Anda di halaman 1dari 7

Konservasi & Pengelolaan Air (WCM) 6(2) (2022) 76-80

Konservasi & Pengelolaan Air


(WCM)
DOI: http://doi.org/10.26480/wcm.02.2022.76.80

ISSN: 2523-5664 (Cetak)


ISSN: 2523-5672 (Online)

KODE: WCMABD ARTIKEL PENELITIAN


INFILTRASI TANAH DI BERBAGAI WILAYAH SEBAGAI DASAR PERUBAHAN
HIDROLOGIS DAS TOBOLI SULAWESI TENGAH INDONESIA
Naharuddin Naharuddin*, Abdul Wahid, Golar Golar, Imran Rachman, Akhbar Akhbar, Sudirman Daeng Massiri

Jurusan Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas Tadulako Palu-Sulawesi Tengah 94118, Indonesia
*Email Penulis Korespondensi: nahar.pailing@gmail.com

Ini adalah artikel akses terbuka yang didistribusikan di bawah Lisensi Atribusi Creative Commons CC BY 4.0, yang mengizinkan penggunaan, distribusi,
dan reproduksi tanpa batas dalam media apa pun, asalkan karya asli dikutip dengan benar.

DETAIL ARTIKEL ABSTRAK


dan penurunan laju infiltrasi akibat pemadatan tanah (Wang et al., 2018;
Sejarah Artikel: Peña-Arancibia et al., 2019; Purba et al., 2020; E. Al-Esawi et al., 2021).
DAS merupakan konsep dasar dalam hidrologi, dan salah satu bagian
Diterima 15 Mei 2022 integralnya adalah laju aliran air ke dalam tanah. Lebih lanjut, hal
Diterima 18 Juni 2022 tersebut menjadi dasar untuk memahami proses hidrologi dalam
Tersedia online 23 Juni 20221. sayaPERKENALAN perencanaan dan pengelolaan sumber daya air. Pemahaman tentang
proses dan kualitas air tanah tersebut sangat penting untuk menjaga
kesehatan DAS, melalui pengelolaan air hujan, proses infiltrasi, limpasan
permukaan, serta air tanah dan erosi tanah (Bhardwaj, 2019;
Flotemersch et al., 2016; Aryafar, 2017).

Infiltrasi adalah salah satu komponen utama dari siklus hidrologi, serta
variabel penting untuk memprediksi berbagai proses tanah (Yimer et al.,
2008; Tesemma et al., 2015; Devia et al., 2015; Chyba et al., 2017; Khalid
et al., 2017). Dalam pengelolaan DAS, prediksi banjir dan erosi
bergantung pada limpasan, yang secara langsung dipengaruhi oleh laju
masuknya air (Yan et al., 2015; Naharuddin et al., 2021).

Heterogenitas infiltrasi memiliki pengaruh strategis terhadap proses Selain itu, infiltrasi memiliki peran strategis dalam ekosistem DAS karena
hidrologi di DAS, dan salah satu faktor yang mempengaruhi laju dan menentukan jumlah limpasan dan curah hujan yang dapat meresap ke
pemadatan tanahnya adalah penggunaan lahan. Oleh karena itu, penelitian dalam tanah. Lebih lanjut, peningkatan nilainya membantu infiltrasi air
ini bertujuan untuk membandingkan laju infiltrasi pada tiga kawasan hujan ke dalam tanah, dan ini berfungsi sebagai cadangan air tanah pada
penggunaan lahan, yaitu hutan sekunder, agroforestri, dan tegalan. Metode musim kemarau (Fauzan dan Rusli, 2018). Kuantifikasi infiltrasi juga
yang digunakan adalah survei, dimana observasi data lapangan dilakukan di diperlukan untuk menentukan ketersediaan air untuk pertumbuhan
tiga lokasi. Pengukuran laju infiltrasi dilakukan dengan menggunakan tanaman, perkembangan, irigasi, dan keperluan rumah tangga domestik
double-ring infiltrometer dengan lima kali pengulangan pada setiap lokasi lainnya (Al-Ismaili et al., 2017; Fischer et al., 2015; Basche dan DeLonge,
pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan nilai terendah 4,72 cm 2019).
h-1tercatat di lahan tegalan, sedangkan agroforestri memiliki nilai tertinggi Penggunaan lahan yang tidak mengikuti prinsip konservasi tanah dan air,
12,87 cm h-1. Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan memiliki
seperti pemadatan tanah dapat mempengaruhi laju infiltrasi (Návar dan
peran penting dalam perubahan sifat fisik dan pemadatan tanah, oleh karena
Synnott, 2000). Penggembalaan ternak di padang rumput memiliki efek
itu diperlukan strategi konservasi tanah dan air yang berkelanjutan.
potensial mengurangi
KATA KUNCI semak, tumbuhan, pohon, dan rerumputan, serta mengurangi bahan
organik di atas tanah, yang merupakan parameter infiltrasi dan
Penggunaan lahan, infiltrasi tanah, pengelolaan daerah aliran sungai. Hutan meminimalkan limpasan permukaan.
sekunder, agroforestri, tegalan.
Perubahan penggunaan lahan dan curah hujan sering dianggap sebagai
faktor utama yang mempengaruhi infiltrasi tanah (Sun et al., 2018;
Aliramayee et al., 2019). Namun perbedaan daya tampung beberapa tipe
penggunaan lahan belum banyak diketahui, terutama pada hutan
sekunder, agroforestri, dan tegalan. Konversi hutan seringkali disertai
dengan perubahan struktur tanah akibat penggunaan sistem pengolahan
tanah yang tidak mengikuti kaidah konservasi. Hal ini menyebabkan
pemadatan permukaan tanah sehingga menyebabkan penurunan
kapasitas infiltrasi dan kadar air (Owuor et al., 2018).

