Anda di halaman 1dari 10

STUDI PERENCANAAN JARINGAN TATA AIR DI DAERAH RAWA

DESA GAGUNTUR KECAMATAN GUNUNG BINTANG AWAI


KABUPATEN BARITO SELATAN PROPINSI KALIMANTAN TENGAH
1

Wijayanto1,Donny Harisuseno2,Prima Hadi Wicaksono2


Mahasiswa Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
2
Dosen Teknik Pengairan Universitas Brawijaya Malang
e-mail: yantok23@gmail.com

ABSTRAK
Permasalahan pangan yang ada di Indonesia diakibatkan oleh ketidakcukupan produksi bahan
pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduk dan semakin menyempitnya lahan pertanian produktif yang
ada. Hal ini menjadikan kebutuhan pengembangan area lahan pertanian baru guna meningkatkan produksi
bahan pangan. Salah satu alternatif yang menjanjikan untuk digunakan sebagai lahan sawah baru adalah
daerah rawa.
Hasil yang diperoleh dari studi ini berupa dimensi saluran drainasi dan saluran irigasi. Debit untuk
saluran drainasi sebesar 1.110 m3/dt dan saluran irigasi sebesar 4.554 m3/dt. Saluran drainasi memiliki
kemiringan dasar saluran 0.0003 dengan kemiringan talud 1 : 1 dan lebar dasar saluran 0.5 m 2.5 m. Untuk
saluran irigasi memiliki kemiringan dasar saluran 0.0001 dengan kemiringan talud 1 : 1 dan lebar dasar
saluran 0.5 m 4.0 m.
Kata kunci: Saluran Irigasi, Rawa Lebak, HEC-RAS, Tata Air, Drainasi.

ABSTRACT
Food problems that exist in Indonesia caused by insufficient production of food to meet the needs of
the population and the narrowing of existing productive agricultural land. This makes the need for the
development of new agricultural land area in order to increase food production. One promising alternative
to be used as the new wetland is a swamp area.
The result obtained from this study in the form of dimensional drainage and irrigation channels.
Discharge to drainage channel at 1.110 m3/sec and 4.554 m3/sec for irrigation. Drainage channel has a
channel bottom slope 0.0003 with talud 1 : 1 and channel base width 0.5 m 2.5 m. For irrigation channel
has a slope of 0.0001 with a slope channel basis talud 1 : 1 and channel base width 0.5 m -0,4 m.
Keywords: Irrigation channels, Lebak Swawp, HEC-RAS, Water Management, Drainage.

I. PENDAHULUAN
Laju
pertambahan
jumlah
penduduk di Indonesia dari tahun ke
tahun semakin meningkat. Hal ini dapat
dilihat dari perbandingan jumlah bayi
yang lahir terhadap jumlah jiwa yang
meninggal.
Pertambahan
jumlah
penduduk ini akan mengakibatkan
semakin mendesaknya pemukiman dan
kebutuhan akan pangan. Masalah pangan
merupakan masalah nasional yang sangat
fundamental yang harus selalu diatasi
setiap waktu. Pengalaman menunjukkan
bahwa kekurangan pangan dapat
berpengaruh terhadap stabilitas ekonomi,
politik, dan keamanan dalam negeri.

Penambahan kebutuhan pangan dapat


dilakukan dengan dua cara yaitu
intensifikasi pertanian dan ekstensifikasi
pertanian. Intensifikasi pertanian adalah
usaha pengelohan lahan pertanian yang
ada dengan sebaik-baiknya, untuk
meningkatkan hasil pertanian dengan
menggunakan berbagai macam sarana.
Intensifikasi pertanian saat ini ditempuh
dengan progam sapta usaha tani. Adapun
sapta usaha tani dalam bidang pertanian
adalah pengolahan tanah yang baik,
pengairan yang teratur, pemilihan bibit
unggul, pemupukan, pemberantasan
hama dan penyakit, serta pengolahan
pasca panen. Intensifikasi pertanian

cocok digunakan di pulau Jawa yang


wilayah pertaniannya semakin sempit.
Ekstensifikasi pertanian dilakukan
di wilayah yang masih memiliki area
yang dapat dikembangkan sebagai lahan
pertanian misalnya hutan maupun rawa.
Pembukaan hutan sebagai area pertanian
saat ini kurang dapat diterima mengingat
keberadaan hutan sebagai cadangan air
bersih, paru-paru dunia maupun cadangan
devisa semakin sempit di Indonesia. Oleh
karenanya lokasi rawa dapat dibuka dan
digunakan sebagai lahan pertanian baru
sebagai alternatif lain ketika hutan di
Indonesia semakin sempit. Ekstensifikasi
pertanian banyak dilakukan di daerah
yang jarang penduduknya seperti di luar
Pulau
Jawa,
seperti
Sumatera,
Kalimantan, dan Papua.
Rawa adalah suatu lahan darat
yang tergenang air secara periodic atau
terus menerus secara alami dalam waktu
lama karena drainasi yang terhambat.
Meskipun dalam keadaan tergenang,
lahan ini tetap ditumbuhi oleh tumbuhan.
Lahan rawa lebak merupakan salah satu
wiliyah pengembangan pertanian masa
depan yang prespektif. Rawa merupakan
suatu wilayah yang tergenang air dan
biasanya
terdapat
tumbuhan
air.
Penggenangan air rawa bersifat musiman
atau permanen. Rawa terdiri atas dua
jenis yaitu :
1. Rawa Pasang Surut
2. Rawa Non Pasang Surut (lebak)
Kedua jenis rawa tersebut
umumnya memiliki ciri khas, yaitu tanah
gambut . Dalam lingkup lingkungan,
gambut mempunyai peranan sebagai
penyangga (buffer) lingkungan. Hal ini
berhubungan dengan fungsi gambut
dalam gatra hidrologis, biogeokimiawi,
dan ekologis.
Mengingat potensi lahan rawa
yang tersedia di Indonesia khususnya
Pulau Kalimantan cukup luas, maka
sangat dimungkinkan perluasan areal
tanaman pangan dengan menambah baku
lahan, melalui perluasan areal sawah

(reklamasi). Salah satu propinsi di


Kalimantan yang memiliki lahan rawa
cukup luas yaitu propinsi Kalimantan
Tengah. Dari areal lahan yang cukup luas
tersebut, salah satunya Kabupaten Barito
Selatan yang cukup potensial untuk
dijadikan areal persawahan. Salah satu
rawa tersebut berlokasi di Desa
Gaguntur, Kecamatan Gunung Bintang
Awai, Kabupaten Barito Selatan. Lahan
rawa non-pasang surut (lebak) ini belum
dimanfaatkan untuk usaha pertanian
sehingga potensi pengembangannya
masih sangat besar.
II. METODOLOGI PERENCANAAN
A. Irigasi Rawa
Daerah rawa adalah daerah yang
secara permanen atau temporal tergenang
air karena tidak adanya sistem drainasi
alami atau drainasi yang terhambat.
Menurut jenisnya lahan rawa dibagi
menjadi dua, yaitu :
Rawa Pasang Surut
Rawa pasang surut merupakan
lahan
rawa
yang
genangannya
dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut.
Rawa Non Pasang Surut (Lebak)
Rawa lebak merupakan daerah
rawa yang tidak dipengaruhi oleh pasang
surut sungai. Daerah rawa ini merupakan
lahan tanah berbentuk cekungan dan
dalam musim hujan seluruhnya digenangi
air. Tetapi pada musim kemarau air
berangsur-angsur kering bahkan kadang
ada yang kering sama sekali selama masa
yang relatif singkat (1-2 bulan). Untuk
daerah yang berbeda didekat sungai, air
yang menggenangi daerah rawa berasal
dari luapan sungai disekitarnya, dan ada
pula daerah rawa yang mudah tenggelam
terus menerus akibat hujan sebelum
melimpahkan airnya kedaerah sekitarnya.
B. Jaringan Tata Air
Pemilihan jenis sistem jaringan
tata air yang akan digunakan nantinya
bergantung pada karakteristik lokasi studi
tersebut. Karakteristik tersebut terutama
yang berkaitan dengan kondisi topografi

lokasi dan letak sungai sebagai hilir dari


saluran drainasi rencana nantinya.
Sistem Handil
Sistem handil merupakan sistem
tata air tradisional yang rancangannya
sangat sederhana berupa saluran yang
menjorok masuk dari muara sungai.
(Noor,2001:100)
Umumnya
handil
memiliki lebar 2-3 m, dalam 0,5-1 m dan
panjang masuk dari muara sungai 2-3 km.
Jarak antara handil satu dengan yang
lainnya berkisar 200-300 m. Adakalanya
panjang handil ditambah atau diperluas
sehingga luas yang dikembangkan dapat
mencapai 20-60 Hektar
1

2
3

Gambar 1. Sistem Handil


1. Handil utama (2-3km)
2. Handil kecil
3. Sungai
Sistem Anjir
Sistem anjir disebut juga dengan
sistem kanal yaitu sistem air dengan
pembuatan saluran besar yang dibuat
untuk menghubungkan antara dua sungai
besar. Saluran yang dibuat dimaksudkan
untuk dapat mengaliri dan membagikan
air yang masuk ari sungai untuk
pengairan jika terjadi pasang dan
sekaligus menampung air limpahan
(drainasi) jika surut melalui handil-handil
yang dibuat sepanjang anjir. Dengan
demikian, air sungai dapat dimanfaatkan
untuk pertanaman secara lebih luas dan
leluasa.Dengan dibuatnya anjir, maka
daerah yang berada dikiri dan kanan
saluran dapat diairi dengan membangun
handil-handil (saluran tersier) tegak lurus
kanal, untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar 2.2. Perbedaan waktu
pasang dari dua sungai yang dihubungkan
oleh sistem anjir ini diharapkan akan
diikut oleh perbedaan muka air sehingga
dapat tercipta suatu aliran dari sungai

yang muka airnya lebih tinggi ke sungai


yang rendah.
1
2

Gambar 2. Sistem Anjir


1. Handil-handil
2. Anjir (28 km)
3. Sungai
Sistem Garpu
Sistem garpu adalah sistem tata
air yang direncangdengan saluran-saluran
yang dibuat dari pinggir sungai masuk
menjorok ke pedalaman berupa saluran
navigasi dan saluran primer., kemudian
disusul dengan saluran sekunder yang
dapat terdiri atas dua saluran bercabang
sehingga jaringan berbentuk menyerupai
garpu. Ukuran lebar saluran primer antar
20 m dan dalam sebatas di bawah batas
pasang minimal. Ukuran lebar saluran
sekuder antara 5-10 m (Noor,2001 : 103).
Pada setiap ujung saluran sekunder
sistem garpu dibuat kolam uang
berukuran luas sekitar 90.000 m2 (300 m
x 300 m) sampai dengan 200.000 m2 (400
m x 500 m) dengan kedalaman antara
2,5-3 m. Pada setiap jarak 200-300 m
sepanjang saluran primer/sekunder dibuat
saluran tersier (Noor,2001 : 103).
4
5

2
3

1.
2.
3.
4.
5.

