Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


PT Freeport Indonesia merupakan salah satu tambang Emas terbesar
di Dunia. dengan jumlah Karyawan/Pekerja, 6.329 Perkerja langsung hingga
maret 2021. Rinciannya, sebanyak 2.610 Pekerja (42,24%) merupakan orang
asli Papua, 3.576 Perkerja (56,5%) berasal dari non-Papua, dan 143 Pekerja
(2,26%) merupakan warga Negara asing (WNA). Jika di tambah dengan para
Pekerja kontraknya, maka ada 127.875 orang yang bekerja di PTFI hingga
maret 2021.
PTFI juga mempunyai berbagai devisi dari Higt Lands hingga Low
Lands dalam hal ini setiap devisi mempunyai peran dan fungsi yang berbeda.
Dalam menjalankan setiap pekerjaan, salah satu contoh adalah devisi
Enviromental (Lingkungan) yang bekerja di bahwa naungan PTFI. Devisi
Enviromental menjaga stabilitas lingkungan yang pada area kontrak karya
PTFI dan menanggulangi sisah ampas limba tailing atau sisah gundukan pasir
yang dihasilkan oleh pertambangan.
Enviromental Depertemen pertama kali beroprasi didaerah
pertambangan PT Freeport pada Tahun 1992 (Mil 23) dan dilanjutkan
beroprasi di (Mil 22) pada tahun 1995 dan pindah area beroprasi (Mil 21)
pada tahun 1998 sampai saat ini. Enviromental melalukan penghijauan pada
area
kontrak karyaPTFI. operasi penanaman di lakukan diarea tanggul
kawasan PT Freeport ada beberapa bibit yang di gunakan penanaman di area
tanggul Mil 21 misalnya. bibit yang di gunakan Enviromental adalah Kaswarina,
Mangrov, Coklat, Pinang, Jeruk, dll.
Ada beberapa jenis tanaman ini di gunakan untuk penanaman hingga kawasan
industri, area operasi pertambangan, jadi penanaman yang dilakukan untuk
menahan banjir yang terjadi di area operasi pertambangan dan juga menahan
luapnya endapan sungai hingga tidak terjadi banjir. Enviromental sudah
beroperasi dikawasan PTFI pada Tahun 1992 hingga saat ini enviromental
melakukan penghijauan dikawasan dataran rendah pada khususnya dari Mil 21.
Dari penghijauan yang dilakuakan di daerah operasi pertambangan menggunakan
beberapa bibit salah satunya mangrove dan masih banyak lagi bibit yang lain,
yang digunakan proses penghijauan, jadi Envirometal menjaga lingkuangan
dikawasan pertambangan agar terhindar dari masalah-masalah yang terjadi di area
operasi pertamabangan misalnya Banjir, Longsor dan kerusakan lingkungan.
Dalam hal ini Enviromental menjaga sekali masalah Lingkungan di
area operasi pertambangan. Adapun masalah-masalah yang terjadi di area PTFI
yaitu kerusakan lingkungan, Untuk itu environmental melakukan proses
penghijauan dilakukan di area operasi pertambangan, agar terhindar dari bencana
alam yang terjadi misalnya, kerusakan Lingkungan, Banjir, Longsor, Tana yang
Tandus dll. Untuk itu Enviromental melakukan proses mendaur
ulang/penghijauan kembali area operasi pertambangan agar terhindar dari
bencana alam.