Infiltrasi adalah parameter hidrologi yang sangat penting, dan menandai


transisi air permukaan yang bergerak cepat ke air tanah yang bergerak
lambat. Beberapa penelitian juga telah mengeksplorasi lajunya di
masuknya air karena gangguan pada tanah dan tutupan tanaman. Tekanan berbagai area penggunaan lahan, seperti dampak penggunaan lahan
aktif terhadap peningkatan kapasitas infiltrasi tanah menggunakan
hutan serta non-regulasi upaya konservasi dapat dihapus meta-analisis, model kapasitas infiltrasi, pengaruh kelembaban tanah dan
Alih fungsi lahan di beberapa DAS menjadi masalah serius, karena akar tanaman terhadap kapasitas infiltrasi tanah, penilaian infiltrasi
menyebabkan gangguan pada siklus hidrologi, seperti kerusakan lahan kapasitas berdasarkan distribusi spasial untuk evaluasi limpasan badai di
daerah tangkapan hutan, dan variasi kapasitas infiltrasi tanah setelah penggunaan lahan yang dinamis dari lahan hutan primer menjadi hutan
restorasi vegetasi (Tang et al., 2019; Sun et al., 2018; Hamman et al., sekunder, agroforestri, dan bentuk lainnya. Juga belum ada penelitian
2018; Liu et al. , 2019; Liu et al., 2020; Miyata et al., 2019). Namun, tidak tentang laju infiltrasi di berbagai daerah tersebut. Oleh karena itu,
satu pun dari studi ini yang membandingkan laju di berbagai area penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan laju
penggunaan lahan. infiltrasi pada hutan sekunder, agroforestri, dan tegalan sebagai dasar
pengarahan tata guna lahan untuk melestarikan fungsi hidrologi DAS.
Di daerah tropis khususnya Sulawesi Tengah terjadi perubahan

Kode Respon Cepat Akses artikel ini secara online

Situs web: DOI:


www.watconman.org 10.26480/wcm.02.2022.76.80

Cite the Article: Naharuddin Naharuddin, Abdul Wahid, Golar Golar, Imran Rachman, Akhbar Akhbar, Sudirman Daeng Massiri (2022). Soil Infiltration in Various Areas
as A Basis for Hydrlogical Alterations in The Toboli Watershed, Central Sulawesi, Indonesia. Konservasi & Pengelolaan Air, 6(2): 76-80.
Konservasi & Pengelolaan Air (WCM) 6(2) (2022) 76-80

2.MATERIAL DANMETOS
infiltrasi tanah;Tingkat dianalisis menggunakan metode Horton, yang
2.1 Wilayah Studi
merupakan teknik bergantung waktu (Abdulkadir et al., 2011; Beven,
Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Agustus 2021 di DAS 2021; Kim et al., 2021).
Toboli, Sulawesi Tengah, Indonesia. Namun pengambilan data penunjang
F(t) = fc + (f0 – fc) e–kt(4)
studi dilakukan pada tahun 2020, di Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)
produksi Model Dolago Tanggunung, Jalan Poros Trans Sulawesi,
Perkebunan Kopi, Kawasan Konservasi Alam Pangi Binangga, Sulawesi Keterangan:
Tengah. Daerah penelitian ini secara geografis terletak pada 0043'39” S
dan 119059'17” BT dengan ketinggian 165 m dpl. Meskipun merupakan f(t): laju infiltrasi pada waktu ke-t (cm h-1)
kawasan konservasi, masih terjadi konversi lahan dari hutan primer
fc: laju infiltrasi konstan (cm h-1detik-1)
menjadi hutan sekunder, agroforestri, dan tegalan. Hal ini disebabkan
adanya pembangunan jalan (Trans Sulawesi) dari Palu, ibu kota Provinsi f0 : laju infiltrasi awal (cmh-1detik-1)
Sulawesi Tengah ke daerah lain, seperti Sulawesi Utara dan Gorontalo.
Analisis sifat fisik tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Fakultas e: bilangan eksponensial (2,718)
Pertanian serta Laboratorium Kehutanan Fakultas Kehutanan Universitas
Tadulako. k: konstan (-1/(m log 2.718)

