9.1. Pendahuluan
Berbagai jenis tanah di bumi membuat berbagai warna yang berbeda- beda.
Tanah ada yang berwarna hitam, coklat, merah, putih dan lainnya. Jenis tanah ini
memiliki karakteristik yang berbeda- beda. Selain dari warnanya, juga dari tekstur dan
tingkat kepadatannya. Oleh karena itulah tanah memiliki fungsinya masing- masing
sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Perbedaan karakteristik yang dimilikinya
terkadang memang sifat aslinya, namun terkadang karena sesuatu hal maka tanah ini
berubah dari sifat aslinya dan menjadi sifat yang baru. Beberapa lahan bermasalah dan
perlu penanganan khusus antara lain : lahan masam (pH rendah), lahan gambut, lahan
kapur (pH tinggi), tanah Vertisols (mempunyai sifat mengembang-mengkerut).
Menentukan mudah atau tidaknya ion- ion unsur hara diserap oleh tanaman.
Menunjukkan keberadaan unsur- unsur yang bersifat racun bagi tanaman.
Menentukan perkembangan mikroorganisme dalam tanah.
1
1. Pengapuran dengan tujuan untuk meningkatkan pH da mengatasi keracunan AI
Pengapuran adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah keasaman dan kejenuhan AI yang tinggi. Dengan pemberian kapur pada tanah
maka dapat mengubah tanah yang sifatnya sangat masam atau masam hingga
mendekati pH netral. Selain itu kapur juga bisa menurunkan kadar AI. Terdapat
hubungan yang sangat nyata antara kapur dengan AI serta kejenuhan AI. Pemberian
kapur ini dosisnya bisa kita sesuaikan dengan pH tanah, pada umumnya antara 1 – 5 t /
ha. Untuk jenis kapur yang baik adalah jenis kapur magnesium atau dolomit yang bisa
sekaligus mensuplai Ca dan Mg.
2
5. Pemberian mikroorganisme pengurai
Pemberian mikroorganisme pengurai juga cukup membantu dalam
meningkatkan kesuburan tanah. Hal ini untuk mempercepat penguraian- penguraian
bahan organik yang berada di area lahan.
Fermentasi urine sapi dan air kelapa memang tidak sepopuler kapur namun hasilnya
tidak kalah bagus. Untuk membuat fermentasi ini, ada beberapa hal yang perlu disiapkan
diantaranya 15 liter urine sapi, 5 liter air kelapa dan 1,5 liter tetes tebu. Campurkan seluruh
bahan tersebut dan biarkan proses fermentasi berjalan selama dua minggu. Setelah proses
fermentasi selesai, maka akan dihasilkan kurang lebih 20 tangki cairan fermentasi yang bisa
digunakan pada lahan seluas 7500 m2. Seperti pada penggunaan kapur, penyiangan tanah
dengan cairan ini juga harus dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 pagi.
3
dampaknya terutama bila dikaitkan dengan ketahanan pangan (BBSDLP 2013).
2. Lahan gambut tersedia yang sudah terdegradasi di Indonesia cukup luas; sebagian
masuk area hutan produksi yang dapat dikonversi (HPK) dan area hutan yang
dialokasikan untuk penggunaan lain (APL), serta layak untuk dibudidayakan dengan
penerapan teknologi yang sesuai.
Dari 14,93 jt ha lahan gambut 29,5% berupa hutan terdegradasi yang ditumbuhi
semak belukar dan berpotensi untuk pertanian; 55,4% berupa hutan yang harus
dipertahankan sebagai kawasan konservasi; dan 15,1% berupa lahan gambut yang
sudah diusahakan sebagai lahan pertanian (tanaman pangan, perkebunan dan tanaman
industri) (BBSDLP 2014) dengan hasil yang cukup memuaskan walaupun tidak sedikit
yang menunjukkan masih perlunya perbaikan pengelolaan.
