Anda di halaman 1dari 21

PENGELO

LAAN
TANAH

TANAH MASAM
PENGELOLAAN TANAH
MASAM
• Potensi sumber daya lahan Indonesia cukup besar yang
memiliki wilayah daratan sekitar 188,2 juta ha, dengan
Variasi iklim dan curah hujan yang relatif tinggi di
sebagian besar wilayah Indonesia mengakibatkan
tingkat pencucian basa di dalam tanah cukup intensif,
sehingga kandungan basa-basa rendah dan tanah
menjadi masam (Subagyo et al., 2000).
• Tingginya curah hujan di sebagian wilayah Indonesia
menyebabkan tingkat pencucian hara tinggi terutama
basa-basa, sehingga basa-basa dalam tanah akan
segera tercuci keluar lingkungan tanah dan yang tinggal
dalam kompleks adsorpsi liat dan humus adalah ion H
dan Al. Akibatnya tanah menjadi bereaksi masam
dengan kejenuhan basa rendah, dan menunjukkan
kejenuhan aluminium yang tinggi (Subagyo et al., 2000).
• Tanah-tanah yang terbentuk umumnya merupakan
tanah berpenampang dalam, berwarna merah-kuning,
dan mempunyai kesuburan alami yang rendah.
• Mulyani et al. (2004) telah mengidentifikasi lahan kering
masam berdasarkan data sumber daya lahan eksplorasi
skala 1:1.000.000, yaitu dari total lahan kering sekitar
148 juta ha dapat dikelompokkan menjadi lahan kering
masam 102,8 juta ha dan lahan kering tidak masam
seluas 45,2 juta ha.
• mempunyai pH rendah, kapasitas tukar kation (KTK),
kejenuhan basa (KB) rendah dan C-organik rendah,
kandungan aluminium (kejenuhan Al) tinggi, fiksasi P
tinggi, kandungan besi dan mangan mendekati batas
meracuni tanaman, peka erosi, (Adiningsih dan Sudjadi,
1993; Soepardi, 2001).
• sebagian tanah-tnah masam telah dimanfaatkan
untuk memproduksi berbagai jenis komoditas
pertanian, baik tanaman pangan maupun
tanaman tahunan (perkebunan dan hortikultura).
• Ciri utama lahan masam adalah tingkat
produktivitas lahannya yang rendah untuk
beberapa jenis tanaman terutama tanaman
pangan utama seperti padi, jagung, kedelai,
sehingga untuk meningkatkan produktivitasnya
diperlukan pemupukan berimbang (pupuk
organik dan anorganik), bahkan untuk
meningkatkan pH tanah diperlukan pengapuran.
• Secara umum, dapat dikatakan :
Tanah masam - multifactor stress 
banyak kendala
• Kendala tanah masam, antara lain :
1. pH tanah rendah  Hubungannya dengan
ketersediaan hara & aktivitas mikrobia
2. kejenuhan basa rendah : Podsolik < 35 %
3. Al, Mn dan Fe tinggi  Toksik/racun
4. Fixsasi P tinggi (tidak tersedia bagi
tanaman)
5. …….
5. defisiensi Ca, Mg , K, & hara mikro
(Zn, Cu, Mo & B)
6. pelindian hebat
7. SiO2 / R2O3 < 2 (Sisquioksida < 2)
8. mineral klei, umumnya adalah
kaolinit (1:1)  kurang aktif
9. KPK rendah
10. Peka terhadap erosi
Beberapa upaya yang telah dilakukan dalam mengatasi
Permasalahan Tanah Masam

1. Pengapuran dengan tujuan untuk meningkatkan pH da


mengatasi keracunan AI
Pengapuran adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah keasaman dan kejenuhan AI yang tinggi. Dengan pemberian kapur
pada tanah maka dapat mengubah tanah yang sifatnya sangat masam atau
masam hingga mendekati pH netral. Selain itu kapur juga bisa menurunkan
kadar AI. Terdapat hubungan yang sangat nyata antara kapur dengan AI
serta kejenuhan AI. Pemberian kapur ini dosisnya bisa kita sesuaikan dengan
pH tanah, pada umumnya antara 1 – 5 t/ha. Untuk jenis kapur yang baik
adalah jenis kapur magnesium atau dolomit yang bisa sekaligus mensuplai
Ca dan Mg.
2. Pemberian bahan organik secara intensif
Solusi yang kedua untuk mengatasi tanah masam adalah pemberian bahan
organik secara intensif. Bahan organik selain  dapat meningkatkan
kesuburan tanah ternyata juga memiliki peranan penting dalam
memperbaiki sifat fisik tanah. Peranan bahan organik ini dapat
meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi, serta
membuat struktur tanah menjadi lebih remah sehingga mudah untuk diolah.
Penyediaan bahan- bahan organik juga bisa melalui pertanaman lorong.
Selain itu penanaman tanaman tertentu juga bisa membantu peningkatan
kadar pH tanah, salah satunya adalah Flemingia sp.

