Anda di halaman 1dari 6

Analisis System Tata Air dan Karakteristik Lahan Rawa Pasang Surut

di Desa Telang Sari Kecamatan Tanjung Lago Banyuasin

Mutiara Sari Dewi

Abstrak : Lahan rawa pasang surut adalah lahan rawa yang dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Saat laut sedang pasang maka akan terjadi banjir, sedangkan saat air laut sedang surut
lahan tersebut akan mengalami kekeringan kecuali terjadi curah hujan yang tinggi. Salah satu
contohnya adalah lahan rawa pasang surut di Desa Telang Sari, Kecamatan Tanjung Lago,
Banyuasin. Tujuan dilakukannya penilitian ini adalah untuk mengetahui sistem tata air yang
terjadi pada lahan rawa pasang surut dan karakteristik yang ada pada lahan rawa pasang surut.
Penelitian dilakukan pada tanggal 26 November 2022 di Desa Telang Sari, Kecamatan
Tanjung Lago, Banyuasin. Metode yang digunakan adalah metode observasi lapangan yaitu
pengukuran langsung di lapangan. Didesa tersebut adanya organisasi petani yang dinamakan
GAPOKTAN (Gabungan Kelompok Petani) dimana organisasi ini dibuat bertujuan untuk
memajukan pertanian di daerah tersebut. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
mengetahui sistematika yang ada pada lahan rawa pasang surut.
Kata Kunci : Sistem Tata Air, Lahan Rawa Pasang Surut, Karakteristik
Abstract : Tidal swampland is swampland that is affected by sea tides. When the sea water is
high there will be flooding, while when the sea water recedes the land will experience
drought except for high rainfall. One example is tidal swamp land in Telang Sari Village,
Tanjung Lago District, Banyuasin. The purpose of this study was to determine the water
system that occurs in tidal swamps and the characteristics of tidal swamps. The research was
conducted on November 26 2022 in Telang Sari Village, Tanjung Lago District, Banyuasin
Regency. The method used is the field observation method, namely direct measurements in
the field. In that village there is a farmer organization called GAPOKTAN (Farmers Group
Association) where this organization was established with the aim of advancing agriculture in
the area. With this research it is expected to know the systematics in tidal swamp land.
Keywords : Water System, Tidal Swamp Land, Characteristics
I. PENDAHULUAN
Lahan Rawa merupakan kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan dengan
baik dapat menjadi sumber pertumbuhan mampu mempercepat pembangunan
perekonomian dan kemakmuran rakyat. Begitu pun di era otonomi yang memberikan
kewenangan luas, manajemen rawa harus tetap ada dengan mempertimbangkan
kondisi dan ciri topografi yang unik dan khas. Lahan rawa pasang surut memiliki
peran penting dalam mendukung peningkatan ketahanan pangan nasional dan
pengembangan sistem dan usaha pertanian pangan, karena potensi daerah yang besar
dan teknologi pengelolaannya tersedia. Pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk
pertanian masih akan menghadapi berbagai masalah diantaranya adalah kondisi
luapan dan genangan air yang sangat variatif dari satu wilayah ke wilayah lain, jenis
tanah yang sangat beragam dengan tingkat kesuburan yang rendah dan variatif,
kemasaman tanah dan potensi racun pirit yang tinggi yang dapat mematikan tanaman,
ketebalan dan tingkat kematangan gambut yang berbeda, serta kondisi petani yang
masih lemah baik dari segi keterampilan maupun permodalan. Melihat karakter lahan
dan kondisi sosial tersebut maka pemanfaatan lahan rawa pasang surut untuk
pertanian memerlukan kecermatan dan kehati-hatian dalam perencanaan dan
kesungguhan pelaksanaan pengembangannya.
Lahan pasang surut adalah lahan yang rejim airnya dipengaruhi oleh pasang
surutnya air laut atau sungai. Badan Litbang Pertanian membagi tipe luapan air lahan
pasang surut berdasarkan pasang siklus bulanan menjadi tipe luapan A, B, C dan D.
Lahan bertipe luapan A selalu terluapi air pasang, baik pada musim hujan maupun
musim kemarau, sedangkan lahan bertipe luapan B hanya terluapi air pasang pada
musim hujan saja. Lahan bertipe luapan C tidak terluapi air pasang tetapi dipengaruhi
muka air tanahnya dengan kedalaman kurang dari 50 cm, sedangkan lahan bertipe
luapan D adalah seperti tipe C hanya kedalaman air tanahnya lebih dari 50 cm. Lahan
rawa pasang surut potensial dan strategis dikembang sebagai lahan pertanian, dapat
menjadi sumber pertumbuhan baru produksi (komoditas) pertanian, karena
mempunyai beberapa keunggulan antara lain:
i) Tersedia cukup luas dan berada dalam satuan-satuan skala hamparan yang
cukup luas,
ii) Ketersediaan air berlebih,
iii) Topografi rata atau datar,
iv) Akses ke daerah pengembangan dapat melalui jalur darat dan jalur air
sehingga memudahkan jalur distribusi,
v) Kesesuaian lahan dan agronomi cukup sesuai sampai sangat sesuai. Beragam
komoditas berhasil dikembangkan di lahan rawa meliputi tanaman pangan
(padi dan palawija), hortikultura (sawi, terung, semangka, jeruk, nenas dsb)
dan perkebunan (kelapa, karet, dan kelapa sawit).
II. METODOLOGI KEGIATAN
Penelitian ini dilakukan di Desa Telang Sari, Kecamatan Tanjung Lago,
Kabupaten Banyuasin, Palembang, Sumatera Selatan pada hari Sabtu, tanggal 26
November 2022. Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah metode observasi
dimana metode ini dilakukan dengan mensurvei langsung ke lapangan. Dengan cara
melakukan pengukuran-pengukuran yang menjadi objek penelitian dan melakukan
wawancara kepada petani-petani setempat tentang lahan rawa pasang surut disana.
Secara metodologis, penelitian ini dibentuk melalui dialog antara peneliti dan
narasumber. Kajian yang diambil berasal dari narasumber atau masyarakat setempat
melalui pertanyaan berupa kuisioner dan data disajikan dalam bentuk narasi,.
Pengumpulan data terdiri dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan cara berhubungan langsung dengan objek penelitian yaitu
berupa wawancara dan observasi, sedangkan data sekunder diperoleh dengan
melakukan studi pustaka atau literatur yang terkait dengan topik penelitian tersebut.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian kali ini di Desa Telang Sari Kecamatan Tanjung Lago
Banyuasin pada lahan rawa pasang surut yang telah ada sejak lama. Lahan rawa
pasang surut ini sistem tata airnya dipengaruhi oleh air hujan dan sungai. Titik
koordinat lokasi lahan rawa pasang surut desa telang sari adalah 2o 39’8.93”S
104o45’58.16” tepatnya di PT. Telang Agro Mandiri. Lahan rawa pasang surut pada
dasarnya merupakan lahan- lahan yang secara alami mempunyai satu atau lebih
kendala sehingga butuh upaya ekstra agar dapat dijadikan lahan budidaya yang
produktif untuk tanaman, ternak, atau ikan. Lahan rawa pasang surut mempunyai sifat
yang spesifik, diantaranya macam tipologi, jenis tanah, dan tipe genangan yang
berbeda, spesifikasi tersebut mengandung makna bahwa potensinya sebagai lahan
pertanian tentu akan berbeda. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis tingkat
kesesuaiannya berdasarkan besarnya faktor pembatas yang ada bagi sistem usaha
pertanian yang akan dikembangkan. Lahan rawa pasang surut terletak di daerah
datar, sehingga luapan dan genangan air secara periodik
merupakan ciri khas yang dimilikinya. Sesuai karakteristik dan potensinya serta
dikaitkan dengan kesiapan teknologinya, lahan rawa pasang surut sangat potensial
untuk dijadikan lahan pertanian maju, walaupun masih banyak kendala dan
permasalahan yang harus dicarikan solusinya.
Sistem tata air yang ada pada lahan rawa pasang surut ini yaitu melalui
saluran pedesaan (SPD), saluran Tersier dan saluran cacing (saluran Kuarter). Dimana
pengairan akan dimulai dari sumber utama air yang akan mengalir ke saluran tersier
dan menalir kesawah melalui saluran cacing atau petak-petak yang ada pada lahan
tersebut. Pengelolaan tata air dilahan pasang surut gunanya untuk menjaga agar muka
air di saluran maupun dipetak lahan dapat memenuhi kebutuhan tanaman, terpenuhi
atau tidak kebutuhan air karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut.