Sebagai tambahan informasi adalah bahwa Hutan Suaka Alam terdiri atas Cagar
Alam dan Suaka Margasatwa; serta Hutan Pelestarian Alam terdiri atas Taman
Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Seluruh Fungsi Kawasan Hutan
dan APL (seperti tersebut dalam tabel di atas) juga termasuk untuk area yang berada
dalam hutan rawa gambut. Hutan rawa gambut yang berada dalam Kawasan HUTAN
PRODUKSI dapat dimanfaatkan/dikonversi untuk usaha pertanian, hanya saja untuk
hutan produksi biasa dan hutan produksi terbatas bila diperlukan untuk dikonversi harus
mendapat izin terlebih dahulu dari Kemenhut. Namun demikian yang sering menjadi
persoalan adalah bahwa batas antara satu kawasan dengan kawasan lain dalam satuan
unit administrasi (provinsi atau kabupaten/kota) kurang atau bahkan tidak jelas
mengingat peta kawasan hutan yang dibuat umumnya pada skala 1:250.000. Selain itu,
alokasi pemanfaatan ruang lahan gambut dalam RTRW untuk masing-masing daerah
(Provinsi) tidak didasarkan pada satuan wilayah yang sama tetapi lebih didasarkan pada
kepentingan masing-masing, dan umumnya setiap daerah mempunyai asumsi dasar
yang berbeda terhadap lahan gambut; misalnya untuk daerah yang
wilayah administratifnya didominasi lahan gambut maka lahan tersebut dapat menjadi
aset penting bagi pengembangan daerah tersebut, dan itu akan berbeda dengan daerah
lain yang lahan gambutnya tidak dominan.
Perkembangan tanaman perkebunan yang lebih pesat dibanding tanaman
pangan karena nilai tukar tanaman pengan yang rendah, sehingga banyak para petani
mengkonversi lahan sawahnya menjadi lahan perkebunan, terutama menjadi kebun
sawit. Beberapa petani transmigran di Bunga raya, Kabupaten Siak, Riau yang
diwawancari oleh penulis, yang awalnya mereka menanam padi, terpaksa mereka
mengkonversi lahan sawah garapannya menjadi kebun sawit karena padi tidak pernah
4
menguntungkan, walaupun prasarana untuk pengembangan sawah (irigasi)
memungkinkan untuk pengembangan sawah. Oleh karena itu untuk kondisi seperti ini
perlu ada kebijakan khusus untuk para petani padi kalau diinginkan
mereka tidak mengkonversi lahan sawahnya menjadi non sawah.
Subsidi output menjadi perlu dipertimbangkan secara seksama oleh pemerintah
agar pendapatan petani padi menjadi seimbang dengan pendapatan petani tanaman
tahunan yang lebih menguntungkan. Ada alasan lain, kenapa petani padi sawah
mengkonversi lahannya ke tanaman tahunan; alasannya adalah karena areanya sudah
tidak memungkinkan lagi ditanami padi karena lahannya terlalu kering.
5
2. Peningkatan stabilitas bahan gambut dengan penambahan bahan amelioran
dimaksudkan agar sumber pelepasan C, utamanya yang berasal dari gugus
fungsional, dapat berinteraksi dengan bahan aktif amelioran (kation metal)
membentuk ikatan komplek (organo-metal complexes) sehingga menjadi lebih
tahan (stabil). Setelah terbentuk ikatan komplek (bentuk polimer), maka ukuran dari
bentukan polimer ini menjadi lebih besar sehingga peluang terserap oleh tanaman
menjadi kecil. Asam organik monomer dalam bahan gambut, terutama dari bentuk
fenolat, sebagian dapat terserap tanaman karena ukurannya yang lebih kecil
sehingga dapat menjadi bersifat racun bagi tanaman yang diusahakan.
6
Mengacu pada uraian yang disampakan maka “Pengembangan dan
Pemanfaatan Lahan Gambut untuk Pertanian” sebaiknya dilakukan berdasarkan
pendekatan Pembangunan Pertanian Berbasis Kesesuain Lahan dan Partisipasi
Masyarakat, dimana lahan gambut harus dijadikan “kawan – bukan lawan” dalam
pelaksanaan pengembangannya (harus bersifat koeksitensi).