Gambar 3. Sistem Garpu


Saluran primer
Saluran sekunder
Saluran tersier
Kolam
Sungai

Sistem Sisir
Sistem
sisir
merupakan
pengembangan sistem anjir yang
dialihkan menjadi satu saluran utama atau
dua saluran yang membentuk sejajar
sungai. Pada sistem sisir tidak di buat
kolam penampung pada ujung-ujung
saluaran sekunder sebagaiman pada
sistem garpu. Sistem saluran dipisahkan
antara saluran pemberi air dan drainasi.
Pada setiap saluran tersier dipasang pintu
air
yang
bersifat
otomatis
(aeroflapegate). Pintu bekerja secara
otomatis mengatur tinggi muka air sesuai
dengan pasang dan surut (Noor,2001 :
104)

Gambar 4. Sistem Sisir


1. Saluran primer
2. Saluran sekunder
3. Saluran tersier
4. Kolam
C. Analisa Hidrologi
Analisa hidrologi dilakukan untuk
mendapatkan besarnya curah hujan
rancangan 3 harian dan dengan kala
ulang yang telah ditetapkan yaitu 5 tahun
yang selanjutnya akan digunakan untuk
menghitung debit drainasi. Sebelum
melakukan perhitungan debit drainasi dan
kebutuhan air irigasi, perlu adanya
pengecekan kualitas data dengan
menggunakan uji konsistensi data yang
kemudian dilanjutkan dengan pengecekan
homogenitas data dengan menggunakan
uji inlier-outlier.
Analisa Klimatologi
Klimatologi adalah ilmu yang
membahas dan menerangkan tentang
iklim, bagaimana iklim itu dapat berbeda
pada suatu tempat dengan tempat yang
lainnya. Iklim sendiri adalah rata-rata
keadaan cuaca dalam jangka waktu yang
cukup lama, minimal 30 tahun yang

sifatnya tetap. Sedangkan cuaca adalah


keadaan atau kelakuan atmosfer pada
waktu tertentu yang sifanya berubahubah dari waktu ke waktu. Dalam analisa
klimatologi tentu memerlukan data
klimatologi. Data klimatologi merupakan
data-data dasar yang diperlukan untuk
menentukan kebutuhan pokok tanaman
akan air yang didasarkan pada keadaaan
pola tanam yang ada. Data klimatologi
yang diperlukan yaitu curah hujan (r),
temperatur (t), kelembaban udara (Rh),
penyinaran matahari (n) dan kecepatan
angin (u). Untuk perhitungannya
menggunakan
metode
Penmann
Modifikasi.
Eto
= c . ET*
ET* = w (0,75 Rs - Rn1) + (1 - w) f(u)
(ea- ed)
Analisa Kebutuhan Air
Pengaturan pola tata tanam
diperlukan
untuk
memudahkan
pengelolahan air agar air tanaman yang
dibutuhkan tidak melebihi air yang
tersedia. Pola tata tanam memberikan
gambaran tentang waktu dan jenis
tanaman yang akan diusahakan dalam
satu tahun.
Pola
tata
tanam
yang
direncanakan untuk suatu daerah
persawahan merupakan jadwal tanam
yang disesuaikan dengan ketersediaan air.
Secara umum pola tata tanam
dimaksudkan untuk :
1. Menghindari
ketidakseragaman
tanaman.
2. Melaksanakan waktu tanam sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Menurut Hartoyo (Suhardjono,
1994:108), pola pengelolaan air didukung
dengan dua macam kegiatan, yaitu :
a) Pada musim hujan (saat tanam padi)
air digunakan untuk pencucian guna
meningkatkan kualitas air dan tanah.
Diadakan bangunan-bangunan pintu
air di saluran sekunder untuk
mengurangi hilangnya air dari lahan
sawah dan bila diperlukan disertai

dengan pembuatan pematang dan


pemerataan muka tanah.
b) Dimusim kemarau (saat tanam
palawija) air tanah dijaga dengan
pengoperasian bangunan pintu di
tersier untuk mengendalikan muka air
tanah.
Cu = k x Eto x Luas rasio tanam
Dalam hal ini :
Cu = Kebutuhan air tanaman (mm/hari)
k = Koefisien tanaman
Eto = Evaporasi potensial ( mm/hari)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Perhitungan
Data
hujan
harian
untuk
pengolahan hidrologi diperoleh dari
stasiun hujan Buntok dan stasiun hujan
Tabak Kanilan yang terletak di
Kabupaten Barito Selatan dimana data
hujan 2 stasiun dan analisa curah hujan
ditampilkan pada lampiran
Tabel 1. Data hujan maksimum rerata
No.