3. Pemberian pupuk Phospat secara intensif


Kekahatan P pada tanah menjdai kendala utama bagi kesuburan tanah
masam. Hal ini bisa diatasi dengan pemberian pupuk Phospat dengan
kadar tinggi pada tanah. Untuk mengatasi kendala kekahatan ini, pada
umumnya digunakanlah pupuk Phospat yang mudah larut seperti TSP, SP-
36, SSP, DAP. Pupuk- pupuk tersebut mudah larut dalam air sehingga
sebagian sebagian besar P segera difiksasi oleh AI dan Fe yang terdapat di
dalam tanah dan P menjadi tidak tersedian lagi bagi tanaman.
4. Melakukan pengaturan sistem tanam
Pengaturan sistem tanam sebenarya hanya bersifat untuk
mencegah keasaman tanah terjadi atau lebih parah. Untuk
mempertahankan kesuburan tanah biasanya petani memberakan
tanah atau membiarkan semak belukar tumbuh di lahan yang sudah
diusahana dalam masa tertentu. Para petani percaya bahwa
tanaman akan lebih subur apabila ditanam pada lahan yang sudah
diberakan.

5. Pemberian mikroorganisme pengurai


Pemberian mikroorganisme pengurai juga cukup membantu dalam
meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini untuk mempercepat
penguraian- penguraian bahan organik yang berada di area lahan.
SEBARAN TANAH MASAM
DI INDONESIA
TANAH LUAS (Jt Ha) %
PODSOLIK 51,15 27
PODSOL 5,47 3
LATOSOL 17,17 9
ORGANOSOL 17.00 9
ALUVIAL 10,73 6
HIDROMORF
INDONESIA 190,33
SEBARAN TANAH MASAM
DI INDONESIA
TANAH LUAS (Jt Ha) %
Inseptisol 70,05
Ultisol 45,8
Oxisol 14,1
Andisol 5,4
Histosol 13,2
INDONESIA 149 78 %
Pengelolaan tanah masam
• Beberapa cara pengelolaan tanah masam
yang seing dilakukan,

1.Teknologi Masukan Rendah  prinsip


ADAPTASI TANAMAN (penanaman dengan
tanaman yang sesuai), dan
PEMANFAATAN BAHAN ORGANIK
2.Teknologi Masukan Tinggi  Merubah
kondisi tanah agar sesuai  (misalnya
dengan penggunaan kapur)/Pengapuran

• Reaksi Pengapuran :

3 CaCO3 + 3 H2O  3 Ca2+ + 3 HCO3- +3 OH-


Al 3+ + 3 OH -  Al (OH)3.
AKIBAT PENGAPURAN
1. terendapnya Al
2. menaikkan pH tanah
3. meningkatkan ketersediaan P
4. keracunan Al teratasi
5. Memberikan Ca dan atau Mg
6. kegiatan mikroorganisme meningkat
7. ketersediaan hara lain, mis. Mo
8. Struktur tanah meningkat
Metode menentukan kebutuhan
kapur :
• 1. dengan menitrasi tanah menggunakan
larutan basa standar
• 1 me/100 g tanah setara dengan 2,25
ton CaCO3 per hektar

• (JARANG DIGUNAKAN)
2. dengan larutan penyangga (buffer solution)
Tanah(5,5) + Lar buf (6,8)  pH (akir) (6,3)

penurunan pH tanah sebesar 0,1 setara


kebutuhan kapur 1 ton/hektar

Kebutuhan Kapur = 1 x (6,8-6,3)/0,1


= 5 ton/ha (untuk menaikan pH 5,5 ke 6,8)
3. berdasarkan Al-dd

1,5 x me/100 g tanah Al-dd


1 me% Al-dd setara 1,5% Ca
setara
1,65 ton CaCO3 per hektar
misal :
Al-dd 4 me% maka dibutuhkan
4 x 1,65 = 6,6 ton CaCO3
/hektar
Bahan kapur & nilai netralisasi
BAHAN NILAI NETRALISASI

CaO 179

Ca(OH)2 136

CaMg(CO)3 109

CaCO3 100

CaSiO3 86
KESIMPULAN
1. Tanah mineral masam yang terdapat pada iklim tropik adalah jenis
tanah ultisol, oxisols dan Histosol serta inseptisol . Karekteristik tanah
mineral masam adalah pH rendah , bahan organik rendah dan kahat
unsur hara makro maupun mikro serta tingginya kandungan Al dan Fe.

2. Pengelolaan tanah-tanah mineral masam untuk kepentingan pertanian


menghadapi kendala, seperti pH yang rendah, keracunan Al, Mn,
dan/atau Fe, serta kekahatan unsur-unsur hara penting seperti N, P,
Ca, dan atau Mg dan Mo

3. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengatasi tanah masam guna


mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemberian
pupuk organik dan anorganik, pengapuran, pemberian pupuk hayati dan
pengelolaan tanah yang berazas peningkatan kesuburan tanah dan
melakukan tindakan konservasi tanah dan air .
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai