberian bokashi decanter
solid dengan dosis 334 g/polybag (5% bahan organik) memberikan hasil yang lebih
efisien pada variabel berat kering tanaman dengan rerata 104,51 g. Berat kering tanaman
berhubungan dengan parameter pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun,
pertambahan diameter bonggol, dan volume akar karena berat kering tajuk merupakan
akumulasi dari organ-organ tanaman sehingga semakin tinggi bibit, semakin banyak
jumlah daun, semakin besar diameter bonggol dan semakin besar volume akar maka berat
kering tanaman juga akan lebih besar. Bahan organik salah satunya adalah bokashi
decanter solid mempunyai fungsi untuk menggemburkan tanah, meningkatkan populasi
jasad renik, mempertinggi daya serap dan daya simpan air dan unsur hara yang
keseluruhannya dapat meningkatkan kesuburan tanah. Menurut Lakitan (2004), bahwa
meningkatnya sejumlah unsur hara yang dapat diserap tanaman secara tidak langsung
akan meningkatkan proses fotosintesis yang akan menghasilkan fotosintat. Selanjutnya
fotosintat yang dihasilkan disimpan dalam jaringan batang dan daun, hasil fotosintat
8
tersebut yang kemudian dapat meningkatkan berat kering tanaman yang mencerminkan
status nutrisi tanaman atau kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara. Jika serapan
hara meningkat maka metabolisme tanaman akan semakin baik. Semakin baik proses
metabolisme maka akan mempengaruhi berat kering tanaman (Fikri, 2013). Keefektifan
proses fotosintesis pada bibit kelapa sawit dapat diketahui melalui pengukuran berat
kering yang terbentuk selama pertumbuhan, karena 94% berat kering tanaman berasal
dari fotosintesis (Tjitrosoepomo, 2004).
Tinggi tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman.
Pertambahan tinggi tanaman merupakan bentuk adanya peningkatan pembelahan sel dari
hasil peningkatan fotosintat tanaman. Sejalan dengan analisis keragaman yang
menunjukkan bahwa adanya interaksi dari pemberian bokashi decanter solid dan pupuk
magnesium terhadap pertambahan tinggi tanaman 2, 3, dan 4 bst, serta perlakuan tunggal
bokashi decanter solid berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman 1 bst.
Hasil uji BNJ interaksi pada Tabel 1 untuk variabel pertambahan tinggi tanaman 2, 3, dan
4 bst menunjukkan bahwa pemberian bokashi decanter solid 334 g/polybag (5% bahan
oganik) dan pupuk magnesium 21 g/polybag memberikan hasil yang lebih efisien
dibandingkan perlakuan lainnya. Pemberian bokashi decanter solid dengan kandungan C-
organik sebesar 51,44% berperan memperbaiki sifat fisik tanah untuk memudahkan
pertumbuhan akar dalam melakukan penyerapan unsur hara. Media yang baik mampu
memberikan sumberdaya yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan seperti
ketersediaan unsur hara, air, udara sekaligus berfungsi sebagai tempat penjangkaran akar
untuk menopang pertumbuhan batang dan tajuk (Syahrinudin, dkk, 2018). Ketersediaan
unsur hara juga dapat dipengaruhi oleh pH tanah. Berdasarkan hasil analisis menunjukan
bahwa pemberian bokashi decanter solid pada semua taraf perlakuan berperan dalam
meningkatkan pH tanah PMK dibandingkan dengan sebelum diberikan.
Serapan air yang baik oleh akar akan membantu dalam memaksimalkan proses
fotosintesis. Proses fotosistesis yang terjadi juga tidak terlepas dari tersedianya
magnesium dalam jumlah yang cukup untuk bibit. Magnesium dalam tanaman
dibutuhkan dalam aktivitas enzim-enzim, dan sebagai atom pusat penyusun klorofil.
Klorofil merupakan komponen kloroplas yang utama dan kandungan klorofil relatif
berkorelasi positif dengan laju fotosintesis (Li, dkk, 2006). Semakin efektif proses
fotosistesis pada bibit kelapa sawit maka fotosintat yang dihasilkan juga akan meningkat
yang nantinya digunakan untuk pertumbuhan vegetatif, seperti meningkatkan tinggi bibit
kelapa sawit.
Hasil analisis keragaman pada variabel pertambahan diameter bonggol menunjukan
bahwa interaksi pemberian bokashi decanter solid dan pupuk magnesium berpengaruh
tidak nyata, hal ini diduga karena tanaman sawit merupakan tanaman tahunan, dimana
respon pertumbuhan diameter bonggol terjadi lebih lambat dan membutuhkan waktu
cukup lama dalam meningkatkan diameter bonggol. Dilihat dari grafik pertambahan
diameter bonggol (Gambar 2), setiap bulannya diameter bonggol bertambah 4-6 mm.
Menurut Maryani (2018), hasil fotosintesis lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan
vertikal, seperti pertumbuhan tunas baru dari pada memperbesar bonggol, karena
pertumbuhan aktif suatu tanaman lebih banyak pada pertumbuhan vertikal seperti di
bagian pucuknya.