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

1999
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011

Curah Hujan (mm) 1 Curah Hujan (mm) 2 Curah Hujan (mm) 3


Harian
Harian
Harian
56.75
56.75
60.00
84.25
130.60
130.60
126.90
126.90
162.65
89.25
112.50
112.50
75.40
123.05
145.80
75.00
114.90
126.20
87.50
203.80
203.80
60.00
100.60
113.35
55.00
57.55
73.70
55.55
108.25
118.50
65.25
84.10
89.10
62.50
96.75
99.25
45.00
57.75
57.75

Sumber : Hasil Perhitungan

Sedangkan data hujan sepuluh


harian nantinya akan digunakan untuk
menghitung curah hujan andalan (R80)
yang akan digunakan untuk menghitung
besarnya curah hujan efektif.
Tabel 2. Satu harian maksimum tahunan
No

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

2011
2007
2008
1999
2006
2010
2009
2004
2003
2000
2005
2002
2001

Curah Hujan
(mm)
45
55
55.55
56.75
60
62.5
65.25
75
75.4
84.25
87.5
89.25
126.9

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 3. Dua harian maksimum tahunan


No

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

1999
2007
2011
2009
2010
2006
2008
2002
2004
2003
2001
2000
2005

Curah Hujan
(mm)
56.75
57.55
57.75
84.1
96.75
100.6
108.25
112.5
114.9
123.05
126.9
130.6
203.8

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 4. Tiga harian maksimum tahunan


No

Tahun

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

2011
1999
2007
2009
2010
2002
2006
2008
2004
2000
2003
2001
2005

Curah Hujan
(mm)
57.75
60
73.7
89.1
99.25
112.5
113.35
118.5
126.2
130.6
145.8
162.65
203.8

Sumber : Hasil Perhitungan

Dari hasil analisa pada tabel di


atas nantinya akan digunakan dalam
perhitungan curah hujan rancangan
dengan menggunakan metode Log
Pearson Tipe III. Tabel dibawah ini
merupakan hasil perhitungan curah hujan
rancangan dengan menggunakan metode
Log Pearson Tipe III.
Tabel 5. Log Pearson Tipe III satu harian
No

Tr

P(%)

K (tabel)

1
2
3
4
5
6

2
5
10
20
50
100

50
20
10
5
2
1

-0.104
0.797
1.329
1.844
2.372
2.774

Xt (mm)
Log X
1.83
1.94
2.00
2.06
2.12
2.17

mm
67.664
86.591
100.171
115.320
133.269
148.764

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 6. Log Pearson Tipe III dua harian


No

Tr

P(%)

K (tabel)

1
2
3
4
5
6

2
5
10
20
50
100

50
20
10
5
2
1

0.023
0.847
1.266
1.630
1.980
2.225

Xt (mm)
Log X
2.00
2.13
2.20
2.26
2.32
2.36

mm
100.025
136.119
159.136
182.343
207.811
227.736

Sumber : Hasil Perhitungan

Tabel 7. Log Pearson Tipe III tiga harian


No

Tr

P(%)

K (tabel)

1
2
3
4
5
6

2
5
10
20
50
100

50
20
10
5
2
1

0.047
0.853
1.247
1.582
1.899
2.116

Sumber : Hasil Perhitungan

Xt (mm)
Log X
2.04
2.17
2.23
2.29
2.34
2.38

mm
109.910
148.311
171.768
194.567
218.920
237.340

Tabel 8. Perhitungan Modulus Drainasi


Hari
n
1
1
2
3

Drain 2.12

7
2.

rs

7
r 2.

ie

1.6

Drain

Te

n
ai
Dr

6
2.

ha

10.13

Drain 1.10

l.
Sa

n 2.11

n
ai
Dr

ha

Drai

9
.9
49

1.5

Sa

Drain

l.
5
1.

5
r 2.

4
2.

ha

1
.0
31

1.3

ha

1.2

Te

3
2.

6
.3
21

16.57

ha

ha

KONTUR

SALURAN PRIMER

SUNGAI

SALURAN SEKUNDER

BATAS LAHAN POTENSI

er 1.2
0
und
. Sek +35.5

er
nd
ku

Se

Drain

Sal

l.

2
2.

n
ai
Dr

3
r 2.

ie

LEGENDA

er 1.3
und

16.88

SALURAN TERSIER

ALIRAN SUNGAI
SALURAN DRAINASI
PINTU AIR

Te

l.
Sa

rs

2
r 2.

ie

Drain

1
2.

n
ai
Dr

1
.3
19

ha

BENDUNG BRONJONG

1.1

17.19

ha

0 120 240 360 480 600


SKALA 1 : 12000

900

1200 m

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

1
r 2.

ie

rs
Te
l.
er 2
Sa
Prim
Sal.

