Anda di halaman 1dari 5

3.1.

Kesesuaian Lahan
No. Jenis Lahan Sesuai untuk
Lahan selalu terluapi air pasang surut (lahan pasang
1 Padi rawa pasang surut
surut)
Mengandung pirit atau gambut (drainasi <60 cm,
2 Padi tadah hujan/palawija
terintrusi air asin)
Mengandung pirit atau gambut (drainasi >60 cm,
3 Perkebunan
terintrusi air asin)
Mengandung pirit atau gambut (drainasi <60 cm, di
4 Padi tadah hujan/palawija
saluran air tawar)
Mengandung pirit atau gambut (drainasi >60 cm, di
5 Perkebunan
saluran air tawar)
Agak sesuai untuk palawija/
6 Lahan gambut (lapisan organisk >40 cm)
perkebunan

7 Lahan kering (keputih-putihan, tidak subur) Agak sesuai palawija/kebun

Tanah mineral, BUKAN pirit (drainasi <60 cm, di


8 Padi tadah hujan
saluran air tawar)
Tanah mineral, BUKAN pirit (drainasi >60 cm, di
9 Padi tadah hujan
saluran air tawar)
Agak sesuai untuk padi tadah
10 Tanah mineral, (drainasi >60 cm, di saluran air asin)
hujan

I. TATA AIR MIKRO

6.1. Pengertian
Tata air mikro merupakan penataan pengelolaan air di tingkat usaha tani, di dalam petak
petani. Pengelolaan air di tingkat petak petani sangat menentukan lingkungan budidaya
pertanian yang dikehendaki.
a. Tata air mikro sistem pengelolaan tata air mikro berfungsi untuk:
b. mencukupi kebutuhan evapotranspirasi tanaman,
c. mencegah pertumbuhan tanaman liar pada padi sawah,
d. mencegah terjadinya bahan beracun bagi tanaman melalui penggelontoran dan
pencucian,
e. mengatur tinggi muka air, dan

1
f. menjaga kualitas air di petakan lahan dan di saluran untuk Lebih memperlancar
keluar masuknya air pada petakan lahan yang sekaligus memperlancar pencucian
bahan racun

Widjaja-Adhi (1995) menganjurkan pembuatan saluran cacing pada petakan lahan dan
di sekeliling petakan lahan. Sistem pengelolaan tata air mikro mencakup pengaturan dan
pengelolaan tata air di saluran kuarter dan petakan lahan yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman dan sekaligus memperlancar pencucian bahan beracun.Pengelolaan air tingkat
tersier ditujukan untuk mengatur saluran tersier agar berfungsi:
1. memasukkan air irigasi,
2. mengatur tinggi muka air di saluran dan secara tidak langsung di petakan lahan,
dan
3. mengatur kualitas air dengan membuang bahan beracun yang terbentuk di
petakan lahan serta mencegah masuknya air asin ke petakan lahan.
Sistem pengelolaan air di tingkat tersier dan mikro tergantung kepada tipe luapan air
pasang dan keracunan di petakan lahan. Tata air pada lahan yang bertipe luapan A dan
B perlu diatur dalam sistem aliran satu arah (one way flow system), sedangkan untuk
lahan bertipe luapan C dan D, saluran air perlu ditabat/disekat dengan stoplog untuk
menjaga permukaan air tanah agar sesuai dengan kebutuhan tanaman serta
memungkinkan air hujan tertampung dalam saluran tersebut.
Pintu-pintu yang sesuai perlu dibangun untuk keperluan pengaturan tata air ini sebagai
pengendali air. Pintu air tersebut dapat berupa stoplog maupun pintu ayun atau pintu
engsel (flapgate).
Penataan lahan perlu dilakukan untuk membuat lahan tersebut sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang akandikembangkan. Perlu diperhatikan hubungan antara tipologi lahan,
tipe luapan dan pola pemanfaatannya.Penataan lahan pada tipologi sulfat masam
potensial dengan tipe luapan A, maka sebaiknya untuk sawah, karena pirit akan lebih
stabil tidak mengalami oksidasi dan tanaman padi dapat tumbuh dengan baik.
Bila tipe luapan B, maka pola pemanfaatan lahan dapat dilaksanakan dengan sistem
surjan. Sistem surjan dapat digunakan untuk tanaman padi, palawija, sayuran atau buah-
buahan.
Pengolahan tanah dan pembuatan guludan untuk tanah sulfat masam potensial

2
sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan bertahap. Guludan dibuat secara bertahap dan
tanahnya diambil dari lapisan atas. Hal ini dilakukan untuk menghindari oksidasi
pirit.Tujuan pengelolaan air pada budidaya padi, dimaksudkan untuk:
1. Menahan air (penggenangan) di dalam petak guna melawan gulma dan tikus,
memberikan air yang cukup guna membawa nutrisi dari tanah ke tanaman, kalau
tidak mungkin terluapi oleh air pasang, maka sumber air yang diharapkan adalah air
hujan Menahan air di petak sawah merupakan pekerjaan yang tidak mudah
mengingat tanah di daerah rawa mempunyai porositas yang besar.
2. Drainasi dan pelindihan toxic. Drainasi sangat dibutuhkan setelah terjadinya hujan,
sebelum pemberian pupuk dan saat kualitas tanah dan air mengalami penurunan.
Memenuhi kebutuhan akan air suplesi dan mengatur kualitas air serta membuang bahan
racun yang terbentuk di lahan, ada dua sistem aliran yaitu sistem aliran dua arah (two
way flow system) dan sistem aliran satu arah (one way flow system).
Aplikasi/penerapan masing-masing sistem aliran ini tergantung dari kondisi
infrastruktur lahan setempat.