Pemberian bokashi decanter solid 334 g/polybag dan pupuk magnesium 21
g/polybag (Gambar 2) memberitan rerata tertinggi yaitu 2,31 cm pada variabel
pertambahan diameter bonggol, hal ini diduga karena unsur hara K yang terkandung
dalam decanter solid dapat mempengaruhi pembesaran diameter batang, hal ini sejalan
dengan pendapat Siregar dkk (2015) menyatakan bahwa pembesaran bonggol bibit kelapa
sawit dipengaruhi oleh tersedianya unsur hara nitrogen, fosfor, dan kalium bagi tanaman,
9
namun yang sangat berperan yaitu unsur hara K. Tersedianya unsur hara K maka
pembentukan karbohidrat akan berjalan dengan baik dan translokasi pati ke bonggol bibit
akan semakin lancar, sehingga akan terbentuk bonggol bibit yang baik. Kemudian
dikemukakan oleh Lingga dan Marsono (2008) bahwa unsur K berfungsi menguatkan
batang tanaman yang dapat mempengaruhi besar diameter bonggol.
Hasil analisis keragaman pada variabel jumlah pelepah daun menunjukan bahwa
interaksi pemberian bokashi decanter solid dan pupuk magnesium berpengaruh tidak
nyata terhadap jumlah pelepah daun, hal ini diduga disebabkan adanya pengaruh genotip
tanaman. Sejalan dengan pendapat Pangaribuan (2001) menyatakan bahwa laju
pembentukan daun relatif konstan, jika tanaman ditumbuhkan pada kondisi suhu dan
instensitas cahaya yang mendukung pertumbuhan tanaman. Suhu rata-rata penelitian
berkisar antara 26,4 - 27,10C yang masih sesuai dengan syarat tumbuh kelapa sawit.
Bertambahnya jumlah pelepah daun ditentukan oleh sifat genetis tanaman dan pengaruh
lingkungan. Hidayat (1994) meyatakan bahwa bibit kelapa sawit mengalami peningkatan
1-2 helai jumlah pelepah daun setiap bulannya sehingga bertambahanya jumlah pelepah
daun pada bibit kelapa sawit berlangsung relatif sama setiap bulannya.
Berdasarakan hasil uji BNJ 5% pada Tabel 2, menunjukkan bahwa pemberian
bokashi decanter solid 334 g/polybag (5% bahan organik) memberikan hasil yang lebih
efisien pada variabel jumlah pelepah daun, dengan rerata 12,18 helai. Jumlah pelepah
daun ini disebabkan oleh kontribusi bokashi decanter solid dalam menambah
ketersediaan unsur hara N dan P. Ketersediaan unsur hara yang N dan P yang mencukupi
untuk bibit pada media dapat membantu proses pembelahan dan pembesaran sel yang
menyebabkan daun muda lebih cepat mencapai bentuk sempurna, hal ini sejalan dengan
pendapat Lakitan (2001) bahwa ketersediaan unsur N dan P akan mempengaruhi daun
dalam hal bentuk dan jumlah. Hasil uji BNJ 5% pada Tabel 3 juga menunjukkan bahwa
pemberian magnesium 21 g/polybag memberikan hasil yang lebih efisien pada variabel
jumlah pelepah daun, dengan rerata 12,25. Hasil tersebut tidak terlepas dari peranan
magnesium sebagai atom pusat penyusun klorofil. Kadar klorofil pada bibit kelapa sawit
harus tercukupi, untuk membantu penyerapan cahaya matahari yang akan digunakan
dalam proses fotosistesis untuk menghasilkan fotosistat berupa karbohidrat. Hal ini
berkaitan dengan fungsi hara Mg sebagai atom pusat penyusun klorofil. Penurunan kadar
klorofil akan berpengaruh pada kuantitas dan kualitas fotosintat yang diproduksi oleh
tanaman kelapa sawit (Otitoju dan Onwurah, 2010). Karbohidrat kemudian digunakan
oleh bibit kelapa sawit untuk proses fisiologis, dan memacu pertumbuhan dan
perkembangan vegetatif bibit kelapa sawit seperti pembentukan sel-sel tunas daun baru.
Berdasarkan standar pertumbuhan bibit kelapa sawit untuk tinggi tanaman adalah
88,3 cm, dan jumlah pelepah daun 13,5 helai. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan hasil tinggi tanaman adalah 75 cm, dan jumlah pelepah daun 13 helai. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa untuk tinggi tanaman dan jumlah pelepah daun masih
dibawah standar pertumbuhan bibit kelapa sawit. Hal ini diduga karena intensitas curah
hujan selama penelitian yang cukup tinggi. Intensiatas curah hujan selama penelitian yang
berkisar antara 120,3-473,5 mm/bulan dengan hari hujan berkisar antara 5-22 hari dalam
sebulan, sedangkan curah hujan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kelapa sawit
berkisar antara 167-292 mm/bulan (Alollerung, dkk, 2010). Curah hujan berkaitan
dengan ketersediaan air bagi tanaman, namun jika curah hujan terlalu tinggi juga tidak
baik bagi pertumbuhan. Curah hujan yang cukup tinggi akan mempengaruhi intensitas
cahaya yang dibutuhkan bibit dalam proses fotosistesis. Curah hujan yang cukup tinggi
juga akan mempengaruhi pemadatan media tanam tanah PMK yang berdampak pada
pertumbuhan akar kurang optimal sehingga serapan unsur hara seperti pupuk magnesium
yang diberikan juga akan terganggu, serta potensi tercucinya pupuk magnesium pada