JUDUL GAMBAR:

LAYOUT JARINGAN TATA AIR


DIGAMBAR OLEH :

DIPERIKSA OLEH :

WIJAYANTO

1. Ir. HARI PRASETIJO, MT.

NIM :

2. PRIMA HADI WICAKSONO, ST., MT.

0710640025

Gambar 5. Layout Jaringan Tata Air

9
.9
49

ha

7
r 2.
ie

Te

l.
Sa

rs

10.13

ha

l.
Sa
Se

ha

13.16

5
1.

rs

er

Te

6
.7
33

ha

Sal

Te

16.83

rs

ha

er 1.4

0
6.0
+3

l.
Sa

und
. Sek

5
r 2.
ie

2.6

nd

kun
der

ku

l.
Sa

Sa
l. Se

6
r 2.
ie

ha

Sal

00
5.
+3

1
.0
31

ha

er 1.3

ha

Se
nd

ku
er
3
2.

Te

rs

16.57

6
.3
21

l.
Sa

er 1.2
0
und
. Sek +35.5

Sal

l.
Sa
l.
Sa

LEGENDA

und
. Sek

16.88

3
.8
25

3
r 2.
ie

ha

ha

KONTUR

SALURAN PRIMER

SUNGAI

SALURAN SEKUNDER

BATAS LAHAN POTENSI

SALURAN TERSIER

ALIRAN SUNGAI
PINTU AIR

Te

rs

BENDUNG BRONJONG

2
r 2.
ie
17.19

1
.3
19

l.

Te

rs

Sa

Sal.

ha

0 120 240 360 480 600


SKALA 1 : 12000

900

1200 m

ha

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG

1
r 2.
ie
er 2
Prim

JUDUL GAMBAR:

LAYOUT JARINGAN IRIGASI


DIGAMBAR OLEH :

DIPERIKSA OLEH :

WIJAYANTO

1. Ir. HARI PRASETIJO, MT.

NIM :

2. PRIMA HADI WICAKSONO, ST., MT.

0710640025

Gambar 6. Layout Jaringan Irigasi


Drain 2.12
n 2.11

Drai

ai
Dr

7
2.

Drain

6
2.

1.6

Drain 1.10

ai
Dr

Drain

1.5

Dra
in

in

5
2.

Dra
1.9

ai
Dr

10
2.

Drain

1.4

0
6.0
+3

4
2.

Drain 1.8

Drain 2.9

ai
Dr

LEGENDA
00
5.
+3

ai
Dr

3
2.

Drain

1.3

KONTUR
SUNGAI
BATAS LAHAN POTENSI

ai
Dr

2
2.

Drain

1.2

ALIRAN SUNGAI
0
5.5
+3

PINTU AIR
SALURAN DRAINASI

ai
Dr

1
2.

Et
(mm)
4
5.205
5.205
5.205
Total

P
(mm/hari)
5
0
0
0

Sn
(mm)
6
50
50
50

D(n)5
DM
(mm/hari) (lt/dt/ha)
7
8
42.492
4.918
97.920
5.667
116.013
4.476
15.061

Sumber : Hasil Perhitungan

. Sek

ha

Sa
rs

Drain

Sal

00
5.
+3

3
.8
25

l.
Sa

ha

16.83

3
2.

n
ai
Dr

er 1.4
und

n
ai
Dr

0
6.0
+3

ie

. Sek

rs

Drain 1.8

Te

Sal

1.4

Drain

l.
Sa

Drain 2.9

2.6

ha

ha

l. Se

ku
nd
er

13.16

1.9

6
.7
33
Sa

in
Dra

10
2.

5
2.

n
ai
Dr

er
nd
ku

in
ra

ie

Te

Se

rs

l.
Sa

6
r 2.

R(n)5
IR
(mm/hari) (mm/hari)
2
3
86.591
11.106
136.119
11.106
148.311
11.106

Drain

1.1

0 120 240 360 480 600


SKALA 1 : 12000

900

1200 m

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
JUDUL GAMBAR:

LAYOUT JARINGAN DRAINASI


DIGAMBAR OLEH :

WIJAYANTO

DIPERIKSA OLEH :

1. Ir. HARI PRASETIJO, MT.

NIM :

0710640025

2. PRIMA HADI WICAKSONO, ST., MT.

Gambar 7. Layout Jaringan Drainasi


Modulus Drainasi
Analisa
modulus
drainasi
dilakukan untuk memperoleh besarnya
debit buangan dari lahan. Dalam studi
akhir ini debit buangan yang terjadi
hanya diakibatkan oleh besarnya curah
hujan yang turun. Curah hujan yang turun
dipilih pada periode 3 harian, sehingga
besarnya curah hujan yang dimaksud =
148,311 mm dan kala ulang = 5 tahun.
Dalam studi ini menggunakan Metode
Analitis.

Dari perhitungan didapatkan


modulus drainasi sebesar 5.010 lt/dt/ha.
Analisa Dimensi Saluran Drainasi
Dimensi saluran direncanakan
untuk menampung atau membuang
kelebihan air yang diakibatkan oleh
tingginya intensitas hujan sehingga tidak
mengganggu pertumbuhan tanaman.
Dimensi ini direncanakan berdasarkan
besarnya debit drainasi untuk tiap
saluran. Di bawah ini merupakan contoh
perhitungan dari perencanaan dimensi
Saluran Drainasi Ka 1.1
Q (debit drainasi)
1,62 . Dm . A0,92 = 1,62 . 5,020 . 17,190,92
= 111,345 lt/dt
= 0,111 m3/dt
Qrencana = Qaktual
0,111 = V x A
1
0,111 = ( x R2/3 x S1/2) x A
n
0,5h 0,5h 2 2/3
1
0,111 = (
x (
) x
0.025
0,5 2h 2
0.00031/2) x (0,5h +0,5h2)
Dengan cara coba-coba (trial and error)
didapat nilai h = 0.4 m
Analisa Dimensi Saluran Irigasi
Dimensi saluran direncanakan
untuk menampung air yang akan
digunakan untuk kebutuhan irigasi. Di
bawah ini merupakan contoh perhitungan
dari perencanaan dimensi Saluran Irigasi
Tersier 1.1.
qxA
Q (debit irigasi) =
0,001285 x17,19
0,65
= 0,034 m3/dt