2.2 Pengumpulan Sampel dan Metode Pengambilan Sampel t : waktu (detik-1)

Penelitian ini menggunakan metode survei, dimana pengamatan lapangan Untuk mendapatkan nilai k, persamaan infiltrasi Horton diturunkan. f
dilakukan di 3 lokasi yaitu hutan sekunder, agroforestri, dan tegalan.
Pengukuran laju infiltrasi dilakukan menggunakan infiltrometer cincin = fc + (f0 – fc) e–kt (5)
ganda dengan 5 kali pengulangan pada setiap lokasi, dan data yang
diperoleh dihitung menggunakan metode Horton. Selanjutnya, sampel
tanah diambil dan dianalisis di laboratorium. Pengambilan sampel f – fc = (f0 – fc) e–kt(6)
dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan sampel tanah Algoritme sisi kanan dan kiri
terganggu dan tidak terganggu dengan kedalaman masing-masing 0-40
cm dan 40-60 cm. Kedalaman yang digunakan berkaitan dengan kapasitas log (f – fc) = log (f0 – fc) – kt log e
infiltrasi daerah tersebut (Wang et al., 2015).
log (f – fc) – log (f0 – fc) = - kt log e
Sifat fisik tanah seperti tekstur tanah, bahan organik, berat isi, porositas,
dan permeabilitas dianalisis dengan berbagai metode, seperti yang T= (−1
ditunjukkan pada Tabel 1 (Arthur et al., 2013; Worku dan Bedadi, 2016). − ���� ������ ��
(����������)) ������ (��0 – ����) (7)
Tabel 1: Pengamatan variabel sifat fisik tanah dan analisisnya
metode T= (−1
(����������)) ������ (�� – ����) + (1
Variabel Pengamatan Metode Analisis
)
(����������)) ������ (��0 – ���� (8)
Tekstur Tanah Pipet
Ubah ke persamaan:
Bahan Organik Walkeley Dan Black Say
�� = ���� + ��
Kepadatan Massal Gravimetri �� = ��

Porositas Gravimetri M=−1


�� ������ ��
Permeabilitas Permeameter Kepala Konstan

2.3 Analisis Data


) Jadi nilai k adalah persamaannya
Permeabilitas:Ini adalah kemampuan tanah K= (QTXLHX1A (1) Deskripsi:
untuk membawa air atau udara, dan sering diukur x = log (f – fc)
dengan laju aliran air melalui tanah dengan waktu
(cm h-1). Selanjutnya dianalisis menggunakan �� =−1
persamaan di bawah ini: �� log�������� (��0 – ����)
(9)
(10)
Tanah, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2 (Juri dan Horton, 2004).

K: permeabilitas (cm h ) -1 Meja 2:Klasifikasi Laju Infiltrasi

Q : jumlah air yang mengalir per takaran (ml) Kriteria Laju Infiltrasi (cm h-1)
t: waktu pengukuran (jam)
Sangat cepat >25,4
L : tebal tanah (cm)
H: Tinggi lingkar kepala (cm) Cepat 12.7 – 25.4

A : luas permukaan tanah (cm2) Agak Cepat 6,3 – 12,7


Kepadatan curah (BD);bulk density ditentukan berdasarkan persamaan
di bawah ini: Cukup Cepat 2 – 6.3

Agak Lambat 0,5 – 2


BD =berat tanah kering mutlak
Jumlah V(2) Deskripsi:
Lambat 0,1 – 0,5
V : nilai volume cincin (cm3)
Porositas;porositas ditentukan berdasarkan persamaan di Sangat lambat < 0,1

bawah ini:Setelah (%) = ( 1.0 −kerapatan curah (g/cm23)

x 100%)3
kerapatan partikel (g/cm2 ) (3) Sumber: Asdak, 2018
Nilai m adalah gradien grafik antara infiltrasi aktual f dan log(f – f0).

Klasifikasi laju dilakukan berdasarkan petunjuk dari Dinas Konservasi

Cite the Article: Naharuddin Naharuddin, Abdul Wahid, Golar Golar, Imran Rachman, Akhbar Akhbar, Sudirman Daeng Massiri (2022). Soil Infiltration in Various Areas
as A Basis for Hydrlogical Alterations in The Toboli Watershed, Central Sulawesi, Indonesia. Konservasi & Pengelolaan Air, 6(2): 76-80.
Konservasi & Pengelolaan Air (WCM) 6(2) (2022) 76-80
struktur, berat isi, bahan organik, porositas, dan
permeabilitas. Selain itu, mereka berperan dalam aktivitas akar tanaman,
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
termasuk penyerapan nutrisi, air, dan oksigen serta sebagai kendala
3.1 Sifat Fisik Tanah pergerakan akar (Hu et al., 2018). Sifat fisik tanah pada 3 areal
penggunaan lahan disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.
Sifat fisik tanah berkaitan dengan bentuk atau kondisinya, seperti tekstur,

Tabel 3:Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah Penggunaan lahan Satuan

