1 Juli 2012
Holdani Kurdi1)
Abstrak -Produksi pangan di Propinsi Kalimantan Selatan yang merupakan salah satu
lumbung padi nasional berasal dari persawahan pasang surut yang terletak
disepanjangkanan/kiri sungai Barito bagian hilir. Berbagai masalah sering muncul menjadi
kendala bagi budidaya pertanian dipersawahan pasang surut,antara lain masalah keasaman,
salinitas dan kurangnya ketinggian muka air untuk mencapai lahan pertanian, sering
disebabkan oleh sistem tata air yang kurang tepat, semua permasalahan diatas muncul sebagai
akibat dari tidak tepatnya dalam menentukan elevasi dasar lahan pertanian, penentuan elevasi
dasar lahan pertanian adalah merupakan faktor utama dari semua perencanaan terhadap
lahanpertanian. Dalam penentuanelevasi dasar pertanian dilahan pasang surut banyak
dipengaruhi oleh kisaran pasang surut air laut.Penelitian yang dilakukan mempunyai tujuan
untuk mengetahui bagaimana penentuan elevasi dasar lahan pertanian berdasarkan pada
kisaran pasang surut air laut. Berapa besar kisaran pasang surut pasang surut air laut yang
tepat untuk lahan pertanian yang akhirnya dapat merencanakan system tata air yang
tepat.Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa nilai Formzaki untuk Barambai adalah 3,062
hal ini menunjukkanbahwa daerah Barambai adalah pasang surut harian tunggal/diurnal tide
termasuk type luapan C. Berdasarkan dari kisaran pasang surut tersebut akan memudahkan
dalam penentuan elevasi lahan pertanian dalam mengatur siste muka air. Diharapkan dari
penelitian ini adalah sebagai sebagai sumbangan pemikiran secara ilmiah bagi pemerintah
daerah Kabupaten Batola dalam peningkatan produktivitas pangan pada daerah lahan rawa
dengan menentukan elevasi dasar lahan pertanian sebagai salah satu system pengelolaan tata
air yang tepat.
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
18 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
kabupaten Barito Kuala terdapat 17 (tujuh topografi, hidrologi, dan pasang surut air
belas) unit pengembangan rawa pasang laut suatu wilayah. Keberhasilan
surut dan non pasang surut yang pengendalian air pada tata mikro
pembangunannya dimulai sejak tahun 1970. ditunjukkan dengan lamanya operasi
Unit-unit tersebut adalah unit Belawang, jaringan tata air makro dan tata air tingkat
Sei Seluang, Sei Muhur, Puntik, tersier. Apabila pengelolaan air di tingkat
Tabunganen, Terantang, Barambai, Jelapat, tersier dan makro tidak berjalan
Jejangkit, Anjir Serapat, Tamban, sebagaimana mestinya maka kelancaran
Sakalagun, Handil Bhakti, Antasan, pengelolaan air tingkat tersier, dan tingkat
Tanipah, Talaran, Bahandang, dan Jejangkit makro merupakan sisterm pengelolaan air di
II dengan luas keseluruhan adalah 78.266 lahan pasang surut.
hektar. Salah satu resiko teknis yang sering
Dari kondisi diatas, pemanfaatan lahan terjadi dalam pemilihan lokasi lahan
rawa baru mencapai sekitar 0,45 juta dan pertanian adalah lahan rawa dibangun pada
secara parsial tersebar di beberapa lokasi yang elevasinya rendah sehingga
kabupaten di Kalimantan Selatan (BPN tanah dasar lahan terletak di bawah rata-rata
Kalsel, 2004). Lahan seluas ini tentu air surut. Kondisi ini memaksa petani harus
memiliki potensi yang besar terutama di membuat sistem tata air yang tepat (pintu
bidang pertanian yang jika dapat dikelola air, pompa dan lain-lain). Hal ini akan
secara optimal. Pemanfatan lahan rawa berpengaruh pada hasil mutu panen. Bila
memiliki beberapa keuntungan diantaranya daerah lahan pertanian terletak di daerah
memiliki ketersediaan air yang melimpah, dengan curah tinggi, diatas 1.500 mm, maka
berada pada topografi yang relatif datar, sulit untuk melakukan pengeringan. Untuk
umumnya berada pada lokasi yang tidak memudahkan pengeringan, elevasi dasar
jauh dari alur transportasi sungai dan luasan lahan pertanian harus lebih tinggi dari rata-
ideal pengelolaan lahan dapat tersedia. rata air surut, terutama pada tanah asam
Selain itu komoditas pertanian dan yang mengandung pirit yang secara rutin
perikanan seperti padi, nanas, ubi kayu, perlu dilakukan reklamasi dengan pencucian
kelapa sawit, udang windu, dan ikan dan penjemuran. Bila dasarnya rendah,
bandeng memiliki potensi pengembangan maka reklamasi tidak dapat dilakukan
yang cukup tinggi pada lahan rawa (N00R, dengan baik, sehingga pengaruh asam tidak
2004). dapat dihilangkan. Keadaan ini dapat
Produksi lahan pertanian rawa pasang menggagalkan produksi pangan.