Qrencana = Qaktual
0,034
=VxA
1
0,034
= ( x R2/3 x S1/2) x A
n

0,5h 0,5h 2 2/3


1
x(
) x
0.025
0,5 2h 2
0.00011/2) x (0,5h +0,5h2)
Dengan cara coba-coba (trial and error)
didapat nilai h = 0.3 m
Analisa Hidrolika
Analisa hidrolika diperlukan
untuk mengetahui karakteristik maupun
profil muka air yang terjadi di saluran
rencana pada daerah studi dan daerah
genangan yang terjadi. Selain itu, juga
berfungsi
untuk
memperkirakan
kemampuan saluran drainasi untuk
menampung debit buangan dan saluran
irigasi untuk kebutuhan air dilahan.
Dari hasil pemrosesan data, dapat
diketahui bahwa saluran rencana untuk
drainasi dapat menampung debit buangan
dan saluran rencana untuk irigasi juga
dapat menampung debit kebutuhan yang
digunakan untuk lahan.
Beberapa contoh hasil dari
pemrosesan
dengan
menggunakan
progam HECRAS pada saluran irigasi
dan saluran drainasi sebagai berikut.

irigasi 1

=(

Plan: Plan 01

8/2/2013

S. Primer S. Primer 1
Legend
EG Debit
36.4

WS Debit
Crit Debit

Elevation (m)

0,034

Ground

36.2

36.0

35.8

35.6

100

200

300

400

500

600

Main Channel Distance (m)

Gambar 10. Output HEC-RAS 3D


Potongan Memanjang Saluran Primer 1
4

0
1S. Ters ier 2.7

0
1
e6r
2S. Ters ier 2.6
s7 i
8
3
er
9T
4
r
10
5e
S.
0
si
6
11
r
1
7
12
Te
2
r S. Ters ier 2.5
8
.
0
S. Se kund er 2.7
3i e
713
1
9S
2
4r s
10
S. Se kund er 2.63 11
5T e
0
6
1
S6.
2
0
7
3
1
S. Se kund er 2.5
0
2 S. Ters ier 2.4
58
1
3
4
2
5
S. Se kund er 2.4
3
6
0
0
47
1
1
2 S. Ters ier 2.3
3
2
S. Se kund er 2.3
4
3
5
0
36
0
1
1 S. Ters ier 2.2
2
2
3
S. Se kund er32.2
4
5
20
1
0
1S. Ters ier 2.1
2
S. Se kund er 2.1
2
3
3 2 3 4
None
Geo-Ref
ofGeo-Ref
th eNon
XS's
use
Non
Geo-Ref
interpo
rare
entered
Geo-Ref
Geo-Refere
lated
use
XS
interpo
rXS
entered
nced
la ted
(XSXS)
0 1 S. Prime r 2
14

60

S. Seku nder 1 .6

er

ku

nd

S. Seku nder 1 .5

Se

0
S. Tersier 1. 6

Gambar 11. Skema Saluran Irigasi 2

Gambar 12. Output Hec-Ras 3D Saluran


Primer 2

0
53

er

und

Se k

0
S. Tersier 1. 5

S. Seku nder 1 .4

S.

r
Te r s i e

d er

S.

un
Se k
S.

0
S. Tersier 1. 4

4
40

S. Seku nder 1 .3

irigasi 2

Plan: Plan 01

8/2/2013

S.

r
Te r s i e

S. Primer S. Primer 2

4
30

er

und

Legend

Se k

0
S. Tersier 1. 3

S. Seku nder 1 .2

S.

r
Te r s i e

0
24

WS Debit

nd
ek u

er

S.

0
S. Tersier 1. 2

EG Debit

36.8

36.6

S. Seku nder 1 .1

Crit Debit

S. Tersier 1. 1

er
Te r s i
5

4
S.

0
4
15
3
1
2
2
3 me rS. Prim er 1
Pr i

Gambar 8. Skema Saluran Irigasi 1

Ground
36.4
36.2
36.0
35.8
35.6

100

200

300

400

500

Main Channel Distance (m)

Gambar 13. Output HEC-RAS 3D


Potongan Memanjang Saluran Primer 2
3
1.6
2 S. Drainasi
S.
51Drainasi 1.11
S. Drainasi 1.5
S. Drainasi 1.10 2
4
2 3
41
2
S. Drainasi 1.9

3
4
3

31

S. Drainasi 1.4
4

2
S. Drainasi 1.8 3
S. Drainasi 1.3
4 5

4
2

21

2
S. Drainasi 1.7 3
4
11

S. Drainasi 1.2
5

si

2
na

S. Drainasi 1.1
4
8
7
6
5
ai

Gambar 9. Output Hec-Ras 3D Saluran


Primer 1

None
Geo-Ref
ofGeo-Ref
theNon
XS'
user
Non
sGeo-Ref
interpolated
are
entered
Geo-Ref
Geo-Referenced
user
XSinterpolated
XS
entered (XSXS)

S. Dr

None
Ge
ofo-Re
Ge
the
o-Re
Non
fXS's
user
Non
fGe
inare
e
terpolat
o-Ref
Ge
nte
Geo-Referenced
o-Ref
red
user
ed
XS
int
XS
en
erpolat
tered ed
XS
( XS)

S.