Hutan sekunder Agroforestri Tegalan

Tekstur tanah 32.1 29.1 27.6 % berpasir

60.3 52.1 42.2 % berdebu

7.6 18.8 30.2 % tanah liat

Kelas tekstur Tanah Liat Berdebu Tanah Liat Berdebu Tanah liat lempung -

Kepadatan massal 1.14 1.22 1.75 g/cm23

Bahan organik 2.72 6.35 1.28 %

Porositas 46.17 49.15 28.26 %

Permeabilitas 27.48 12.75 9.83 cmh-1

Tabel 3 menunjukkan bahwa areal penggunaan lahan hutan sekunder dan kepadatan. Temuan ini sejalan dengan pemadatan merupakan masalah
agroforestri memiliki tekstur lempung berdebu, sedangkan tegalan penting karena terkait dengan kualitas tanah untuk tanaman, produksi
memiliki lempung lempung, yang mempengaruhi laju infiltrasinya. Tanah pertanian, dan laju infiltrasi (Shah et al., 2017). Selain itu, kerapatan
dengan tekstur halus memiliki pori-pori yang lebih padat daripada tanah curah yang rendah hingga sedang dipengaruhi oleh tekstur berdebu dan
kasar atau berpasir, dan faktor ini sangat mempengaruhi kecepatan berpasir yang menyebabkan peningkatan jumlah pori. Terjadinya
penetrasi air. Kepadatan curah pada areal penggunaan lahan hutan pemadatan tanah meningkatkan nilai, dan ini menyebabkan laju infiltrasi
sekunder, agroforestri, dan tegalan adalah 1,14 g/cm3, 1,22 g/cm33, dan lambat (Irmak et al., 2018). Hal ini sejalan dengan semakin tinggi densitas
1,75 g/cm33, masing-masing. Adanya tekanan berulang pada tanah maka porositas semakin rendah (Franza et al., 2019). Hasil analisis
menyebabkan pemadatan tanah yang berujung pada peningkatan menunjukkan bahwa hutan sekunder, agroforestri, dan tegalan
masing-masing mengandung bahan organik 2,72%, 6,35%, dan 1,28%,
seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Waktu (t) Laju Infiltrasi (cm h-1)
(Detik)
Sebuah penelitian menyatakan bahwa peningkatan bahan organik tanah Hutan Sekunder Agroforestri Tegala
menyebabkan penurunan kerapatan curah serta peningkatan porositas n
(Chaudhari et al., 2013). Kondisi ini menguntungkan karena
menyebabkan peningkatan kecepatan infiltrasi. Hutan sekunder memiliki 0,00 14 14 14
porositas 46,17%, sedangkan 49,15% dan 28,26% masing-masing
tercatat di agroforestri dan tegalan. Nilai tertinggi diperoleh pada 0,16 10.4 14.2 6.2
penggunaan lahan agroforestri yang menunjukkan bahwa air dapat lebih
cepat masuk ke dalam tanah. A melaporkan bahwa semakin porus suatu 0,33 8.5 13.6 4.5
tanah, semakin tinggi laju infiltrasinya (Fu et al., 2019). Di sana juga
terungkap bahwa porositas rendah mengurangi laju aliran air (Gopal et
0,50 7.4 10.4 3
al., 2019). Permeabilitas adalah kemampuan tanah untuk melewatkan air
ke lapisan bawah profilnya. Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai tertinggi
27,48 cm h-1tercatat di hutan sekunder, diikuti agroforestri dan tegalan 0,66 6.4 7.6 1.9
dengan 12,75 cm h-1dan 9,83 cmh-1, masing-masing. Struktur dan tekstur
tanah memegang peranan penting yang sangat penting dalam 0,83 3.9 5.1 1.7
permeabilitas tanah yang tinggi
1.00 3.6 4.3 1.5

16
menyebabkan peningkatan laju infiltrasi. Peningkatan aliran air ke dalam
tanah mengurangi limpasan permukaan serta erosi.
Laju infiltrasi di hutan sekunder dan agroforestri masing-masing
3.2 Laju Infiltrasi di Berbagai Penggunaan Lahan termasuk dalam kategori agak cepat dan cepat. Vegetasi di hutan
sekunder memiliki jumlah spesies yang tinggi, namun bukan satu-satunya
Infiltrasi didefinisikan sebagai perkolasi air melalui tanah, dan faktor yang mempengaruhi aliran air. Selain itu, kerapatan curah di
merupakan parameter penting dalam pemodelan hidrologi, seperti kawasan penggunaan lahan ini juga lebih besar dibandingkan dengan
limpasan permukaan, serta pengelolaan DAS dan irigasi (Singh et al., agroforestri, namun memiliki porositas tanah yang lebih rendah. A
2017). Selanjutnya laju infiltrasi adalah jumlah air per satuan waktu yang melaporkan bahwa peningkatan jumlah rongga pada tanah menyebabkan
masuk ke permukaan tanah, dan nilai rendah diperoleh pada saat tanah laju infiltrasi yang tinggi (Hussain et al., 2020).
dalam keadaan kering. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan laju dari ketiga luas penggunaan lahan tersebut, seperti
terlihat pada Tabel 4. Hutan sekunder