surut bergantung pada beberapa aspek Berbagai masalah yang sering menjadi
seperti keadaan pasang surut air laut, kendala bagi budidaya pertanian di
pertanian, sosial-ekonomi, dan sistem tata persawahan pasang surut, antara lain
air. Faktor pasang surut air laut merupakan masalah keasaman, salinitas dan kurangnya
faktor yang sangat menentukan dalam ketinggian muka air untuk mencapai lahan
menentukan elevasi dasar di lahan rawa pertanian, sering disebabkan oleh sistem tata
peningkatan produksi lahan rawa pasang air yang kurang tepat, semua permasalahan
surut. Untuk mendapatkan perencanaan diatas muncul sebagai akibat dari tidak
lahan pertanian yang baik dan memenuhi tepatnya dalam menentukan elevasi dasar
persyaratan budidaya. Perlu dicari lahan lahan pertanian, penentuan elevasi dasar
yang kondisinya memungkinkan untuk lahan pertanian dalah merupakan faktor
kebutuhan tersebut. Untuk memenui utama dari semua perencanan terhadap
kebutuhan persyaratan budidaya tersebut lahan pertanian. Dalam menentukan elevasi
dilakukan suatu manajemen pengelolaan dasar pertanian di lahan pasang surut banyak
sistem tata air yang tepat, baik itu faktor dipengaruhi oleh kisaran pasang surut air
eknis maupun non teknis. Untuk faktor laut. Berdasarkan hal tersebut maka perlu
teknis sangat dipengaruhi oleh keadaan dilakukan penentuan elevasi dasar lahan
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
19 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
20 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
peta topografi, dan data hidrologi (data berdasarkan pada kisaran pasang surut air
curah hujan dan klimatologi). Untuk data laut.
primer dilakukan pengumpulan data
melalui pengamatan pada kondisi Analisis Pasang Surut Unit Barambai
eksisting di lapangan yang meliputi Permukaan air tanah pada UPT ini
pengukuran pasang surut air laut. maksimum 22 cm, tetapi pada musim
kemarau turun mencapai 100 cm di bawah
permaukaan tanah. Fluktuasi harian pasang
HASIL DAN PEMBAHASAN mencapai 40 cm. Tipe luapan C bisa
ditanami dua kali padi gogo atau palawija
Setelah semua data lapangan baik itu maupun sayuran dataran rendah dengan
data sekunder maupun data primer sistem tegalan. Jarak unit Barambai dari
dilapangan sudah peroleh pada saat studi muara sungai Barito hanya 8 km. Grafik
pendahuluan maupun studi lapangan fluktuasi pasang surut sungai Barito dan unit
dilakukan, maka kegiatan selanjutnya adalah pasang surut Barambai dapat dilihat pada
dilakukan analisis terhadap data-data yang Gambar 1 berikut ini :
diperoleh. Analisis data yang dilalkukan
mencakup analisis terhadap hidrologi dan
analisis hidraulika. Analisis data tersebut
dimaksudkan untuk menentukan elevasi
dasar lahan pertanian yang didasarkan pada
kisaran pasang surut air laut. Dari hasil
analisis tersebut akan dilakukan langkah
selanjutnya yaitu langkah evaluasi terhadap Gambar 1. Grafik pengukuran 15 hari
data-data. pasang surut sungai Barito
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
21 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
Dibawah ini adalah kurva fluktuasi level yaitu dengan menghitung konstanta
gelombang pasang surut yang dihasilkan pasang surut. Cara perhitungannya dapat
dari data pengamatan di atas : diuraikan sebagai berikut (hasil perhitungan
dan skema terlampir) :
1. Penyusunan Skema 1
Data pengamatan yang akan dianalisis
disusun menurut skema 1
2. Penyusunan Skema 2
Untuk setiap hari pengamatan ditentukan
bacaan positif dan negatif untuk X1, Y1,
X2, Y2, X4 dan Y4.
3. Penyusunan Skema 3
Kolom pada skema 3 berisi penjumlahan
Gambar 2. Grafik Fluktuasi pasang surut secara aljabar dari hitungan skema 2.
Barambai tgl 2 Sept s/d 8 Sept 2008 Penjumlahan dari bilangan yang negatif
ditambahkan dengan suatu bilangan
tertentu (dalam hal ini +2000) sehingga
nilainya positif.
4. Penyusunan Skema 4
Besar-besaran yang telah dijumlahkan
dengan suatu bilangan tertentu tersebut
akan dapat ditentukan dan selanjutnya
menghitung besaran X10, X12, X16 dan
seterusnya.
Gambar 3. Kurva Fluktuasi Pasang Surut 5. Penyusunan Skema 5
Jam-jaman Daerah Unit Pengairan Pasang Untuk menyelesaikan perhitungan-
Surut Barambai (11-09-2008) perhitungan dalam skema 5 perlu dilihat
7 hari pengamatan, perhitungan
dilaksakan dengan menjumlahkan data
dari skema 4.
