Anda di halaman 1dari 18

Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.

php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

PEMETAAN KESIAPSIAGAAN RUMAH TANGGA DALAM MENGANTISIPASI


BENCANA GEMPA BUMI PATAHAN LEMBANG

Yunarto, Yuliana Susilowati, Wawan Hendriawan Nur, Yugo Kumoro


Pusat Penelitian Geoteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Komplek LIPI, Jalan Sangkuriang Bandung, 40135, Indonesia
Email : yunarto@gmail.com

Abstrak

Patahan Lembang terletak di utara Kota Bandung yang melintang dari timur ke barat
dengan panjang 29 km. Pengamatan geodetik membuktikan bahwa patahan Lembang
adalah patahan aktif dan berpotensi memiliki risiko guncangan gempa besar. Banyak
penduduk yang bermukim dan mencari penghidupan di wilayah sekitar patahan ini,
yang mungkin dapat terdampak gempa dari patahan ini. Dalam upaya pengurangan
risiko bencana di wilayah ini perlu kiranya memahami tingkat kesiapsiagaan rumah
tangga, terutama yang berada di wilayah rawan bencana tersebut. Penelitian ini
bertujuan untuk memetakan indeks kesiapsiagaan rumah tangga secara spasial dalam
mengantisipasi bencana gempa bumi patahan lembang di Kabupaten Bandung Barat
bagian Utara. Hasil survey di Kecamatan Lembang, Parongpon dan Ngamprah dengan
menggunakan kuesioner tertutup, menunjukkan tingkat kesiapsiagaan rumah tangga di
daerah kawasan patahan lembang dalam mengantisipasi gempa dikategorikan sudah
hampir siap. Nilai indek kesiapsiagaan tertinggi terdapat di Kecamatan Lembang 61,38
%, disusul dengan Kecamatan Parongpon 59,15%, dan Kecamatan Ngamprah 55,66 %.

Kata kunci : Patahan lembang, gempa, kesiapsiagaan

Abstract

Lembang fault is located in the north of Bandung City where crosses from east to west
with a length 29 km. The observation of Geodetic proves that Lembang fault is the active
fault and potentially has big earthquake shock risk. Many people settling down and
working in around this fault may be able to be affected by this fault. In order to decrease
the risk of the earthquake in this area, it is necessary to understand the level of
preparedness of the household, especially people being in those disaster-prone areas. This
research aims to map the index of preparedness of the household specifically in
anticipating earthquake disaster of Lembang fault in the northern area of West Bandung
Region. The result of the survey in Lembang, Parongpon and Ngamprah Districts using
closed questionnaire shows the level of preparedness of household in the region of
Lembang fault in anticipating earthquake being categorized almost ready. The highest
index value of preparedness is in Lembang District with 61,3% followed by Parongpon
District with 59,15% and Ngamprah District with 55,66%

Keyword: Lembang Fault, Earthquake, Preparedness.

PENDAHULUAN (Daryono, 2016). Hasil kajian Badan


Patahan Lembang merupakan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika
retakan sepanjang 29 km melintang dari (BMKG) menunjukkan bahwa laju
timur ke barat di utara Kota Bandung pergeseran patahan Lembang mencapai

Jurnal Geografi Vol 11 No.1 (1-18) Pemetaan Kesiapsiagaan Rumah …..|1


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

5,0 mm/tahun (BMKG, 2017). sering menimbulkan kerugian, baik jiwa


Pengamatan geodetik membuktikan maupun harta benda (Nagib, et al., 2007).
bahwa patahan Lembang adalah patahan Oleh karena itu apabila terjadi gempa
aktif (Meilano et al., 2012). Patahan ini dengan kekuatan di atas 5 skala Richter
pernah bergerak dalam 10.000 tahun dapat menyebabkan terjadinya goncangan
terakhir (Keller & Pinter, 1996 dalam di permukaan bumi dan menggoyang
Maipark, 2015). Gempa besar berkekuatan benda-benda di atasnya seperti
di atas 6 skala Richter belum pernah rumah/bangunan, perabotan rumah,
tercatat di kawasan patahan Lembang. tiang listrik, pohon dan sebagainya.
Namun, gempa berkekuatan 3 skala Benda-benda yang tidak kuat menahan
richter terjadi pada tahun 1834, 1879, 1910, goncangan tersebut akan rubuh dan
2003, dan 2011 (Yulianto, 2012). Studi tumbang/jatuh, yang kemudian dapat
paleoseismologi menunjukkan bahwa menimpa orang yang berada dibawah
antara 500-2000 tahun yang lalu, patahan atau didekatnya (Sungkawa, 2016).
Lembang menghasilkan gempa dengan Gempa dengan kekuatan 3,4 SR pada 22
Magnitudo 6.6-6.8 (Yulianto, 2011). Hasil Juli 2011 dengan kedalaman 6 km, berada
studi ini menyimpulkan bahwa daerah pada jarak 12,5 km timur Lembang dan 16
Kabupaten Bandung Barat bagian utara km timur laut Bandung (Sulaeman dan
khususnya sekitar patahan Lembang Hidayati, 2011). BMKG menyebut
memiliki risiko guncangan gempa besar kekuatan gempa yang bergerak di
(Yulianto, 2011). kawasan Bandung Utara pada 28 Agustus
Gempa bumi merupakan fenomena 2011 mencapai 3,3 skala Richter (M3.3)
alam yang sulit untuk diprediksi kapan, dengan kedalaman 6 km. Gempa ini yang
dimana, berapa besar kekuatannya, menimbulkan kerusakan 103 rumah
sehingga sering menimbulkan kejutan dan (Gambar 1).
kepanikan di tengah masyarakat, bahkan

