Anda di halaman 1dari 51

Kementerian Pekerjaan Umum dan Pefrumahan Rakyat

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia


Balai Pengembangan Kompetensi PUPR Wilayah II Palembang

Webinar:
Pengembangan Sistem Drainase, Irigasi dan Penanggulangan Banjir Pada
Lahan Pasang Surut
(Lessons Learned Pengembangan Rawa RSUP Jambi
dan Talio-Pulang Pisau Kalimantan Tengah)

Indratmo Soekarno
Gurubesar FTSL-ITB
Bandung, 28 Agustus 2023
• Indonesia memiliki sekitar 33 juta
1. Pendahuluan ha lahan rawa, yang tersebar
terutama di Sumatera, Kalimantan
dan Papua.
• Sebagian besar terdapat di daerah
pantai, sehingga dataran rendah
pasang surut sering memiliki
keadaan sering tergenang, dan
dilapisi oleh gambut dangkal
sampai tebal di bagian atas, dan
kadang berlapis pirit dangkal.
• Habitat alami utama daerah dataran
rendah adalah rawa dan hutan rawa
gambut, berdekatan dengan bakau
Lahan rawa di Indonesia di daerah payau dan laut.

Pengembangan lahan rawa secara besar-besar oleh pemerintah mengalami masa puncaknya
pada 1970an dan 1980an, disebabkan oleh program transmigrasi, khususnya di daerah
Sumatera dan Kalimantan. Sejak tahun 1980an, sektor swasta menjadi salah satu peserta
penting dalam reklamasi rawa, berkembang sangat cepat, khususnya untuk produksi kelapa
sawit secara besar-besaran.
Perkembangan Lahan Rawa
• Gambaran tahun1993 memperlihatkan bahwa kawasan rawa pasang surut yang sudah
tereklamasi mencakup 3,7 juta ha, sekitar 1,3 juta ha merupakan pengembangan yang
didanai oleh pemerintah, dan sekitar 2.4 juta ha merupakan pemukim masyarakat asli lokal
dan spontan.
• Pada tahun 2000, lebih daripada 4.9 juta ha perkebunan telah dibangun oleh sektor
swasta di daerah pantai dan dataran rendah, bersamaan dengan sekitar 0.45 juta ha
dikonversi menjadi perikanan payau (tambak).
• Tahun 1998 adalah merupakan titik balik pengembangan dataran rendah, sebagai akibat
dari krisis politik dan keuangan, desentralisasi pengelolaan sumber daya dari pemerintah
pusat ke daerah, dan ketidakberhasilan Pengembangan Lahan Gambut (PLG) di
Kalimantan Tengah.
• Pada periode berikutnya terlihat ekspansi yang sangat luas perkebunan kelapa sawit dan
HTI oleh sektor swasta, ke arah ekositem dataran rendah Pantai.
• Mulai awal 2019, Pemerintah melakukan revitalisasi ex-PLG 165.000 ha lahan tanah
mineral yang telah berupa sawah untuk tujuan ketahanan pangan. Masalah yang ada
masih tentang sistem irigasi, drainase dan penanggulangan banjir, sehingga alternatif-
alternatif teknologi terus dikembangkan.
2. Sistem Drainase, Irigasi dan Penanggulangan Banjir di
Lahan Rawa
1. Tujuan Drainase pada Lahan Rawa
• Reklamasi lahan rawa pasang surut termasuk drainase tanah yang belum matang untuk
mematangkan tanah.
• Drainase juga diperlukan untuk mencuci asam dan racun yang terbentuk selama oksidasi tanah
asam sulfat dan dekomposisi gambut.
• Tujuan lain dari drainase adalah untuk mengatur tingkat kebutuan air ( sesuai dengan kebutuhan
tanaman (misalnya: padi, lahan kering atau tanaman keras) dan mengatur kelebihan air.
2. Tujuan Irigasi pada Lahan Rawa
• Memenuhi kebutuhan air tanaman dan membuang kelebihan air.
• Memperbaiki kualitas air (terutama meningkatkan pH)
3. Tujuan Penanggulangan Banjir
Banjir pada lahan rawa bisa terjadi karena hujan yang tinggi, air pasang atau kegagalan fungsi
bangunan air (tanggul jebol, pintu tidak berfungsi dll) atau masalah OP. Penanggulangan banjir
disini untuk menguragi kerugian baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan.
3. Bahasan
• Pada paparan ini akan disampaikan case study dari konsep
perencanaan, konstruksi dan operasional pada lahan rawa yang
melibatkan fenomena pengelolaan airnya; yakni aspek drainase dan
penanganan banjir serta tata irigasinya.

• Akan dipaparkan 2 case studi yaitu yang diterapkan pada lahan Rawa
di Indragiri Hilir, Riau (yang dikembangkan oleh PT RSUP) dan yang
dikembangkan di Talio, Kab. Pulang Pisau, Kalimantan Tengah sebagai
Uji coba lahan gambut untuk tanaman pangan.
3.1 Konsep Pengembangan Tata Air
Kawasan Lahan Rawa Pasang Surut di Indragiri Hilir Riau
(Kawasan RSUP, RSTM dan GHS)
• Lahan Pasang surut pada Kawasan tersebut sekitar 120.000 ha, yang dikembangkan
untuk perkebunan antara lain, kelapa hibrida, kelapa sawit, nanas dan sejenisnya.
Konsep Tata Air:
- Konservasi Air (channel storage, spillway/overflow dan pintu air, menjaga muka
air saluran dan muka air tanah);
- Pemanfaatan air (memenuhi kebutuhan tanaman dan transportasi air;
- Penanggulangan Banjir dan Kebakaran ( Semi Closed system, jarak antar saluran)
• Lahan pasang surut tipe B pada lahan asli yang mendapat genangan pada periode air
pasang (spring tide) antara 5-7 hari, secara periodik. Namun setelah dikembangkan dan
dipasang pelimpah/spillway dan tanggul, daerah yang dikembangkan tidak
dipengaruhilagi oleh pasang surut lagi.
• RSTM, GHS dan RSUP tata airnya terhubung untuk transportasi air, dalam bahasan ini
akan difokuskan tata air RSUP (Riau Sakti United Plantations)
Karakteristik yang diamati:
• Jenis vegetasi/penggunaan lahan
• Pola drainase
• Jenis kanal serta jarak ke kanal
• Kedalaman air di kanal
• Tanda dan frekuensi banjir/ genangan
• Kedalaman/ketebalan gambut
• Tingkat kematangan
• Jenis substrat dasar (tekstur dan
warna)
• Kondisi curah hujan berdasarkan data iklim dari Stasiun
• Kedalaman air tanah PT RSUP selama periode 20 tahun (1994 - 2014).
• Kondisi gambut • Parameter curah hujan dan hari Hujan. Curah hujan
bulanan merata sepanjang tahun diatas 100 mm sehingga
• Klasifikasi tanah tidak dapat dibedakan secara jelas antara musim
penghujan dan musim kemaraunya.
Tata Air
• Sistem kanal di perkebunan PT RSUP adalah saluran buatan yang
merupakan kanal-kanal yang dibangun untuk mendukung usaha
perkebunan kelapa hibrida dan untuk mencegah terjadinya kebakaran
lahan.
• Kanal-kanal tersebut terbagi kedalam 3 kelompok, yaitu kanal
utama/primer (berjarak 5 km), kanal cabang/sekunder (berjarak 500 m,
dan kanal tersier (berjarak 100 m.
• Terdapat 4 kanal utama yaitu Kanal I, II, III, dan IV.
• Sistem pengelolaan air di perkebunan PT RSUP dibangun untuk
pengaturan air di dalam perkebunan dengan sistem tanggul, bendung,
tanggul dan overflow.
• Di beberapa lokasi dibangun overflow dan pintu air yang berfungsi untuk
mengatur ketinggian air tanah dan transportasi air pada musim kemarau
dan menyimpan/ menampung air pada musim hujan, sehingga air yang
tersedia melebihi kebutuhan sepanjang tahun.
Manajemen Tata Air
Karakteristik sistem kanal di PT RSUP dapat dijabarkan sebagai berikut :
Kanal Utama
• Kanal-kanal utama dengan dimensi lebar atas 25 m – 30 m, dimensi lebar bawah 15 m dan
kedalaman 5 m – 7 m yang berada di lokasi kebun dan selalu terisi air secara terus menerus di
berbagai musim. Ketinggian air dari dasar kanal ke permukaan air rata-rata berkisar 4 m – 4,25 m
merupakan channel storage.

Kanal Penghubung
• Kanal-kanal penghubung dengan dimensi lebar 8 m - 15 m dan kedalaman 3 m – 5 m yang
berfungsi untuk menghubungkan satu kanal cabang ke kanal cabang yang lain dan juga untuk
mengatur arah aliran air dan transportasi air.

Kanal Cabang
• Kanal-kanal cabang/sekunder dengan dimensi lebar 4 m – 6 m dan kedalaman 3 m - 4 m yang
berada di dalam lokasi kebun dengan jarak + 500 m dan selalu terisi air sepanjang musim, dengan
ketinggian air dari dasar kanal ke permukaan rata-rata berkisar 1,75 m – 2,25 m. Kanal cabang ini
juga berfungsi sebagai channel storage juga dan untuk pengatur muka air tanah dan sirkulasi air.
Kanal Tersier
Kanal tersier dengan dimensi lebar 1 m dan
Tata Air kedalaman 1 m yang berada di dalam
petak/persil kebun dengan jarak antar
kanal tersier berkisar 112 m – 125 m.
Kanal-kanal tersier berfungsi untuk
mengatur level air di dalam lahan dan
dapat sebagai sekat api.

Overflow
Berupa bangunan permanen dan non-
permanen yang terletak pada titik-titik
tertentu untuk mengontrol ketinggian air
dalam kanal. Dengan demikian fungsi
embung yang ada pada kanal-kanal tetap
terjaga dengan adanya overflow.
Pembuangan kelebihan air dilakukan untuk
menjaga level permukaan air sesuai dengan
kebutuhan dan menjaga agar lahan tidak
tergenang air pada musim hujan.
Saluran sebagai Sarana Transportasi Air
Saluran utama dan
penghubung digunakan
sebagai transportasi air untuk
transportasi Masyarakat,
membawa hasil panen (kelapa,
nanasdll, serta mengangkut
bibit dan puuk dsb).
Kedalaman air harus dijaga
sehingga draft kapan
terpenuhi. Ini menjadi
kebutuhan untuk
perekonomian mereka.
Tata saluran: Kanal utama dank anal sekunder pada PT RSUP
Menjaga kelembaban tanah dengan menjaga
hubungan Muka Air Tanah dan Muka Saluran
Manajemen Tata Air
PT RSUP telah menerapkan manajemen sistem tata kelola air tepat guna
dengan membuat sistem kanal yang berupa kanal-kanal utama, kanal-kanal
penghubung/semi utama, kanal-kanal cabang / sekunder, dan kanal-kanal
tersier, overflow, bendungan dan tanggul.
Hal tersebut menyebabkan kondisi permukaan tanah tetap lembab,
sehingga risiko terjadinya kebakaran di lahan menjadi sangat kecil.
Sistem kanalisasi tersebut sebagai tempat penyimpanan air yang
berkelanjutan (channel storage). Jarak terjauh dari titik tengah persil ke
kanal cabang adalah 250 m sehingga akses terhadap air dari peralatan
yang dibutuhkan tidak menjadi kendala yang berarti.
Volume air yang yang ada didalam kanal-kanal (channel storage) pada
lahan PT RSUP sepanjang tahun dapat mencapai 25.892.000 m3. Sumber
air yang tersedia di PT RSUP juga tersambung dengan kebun yang
bersebelahan PT RSUP yang tata kelola airnya menjadi satu kesatuan
dengan total volume air tersedia sepanjang tahun sekitar 62.294.000 m3.
Pengendalian Banjir
• Sejak dikembangkan di akhir tahun 1980-an sampai sekarang pada
lahan rawa (gambut) ini tidak pernah kekurangan air, muka air tanah
sesuai dengan kebutuhan tanaman dan tidak pernah banjir:
- Semi closed system (saluran primer, penghubung dan sekunder
sebagai channel storage, sehingga hujan hanya menaikkan muka air
di saluran kecil saja).
- Pada bagian hilir muka air diatur oleh overflow dan pintu-pintu air,
sehingga muka air di saluran dan besarnya debit yang dilepas terukur.
- Dilengkapi stasiun klimatologi dan pemantau muka air tanah,
sehingga sangat membantu operasi saluran
Land subsidense: Meminimalkan land subsidence dengan
menjaga muka air tanah, dikendalikan oleh muka air di saluran,
sekaligus mencegah resiko banjir
3.2 Konsep Pengembangan Tata Air Kawasan Demplot Talio, Pulang
Pisau, Kalimantan Tengah
a. Latar Belakang Pengembangembangan Lahan Rawa Talio
• Dalam rangka ketahanan pangan, maka Badan Restorasi Gambut dan Mangrove,
mendapat penugasan untuk membuat prototype meningkatkan produktivitas area lahan
rawa bergambut dangkal;
• Talio terletak pada areal ex-PLG di Pulang Pisau, yang lahannya telah digarap oleh petani,
namun banyak yang meninggalkan lokasi karena produktifitas lahan rendah. Sebagian
alih fungsi lahan ke Kelapa sawit atau karet
• Lahan rawa pasang surut Talio, Kualitas air jelek (pH < 4), banjir (drainase jelek), sirkulasi
air kurang baik, padahal saluran sekunder telah terbangun, bangunan air rusak/tidak
berfungsi.

Maksud kajian: Meningkatkan tata air (suplai air irigasi, dan penanganan banjir)
Tujuan Pengembangan: meningkatkan produktivitas lahan rawa petani
Demonstration Plot Talio Hulu (luas = 256 ha)
Kajian yang dilakukan
1. Iklim dan Curah hujan
2. Pasang Surut
3. Pegerukan dan pembersihan saluran sekunder
4. Pintu Air
5. Pipa Inlet/outlet
6. Pompa air
7. Pengendalian Kualitas air dan Pirit
b. Iklim dan Curah hujan dan Pasang Surut
Kondisi lahan yang tetap masih tergenang meskipun musim hujan menjelang musim
hujan (awal Nopember)
CURAH HUJAN : Kondisi iklim dan cuaca Desa Talio beriklim tropis dan
Curah hujan (mm) lembab dengan curah hujan
Bulan
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 berkisar antara 2.000- 4.400 mm
Januari 261,4 247,7 359,7 349,2 374,0 184,0 323,8 192,1 427,7 222,3
setiap tahun
Februari 361,4 214,7 291,6 237,5 205,0 216,5 271,9 193,5 416,2 358,1
Maret 476,7 553,1 205,0 376,1 331,0 216,0 277,8 303,8 204,8 292,3 Hujan tahunan antara 1893
April 432,8 257,0 199,5 499,5 214,0 220,1 220,1 223,4 290,2 252 – 3040 mm per tahun.
Mei 162,1 101,0 92,2 263,2 107,0 95,6 254,3 180,3 129,6 209,1 Musim kering rata-rata 3
Juni 203,5 153,9 16,7 201,7 72,0 69,3 106,8 112,9 113,8 177,4 bulan. Jadi variasi hujan
Juli 173,8 162,9 86,0 187,2 12,0 105,6 107,5 32,7 12,3 129,5
cukup besar.
Agustus 93,5 159,2 26,5 147,4 28,0 22,1 93,3 57,8 14,7 49,6
September 27,8 54,3 9,7 222,3 62,0 14,0 62,0 54,5 0,0 187,2
Oktober 101,3 134,3 165,2 308,8 150,0 93,8 97,9 29,1 55,6 227,5 JIKA TARGET 2 KALI TANAM
November 303,5 448,9 260,4 191,2 284,0 299,8 275,9 161,1 110,8 309,5 DENGAN IP =200 %
Desember 442,6 483,4 334,0 298,7 498,0 445,1 328,2 352,3 226,1 250,0 MEMBUTUHKAN SUPPLY
Jumlah 3.040,4 2.970,4 2.046,5 3.282,8 2.337 1.981,9 2.419,5 1.893,5 2.001,8 2.664,5 AIR YANG
Bulan basah 7 6 5 9 6 5 7 3 5 8 MEMUNGKINKAN DENGAN
Bulan lembab 3 5 2 3 2 2 2 5 3 3 MEMANFAATKAN AIR
Bulan kering 2 1 5 0 4 5 3 4 4 1 PASANG DENGAN
BANTUAN PINTU AIR DAN
POMPA.
Basah: Pertengahan
Oktober Akhir Mei

Kering: 3 bulan (Juli,


Agustus, September)

Tanam 2
Tanam I
2. PASANG
SURUT
Pengukuran Pasang
Surut di Pertemuan
Sungai Kahayan , dan
Sungai Primer Batas
DEMPLOT.
Kecepatan arus di
batas demplot.
Range Pasut
Pengamatan Sesaat
sekitar 172 cm

Elevasi Air Tertinggi

Posisi Stasiun Pengamatan


Sekitar 5,9 Km dari Sungai

Elevasi Air Terendah


Kondisi Pasang Surut
di Stasiun PANGKUH SUNGAI KAHAYAN 249 cm

Range Pasut
sekitar 231 cm

18 cm
• Tanggal pengamatan: 27-Sep-2020 to 12-Oct-2020
• Jumlah data: 361, durasi perekaman 15.04 hari Pengukuran pada waktu akhir musim
kemarau dan memasuki musim hujan.
• Awal waktu perekaman: 27-Sep-2020 jam 21:00:00
• X0= 133 cm, Xmin: 18 cm, Xmax: 249 cm PERLU PENGUKURAN PASUT DAN
PENGUKURAN ARUS DI MUSIM HUJAN
• Range data pasut: 231 cm (JANUARI-FEBRUARI)
tidal amplitude and phase with 95% CI estimates
tide freq amp amp_err pha pha_err snr
*MSF 0.002822 6.1321 4.861 79.7 45.42 1.6
*O1 0.038731 38.9585 4.861 282.87 6.86 64
*P1 0.041553 19.4734 4.861 347.19 14.33 16
*K1 0.041781 63.7907 4.861 345.67 4.25 1.70E+02
*N2 0.078999 6.4501 4.438 202.85 39.51 2.1 • Nilai Formzahl: 2.86
*M2 0.080511 31.8842 4.438 186.7 8 52
S2 0.083333 4.0358 4.438 101.86 62.98 0.83
• Tipe Pasut: Campuran condong ke Harian Tunggal
K2 0.083562 1.1934 4.438 104.99 203.07 0.072 (Mix-Diurnal)
*M3 0.120767 2.2812 1.048 279.45 26.46 4.7
SK3 0.125114 0.6508 1.048 72 89.73 0.39 • MSL : 133.0000
*M4 0.161023 2.0278 0.795 264.43 22.61 6.5 • MHWL : 168.9200
*MS4 0.163845 2.2473 0.795 2.67 20.33 8
*S4 0.166667 1.303 0.795 90.32 34.93 2.7 • HHWL : 271.6692
*2MK5 0.202804 1.4074 0.916 56.85 36.53 2.4 • MLWL : 97.0800
2SK5 0.208447 0.7734 0.916 330.68 65.97 0.71
M6 0.241534 0.351 0.58 246.89 95.71 0.37 • LLWL : -5.6692
*2MS6 0.244356 0.5826 0.58 169.42 57.44 1 • HAT : 303.0612
*2SM6 0.247178 0.7238 0.58 217.62 46.06 1.6
*3MK7 0.283315 0.5702 0.385 110.82 37.99 2.2 • LAT : -37.0612
*M8 0.322046 0.5061 0.305 324.77 35 2.8
*M10 0.402557 0.3396 0.305 107.15 52.34 1.2

Data Pasut Stasiun Pengamatan Pangkuh Sungai Kahayan


350

300

250

200

150

100

50

0
9/26/2020 0:00 9/28/2020 0:00 9/30/2020 0:00 10/2/2020 0:00 10/4/2020 0:00 10/6/2020 0:00 10/8/2020 0:00 10/10/2020 0:00 10/12/2020 0:00 10/14/2020 0:00
-50
Kondisi Pasang Surut
di Stasiun SMP SALURAN PRIMER
225 cm