6.2. Sistem Aliran


1. Sistem aliran dua arah
Lahan rawa yang memiliki satu saluran untuk keperluan suplesi dan drainase.
Pemasangan pintu air hanya satu di masing-masing saluran. Cara pencucian keasaman
dan racun yang ada di lahan dapat dilakukan dengancara flushing (pengglontoran)
menggunakan energi air pasang purnama, yaitu:
a. Hari pertama dan hari kedua, air masam dan racun dibuang dari saluran selama
waktu surut rendah sampai dengan kondisi saluran tidak ada air (kosong).
b. Hari berikutnya saluran diberi air suplesi kembali dengan air kualitas baik atau air
segar pada waktu air pasang purnama.

2. Sistem aliran satu arah


Lahan rawa yang dilengkapi saluran air suplesi dan saluran drainase terpisah, pengaliran
air tanah pada sistem ini lebih efektif dalam pencucian terhadap keasaman dan
keracunan pada lahan.Saluran dengan sistem aliran satu arah memerlukan
pengoperasian/ pengaturan pintu-pintu air pada kedua ujung saluran. Air yang

3
berkualitas baik di biarkan masuk ke saluran melalui pintu air pada waktu pasang tinggi
dan pada waktu surut pintu air yang lain dibuka untuk keperluan pembuangan.
Pelaksanaan pengoperasian pintu-pintu air diperlukan waktu yang tepat.

6.3. Pengaturan Air


Tata air memadai di lahan rawa pasang surut untuk memenuhi kondisi infrastruktur,
saluran tersier dilengkapi dengan kombinasi antara pintu sorong dan skotbalk dalam
satu konstruksi. Tiga jenis pengaturan air dalam pengoperasian pintu air ada yaitu:
drainasi (pembuangan dan pencucian lahan), suplesi (pemberian air) dan retensi
(mempertahankan tinggi muka air).
1. Drainasi
Drainasi dilakukan saat hujan lebat sehingga air hujan perlu dibuang keluar dari saluran
tersier. Cara pengoperasian pintu adalah dengan membuka pintu sorong sedikit (sesuai
kebutuhan) dan skotbalk diangkat sedikit, pada waktu muka air saluran tersier lebih
tinggi dari pada saluran sekunder. Saat kondisi hujan sangat lebat (banjir), pintu sorong
dibuka penuh dan skotbalk diangkat semuanya, pembukaan maksimal ini diperlukan
bila kualitas tanah semakin memburuk.
2. Suplesi
Suplesi diperlukan untuk mencegah genangan air yang terlalu lama dan pembilasan
terhadap unsur racun yang ada dilahan. Suplesi dilakukan saat air pasang sesuai dengan
kebutuhan tanaman yang dibudidayakan. Cara pengoperasian pintu adalah dengan
membuka pintu sorong secara penuh dan mengangkat skotbalk sebagian ketika keadaan
muka air saluran sekunder lebih tinggi dari pada saluran tersier.
3. Retensi
Retensi dilaksanakan untuk menjaga/mempertahankan tinggi muka air yang diperlukan
sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman yang dibudidayakan. Cara pengoperasian
pintu air untuk keperluan retensi adalah dengan menutup secara penuh pintu sorong dan
skotbalk pada waktu pasang maupun pada waktu surut.

6.4. Jenis dan Bangunan Pintu Air


Jenis pintu air yang telah dibangun pada saluran tersier lahan rawa pasang surut ada 3,
yaitu: pintu air jenis skotbalk/stoplog, jenis pintu sorong/geser dan pintu klep/flapgate.

4
1. Stoplog adalah jenis pintu air yang terdiri dari balok-balok kayu ukuran tertentu dan
dipasang dari dasar sampai tinggi sesuai dengan variasi kebutuhan muka air disaluran
yang dikehendaki. Fungsi pintu stoplog adalah untuk mejaga ketinggian muka air
(retensi) dan berfungsi untuk drainase secara terkendali.
2. Pintu sorong adalah jenis pintu air yang cara pengoperasiannya (buka tutup) dengan
cara memutar stang stir yang dilengkapi dengan sistem ulir. Pengoperasian pintu ini
berdasarkan pada kondisi waktu air pasang dan air surut. Fungsi pintu sorong adalah
untuk memenuhi kebutuhan retensi (menjaga) tinggi air secara tetap dan juga
berfungsi untuk mencegah air tidak masuk saluran, aliran satu arah.
3. Pintu klep adalah jenis pintu air yang dapat beroperasi membuka dan menutup
sendiri oleh karena dorongan/tekanan air secara otomatis dengan aliran satu arah.
a. Pintu air jenis ini masih dominan dibangun di saluran tersier lahan rawa pasang
surut.
b. Fungsi pintu klep adalah memenuhi kebutuhan suplesi dan drainase dengan
aliran satu arah serta dapat digunakan sebagairetensi muka air dan mencegah
agar air tidak masuk.

Anda mungkin juga menyukai