(a) (b)

(c)

Gambar 1. (a) tembok retak, (b) tembok runtuh, (c) rumah rusak berat akibat gempa patahan
Lembang 28 Agustus 2011 (Cisarua, Kabupaten Bandung Barat).
Sumber: https://richocean.wordpress.com/2011/09/17/gempa-darat-ramadhan-28-
agustus-2011-3-3sr-cisarua-jawa-barat-bukti-sesar-lembang-aktif dan Pikiran Rakyat online

2| Vol 11 No. 1 – 2019


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Banyaknya korban jiwa dan harta memahami tingkat kesiapsiagaan


benda ketika terjadi bencana alam, masyarakatnya yang berada di wilayah
mencerminkan kurangnya kesiapan dan tersebut, terutama yang berada di wilayah
antisipasi masyarakat dalam menghadapi rawan bencana gempa bumi. Rumah
bencana alam. Hal ini berkaitan dengan tangga merupakan salah satu pemangku
minimnya pengetahuan dan informasi kepentingan (stakeholder) kesiapsiagaan
tentang fenomena alam yang masyarakat yang menjadi ujung tombak,
menimbulkan bencana dan tingkat subjek dan objek dari kesiapsiagaan dan
kerawanan setiap wilayah dalam berpengaruh secara langsung terhadap
menghadapi bencana (Nagib et al., 2007; risiko bencana maka kajian tingkat
Hidayati, et al., 2008). Dalam beberapa kesiapsiagaan rumah tangga menjadi
kasus bencana, hampir sebagian anggota penting (Hidayati, et al., 2011). Tujuan
masyarakat dengan kondisi kepanikannya penelitian ini adalah memetakan indeks
tidak berinisiatif untuk menyelamatkan kesiapsiagaan rumah tangga secara
atau membantu korban. Selain itu spasial dalam mengantisipasi bencana
beberapa anggota masyarakat berupaya gempa bumi patahan lembang di
membantu korban, tetapi karena Kabupaten Bandung Barat bagian Utara.
ketidaktahuannya malah menambah Indeks kesiapsiagaan ini akan digunakan
beban korban. Oleh karena itu masyarakat untuk bahan evaluasi terhadap intervensi
perlu mendapatkan keterampilan teknik- untuk meningkatkan ketahanan
teknik sederhana tentang pertolongan masyarakat, sehingga kemampuan rumah
pertama dan melakukan evakuasi korban tangga dalam mengantisipasi bencana
(Hidayati, 2008). Dari pengalaman dapat ditingkatkan untuk mengurangi
berbagai bencana alam tersebut, risiko bencana.
memberikan pelajaran yang berharga bagi
masyarakat agar selalu waspada dan siaga METODE PENELITIAN
dalam mengantipasi bencana (Nagib, et Kajian tingkat kesiapsiagaan rumah
al., 2007). tangga mengacu pada kerangka kerja
Kesiapsiagaan merupakan upaya (framework) yang dikembangkan LIPI
dan kegiatan yang dilakukan sebelum bekerja sama dengan UNESCO/ISDR
terjadi bencana alam untuk secara cepat pada tahun 2006. Kerangka kerja
dan efektif merespon keadaan/situasi kesiapsiagaan masyarakat digunakan
pada saat dan setelah bencana. Upaya ini sebagai alat untuk menilai seberapa jauh
sangat diperlukan masyarakat untuk tingkat kesiapsiagaan masyarakat di suatu
mengurangi risiko/dampak bencana daerah (Hidayati, et al., 2006). Parameter
alam, termasuk korban jiwa, kerugian yang menjadi acuan dalam kerangka kerja
harta benda, dan kerusakan lingkungan kesiapsiagaan menghadapi bencana
(Hidayati, 2008; Sutton dan Tierney, 2006). gempabumi-tsunami, diantaranya
Menurut Undang-undang No. 24 tahun pengetahuan dan sikap terhadap bencana;
2007, kesiapsiagaan adalah serangkaian rencana tanggap darurat; sistem
kegiatan yang dilakukan untuk peringatan bencana; mobilisasi sumber
mengantisipasi bencana melalui daya (Hidayati, et al., 2006).
pengorganisasian serta melalui langkah 1. Pengetahuan merupakan faktor utama
yang tepat guna dan berdaya guna. dan menjadi kunci untuk
Banyak penduduk yang bermukim kesiapsiagaan. Pengetahuan yang
dan mencari penghidupan di wilayah dimiliki dapat mempengaruhi sikap
sekitar patahan Lembang, yang dapat dan kepedulian masyarakat untuk siap
terdampak gempa yang mungkin dan siaga dalam mengantisipasi
bersumber dari patahan ini. Dalam upaya bencana, terutama bagi masyarakat
pengurangan risiko bencana di wilayah di yang tinggal di daerah rentan terhadap
sekitar patahan Lembang tersebut perlu bencana alam.