Tabel 4:Laju Infiltrasi Berbagai Penggunaan Lahan


H

C
10.4
(

14 12 10 8

N
6 4.3
HAI

Saya
7.6
T
4
A 7.4
R
8.5 6.4 5.1
T
14 14 14
4.5
itu
F Agroforestri
N
14.2 10.4
SAYA
) 6.2
1
Moor
-
13.6
3.9 3.6
3
2 1.9 1.7
1.5
0

0 1 2 3 4 5 6 7 8Waktu (t)(Detik)

Gambar 1:Laju infiltrasi pada lahan hutan sekunder, agroforestri, dan tegalan

Cite the Article: Naharuddin Naharuddin, Abdul Wahid, Golar Golar, Imran Rachman, Akhbar Akhbar, Sudirman Daeng Massiri (2022). Soil Infiltration in Various Areas
as A Basis for Hydrlogical Alterations in The Toboli Watershed, Central Sulawesi, Indonesia. Konservasi & Pengelolaan Air, 6(2): 76-80.
Konservasi & Pengelolaan Air (WCM) 6(2) (2022) 76-80
aliran masuk
air ke dalam tanah. Tingkat infiltrasi rendah 4,73 cmh-1tercatat pada
Porositas tanah tertinggi sebesar 49,15% diperoleh pada agroforestri
lahan kering dibandingkan dengan agroforestri dan hutan sekunder yang
dibandingkan hutan sekunder dan tegalan. Terungkap bahwa nilai tinggi
masing-masing termasuk dalam kategori cepat dan agak cepat, seperti
dalam tanah berbanding lurus dengan laju infiltrasi (Ngadisi et al., 2020).
yang ditunjukkan pada Gambar 2 (Delima et al., 2018). Frekuensi
Selain itu, vegetasi pada lahan agroforestri memiliki lebih dari satu jenis
pengolahan tanah di tegalan lebih tinggi, dan hal ini menyebabkan
tanaman dengan tajuk yang tumpang tindih, yang dapat menahan
peningkatan kerapatan curah, serta penurunan porositas.
dampak (energi kinetik) jatuhnya air hujan, sehingga meningkatkan
Gambar 2:Laju infiltrasi pada lahan hutan sekunder, agroforestri, dan tegalan.
dan Penelitian Pencemaran, 24(15), Pp. 13650-13658.
Lapisan vegetasi dan serasah melindungi permukaan tanah dari tetesan Arthur, E., Schjønning, P., Moldrup, P., Tuller, M., de Jonge, L. W. 2013.
air hujan langsung yang dapat merusak agregatnya, dan menyebabkan Kepadatan dan permeabilitas tanah loess: Efek bahan organik jangka
pemadatan tanah serta penyumbatan pori-pori. Kondisi tersebut juga panjang dan respons terhadap tegangan tekan. Geoderma, 193, hal.
dapat menghambat infiltrasi tanah sehingga menimbulkan erosi tanah 236-245.
seiring dengan peningkatan limpasan permukaan (Darja et al., 2002;
Aryafar, A. 2017. Investigasi hidrokimia air tanah Dataran Khezri, Provinsi
Masnang, 2014; Naharuddin et al., 2020). Vegetasi di tanah tegalan
Khorasan Selatan, Iran. Konservasi & Pengelolaan Air (WCM), 1 (2), Hal.
sedikit, dan akarnya pendek, sehingga tidak dapat menyerap air dalam
13-16.
jumlah besar. Sebuah studi menyatakan bahwa vegetasi yang rendah
dapat menyediakan ruang terbuka, dan hal ini meningkatkan dampak air Asdak, C. 2018. Hidrologi dan pengelolaan daerah aliran sungai. Gadjah
hujan, serta menyebabkan rendahnya penyerapan air, dan limpasan Mada University Press.
berlebih (Delima et al., 2018). Kapasitas infiltrasi juga dipengaruhi oleh
ukuran vegetasi, yang mempengaruhi perlindungan tanah terhadap erosi, Basche, A. D., DeLonge, M. S. 2019. Membandingkan laju infiltrasi dalam
dan memperburuk sifat fisik (Telak dan Bogunovic, 2020; Tang et al., tanah yang dikelola dengan metode pertanian konvensional dan
2019; Kaloper et al., 2020). Selain itu, banyaknya vegetasi agroforestri, alternatif: Analisis meta. PLoS Satu, 14 (9), e0215702.
termasuk kemiri dan jati, menyebabkan rendahnya kerapatan dan
tingginya porositas kawasan. Beven, K. 2021. Era infiltrasi. Ilmu Hidrologi dan Tata Bumi, 25 (2), Pp.
851-866.
4.CKESIMPULAN Bhardwaj, A. 2019. Hidrologi dan pengelolaan DAS. Dalam Hidrologi DAS,