Range Pasut
sekitar 192 cm

33 cm

• Tanggal pengamatan: 28-Sep-2020 to 13-Oct-2020


• Jumlah data: 361, durasi perekaman 15.04 hari
• Awal waktu perekaman: 28-Sep-2020 jam 18:00:00
• X0= 135 cm, Xmin: 33 cm, Xmax: 225 cm
• Range data pasut: 192 cm
tidal amplitude and phase with 95% CI estimates
tide freq amp amp_err pha pha_err snr
MSF 0.002822 4.4499 6.044 95.78 77.82 0.54
*O1 0.038731 30.8863 6.044 297.3 10.75 26
*P1 0.041553 16.0254 6.044 6.14 21.65 7
*K1 0.041781 52.4959 6.044 4.62 6.41 7.50E+01
*N2 0.078999 4.0885 3.932 215.66 55.23 1.1 • Nilai Formzahl: 3.59
*M2 0.080511 20.2107 3.932 199.52 11.19 26
S2 0.083333 2.9721 3.932 203.45 75.77 0.57 • Tipe Pasut: Harian Tunggal (Diurnal)
K2 0.083562 0.8788 3.932 206.58 244.23 0.05
*M3 0.120767 3.1089 1.91 0.25 35.36 2.7
*SK3 0.125114 2.2496 1.91 73.93 47.28 1.4 • MSL : 135.0000
M4 0.161023 1.6927 3.02 207.39 102.94 0.31 • MHWL : 158.1828
*MS4 0.163845 3.3205 3.02 37.97 52.27 1.2
S4 0.166667 1.4492 3.02 123.37 119.32 0.23 • HHWL : 241.5650
*2MK5 0.202804 1.634 1.4 90.73 48.07 1.4 • MLWL : 111.8172
*2SK5 0.208447 1.9872 1.4 105.95 39.22 2
M6 0.241534 0.1569 1.063 156.72 392.34 0.022 • LLWL : 28.4350
*2MS6 0.244356 1.4222 1.063 50.45 43.13 1.8 • HAT : 267.5709
*2SM6 0.247178 1.471 1.063 284.77 41.54 1.9
*3MK7 0.283315 1.162 0.993 152.41 48.14 1.4 • LAT : -2.4291
*M8 0.322046 1.3667 0.758 11.74 32.22 3.3
M10 0.402557 0.3197 0.758 177.6 138.24 0.18

Data Pasut Stasiun Pengamatan SMP Saluran Primer


275

225

175

125

75

25

-25
9/28/2020 0:00 9/30/2020 0:00 10/2/2020 0:00 10/4/2020 0:00 10/6/2020 0:00 10/8/2020 0:00 10/10/2020 0:00 10/12/2020 0:00 10/14/2020 0:00
Bahasan Pasang Surut:
• Di Pertemuan sungai Kahayan dan saluran Primer:
• Pasut = 231 cm (musim kering)
• Di Jembatan Saluran Primer Perbatasan Demplot hilir = 151 cm (musim
kering) (5,9 km dari sungai)
• Di saluran primer batas hulu demplot
• Pasut = 131 cm
• Pengamatan di saluran sekunder hulu (di pintu) = 60 cm (bekas peilschaal)
• Kecepatan: selama spring tide: antara V <-0,4m/s (pasang)
V <0,3 m/s (surut)
• Hidrotopografi B (ada potensi supply dari air pasang mengairi lahan, secara
gravitasional), 4-5 x dalam periode pasut. (Catatan: Saluran Sekunder
dinormalisasi/dikeruk kedalaman 0,50 -0.75 cm)
C. Pegerukan dan pembersihan saluran sekunder

Saluran Sekunder, PINTU AIR (KLEP), pompa merupakan perangkat


untuk pengaturan MUKA AIR, VOLUME AIR (kebutuhan tanaman),
dan PENGENDALIAN KUALITAS AIR dan genangan.
a. Volume air dan muka air serta kualitas untuk budidaya
b. Muka air, untuk menjamin muka air selalu menggenangi lapisan
pirit yang ada
c. Saluran untuk mengalihkan air pH rendah sehingga airnya tidak
masuk lahan sawah
d. PEGERUKAN DAN PEMBERSIHAN SALURAN SEKUNDER
SALURAN SEKUNDER: Dibersihkan dan dikeruk