10
tanah PMK dari lubang-lubang pada polybag.

KESIMPULAN

Pemberian bokashi decanter solid 83 ton/ha atau 334 g/polybag (5% bahan organik
tanah) dan pupuk magnesium 5,2 ton/ha atau 21 g/polybag memberikan pertumbuhan
yang terbaik di main nursery pada tanah PMK.

DAFTAR PUSTAKA

Allorerung, D., M.Syakir., Z.Poeloengan., Syafaruddin., W.Rumini. 2010. Budidaya


Kelapa Sawit. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Badan Pusat Statistik, 2019. Kalimantan Barat dalam Angka. Dalam : BPS Provinsi
Kalimantan Barat (hlm 439). Pontianak : Badan Pusat Statistik Kalimantan
Barat.
Fikri, K. 2013. Pengaruh volume media dalam polybag terhadap pertumbuhan bibit
kelapa sawit. Skripsi. Pekanbaru.Fakultas Pertanian Universitas Riau. 1(1) 1-8
Hidayat, E. B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Lakitan, B. 1996. Fisiologi dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Lakitan, B. 2001. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Grafindo Perkasa
Indonesia.
Lakitan, B. 2004. Dasar Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Grafindo Perkasa
Indonesia.
Li, R., P. Guo, M. Baum, S. Grando, S. Ceccarelli. 2006. Evaluation of Chlorophyll
Content and Fluorescence Parameters as Indicators of Drought Tolerance in
Barley. Agricultural Sciences in China 5 (10): 751-757.
Lingga, P dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta. Penebar Swadaya.
Maryani, A.T. 2018. Efek Pemberian Decanter Solid terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa
Sawit (Elaeis guineensis .Jacq) dengan Media Tanah Bekas Lahan Tambang
Batu Bara di Pembibitan Utama. Caraka Tani. Journal of Sustainable
Agriculture, 33(1), 50-56.
Otitoju, O., I.N.E. Onwurah. 2010. Chlorophyll contents of oil palm (Elaeis Guineensis)
leaves harvested from crude oil polluted soil: a shift in productivity dynamic.
Annals Biol. Res, 1:20-27.
Pangaribuan Y. 2001. Studi Karakter Morfologi Tanaman Kelapa Sawit Di Pembibitan
Terhadap Cekaman Kekeringan. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Siregar LT, Wardati, dan Armaini. 2015. Pemberian Limbah Cair Biogas Sebagai Pupuk
Organik Pada Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pembibitan
Utama. Jom Faperta. 2 (1), 35-43.
Sutedjo, M. M. (2002). Pupuk Dan Cara Penggunaan. Jakarta: Rineka Cipta.
Syahrinudin. Wijaya, A. Butarbutar, T. Hartati, W. Ibrahim dan Sipayung, M. 2018.
Biochar yang Diprodiksi dengan Tungku Drum Tertutup Retort Memberikan
Pertumbuhan Tanaman yang Lebih Tinggi. Jurnal Hutan Tropis. 2(1): 49 - 58.
Tjitrosoepomo, G. 2002. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta : Gadjah
Mada University Press.
11
12

Anda mungkin juga menyukai