Misalnya, pencemaran lingkungan ada berbagai faktor yang


mempengaruhi pecemaran Lingkungan hingga terjadi banjir dan longsor, dalam
hal ini enviromental melukukan proses daur ulang atau keanekaragaman hayati
yaitu penghijuan kembali arae-area yang rusak.
Dalam proses ini enviromental lebih jelih melihat masalah lingkungan
atau penghijauan, dalam proses penghijauan yang di lakukan ada berbagai devisi
yang dibagikan dalam proses pekerjaan di Enviromental, adapun proses
pembagian pekerjaan yang dilakukan adalah Pembibitan, Perawatan dan
penanaman. Dari masalah progres pekerjaan Penghijauan yang di lakukan
Enviromental di area tanggul untuk menahan Banjir dan Longsor.
Adapun yang kita ketahui bahwa Tanggul terbagi atas dua bagian yaitu
Tanggul buatan dan Tanggul Alami misalnya, tujuan utama Tanggul buatan
adalah untuk mencegah banjir dan longsor, sedangkan tanggul alami kita dapat
melihat di pesisir pantai atau dipesisir sungai. Kita dapat melihat tanggul juga
dapat di temukan di sepanjang Pantai, dimana Gumuk/Gundukan pasir Pantainya
tidak cukup kuat hingga menahan sunami, di sepanjang Sungai untuk melindungi
dari banjir, di sepajang danau atau polder dan sebuah Topografi Mikro tinggi
seperti Tanggul Alami terbentuk di kedua tepi sungai daerah Hilir. Pasir dan
endapan Lumpur di Sungai yang telah dibanjiri dengan setiap banjir terkumpul di
kedua sisi jalur aliran dan tingginya sekitar 2 hingga 5 m . Dalam hal ini Devisi
Enviromental juga terbagai atas tiga bagian yaitu Reklamasi, Bioversity dan
Edukasi.

Reklamasi merupakan kewajiban PTFI dalam pengelolaan dampak


lingkungan dari proses penambangan yang dilakukan. Sesuai regulasi yang
berlaku semua semua perusahaan pertambangan yang memberikan dampak
bukaan lahan atau timbunan limbah yang berdampak pada suatu Ekosistem
berupa bukaan lahan maka perusahaan tersebut wajib melakukan reklamasi yang
bertujuan mengembalikan fungsi ekologi dari kawasan yang terdampak.
Biodiversity merupakan bagian dari program reklamasi untuk
memestikan kondisi awal ekosistem sebelum terdampak untuk menentukan
pola reklamasi yang akan dilakukan, kemudian melakukan pemantauan untuk
melihat tata kelola atau progam reklamasi yang dilakukan apakah telah
mendekati kondisi ekologi sebelum terdampak.
Edukasi lebih kepada menngkatakan pemahaman individu, baik bagi dunia
pendidikan dan umum terkait program pengelola lingkungan secara khusus
oleh PTFI dan juga secara umum terhadap ekosistem dan pengelolaannya.
Edukasi ini bersifat umum sehingga lebih kepada praktek lapangan.