9.4.1. Pengelolaan Tanah Vertisol (Upaya Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah)
Dengan melihat kondisi tanah secara sifat kimiaanya sangat mendukung, namun
sifat fisik tanah vertisol perlu adanya perubahan, dimana aerasi tanah vertisol sangat
buruk. Hal tersebut tercermin dengan tanahnnya yang sangat liat. Buruknya sifat-sifat
fisik tanah antara lain dapat disebabkan: secara genetik, akibat aktivitas manusia, dan
7
akibat erosi. Struktur tanah berkaitan erat dengan tekstur tanah dimana bila tekstur
tanah pasir maka struktur tanah lepas dan sebaliknya pada tekstur tanah liat seperti
tanah vertisol maka struktur tanah menjadi masif. Kedua macam struktur tanah tersebut
kurang kondusif untuk pertumbuhan tanaman. Aktivitas manusia juga
dapatmenyebabkan struktur tanah menjadi rusak, misalnya penggunaan alat-alat
mekanik dilahan pertanian mengakibatkan tanah menjadi padat sehingga aerasi buruk
dan ketahanan penetrasi meningkat.
1. Pemberian M u l s a
8
tillage). Olah tanah konservasi dapat memperbaiki sifat-sifat fisik tanah menjadi lebih
menguntungkan pertumbuhan tanaman. Sistem tanpa olah tanah dapat meningkatkan
kadar air tanah dibandingkan dengan olah tanah konvensional (Dao, 1993).
Peningkatan ketersediaan air tanah pada sistem tanpa olah tanah berkaitan erat dengan
peranan mulsa dalam mengurangi evaporasi dan perbaikan distribusi ukuranpori, yaitu
menurunkan bobot isi, meningkatkan total ruang pori, dan meningkatkan poriair
tersedia.
2. Pemupukan
9
3. Penambahan polimer hidroksi Aluminium (PHA) ke dalam tanah
10
Tanah Alkalin adalah tanah dengan tingkat kebasaan tinggi, yang dicirikan dengan
nilai DHL > 15%. Kebanyakan ion Na+ ada daalam bentuk dipertukarkan dan hanya
sejumlah kecil garam bebasnya terdapat dalam larutan tanah.
b. Perbaikan drainase
Drainase yang baik sama pentingnya dengan air tawar untuk mencuci secara
efektif ion garam-garam dalam suatu lahan. Kecuali jika daya serap alami tanah dan
kondisi drainase yang baik memungkinkan terjadinya perkolasi air dan drainase dari
lahan. Memperbaiki kondisi drainase permukaan dengan cara menggali saluran di
lahan adalah alternatif yang efektif
d. Pemupukan
Pupuk hanya sumber nutrisi bagi tanaman dan tidak dapat membuang garam
dari tanah. Akan tetapi pupuk organik dan mulsa dapat membantu menurunkan tingkat
salinitas tanah dengan memperbaiki struktur tanah dan tingkat perkolasi tanahnya.
11
e. Menanam tanaman toleran (adaptif)
Tanaman yang toleran terhadap kadar garam yang tinggi mungkin dapat
menjadi pilihan praktis selama proses rehabilitasi. Jenis tanaman yang adaptif tidak
banyak memerlukan banyak input produksi yang berlebihan. Berikut ini adalah
beberapa tanaman adaptif yang toleran terhadap kadar garam tinggi :
Tabel Daftar Tanaman yang mempunyai tingkat toleran terhadap salinitas air
Jenis tanaman Toleran tinggi Toleran Sedang
Field Crop Barley, Kapas Gandum, Kedelai, Shorgum,
Kacang Tanah
Sayuran Asparagus, Bayam Tomat, Brokoli, Bunga kol,
Jagung manis
Pakan Ternak Kikuyu, Rumput Rhodes, Snail Medic, Blycine,
Pangola, Lucerne, Siratro, Perennial, Strawberry cover,
Buffel, Sabi, Guinea Paspalum, Rumput Sudan
Tanaman Buah Kurma Ara, Zaitun, Anggur,
Rockmelon, Mulberry
12