Elevation (m)

S.

Gambar 14. Skema Saluran Drainasi 1

drainasi 2

Plan: Plan 01

8/2/2013

S. Drainasi S. Drainasi 2.2


Legend
EG Debit

34.7

Crit Debit

Elevation (m)

34.6

WS Debit
Ground

34.5
34.4
34.3

Gambar 15. Output Hec-Ras 3D Saluran


Drainasi 1.2
drainasi 1

Plan: Plan 01

34.1

100

200

300

400

500

600

Main Channel Distance (m)

8/2/2013

S. Drainasi S. Drainasi 1.2


Legend
EG Debit
34.9

WS Debit
Crit Debit

Elevation (m)

34.2

34.8
Ground

Gambar 19. Output HEC-RAS 3D


Potongan Memanjang Saluran Drainasi
2.2

34.7

34.6

34.5

34.4

100

200

300

400

500

Main Channel Distance (m)

Gambar 16. Output HEC-RAS 3D


Potongan Memanjang Saluran Drainasi
1.2
1
S. Drainasi
2.13
2 62
S. Drainasi 2.12
3
1
6s i
25
7n a
2
3
8a i
4
3S. Drainasi 2.11
9D r
5
10.
4
6
11S
S. Drainasi 2.7
7
1
i
12
8as
24
13
n
2
9i
3
S. Drainasi 2.10
10
ra
4
3
D
5i
11
.
s
4
a
S
6n
12
1
S. Drainasi 2.6 13
7a i
23
8r
14
D
2
3
9
.
15
4
10S
3S. Drainasi 2.9
S. Drainasi 2.5 11
5
6
12
4
7
S. Drainasi 2.4 8
1
9
22 2
3
S. Drainasi 2.8
3
4
3

S. Drainasi 2.3 6
7

None
Geo-Ref
ofGeo-Ref
theNon
XS'
user
Non
sGeo-Ref
interpolated
are
entered
Geo-Ref
Geo-Referenced
user
XSinterpolated
XS
entered (XSXS)

4
1
21 2

S. Drainasi 2.1 9
10

sa

S. Drainasi 2.2 5
6

8S.

3
4

in

6r a
7D

Gambar 17. Skema Saluran Drainasi 2

IV. KESIMPULAN
Dari
analisis
data
dan
perencanaan yang telah dilakukan di studi
akhir ini dengan mengambil lokasi studi
di Desa Gaguntur Kecamatan Gunung
Bintang Awai Kabupaten Barito Selatan
Propinsi Kalimantan Tengah diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sistem tata air di lokasi studi
direncanakan terpisah antara saluran
irigasi dengan saluran drainasi.
2. Bentuk dan dimensi saluran yang
direncanakan :
a. Bentuk saluran yang direncanakan
adalah trapesium biasa dengan
kemiringan talud 1:1.
b. Dimensi saluran yang direncanakan
untuk :
Saluran Irigasi (kanan)
Tabel 9. Dimensi Irigasi Kanan
Saluran

Gambar 18. Output Hec-Ras 3D Saluran


Drainasi 2.2

Primer 1
Sekunder 1.1
Sekunder 1.2
Sekunder 1.3
Sekunder 1.4
Sekunder 1.5
Tersier 1.1
Tersier 1.2
Tersier 1.3
Tersier 1.4
Tersier 1.5
Tersier 1.6

Q rencana
3
(m /dt)
0.928
0.569
0.337
0.186
0.087
0.031
0.034
0.033
0.033
0.033
0.026
0.020

b
(m)
2
1.5
1.0
1.0
1.0
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

Sumber : Hasil Perhitungan

A
2
(m )
3.13
2.16
1.45
0.94
0.54
0.24
0.26
0.26
0.26
0.26
0.21
0.18

z
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

h
(m)
1.0
0.9
0.8
0.6
0.4
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.3
0.2

Saluran Irigasi (kiri)


Tabel 10. Dimensi Irigasi Kiri
Saluran
Primer 2
Sekunder 2.1
Sekunder 2.2
Sekunder 2.3
Sekunder 2.4
Sekunder 2.5
Sekunder 2.6
Tersier 2.1
Tersier 2.2
Tersier 2.3
Tersier 2.4
Tersier 2.5
Tersier 2.6
Tersier 2.7

Q rencana
3
(m /dt)
4.554
2.922
1.857
1.156
0.690
0.382
0.152
0.038
0.042
0.051
0.061
0.067
0.096
0.099

b
(m)
4.0
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5

A
2
(m )
7.01
4.97
3.53
2.47
1.93
1.23
0.61
0.28
0.31
0.35
0.40
0.43
0.57
0.58

z
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

h
(m)
1.3
1.2
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.3
0.4
0.4
0.4
0.5
0.5
0.6