-1 Pengelolaan dan Pemodelan, CRC Press, Pp. 1-17.
Laju infiltrasi tertinggi 12,83 cm h diperoleh pada lahan agroforestri
yang termasuk dalam kategori cepat dengan tekstur lempung berdebu. Chaudhari, P. R., Ahire, D. V., Ahire, V. D., Chkravarty, M., Maity, S. 2013.
Selanjutnya, hutan sekunder memiliki laju terbesar kedua yaitu 7,28 cm Kerapatan curah tanah terkait dengan tekstur tanah, kandungan bahan
jam-1, yang termasuk dalam kategori agak cepat, dengan tekstur tanah liat organik dan nutrisi total yang tersedia di tanah Coimbatore. Jurnal
yang berdebu. Areal penggunaan lahan tegalan dengan jenis tanah Internasional Publikasi Ilmiah dan Riset, 3(2), Pp. 1-8.
lempung lempung memiliki nilai terendah yaitu 4,72 cm h-1, dan
termasuk dalam kategori sedang. Berdasarkan hasil penelitian, Chyba, J., Kroulik, M., Kristof, K., Misiewicz, P. A. 2017. Pengaruh lalu lintas
heterogenitas infiltrasi merupakan faktor yang paling penting, dan hal ini pertanian terhadap laju infiltrasi tanah. Agron. Res, 15, Hal. 664-673.
sangat dipengaruhi oleh penggunaan lahan, terutama di daerah tegalan.
diperlukan strategi konservasi tanah dan air yang berkelanjutan, Darja, M., Budiu, V., Păcurar, I., Pop, N., Tripon, D., & Jurian, M. 2002.
terutama pada beberapa bentuk penggunaan lahan yang dapat Penelitian tentang memerangi erosi pada lahan rumput budidaya yang
mempengaruhi laju infiltrasi. baru didirikan di Barat Laut Rumania. Jurnal Pertanian Eropa Tengah,
3(3), Pp. 239-246.
AUCAPAN TERIMA KASIH Delima, D., Akbar, H., Rafli, M. 2018. Tingkat Laju Infiltrasi Tanah pada
DAS Krueng Mane Kabupaten Aceh Utara. Agrium, 15 (1), Pp. 17-28.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor, Ketua Lembaga
Penelitian, dan Direktur Pascasarjana Universitas Tadulako yang telah Devia, G. K., Ganasri, B. P., Dwarakish, G. S. 2015. Review model hidrologi.
mendanai penelitian ini melalui skema hibah penelitian unggulan DIPA Procedia akuatik, 4, Pp .1001-1007.
Universitas Tadulako tahun anggaran 2021.
E. Al-Esawi, J. S., Wayayok, A., Al-Ogaidi, A. A., Rowshon, M. K., Fikri
RREFERENSI Abdullah, A., Abdullahi, S. 2021. Pengaruh Pemadatan Tanah dan
Aplikasi Kelapa Sawit Terhadap Laju Infiltrasi Tanah. Jurnal Teknik
Abdulkadir, A., Wuddivira, M. N., Abdu, N., Mudiare, O.J., 2011. Irigasi dan Drainase, 147 (3), 04020044.
Penggunaan model infiltrasi Horton dalam memperkirakan
karakteristik infiltrasi alfisol di Savanna Guinea Utara di Nigeria. J.Agri. Fischer, C., Tischer, J., Roscher, C., Eisenhauer, N., Ravenek, J., Gleixner, G.,
Sains. Technol, 1, Hal. 925-931. Hildebrandt, A. 2015. Keragaman spesies tanaman mempengaruhi
kapasitas infiltrasi di padang rumput percobaan melalui perubahan
Aliramayee, R., Khaledi Darvishan, A., Arabkhedri, M. 2019. Investigasi tanah properti. Tanaman dan Tanah, 397 (1-2), Pp. 1-16.
respon hidrologi dan kehilangan unsur hara pada lahan tadah hujan di
timur laut Iran menggunakan simulator curah hujan. Pertanian & Flotemersch, J. E., Leibowitz, S. G., Hill, R. A., Stoddard, J. L., Thoms, M. C.,
Kehutanan/Poljoprivreda i Sumarstvo, 65 (2), Pp. 99-112. Tharme, R. E. 2016. Definisi integritas DAS dan pendekatan penilaian
untuk mendukung pengelolaan strategis DAS. Penelitian dan Aplikasi
Al-Ismaili, A. M., Ahmed, M., Al-Busaidi, A., Al-Adawi, S., Tandlich, R., Al Sungai, 32 (7), Pp. 1654-1671.
Amri, M. 2017. Penggunaan air abu-abu yang diperpanjang untuk
mengairi kebun rumah di lingkungan yang gersang . Ilmu Lingkungan

Cite the Article: Naharuddin Naharuddin, Abdul Wahid, Golar Golar, Imran Rachman, Akhbar Akhbar, Sudirman Daeng Massiri (2022). Soil Infiltration in Various Areas
as A Basis for Hydrlogical Alterations in The Toboli Watershed, Central Sulawesi, Indonesia. Konservasi & Pengelolaan Air, 6(2): 76-80.
Konservasi & Pengelolaan Air (WCM) 6(2) (2022) 76-80
Rufino, M. C., Breuer, L. (2018). Konversi hasil hutan alam dalam
degradasi yang signifikan dari sifat hidrolik tanah di dataran tinggi
Franza, A., Marshall, A.M., Zhou, B. (2019). Terowongan Greenfield di
Kenya. Penelitian Tanah dan Pengolahan Tanah, 176, Pp. 36-44.
pasir: efek kepadatan tanah dan kedalaman relatif. Géotechnique, 69
(4), Pp. 297-307. Peña-Arancibia, J. L., Bruijnzeel, L. A., Mulligan, M., Van Dijk, A. I. 2019.
Hutan sebagai ‘spons’ dan ‘pompa’: Menilai dampak penggundulan
Fu, Y., Tian, ​Z., Amoozegar, A., Heitman, J. 2019. Mengukur perubahan
hutan pada arus musim kemarau melintasi daerah tropis. Jurnal
dinamis porositas tanah selama pemadatan. Penelitian Tanah dan
Hidrologi, 574, Hal. 946-963.
Pengolahan Tanah, 193, Pp. 114-121.
Purba, Y. S. B., Puja, I. N., Sumarniasih, M. S. 2020. Perencanaan Prakiraan
Gopal, P., Bordoloi, S., Ratnam, R., Lin, P., Cai, W., Buragohain, P., Sreedeep,
Erosi Dan Konservasi Di Sub DAS Bubuh Kabupaten Bangli. Konservasi
S.. Acta Geofisika, 67(1), Hal. 231-2
& Pengelolaan Air (WCM), 4(2), Hal. 102-104.
Hamman, J. J., Nijssen, B., Bohn, T. J., Gergel, D. R., Mao, Y. 2018. Model
Shah, A. N., Tanveer, M., Shahzad, B., Yang, G., Fahad, S., Ali, S.,
Kapasitas Infiltrasi Variabel versi 5 (VIC-5): Peningkatan infrastruktur
Souliyanonh, B. 2017. Efek pemadatan tanah terhadap kesehatan tanah
untuk aplikasi baru dan reproduktifitas. Pengembangan Model
dan produktivitas tanaman: gambaran umum. Ilmu Lingkungan dan
Geosains, 11(8), Pp. 3481-3496.
Penelitian Pencemaran, 24(11), Pp. 10056-10067.
Hu, W., Tabley, F., Beare, M., Tregurtha, C., Gillespie, R., Qiu, W., Gosden, P.
Singh, B., Sihag, P., Singh, K. 2017. Pemodelan dampak kualitas air
(2018). Dinamika Jangka Pendek Sifat Fisik Tanah yang Dipengaruhi terhadap laju infiltrasi tanah dengan regresi hutan acak. Pemodelan
oleh Pemadatan dan Pengolahan Tanah di Tanah Lempung Lanau. Sistem Bumi dan Lingkungan, 3(3), Pp. 999-1004.
Jurnal Vadose Zone, 17 (1), hal. 1-13.
Sun, D., Yang, H., Guan, D., Yang, M., Wu, J., Yuan, F., Zhang, Y. 2018.
Hussain, Y., Uagoda, R., Borges, W., Nunes, J., Hamza, O., Condori, C., Pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap kapasitas infiltrasi
Cárdenas-Soto, M. 2020. Potensi penggunaan metode geofisika untuk tanah di Tiongkok: A analisis meta. Ilmu Lingkungan Total, 626, Pp.
mengidentifikasi rongga, lubang runtuhan, dan jalur untuk resapan air. 1394-1401.
Air, 12 (8), Hal. 2289.
Sun, D., Yang, H., Guan, D., Yang, M., Wu, J., Yuan, F., Zhang, Y. (2018).
Irmak, S., Sharma, V., Mohammed, A. T., Djaman, K. 2018. Dampak Pengaruh perubahan penggunaan lahan terhadap kapasitas infiltrasi
tanaman penutup tanah terhadap sifat fisik tanah: Kapasitas lapangan, tanah di Cina: Analisis meta. Ilmu Lingkungan Total, 626, Pp.
titik layu permanen, kapasitas menahan air tanah, berat isi, 1394-1401.
konduktivitas hidrolik, dan infiltrasi . Transaksi ASABE, 61 (4), Pp.
1307-1321. Tang, B., Jiao, J., Yan, F., Li, H. 2019. Variasi kapasitas infiltrasi tanah
setelah restorasi vegetasi di daerah perbukitan dan parit di Loess
Jury, W. A., Horton, R. 2004. Fisika tanah. John Wiley & Sons. Plateau, China. Jurnal Tanah dan Sedimen, 19(3), Pp. 1456-1466.
Kaloper, S. E., Čadro, S., Uzunović, M., Cherni-Čadro, S. 2020. Penentuan Tang, B., Jiao, J., Yan, F., Li, H. 2019. Variasi kapasitas infiltrasi tanah
intensitas erosi di DAS Brka, Bosnia dan Herzegovina. Pertanian & setelah restorasi vegetasi di daerah perbukitan dan parit di Loess