Gambar 1.1 Saluran pintu air


Karakteristik lahan rawa pasang surut biasanya terletak pada topografi datar,
sehingga sering terluapi dan tergenang air secara periodik. Berdasarkan jangkauan pasang
surutnya air, lahan rawa pasang surut dibagi menjadi dua zona, yaitu : (1) zona pasang surut
payau/salin, dan (2) zona pasang surut air tawar. Kedua zona tersebut mempunyai ciri dan
sifat yang berbeda sehingga dalam upaya pemanfaatannya perlu dihubungkan antara aspek
lahan (tipologi lahan) dengan aspek air (tipe luapan) yang mengandung ciri-ciri yang lebih
khas dan mempunyai PH 4-5 dan kurang dari 6 sehingga jika ingin menyiapkan lahan dengan
PH normal perlu bantuan kapur atau kotoran hewan sebagai pupuk agar menjadi lahan
basah yang berpotensi sebagai lahan pertanian. Lahan rawa pasang surut ini memiliki
ketersediaan air yang lebih banyak dan lebih lama dari lahan lainnya. Tipologi lahan yang
terdapat pada zona pasang surut yaitu tipologi lahan salin, mempunyai ciri unsur Na tukar
yang cukup tinggi >8 me/100g tanah, dan berada dekat dengan pantai. Lahan tersebut pada
umumnya telah dimanfaatkan oleh
petani untuk usahatani padi, juga telah banyak yang mengkombinasikan padi di tabukan dan
tanaman kelapa di surjan atau tikungan.
Pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian perlu diarahkan kepada usaha pertanian
berkelanjutan, yang dapat menjamin keberlanjut an produksi dan kelestarian lingkungan
melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan dan kesesuaian lahannya. Di Desa
Telang Sari ini terdapat organisasi yang dinamakan GAPOKTAN atau Gabungan Kelompok
Tani. Organisasi ini didirikan untuk dapat memajukan pertanian yang ada di desa Telang
Sari. Pembagian lahan di desa Telang sari biasanya untuk satu pertani itu 1 hektar sawah atau
lahan. Saat akan melakukan penanaman kembali, lahan tersebut akan dibersihkan terlebih
dahulu dan diberi pupuk agar siap menjadi lahan basah yang cocok untuk pertanian. Pola
tanam yang digunakan adalah tabela (tabur benih langsung) contohnya adalah menanam
tanaman padi, jagung, tanaman holtikultura seperti semangka, nanas, singkong, dan lain-lain,
serta sayur- sayuran. Faktor terpenting dari penanaman di lahan rawa pasang surut adalah
curah hujan dan pasang surutnya air sungai. Di Desa Telang Sari, pertanian disini telah
menggunakan alat dan mesin pertanian modern seperti alat pemanen combine harvester,
traktor jonder, dan lainnya. Dengan komponen-komponen pada alat yaitu kuku macan, sisir,
penggulung, lift pengantar.

Gambar 1.2 alat dan mesin pertanian


Pada pertanian di Desa Telang Sari ini juga mempunyai mekanisasi pertanian
dalam pemanfaatan lahan rawa pasang surut desa Telang Sari ini sangat membantu dalam
mempermudah para petani untuk efesiensi kerja, memingkatkan harga jual dari hasil produksi
panen, mengurangi terjadinya kerugian dan meningkatkan perekonomian atau pendapatan
masyarakat setempat.
IV. KESIMPULAN
Lahan rawa pasang surut di Desa Telang sari ini merupakan daerah yang pertaniannya
sudah lebih modern dengan ciri sudah memakai alat dan mesin pertanian modern
seperti traktor jonder dan combine harvester. Di Desa ini juga dibuat organisasi
khusus petani yang diterapkan untuk memajukan pertanian yang ada didesa ini.
Adanya pengolahan sistem tata air dan karakteristik yang diamati pada penelitian ini
dapat membantu para petani lain dalam pengolahan lahan rawa pasang surut. Sistem
tata air di lahan desa Telang sari adalah dengan sumber pengairan yang dipengaruhi
oleh curah hujan dan pasang surutnya air sungai. Lahan ini juga memiliki tingkat
keasaman yang rendah dengan angka 4-5 namun tidak sampai diangka 6, untuk
menaikkan keasaman tanah pada lahan ke tingkat keasaman normal perlu bantuan
pupuk dan kapur yang akan diolah bersama dengan kegiatan pengolahan lahan.
Sistem tata air yang dipakai ada tiga, yaitu saluran perdesaan, saluran tersier, dan
saluran cacing dengan sistem tanam tabela ( tabur benih langsung ). Pertanian di desa
ini harus dimajukan karena dengan adanya GAPOKTAN dan mekanisasi pertanian
dapat menjadi penyebab utamanya kemajuan sistem pertanian di Desa Telang Sari
Kecamatan Tanjung Lago.

DAFTAR PUSTAKA
Ar-Riza, A. (2008). Pertanian lahan rawa pasang surut dan strategi pengembangannya
dalam era otonomi daerah. Jurnal Sumberdaya Lahan, 2(2), 95-104.
Nazemi, D., & Hairani, A. (2012). Optimalisasi pemanfaatan lahan rawa pasang surut
melalui pengelolaan lahan dan komoditas. Agrovigor: Jurnal
Agroekoteknologi, 5(1), 52-57.
Nazemi, D., Hairani, A., & Indrayati, L. (2012). Prospek pengembangan penataan
lahan sistem surjan di lahan rawa pasang surut. Agrovigor: Jurnal
Agroekoteknologi, 5(2), 113-118.
Susilawati, A., Nursyamsi, D., & Syakir, M. (2016). Optimalisasi penggunaan lahan
rawa pasang surut mendukung swsembada pangan nasional. Jurnal
Sumberdaya Lahan, 10(1), 51-64.

Anda mungkin juga menyukai