Saluran Sekunder selain mengalirkan air hujan juga sebagai channel storage, dengan
memasang pintu klep dibagian hilirnya
Pengerukan dan
pembersihan saluran
sekunder
e. Pintu Air
e1. PINTU AIR EKSISTING
Pintu klep SEMENTARA: air pasang ditahan di luar

Pintu Sementara

Sangat darurat belum 2 bulan sudah rusak DAN


BOCOR
e2. Kebutuhan Pintu Klep yang Permanen
1. Pada saluran sekunder drainase, 2. Saluran Sekunder pembawa (supply/opsional)
Berbagai tipe pintu klep pengatur air pada lahan rawa
(pasang surut) sehingga dapat mengatur muka air, air
masuk dan keluar. Dengan perangat ini memudahkan
pengendalian banjir dan pemenuhan air irigasi.
Kelengkapan control otomatis mulai diterapkan dan
remoted control.
Pintu Klep permanen
Alternatif Kontrol air pada lahan rawa (VOLUME, ELEVASI dan WAKTU)

SEKAT KANAL PRACETAK PANEL BETON DENGAN PELIMPASAN


Ambang dan berfungsi sekat dengan bahan jenis
logam ringan knock-down
Remoted control Hydraulic Gate
Foto: Indratmo (2017)
Pintu air stainless
digerakkan dengan
energy surya dan
dikontrol melalui
remote operator
f. Pipa Inlet dan pipa Outlet

1. Pipa outlet ukuran 6 inci: untuk membuang air dari


lahan sawah baik secara gravitasional (jika
memungkinkan) maupun dengan pompa
2. Pipa inlet untuk menambah air ke lahan, terutama
untuk masa tanam kedua, dari sekunder pembawa
PIPA INLET OUTLET
Pentingnya keberadaan inlet/outlet: pipa pralon:
untuk supply air irigasi dan untuk buang/drainase
Budidaya padi di lahan gambut tipis dengan drain dan supply
melalui saluran sekunder
g . Pompa Air

Fungsi pompa:
- Membuang air dari lahan yang posisinya rendah sehingga
tidak dapat dibuang secara gravitasional, terutama awal
tanam;
- Menyedot air ke lahan tertama musim tanam ke-dua,.
- Kondisi ekstrim/banjir/genangan tinggi

Prinsip: Pompa digunakan hanya kondisi tertentu, dimana aliran


secara gravitasional tidak memungkinkan
Bahasan POMPA AIR

Pompa air diperlukan:


1. Beberapa lokasi sawah sangat rendah sehingga air tidak dapat dibuang secara
gravitasional.
2. Ada beberapa lokasi sawah yang cukup tinggi sehingga pada musim kemarau
saat butuh air untuk musim tanam II, air dipompa dari saluran sekunder ke
sawah tersebut
3. Keberadaan pintu otomatis akan meringankan kerja pompa (lebih hemat
bahan bakar/operasional pompa)
4. Penutup
Dari lessons learned pengembangan lahan rawa diatas kaitannya dengan
penyediaan air irigasi, drainase dan penanganan banjir:
1. Pendekatan konservasi (memanfaatkan saluran sebagai channel storage)
sangat efektif, dan sekaligus dapat menjaga muka air tanah. Pengelolaan
air secara semi-closed channel system, dalam kedua case study air
tersedia sepanjang tahun.
2. Pemanfaatan air dengan melengkapi pintu-pintu air, overflow dapat
memenuhi kebutuhan tanaman dan kebutuhan transportasi air;
3. Ketersediaan pompa-pompa air dapat meningkatkan kinerja karena
beberapa lahan elevasi lebih rendah dari muka air saluran, ini kaitannya
dengan kemampuan pembuangan air (drainase)
4. Pengelolaan lahan kecil ukuran lebih kecil memudahkan mengelolaan air,
sehingga air dapat terkelola secara lebih terukur.
TERIMAKASIH ATAS PERHATIANNYA

Anda mungkin juga menyukai