Kehutanan, 66 (2), Hal. 79-92. Plateau, China. Jurnal Tanah dan Sedimen, 19(3), Pp. 1456-1466.
Khalid, K., Ali, M.F., Abd Rahman, N.F., Abd Rasid, M.Z. 2017. Pendekatan Telak, L. J., & Bogunovic, I. 2020. Dampak yang ditimbulkan oleh
Infiltrasi dalam Pemodelan Hidrologi Untuk Pencegahan Banjir dan pengolahan tanah pada sifat tanah, erosi air tanah, dan hilangnya unsur
Erosi. Dalam Pengembangan Rekayasa dan Teknis untuk Lingkungan hara di kebun anggur (Kroasia Tengah). Jurnal Pertanian Eropa Tengah,
Berkelanjutan, Pp. 15-27. Pers Akademik Apple. 21(3), Pp. 589-601.
Kim, S., Karahan, G., Sharma, M., Pachepsky, Y. 2021. Pemilihan model Tesemma, Z. K., Wei, Y., Peel, M. C., Western, A. W. 2015. Pengaruh
infiltrasi spesifik lokasi berdasarkan kumpulan data global dan variabilitas indeks luas daun dari tahun ke tahun terhadap kinerja
algoritme hutan acak. Jurnal Zona Vadose, e20125. model Kapasitas Infiltrasi Variabel dan simulasi limpasan. Kemajuan
dalam Sumber Daya Air, 83, Pp. 310-322.
Liu, Y., Cui, Z., Huang, Z., López-Vicente, M., Wu, G. L. 2019. Pengaruh
kelembaban tanah dan akar tanaman pada kapasitas infiltrasi tanah Wang, L., Zhong, C., Gao, P., Xi, W., Zhang, S. 2015. Karakteristik infiltrasi
pada berbagai tahap di padang rumput gersang di Cina. Katena, 182, tanah dalam sistem agroforestri dan hubungannya dengan distribusi
104147. temporal curah hujan di Dataran Tinggi loess di China. PloS satu, 10 (4),
e0124767.
Liu, Y., Guo, L., Huang, Z., López-Vicente, M., Wu, G. L. 2020. Karakteristik
morfologi akar dan kapasitas infiltrasi air tanah di tanah padang Wang, P., Zheng, H., Ren, Z., Zhang, D., Zhai, C., Mao, Z., He, X. 2018.
rumput buatan semi-kering. Pengelolaan Air Pertanian, 235, 106153. Pengaruh urbanisasi, sifat tanah dan konfigurasi vegetasi terhadap
infiltrasi tanah perkotaan hutan di Changchun, Cina Timur Laut. Ilmu
Masnang, A., Sinukaban, N. (2014). Kajian tingkat aliran permukaan dan Geografi Cina, 28 (3), Pp. 482-494.
erosi, pada berbagai tipe penggunaan lahan di sub das Jenneberang
Hulu. Jurnal Agroteknos, 4 (1). Worku, A., & Bedadi, B. 2016. Sifat fisik tanah tanah yang terkena garam di
daerah Amibara, lembah keretakan tengah Ethiopia. Jurnal
Naharuddin, N., Malik, A., Ahyauddin, A. (2021). Estimasi Kehilangan Internasional Ilmu Pertanian dan Sumber Daya Alam, 3(2), Pp. 8-17.
Tanah untuk Perencanaan Konservasi DAS Dolago Sulawesi Tengah,
Indonesia. Jurnal Teknik Ekologi, 22(7), Pp. 242-251. Yan, Q., Lei, T., Yuan, C., Lei, Q., Yang, X., Zhang, M., An, L. 2015. Pengaruh
praktik pengelolaan DAS pada hubungan antara curah hujan, limpasan,
Naharuddin, N., Malik, A., Rachman, I., Muis, H., Hamzari, H., Wahid, A. dan pengiriman sedimen di wilayah perbukitan di Loess Plateau di
2020. Perencanaan penggunaan lahan untuk daerah pasca bencana Cina. Geomorfologi, 228, Hal. 735-745.
likuifaksi berdasarkan indeks bahaya erosi. Jurnal Internasional Desain
& Alam dan Ekodinamika, Vol. 15, No.4, Hal. 573-578. Yimer, F., Messing, I., Ledin, S., Abdelkadir, A. 2008. Pengaruh tipe
https://doi.org/10.18280/ijdne.150415 penggunaan lahan yang berbeda pada kapasitas infiltrasi di daerah
tangkapan air di dataran tinggi Ethiopia. Pemanfaatan dan pengelolaan
Návar, J., Synnott, T. J. 2000. Infiltrasi tanah dan penggunaan lahan di
tanah, 24 (4), Pp. 344-349.
Linares, NL, Meksiko. Terra Latinoamericana, 18 (3), hal. 255-262.
Owuor, S. O., Butterbach-Bahl, K., Guzha, A. C., Jacobs, S., Merbold, L.,
Cite the Article: Naharuddin Naharuddin, Abdul Wahid, Golar Golar, Imran Rachman, Akhbar Akhbar, Sudirman Daeng Massiri (2022). Soil Infiltration in Various Areas
as A Basis for Hydrlogical Alterations in The Toboli Watershed, Central Sulawesi, Indonesia. Konservasi & Pengelolaan Air, 6(2): 76-80.

Anda mungkin juga menyukai