Anda di halaman 1dari 3

Nama : Ganta Arya Dewa

NIM : 19/442651/PN/16057
Hari : Rabu, 18 Agustus 2021 (Pertemuan 1)
Manajemen Akuakultur Payau

 Lahan Pesisir dan Sistem Teknologi Akuakultur Payau


Kawasan lahan pesisir untuk pengembangan akuakultur payau (tambak) ada 2
yaitu intertidal dan supratidal. Zona supratidal adalah zona yang terletak di atas garis
pasang tertinggi yang dapat memiliki lebar hingga beberapa kilometer dengan bentuk
morfologinya yang bergelombang. Sedangkan zona intertidal adalah daerah pasang
surut (intertidal) yang dipengaruhi oleh kegiatan pantai dan laut. Pada zona supratidal
dan intertidal umumnya sering terjadi pasang surut air laut yang menyebabkan pada
zona ini terdapat bahan organik dalam jumlah besar yang terjebak didalam substrat
(sedimen) akibat adanya pasang surut air laut (Awaluddin et.al., 2012). Namun
terdapat beberapa perbedaan karakteristik antara supratidal dan intertidal dilihat dari
beberapa parameter diantaranya :
1. Tipe lahan ; intertidal berupa hutan mangrove dan rumput rawa. Sedangkan
supratidal berupa tanah beririgasi dan tanah kering.
2. Elevasi : intertidal antara pasang rendan dan tinggi. Sedangkan supratidal di atas
pasang tinggi.
3. Tipe tanah : intertidal berpotensial asam (pirit tinggi), terkadang bergambut.
Sedangkan supratidal umumnya tidak mengandung pirit.
4. Pembersihan lahan : intertidal sangat mahal. Sedangkan supratidal tidak terlalu
mahal.
5. Pra produksi dan pematangan tanah ; intertidal perlu reklamasi sebelum
beroperasi. Sedangkan supratidal bisa langsung beroperasi setelah konstruksi.
6. Persiapan tambak : intertidal sering mengalami masalah kronis ketika
pengeringan dasar tambak. Sedanngkan supratidal hanya membutuhkan waktu
singkat dan pengeringan sempurna.
7. Pengisian air tambak : intertidal kebutuhan pompanya minimal ketika gravitasi
pada saat pasang tinggi. Sedangkan supratidal mengandalkan pompa.
8. Pembuangan air : intertidal memerlukan bantuan pompa. Sedangkan supratidal
kebutuhan pompanya minimal
9. Pemanenan : intertidal membutuhkan waktu relatif lama karena tergantung pada
pasang surut. Sedangkan supratidal cepat dan dapat dilakukan setiap saat.
10. Produktivitas tambak : intertidal rendah pada tahap awal. Sedangkan supratidal
tinggi pada tahap awal.
11. Aplikasi teknologi budidaya : intertidal ekstensif s/d intensif. Sedangkan
supratidal hanya intensif.
12. Pengaruh lingkungan : intertidal dapat merusak hutan mangrove bila tak
terkendali. Sedangkan supratidal instrusi air laut ke daratan.

Berikut ini merupakan faktor dominan dalam pemilihan lokasi tambak diantaranya :
1. Sumber air dan sistem pemasokan
2. Mutu air
3. Mutu tanah
4. Amplitudo pasang surut
5. Elevasi dan topografi kawasan
6. Vegetasi
7. Ikim
8. Keragaan
9. Kemudahan fasilitas dan prasarana

Contohnya adalah lokasi tambak udang vaname di PT. Central Periwi Bahari
(CPB) Lampung. Berada di pesisir pantai timur pulau Sumatera, Desa Bratasena
Adiwarna Kecamatan Gedung Meneng Kabupaten Tulang Bawang, Provinsi
Lampung. Berasal dari kawasan hutan seluas 23.900 hektar, serta lahan sebagai green
belt seluas 2.819 hektar. Lokasi berjarak 100 km dari Kotamadya Metro.
Berbatasan dengan beberapa daerah misalnya daerah Utara : Sungai (Way) Tulang
Bawang, Selatan : Sungai (Way) Seputih, Barat : Area PT. Sweet Indo Lampung (PT.
SIL), Timur : Laut Jawa. Beberapa tahap pemilihan lokasi di PT. CPB :
- Seleksi : kesesuaian fisik & sosial ekonomi masy. Upaya perbaikan berupa jalur
hijau (green belt).
- Lahan awal : rawa-rawa yang dikelilingi oleh hutan manggrove,
- Pembukaan lahan dan pembuatan tambak : biaya sangat mahal.
- Tanah pada lokasi tambak : tekstur lempung.
- Kawasan dekat pantai : intertidal, masih dipengaruhi pasang surut
air laut
- Saluran air masuk utama (main inlet) dari laut melalui kawasan intertidal.
- Kawasan tambak merupakan kawasan supratidal.
- Sumber air dari saluran air masuk utama (main inlet) ke sub inlet, selanjutnya ke
tambak perlakuan (treatment pond) dan tambak budidaya (culture pond) sudah tidak
menggunakan tenaga pasang surut tetapi dengan pompa air.

Daftar Pustaka
Awaluddin, H.H., Siti Aisyah A.,E.B.G. Jones., dan Ka-Lai Pang. 2012. Observation
on the Biodiversity of Sand-Associated Marine Fungi from East and West
Coast of Peninsular Malaysia. University of Malaya SCS. Malaysia.

Anda mungkin juga menyukai