Sumber : Hasil Perhitungan

Saluran Drainasi (kanan)


Tabel 11. Dimensi Drainasi Kanan
Saluran
Drainasi Ka 1.1
Drainasi Ka 1.2
Drainasi Ka 1.3
Drainasi Ka 1.4
Drainasi Ka 1.5
Drainasi Ka 1.6
Drainasi Ka 1.7
Drainasi Ka 1.8
Drainasi Ka 1.9
Drainasi Ka 1.10

Q rencana
(m3/dt)
0.111
0.108
0.109
0.109
0.087
0.068
0.219
0.328
0.438
0.525

b
(m)
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1
1
1
1

A
(m2)
0.42
0.41
0.41
0.41
0.35
0.29
0.71
0.95
1.17
1.34

z
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

h
(m)
0.4
0.4
0.4
0.4
0.4
0.3
0.5
0.6
0.7
0.8

Sumber : Hasil Perhitungan

Saluran Drainasi (kiri)


Tabel 12. Dimensi Drainasi Kiri
Saluran
Drainasi Ki 2.1
Drainasi Ki 2.2
Drainasi Ki 2.3
Drainasi Ki 2.4
Drainasi Ki 2.5
Drainasi Ki 2.6
Drainasi Ki 2.7
Drainasi Ki 2.8
Drainasi Ki 2.9
Drainasi Ki 2.10
Drainasi Ki 2.11
Drainasi Ki 2.12

Q rencana
3
(m /dt)
0.124
0.136
0.162
0.192
0.207
0.289
0.297
0.260
0.422
0.613
0.821
1.110

b
(m)
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
0.5
1
1.5
2
2
2.5

A
2
(m )
0.45
0.49
0.55
0.63
0.66
0.85
0.87
0.80
1.17
1.57
1.93
2.45

z
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

h
(m)
0.5
0.5
0.5
0.6
0.6
0.7
0.7
0.5
0.6
0.6
0.7
0.8

Sumber : Hasil Perhitungan

3. Dari hasil analisa hidrolika dapat


diketahui bahwa saluran rencana untuk
drainasi dapat menampung debit
buangan dan saluran rencana untuk
irigasi juga dapat menampung debit

kebutuhan yang digunakan untuk


lahan.
Dari kesimpulan yang diperoleh
berdasarkan analisa perhitungan yang
dilakukan, maka saran berikut diberikan
sebagai bahan pertimbangan yang lebih
baik, antara lain:
1. Dari studi ini diharapkan dapat
dijadikan bahan pertimbangan dalam
perencanaan cetak sawah selanjutnya.
2. Untuk mengoptimalkan curah hujan
yang ada untuk air irigasi, maka
dimanfaatkan bangunan pengatur
tinggi
muka
air.
Dalam
pengoperasiannya diperlukan juru
pintu untuk mengendalikan tinggi
muka air di saluran rencana. Dengan
alasan tersebut diatas, maka perlu
dibentuk suatu himpunan petani
pemakai air. Bimbingan Dinas
Pengairan dalam pengoperasian pintu
diperlukan untuk memaksimalkan
curah hujan yang ada untuk irigasi.
V. DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1986a. Standar Perencanaan
Irigasi Bagian Jaringan Irigasi
(KP-01). Jakarta : Direktorat
Jenderal Pengairan Departemen
Pekerjaan Umum.
Anonim. 1986b. Standar Perencanaan
Irigasi Bagian Saluran (KP-03).
Jakarta : Direktorat Jenderal
Pengairan
Departemen
Pekerjaan Umum.
Anonim.1999. Panduan Perencanaan
Bendungan Urugan Volume II.
Jakarta : Departemen Pekerjaan
Umum.
Chow, Van Te. 1992. Hidrolika Saluran
Terbuka. Jakarta : Erlangga.
Harto, Sri Br. 1993. Analisis Hidrologi.
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Noor, Muhammad. 2001. Pertanian
Lahan Gambut Potensi dan
Kendala.
Yogyakarta :
Kanisius.

Soemarto, CD.1986. Hidrologi Teknik.


Surabaya : Usaha Nasional.
Soetopo, Widandi. Diktat Perkuliahan,
Malang : Teknik Pengairan
Universitas Brawijaya.
Soewarno.
1995.Hidrologi
Aplikasi
Metode Statistik Untuk Analisa
Data Jilid 1. Bandung : Nova.
Sosrodarsono, S. Dan K. Takeda. 1980.
Hidrologi Untuk Pengairan.
Jakarta : PT. Pradnya Paramita.
Sudjito dkk. 2000. Panduan Penulisan
Skripsi. Malang : UPT Fakultas
Teknik Universitas Brawijaya
Malang.
Suhardjono. 1984. Drainasi. Malang :
Universitas Brawijaya.
Suhardjono. 1994a. Kebutuhan air
Tanaman.
Malang :
ITN
Malang Press.
Suhardjono. 1994b. Diktat Penunjang
Perkuliahan Reklamasi Rawa.
Malang : Universitas Brawijaya.
Suhardjono. 1994. Rancangan Saluran
dan
Bangunan
Drainasi
Persawahan Pasang Surut.
Malang : Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai