Anda di halaman 1dari 3

Nama : Annisa Wulandari

NIM : 2007110729
MATA KULIAH : Pengelolaan Lahan dan Air Gambut

Lahan gambut merupakan akuifer yang menjadi sumber aliran utama sungai sungai air hitam pada
musim kemarau. Lahan gambut terdiri 3 jenis yaitu gambut dangkal dengan lapisan < 50 cm, gambut sedang
dengan tebal lapisan 50 – 100 cm dan gambut dalam dengan lapisan > 200 cm. Lahan gambut mempunyai
sifat marginal dan rapuh, maka dalam pengembangannya dalam skala luas perlu kehati-hatian. Kesalahan
dalam reklamasi dan pengelolaan lahan mengakibatkan rusaknya lahan dan lingkungan (Widjaja et al.
1992). Lahan gambut juga mempunyai peran penting dalam fungsi penting sebagai daerah tangkapan air,
sistem kontrol, pengatur fluktuasi air, pencegah banjir dan pencegah terjadinya penggaraman air (saline
water intrusion).
Sistem hidrologi menentukan kelestarian lahan gambut dan keberlangsungan jasa lingkungannya.
Neraca air yang setimbang diperlukan untuk berlangsungnya neraca karbon yang setimbang. Kelestarian
jasa lingkungan ekosistem gambut hanya dapat dicapai dengan neraca karbon yang setimbang. Diperlukan
tata air yang baik agar kelestarian ekosistem gambut dan layanan jasa lingkungannya tetap lestari.
Kemampuan gambut dalam penyerapan air sangat tinggi (bersifat hidrofilik), namun apabila gambut
mengalami proses kering dapat menyebabkan menolak air ( hidrofobik) han ini terjadi pada saat kekeringan
ekstrim. Kemampuan gambut dalam menyerap airtergantung pada ketersediaan senyawa yang bersifat
hidrofilik dalam bahan gambut ( karboksilat dan OH- fenolat)

Prinsip Pengaturan tata air pada lahan gambut:


a. Harus memperhitungkan dampaknya terhadap laju dekomposisi gambut
b. Semakin dalam tinggi muka air saluran drainase maka laju emisi dari lahan gambut semakin
meningkat berlaku sampai kedalaman 120 cm
c. Hubungan antara emisi dan kedalaman drainase tidak selalu bersifat linier

Prinsip utama pengaturan tata air di lahan gambut untuk tanaman pertanian:
1. Mampu menekan terjadinya penurunan fungsi lingkungan dari lahan gambut akibat dilakukannya
proses drainase/ penurunan muka air tanah, namun tetap bisa memenuhi syarat tumbuh tanaman
yang dibudidayakan.
2. tinggi muka air tanah harus diatur sampai batas minimal dimana tanaman masih mampu tumbuh
dengan baik

Sistem Pengelolaan Air di Lahan Gambut


Tujuan : untuk menjaga keberadan air dilahan gambut dan Pengelolaan air di lahan gambut bertujuan untuk
mengatur pemanfaatan sumber daya air secara optimal sehingga didapatkan hasil/produktivitas lahan yang
maksimal, serta sekaligus mempertahankan kelestarian sumber daya lahan tersebut
Sistem pengelolaan air dilahan gambut :
1. berdasarkan kearifan lokal
a. Sistem handil merupakan sistem irigasi dan drainase pada lahan pasang surut yang sederhana
dan penting untuk lahan pertanian khususnya persawahan. Sistem handil memanfaatkan
tenaga pasang surut untuk mengalirkan air sungai ke lahan pertanian kemudian
mengeluarkannya ke arah sungai jika surut sehingga handil dapat berperan sebagai saluran
irigasi dan drainase. Pengelolaan lahan pertanian dengan sistem parit/handil ini, telah dikembangkan
sejak dahulu kala oleh petani di lahan gambut pedalaman Kalimantan. Parit dibuat dari pinggir sungai
yang mengarah tegak lurus kearah daratan, di kiri dan kanan parit dibuat pematang-pematang yang
umumnya digunakan sebagai jalan sekaligus sebagai batas kepemilikan lahan. Parit dapat dipandang
sebagai saluran sekunder bila sungai dipandang sebagai saluran primer. Parit dibuat secara bertahap dan
diselaraskan dengan kondisi perubahan lahan, pengaruh pasang surut (kedalaman muka air) dan
ketebalan gambut. Penerapan sistem parit biasanya diawali dengan usaha pembukaan lahan (reklamasi)
dengan merintis dan memotong/menebang pohon-pohon besar. Pekerjaan ini dilakukan secara
berkelompok dan bertahap serta dimulai dari tepi sungai tegak lurus ke arah pedalaman

Sistem parit/handil dicirikan oleh:


- Lahan usahatani umumnya berjarak 0,5 - 4 km dari tepi sungai ke arah pedalaman, atau sampai ke
ketebalan gambut maksimum 1 meter;
- Di bagian tepi sungai biasanya tidak dibuatkan pematang, karena sudah ada tanggul sungai yang
terbentuk secara alami sehingga bila sungai pasang atau banjir, luapan air akan tertahan dan
genangan pada lahan usaha yang ditimbulkan terbatas;
- Parit dibuat biasanya berfungsi ganda, pertama sebagai saluran drainase (pembuangan) apabila air
surut dan kedua sebagai saluran irigasi (mengairi) apabila air pasang. Aliran air dalam parit adalah
dua arah atau bolak balik;
- Untuk mempertahankan keberadaan air di lahan/petakan, maka pada parit dipasang tabat untuk
mencegah keluarnya air sewaktu surut tetapi sewaktu pasang air dapat mudah masuk dalam
petakan;
- Untuk mencegah agar parit tidak tersumbat oleh endapan lumpur, maka perlu dilakukan
pengangkatan/pembuangan lumpur secara rutin setiap bulan sekali;
- Lebar parit/handil berukuran 5 meter dan semakin menyempit ke arah hulu parit. Pada kanan dan
kiri parit dibuat tanggul/pematang untuk ditanami buah-buah yang berfungsi sebagai penguat
tanggul agar tidak longsor. Di atas pematang ini, juga dapat dibuat pondok pondok;
- Pada setiap jarak 500 meter dibuat parit cacing yang berfungsi untuk memasukan dan
mengeluarkan air pada petakan pertanaman.
b. Sistem Kanal
menghubungkan dua sungai besar sehingga pengaliran air ke lahan gambut jadi lebih
banyak/mudah. Memanfaatkan aliran pasang surut sungai
2. berbasis tanaman semusim
Prinsip kerja sistem ini adalah memanen air hujan dan menampungnya dalam saluran tersier untuk
dialirkan ke petak-petak sawah atau pematang

3. berbasis tanaman tahunan


Memanfaatkan akar tanaman dalam menahan air

Anda mungkin juga menyukai