NIM : 05101381621042
Prodi : Ilmu Tanah
2. Revolusi Hijau
Revolusi Hijau adalah sebutan tidak resmi yang dipakai untuk
menggambarkan perubahan fundamental dalam pemakaian teknologi budidaya
pertanian yang dimulai pada tahun 1950-an hingga 1980-an di banyak negara
berkembang, terutama di Asia (Norman Borlaug). Revolusi hijau mendasarkan diri
pada empat pilar penting: penyediaan air melalui sistem irigasi, pemakaian pupuk
kimia secara optimal, penerapan pestisida sesuai dengan tingkat serangan
organisme pengganggu, dan penggunaan varietas unggul sebagai bahan tanam
berkualitas.
Dampak + revolusi hijau:
1. meningkatkan produktifitas tanaman pangan
2. peningkatan produksi pangan menyebabkan kebutuhan primer masyarakat
industri menjadi terpenuhi
3. indonesia berhasil mencapai swasembada beras
4. kualitas tanaman pangan semakin meningkat
Dampak – revolusi hijau:
1. Penurunan keanekaragaman hayati.
2. Penggunaan pupuk terus menerus menyebabkan ketergantungan tanaman pada
pupuk.
3. Penggunaan pestisida menyebabkan munculnya hama strain baru yang
resisten.
4. Berbagai organisme penyubur tanah musnah
5. Kesuburan tanah merosot atau tandus
6. Tanah mengandung residu (endapan) pestisida
7. Hasil pertanian mengandung residu pestisida
3. Pertanian Berkelanjutan
Yaitu pertanian yang dapat mengarahkan pemamfaatan oleh manusia lebih
besar, efisiensi penggunaan sumberdaya lahan lebih tinggi besar dan seimbang
dengan lingkungan, baik manusia maupun dengan hewan. Sedangkan multidisplin
ilmu tanah berkelanjutan atau Sustainable Soil Management (SSM). Menurut
Steiner (1996) dalam Winarso (2005) ada tiga aspek sistem pengolahan tanah
berkelanjutan yaitu:
1. Aspek bio fisik yaitu pengolahan tanah berkelanjutan harus memelihara da
meningkatkan kondisi fisik dan biologi tanah untuk produksi tanaman dan
keragaman hayati (biodiversity).
2. Aspek sosial budaya yaitu pengolahan tanah berkelanjutan harus cocok atau
sesuai dengan kebutuhan manusia baik secara sosial dan budaya pada tingkatan
nasional dan regional.
3. Aspek ekonomi yaitu pengolahan tanah berkelanjutan harus mencakup semua
penggunaan lahan.
Pertanian berkelanjutan Salah satu aspek teknis yang terpenting pada pertanian
berkelanjutan baik di negara maju maupun berkembang adalah peningkatan
efisiensi pupuk. Peningkatan efisiensi pupuk akan dapat mengurangi pemakaian
pupuk dan biaya produksi, serta akan menurunkan resiko permasalahan
lingkungan. Mengenai permasalahan lingkungan ini dapat di contohkan pada
degradasi dan polusi tanah. Tanah yang digunakan untuk pertanian mengalami
penurunan kesuburannya karena berbagai faktor antara lain erosi, terpolusi, tidak
seimbang unsur hara dalam tanah, adanya ketergantungan tanah terhadap masukan
aspek pupuk, pestisida dan produksi tanaman lebih rendah.