6. Penyusunan Skema 6
Untuk menyelesaikan perhitungan dalam
skema 6 dilaksanakan denga
menggunakan data yang terdapat pada
skema 5.
7. Penyusunan Skema 7
Menghitung besaran PR cos r untuk
Gambar 4. Kurva Fluktuasi Pasang Surut
setiap konstanta dihitung melalui skema
Jam-Jaman Daerah Unit Pengairan Pasang
5, untuk menghitung PR sin r untuk
Surut Barambai (12-09-2008)
setiap konstanta dihitung melalui skema
Bedasarkan informasi penduduk pada 6.
musim penghujan elevasi muka air pasang 8. Hasil Akhir
dapat mencapai elevasi +3.00 m sehinggga Menghasilkan konstanta harmonis pasang
lahan dengan elevasi kurang dari +3.00 m surut.
tergenang. Dari hasil perhitungan dengan
Data pasang surut diolah untuk menggunakan metode analisis Admiralty,
memperoleh konstanta harmonis pasang maka didapatkan hasil perhitungan
surut. Perhitungannya dilakukan dengan konstanta harmonis pasang surut seperti
menggunakan metode Admiralty. Metode tersaji pada Tabel 1 di bawah ini.
ini ditekankan pada penentuan Mean sea
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
22 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
23 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
Analisis Tinggi Muka Air dengan Metode 3. Kemudian debit pada saluran dapat
Standart Step dihitung dengan rumus : 𝑸=
𝟑
Perhitungan untuk metode standard 𝑽x𝑨 (𝒎 /𝒅𝒆𝒕)
step adalah berdasarkan Gambar 4.7 berikut Nilai debit digunakan sebagai acuan
: untuk menentukan nilai perkiraan elevasi
permukaan air pada saluran yang
mengalirkan debit sesuai dengan debit
rencana.
4. Tinggi garis energi dihitung dengan
persamaan :
𝑉12
𝑒1 = + 𝑊𝑆1
2𝑔
𝑉22
Gambar 5. Aliran Berubah Beraturan Dalam 𝑒2 = + 𝑊𝑆2
2𝑔
Suatu Jarak Yang Pendek Sedangkan WS2 dihitung dengan rumus :
Sehingga diperoleh persamaan : WS2 = WS1 + (L x S)
𝑉22 𝑉12 Hasil perhitungan 4 titik saat surut
𝑊𝑆2 + = 𝑊𝑆1 + + 𝑒 dengan metode Standard Step dapat
2𝑔 2𝑔
dilihat pada Tabel 9 berikut ini :
𝑉22 𝑉12
𝑒 = ∆𝑥. 𝑆𝑓 + 𝐶 − Tabel 9. Hasil Perhitungan dengan Metode
2𝑔 2𝑔
dimana : Standard Step
WS1, WS2 = Elevasi muka air itik,
S
(m) (m/det)
e (m) (m2)
(m3/det)
V1, V2 = Kecepatan rata-rata 2-15 ,73 ,12 ,731 ,0029 ,0005 ,88 ,72
G = Percepatan gravitasi -11 ,72 ,11 ,721 ,0029 ,0005 ,26 ,79
He = Kehilangan energi -8 ,71 , 10 ,711 ,0029 ,0005 ,65 ,89
x = Jarak penampang -3 ,70 ,10 ,711 ,0029 ,0005 0,34 ,02
melintang Sumber : Hasil Perhitungan
Sf = Kemiringan rata-rata
C = Koefisien kehilangan Berdasarkan hasil simulasi hecras
pada transisi diperoleh debit yang mengalir ke kolam kiri
Dengan menggunakan metode pada saat pasang adalah 15,21 m3/det, dan
perhitungan Standard Step, profil muka air pada saat surut sebesar 4,04 m3/det.
dihitung seperti berikut : Sedangkan elevasi muka air di kolam dan
1. Dicoba sembarang nilai elevasi muka air kecepatannya adalah sebagai berikut.
awal WS1, sehingga didapatkan 1. Pasang
kedalaman hidrolik dari penampang Pada saat pasang di muara kolam pasang
saluran. kiri mempunyai elevasi muka air sebesar
2. Dari perkiraan tersebut dapat dihitung 3,95 m sedangkan di muara navigasi
luas penampang basah (A), keliling basah sebesar -0,75 m dengan kata lain 3,95 –
(P) dan kecepatan aliran (v) dengan (-0,75) = 4,7 m dengan demikian energi
rumusan : kecepatan yang diperoleh adalah sebesar
𝐴 = 𝑏 + 2𝑦 𝑦 𝑉 = 2𝑔. ∆𝐻
𝑃 = 𝑏 + 2𝑦 1 + 𝑚2
𝐴 𝑉= 2 x 9,81 x 4,7
𝑅=
𝑃
1 = 9,602 m/det
𝑉= . 𝑅2/3 . 𝑆 1/2
𝑛
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
24 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
25 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
26 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin
27 INFO TEKNIK, Volume 13 No. 1 Juli 2012
1)
Staf Pengajar Fakultas Teknik Unlam Banjarmasin