Anda di halaman 1dari 2

I.

TATA AIR MIKRO

6.1. Pengertian
Tata air mikro merupakan penataan pengelolaan air di tingkat usaha tani, di dalam petak
petani. Pengelolaan air di tingkat petak petani sangat menentukan lingkungan budidaya
pertanian yang dikehendaki.
a. Tata air mikro sistem pengelolaan tata air mikro berfungsi untuk:
b. mencukupi kebutuhan evapotranspirasi tanaman,
c. mencegah pertumbuhan tanaman liar pada padi sawah,
d. mencegah terjadinya bahan beracun bagi tanaman melalui penggelontoran dan
pencucian,
e. mengatur tinggi muka air, dan
f. menjaga kualitas air di petakan lahan dan di saluran untuk Lebih memperlancar
keluar masuknya air pada petakan lahan yang sekaligus memperlancar pencucian
bahan racun

Widjaja-Adhi (1995) menganjurkan pembuatan saluran cacing pada petakan lahan dan
di sekeliling petakan lahan. Sistem pengelolaan tata air mikro mencakup pengaturan dan
pengelolaan tata air di saluran kuarter dan petakan lahan yang sesuai dengan kebutuhan
tanaman dan sekaligus memperlancar pencucian bahan beracun.Pengelolaan air tingkat
tersier ditujukan untuk mengatur saluran tersier agar berfungsi:
1. memasukkan air irigasi,
2. mengatur tinggi muka air di saluran dan secara tidak langsung di petakan lahan,
dan
3. mengatur kualitas air dengan membuang bahan beracun yang terbentuk di
petakan lahan serta mencegah masuknya air asin ke petakan lahan.
Sistem pengelolaan air di tingkat tersier dan mikro tergantung kepada tipe luapan air
pasang dan keracunan di petakan lahan. Tata air pada lahan yang bertipe luapan A dan
B perlu diatur dalam sistem aliran satu arah (one way flow system), sedangkan untuk
lahan bertipe luapan C dan D, saluran air perlu ditabat/disekat dengan stoplog untuk
menjaga permukaan air tanah agar sesuai dengan kebutuhan tanaman serta
memungkinkan air hujan tertampung dalam saluran tersebut.

1
Pintu-pintu yang sesuai perlu dibangun untuk keperluan pengaturan tata air ini sebagai
pengendali air. Pintu air tersebut dapat berupa stoplog maupun pintu ayun atau pintu
engsel (flapgate).
Penataan lahan perlu dilakukan untuk membuat lahan tersebut sesuai dengan kebutuhan
tanaman yang akandikembangkan. Perlu diperhatikan hubungan antara tipologi lahan,
tipe luapan dan pola pemanfaatannya.Penataan lahan pada tipologi sulfat masam
potensial dengan tipe luapan A, maka sebaiknya untuk sawah, karena pirit akan lebih
stabil tidak mengalami oksidasi dan tanaman padi dapat tumbuh dengan baik.
Bila tipe luapan B, maka pola pemanfaatan lahan dapat dilaksanakan dengan sistem
surjan. Sistem surjan dapat digunakan untuk tanaman padi, palawija, sayuran atau buah-
buahan.
Pengolahan tanah dan pembuatan guludan untuk tanah sulfat masam potensial
sebaiknya dilakukan secara hati-hati dan bertahap. Guludan dibuat secara bertahap dan
tanahnya diambil dari lapisan atas. Hal ini dilakukan untuk menghindari oksidasi
pirit.Tujuan pengelolaan air pada budidaya padi, dimaksudkan untuk:
1. Menahan air (penggenangan) di dalam petak guna melawan gulma dan tikus,
memberikan air yang cukup guna membawa nutrisi dari tanah ke tanaman, kalau
tidak mungkin terluapi oleh air pasang, maka sumber air yang diharapkan adalah air
hujan Menahan air di petak sawah merupakan pekerjaan yang tidak mudah
mengingat tanah di daerah rawa mempunyai porositas yang besar.
2. Drainasi dan pelindihan toxic. Drainasi sangat dibutuhkan setelah terjadinya hujan,
sebelum pemberian pupuk dan saat kualitas tanah dan air mengalami penurunan.
Memenuhi kebutuhan akan air suplesi dan mengatur kualitas air serta membuang bahan
racun yang terbentuk di lahan, ada dua sistem aliran yaitu sistem aliran dua arah (two
way flow system) dan sistem aliran satu arah (one way flow system).
Aplikasi/penerapan masing-masing sistem aliran ini tergantung dari kondisi
infrastruktur lahan setempat.

Anda mungkin juga menyukai