Disusun oleh:
Bagas Diwantara
Guru Pembimbing:
Vinna S.Pd
SMKS KODECO
Tahun pelajaran 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kalimantan merupakan salah satu pulau besar di Indonesia. Luas
wilayahnya mencakup 748,,168.1 km2 sehingga memiliki daerah tangkapan hujan
yang tinggi. Hal tersebut berimbas pada besarnya dimensi sungai-sungai yang ada
disana disertai anak-anak sungai yang banyak dan panjang.
Selain besarnya luasan pulau, letak Kalimantan yang berada di garis
Khatulistiwa menyebabkan tingginya intensitas hujan yang mengakibatkan
Kalimatan termasuk salah satu daerah hutan hujan dunia dengan intensitas hujan
yang cukup tinggi. Tingginya intensitas hujan di Kalimantan tersebut berdampak
pada besarnya debit yang terjadi pada sungai-sungai di Kalimantan.
Besarnya intensitas hujan tersebut tidak diimbangi dengan pemeliharaan
daerah aliran sungai (DAS) yang ada di Kalimantan. Tanah lunak yang menjadi
tipikal tanah disana harusnya menjadi perhatian bagi pihak terkait karena terdapat
kemungkinan terjadinya fluktuasi yang berakibat pada banjir dan terkikisnya
tebing sungai dan membahayakan bangunan yang banyak berdiri disana.
Salah satu sungai besar yang ada di Kalimantan adalah Sungai Tabalong
yang terletak di Kalimantan Selatan. Sungai tersebut perannya sangat penting bagi
kehidupan masyarakat disekitarnya. Sehingga pemeliharaan kawasan tebing
sungai menjadi sebuah kegiatan yang seharusnya dilakukan untuk mencegah
bencana yang kemungkinan terjadi.
Minimnya informasi mengenai bahaya erosi dan fluktuasi air sungai yang
terjadi mengakibatkan kesadaran masyarakat dan pihak yang terkait juga minim.
Bahaya yang kemungkinan terjadi harusnya dapat diprediksi agar dapat dilakukan
antisipasi dini mengingat berbagai fasilitas vital masyarakat berada tepat dipinggir
sungai tersebut, salah satunya adalah Masjid Pusaka Banua Lawas (masjid Pasar
Arba) yang merupakan masjid tertua di desa Banua Lawas, Kabupaten Tabalong,
Kalimantan Selatan. Masjid tersebut merupakan situs sejarah yang dikeramatkan
karena selain menjadi tempat ibadah juga menjadi bukti sejarah diterimanya Islam
pertama kali di Tanah Tabalong oleh suku Dayak Maanyan.
Peran penting situs tersebut serta letaknya yang sangat rawan akan
terjadinya bencana longsor akibat erosi yang terjadi dikarenakan terletak tepat di
belokan atau tikungan sungai Tabalong mengharuskan adanya sebuah kajian
akademis sebagai sebuah tindakan antisipasi untuk mencegah bencana yang
kemungkinan terjadi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam peneletian ini adalah :
1. Bagaimana cara mengetahui pola pada aliran tikungan sungai dalam
upaya mengantisipasi pada banjir dan gerusan yang terjadi pada lokasi
studi khusunya di sunga Tabalong ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pola pada aliran tikungan sungai secara umum dalam
upaya mengantisipasi pada banjir dan gerusan yang terjadi pada lokasi
sungai Tabalong.
2. Pola aliran pada sisi tikungan khusunya pada sisi yang berada pada bagian
Mesjid Banua Lawas.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan acuan bagi yang terkait untuk melakukan antisipasi
terhadap kemunkinan bahayanya banjir dan gerusan yang terjadi pada
tikungan sungai Tabalong.
2. Sebagai bahan pembelajaran dalam di teknik sipil khususnya dalam bidang
sumber daya air terkait aliran terbuka teknik sungai.
LOKASI
Penelitian ini berlokasi di Tabalong Kalimantan Selatan
BAB 3
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini berisi kajian pustaka dan teori - teori yang berhubungan dengan
kajian yuridis dalam bencana alam banjir dan masalah yang diteliti serta kerangka
pemikiran.
BAB 4
PEMBAHASAN
A. Penyebab Terjadinya Banjir
Banjir adalah peristiwa yang terjadi ketika aliran air yang berlebihan merendam
daratan. Pengarahan banjir Uni Eropa mengartikan banjir sebagai perendaman
sementara oleh air pada daratan yang biasanya tidak terendam air. Dalam arti “air
mengalir”, kata ini juga dapat berarti masuknya pasang laut. Banjir diakibatkan oleh
volume air di suatu badan air seperti sungai atau danau yang meluap atau
melimpah dari bendungan sehingga air keluar dari sungai itu.