Untuk menciptakan Lingkungan hidup yang baik dan sehatseperti yang


di tentukan dalam 28 H ayat (1) Udang-Undang 1945. Undang-Undang Dasar
1945 Pasal 28 H ayat (1) menentukan setiap orang berhak hidup sejah teralahir
dan batin bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Tersirat bahwa
adanya jaminan negara bagi seluruh warga masyarakat dalam menikmati
lingkungan hidup yang baik dan sehat.Pasal 1 angka 13 Undang-Undang No
23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan. Pasal 1 angka 13 tersebut
menentukan yang dimaksudkan dengan pencemaran lingkungan hidup adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
komponen lain kedalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga
kualitasnya turun sampai ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan
hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pembuangan Tailing yang dilakukan oleh PTFI meresahkan warga
masyarakat sekitar daerah pertambangan, khususnya di dataran rendah yang
menjadi tempat penampungan tailing tersebut. Pasal 2 PP Nomor 35 tahun
1991 tentang Sungai menentukan; “ lingkup pengaturan sungai berdasarkan
peraturan pemerintah ini mencakup perlindungan, pengembangan, penggunaan
dan pengendalian sungai termasuk danau atau waduk limbah atau bahan-bahan
padat/cair tidak diperbolehkan dibuang di sekitar sungai, hal ini sesuai dengan
Pasal 27 PP Nomor 35 tahun 1991 tentang Sungai yang menentukan: “dilarang
membuang benda-benda atau bahan–bahan padat dan/cair ataupun yang
berupa limbah kedalam maupun di sekitar sungai yang diperkirakan atau patut
diduga akan menimbulkan pencemaran atau menurunkan kualitas air sehingga
membahayakan dan/merugikan penggunaan air yang lain dari
lingkungan. Kegiatan pertambangan dapat menimbulkandampak buruk
terhadap Tanah,Udaradan Air. Dampak terbesar yang ditimbulkan oleh
aktifitas, yang disebut sebagai tapak jejak, dikaitkan dengan pengelolaan
material padat seperti pasir sisa tambang (sirsat / tailings) dan timbunan
batuan penutup (over burden).
Apa bila tidak dilakukan identifikasi, pengendalian, minimalisasi dan
mitigasi secara tepat terhadap dampak lingkungan dari kegiatan tersebut,
makaresiko yang ditimbulkan, termasuk ketidak taatan
Terhadap kewajiban operasional sesuai peraturan, berpotensi
menimbulkan kegiatan penutupan yang mahal, selain kecaman masyarakat
luas.
PTFI Dalam hal ini Departemen environmental mempunyai komitmen untuk
mengelola dampak dari kegiatan operasi perusahaan terhadap lingkungan sekitar,
mereklamasi dan menghijaukan kembalilahan yang terkenadampak, serta
melakukan pemantauan secara komprehensif guna menentukan efektivitas dari
praktek-praktek operasional perusahaan.
Wilayah proyek PTFI mencakup lahan seluas 292.000 hektar di Provinsi Papua,
Indonesia. Sekitar 26.000 hektar (9% dariseluruhwilayahkontrak) digunakan
untuk kegiatan produksi dan ekstraksi mineral. Seluruh kawasan selatan Papua
menunjukkan tingkat endemis tinggi dan memiliki tingkat keanekaragaman
hayati tertinggi Asia dan Tenggara
Perusahaan telah memfasilitasi dan mendukung berbagai kajian
Ekologi dan keanekaragaman Hayati.
Untuk pengelolaan keanekaragaman Hayati yang efektif. Kajian keanekaragaman
hayati tersebut dilakukan dengan melibatkan para pakar Indonesia maupun
internasional, termasuk survey terhadap tumbuh-tumbuhan, Etnobotani, Tanaman
Obat, Satwa Mamalia, Burung, Kupu-kupu, Amfibia, Reptil, Ikan, Fauna Tanah,
dan Serangga Perairan maupun Darat. Informasi disertai data yang tersedia
menunjukkan kemungkinan terdapatnya 50 spesies wilayah yang masuk Daftar
Merah Spesies Terancam dari International Union for Conservation of Nature
(BadanKonservasiAlamDunia), yang sebagian besar disebabkan langkanya data
karena masih banyak yang harus dikerjakan di kawasan areal ini.

Untuk meningkatkan kinerja lingkungannya. PT FI juga telah menganut


prinsip-prinsip Kerangka Kerja Pembangunan Berkelanjutan dari Dewan
Internasional tentang Pertambangandan Logam.

Sustainable Development Framework of the International Council in


Mining
and Metals (ICMM). Untuk mencapai komitmen ini, perusahaan berupaya untuk
mematuhi semuahal yang terkait dengan peraturan dan perundang-undangan
lingkungan yang berlaku, mengupayakan pencegahan pencemaran lingkungan.
Mengupayakanperbaikan yang berkesinambungan dengan mengimplementasikan
system manajemen yang menetapkan tujuan dan sasaran berdasarkan data yang
absahdan berlandaskan ilmu pengetahuan yang tepatdengan mengkajiulang
sasaran yang ditetapkan dalam Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL)
danRencanaPemantauanLingkungan (RPL) sertamelalui audit internal maupun
audit eksternal berkala.