Ukuran danau atau badan air terus berubah-ubah sesuai perubahan curah hujan
dan pencairan salju musiman, namun banjir yang terjadi tidak besar kecuali jika air
mencapai daerah yang dimanfaatkan manusia seperti desa, kota, dan permukiman
lain. Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran
air, terutama di kelokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan
pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami.
Meski kerusakan akibat banjir dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai
dan badan air yang lain, orang-orang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari
nafkah dan memanfaatkan biaya murah serta perjalanan dan perdagangan yang
lancar dekat perairan. Manusia terus menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti
bahwa nilai menetap dekat air lebih besar daripada biaya kerusakan akibat banjir
periodik.
B. Penyebab Terjadinya Banjir
Saat bencana banjir terjadi, banyak orang yang kehilangan harta benda. Bahkan
hingga menimbulkan korban jiwa. Oleh sebab itu, alangkah baiknya untuk
mengetahui penyebab banjir supaya dapat mengambil langkah tepat guna
mencegah bencana banjir tersebut. Berikut ini adalah beberapa penyebab banjir:
9. Tsunami
Merupakan jenis banjir air laut yang sangat besar. Tsunami merupakan penyebab
banjir yang sangat merugikan. Tsunami pada umumnya dapat terjadi dikarenakan
pergeseran lapisan lempeng bumi. Tingginya gelombang tsunami dapat dengan
mudah menyapu daerah-daerah yang ada di sekitarnya hingga dapat menimbulkan
banyak kerugian dan korban jiwa.
Terjadinya hujan dengan intensitas curah hujan yang tinggi tanpa disertai dengan
proses infiltrasi/penyerapan yang baik.
Air melebihi batas sempadan sungai ,sehingga meluap dan menggenangi dan
daerah sekitarnya.
Air yang jatuh ke permukaan tidak dapat mengalir dengan baik karena saluran
drainase yang ada tidak berfungsi dengan baik, sehingga air tersumbat dan tidak
dapat mengalir dengan baik.
Tergenangnya air akibat tidak mampunya air yang ada melakukan infiltrasi karena
kurangnya fungsi vegetasi sebagai penyerap atau penyimpanan cadangan air.
D. Daerah Rawan Bencana Banjir
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memetakan terdapat sembilan
daerah yang membutuhkan perhatian khusus karena berada di bawah ancaman
bencana banjir. Sembilan daerah itu antara lain DKI Jakarta, Kali Bengawan Solo
(Jawa Tengah, Jawa Timur), banjir lahar dingin Merapi (Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta), daerah Jratunseluna (Jawa Tengah), banjir lahar dingin
Semeru (Jawa Timur), Sungai Citarum (Jawa Barat), Gunung Bawakaraeng
(Sulawesi Selatan) dan kawah Gunung Ijen (Jawa Timur).
Apakah kita hanya bisa diam saja tanpa melakukan tindakan sedikit-pun dan
membiarkan kondisi menjadi tidak sehat. Tentu tidak, karena itu kita harus bekerja
sama dengan pemerintah yang telah bekerja keras selama ini untuk menanggulangi
bencana banjir, sehingga kita harus mendukungnya untuk penanggulangan
bencana banjir.
BAB 5
PENUTUP
Ancaman bencana, baik bencana alam maupun bencana non-alam memang
memiliki tingkat dampak yang berbeda-beda.di tiap tempat. Serta potensi
keterpaparannya juga tidak mungkin sama, namun bencana sekali lagi merupakan
sebuah hal yang dipengaruhi oleh banyak aspek yang melekat. Ancaman bencana
tidak boleh jika hanya dipandang sebagai ‘amarah alam’ belaka, melainkan
merupakan implikasi dari banyak aspek
DAFTAR PUSTAKA
Adi,Seno.2013.Karakteristik bencana banjir bandang Indonesia.Jurnal sains dan teknologi
Indonesia VOL.15,NO.1.April 2013,Hlm.42-51
https://news.detik.com/berita/d-4890457/banjir-hingga-2-meter-landa-tabalong-kalsel
https://bnpb.go.id/berita/banjir-landa-kabupaten-tabalong-kalimantan-selatan