Gambar, 1.1
Data Wilayah ProyekPenghijauan
Gambar, 1.2
Area Penghijauan
Berdasarkan data pada gambar diatas menunjukan bahwa
mempertahankan keanekaragaman hayati diareaini, PTFI telah berkontribusi dan
bekerja-sama dengan berbagai pihak terkait baik Pemerintah (Balai Konservasi
Sumber Daya Alam –BKSDA, Karantina, dan pemerintah setempat), lembaga
swadaya masyarakat (LSM), militer dan masyarakat setempat diKabupaten Mimika
dalam upaya konservasi keanekaragaman hayati melalui kegiatan pelepas liaran
kembali satwa dilindungi dan endemis Papua hasil sitaan maupun penyerahan suka
rela oleh masyarakat. Sejak dimulai kerja sama ini ditahun 2006, PTFI telah
membantu melepasliarkan:

1. Lebih dari 41.000 individu labi-labi moncong babi (Carettochelys


insculpta) dihabitatnya berbagai lokasi dalam Taman Nasional Lorentz

2. 21 Kanguru Tanah (Tylogaleb runii) kehabitatnya di Taman Nasional Wasur


Merauke, Papua
3. 139 Burung Nuri Kepala Hitam (Lorius lorry) dan 7 Burung Kaka Tua Jambul
Kuning (Cacatua galerita)
4. 11 Ular Sanca Hijau Pohon (Morelia viridis), 20 Ular Piton Bibir Putih
(Leiophyton albertisi), 1 Ular Boa Tanah Papua (Candoia aspera) dan 1 Ular Sanca
Patola (Morelia amesthistina)
5. 2 Ekor Kuskus Ekor Tembaga dan 1 Ekor Kuskus Totol
6. 2 Ekor Kasuari Gelam Birganda (Casuarius casuari)
7. 3 Ekor Buaya Air Tawar Papua (Crocodylus novaguineae) dan 2 Ekor Kadal Lidah
Biru (Tiliqua gigas)

Berbagai fasilitas untuk menunjang


aktifitaskonservasikeanekaragamanHayatijugatelahdibangundiantaranya Diorama
ekosistem, Taman Botani, PenangkaranKupu-kupu, kandang transit
burungdanjugaLaboratorium herbarium. Selainuntuktujuankonservasi, fasilitas-
fasilitastersebutjugadimaksudkansebagaisaranaedukasibagaimasyarakatKabupatenMi
mikasecarakhususanak-anaksekolahmulaidari Taman Kanak-
kanakhinggaperguruantinggi di Timika. Berbagai penghargaan dan
apresiasitelahditerima PTFI untukupayadankomitmen yang
telahdilakukandalamrangkamendukungkegiatankonservasikeanekaragamanhayatidiant
aranya:

1. Tahun 2011, Wildlife Habitat Council (WHC) di Amerika telah mensertifikasi


program keanekaragaman hayati PTFI

2. Tahun 2012, WHC menetapkan Program Edukasi Lingkungan PTFI sebagai


Rookie of the Year untukkategori area perusahaan untuk pembelajaran
lingkungan

3. Tahun 2014, WHC mensertifikasi Program Edukasi Lingkungan PTFI sebagai


kawasan perusahaan untuk pembelajaran lingkungan

4. Tahun 2013, 2014 dan 2015 secara berturut-turut mendapatkan penghargaan


Indonesia Green Award Sekolah CSR La –Tofiuntukkategori program
konservasi keanekaragaman hayati.
5. Tahun 2017 mendapatkan penghargaan emas(GOLD PROGRAM OF THE
YEAR) dariWHC dan disebutkan sebagai program teladan diantara 81
penghargaan emas lainnya yg diberikan oleh WHC untuk program konservasi
keanekaragmaan Hayati. Serta memperoleh 3 penghargaan dengan hasil skor
tertinggi untuk 3 program individual lainnya.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka, peneliti tertarik untuk mengambil
penelitian yang berjudul “Analisis Kinerja Penghijauan Kembali Daerah Tanggul
Kawasan Industri PT Freeport Indonesia (Studi Kasus Depertemen Enviromental)”

Anda mungkin juga menyukai