Pemetaan Kesiapsiagaan Rumah …..|3


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

2. Rencana tanggap darurat bencana kuat, bencana yang diakibatkan gempa


merupakan rencana untuk merespon bumi).
keadaan darurat bencana alam. - tindakan-tindakan yang harus
Rencana ini bagian yang penting dalam dilakukan pada saat dan setelah terjadi
kesiapsiagaan, terutama berkaitan gempa.
dengan evakuasi, pertolongan dan Dalam penelitian ini, tindakan yang
penyelamatan, agar korban bencana harus dilakukan ketika terjadi gempa,
dapat diminimalkan. Rencana yang umumnya tindakan yang berkaitan
berkaitan dengan evakuasi mencakup dengan responden berada di rumah
tempat-tempat evakuasi, peta dan jalur ketika terjadi gempa, seperti
evakuasi, peralatan dan perlengkapan, berlindung di tempat aman,
latihan/simulasi dan penyelamatan melindungi kepala, menjauhi benda-
dokumen-dokumen penting. benda tergantung, menjauhi
3. Sistem peringatan dini yang meliputi jendela/dinding kaca dan
tanda peringatan dan distribusi memungkinkan segera menuju
informasi akan terjadinya bencana. lapangan terbuka. Tindakan ini tidak
Dengan adanya peringatan ini untuk hanya di rumah, tetapi juga di dalam
mengurangi korban jiwa, harta benda gedung, mobil atau kereta api dan
dan kerusakan lingkungan. tinggal di daerah pantai atau
4. Kemampuan memobilisasi sumber perbukitan ketika terjadi gempa bumi.
daya yang tersedia, baik sumber daya Tindakan ini yang ditambahkan
manusia (SDM), pendanaan dan tersebut disesuaikan dengan buku saku
sarana-prasarana penting untuk tanggap tangkas tangguh menghadapi
keadaan darurat. Kemampuan ini bencana dari BNPB tahun 2017.
merupakan potensi yang dapat Variabel berkaitan dengan rencana
mendukung atau sebaliknya menjadi tanggap darurat terdiri dari :
kendala dalam kesiapsiagaan bencana - rencana tindakan yang harus
(Hidayati, 2008). dilakukan rumah tangga ketika terjadi
Kerangka kerja kesiapsiagaan bencana, seperti menyiapkan gambar
masyarakat ini telah diuji di beberapa dan poster jalur dan rambu-rambu
wilayah yang berpotensi terkena gempa evakuasi; menyepakati tempat
bumi dan tsunami, yaitu di Kota pengungsian, menyiapkan P3K,
Bengkulu pada tahun 2006, Kabupaten menyiapkan tas siaga berisi dokumen-
Padang Pariaman, Serang, Cilacap, dan dokumen penting, menyiapkan
Sikka tahun 2007 (Nagib, et al., 2007). pakaian dan makanan siap saji,
Dalam penelitian ini parameter menyiapkan nomor telpon fasilitas-
kesiapsiagaan rumah tangga dalam fasilitas penting untuk keadaan darurat
mengantisipasi bencana gempa bumi, (Rumah sakit/posko kesehatan,
yaitu 1) pengetahuan dan sikap terhadap pemadam kebakaran, PDAM, Telkom,
bencana; 2) rencana tanggap darurat; 3) PLN, pelabuhan, bandara); latihan dan
mobilisasi sumber daya. Parameter- simulasi evakuasi.
parameter di atas tersebut diterjemahkan - tindakan penyelamatan keluarga dari
dalam bentuk variabel kesiapsiagaan bencana, antara lain: menambah
masyarakat (Triyono et al., 2014). Berikut pengetahuan tentang gempa bumi,
adalah variabel dari ketiga parameter di rencana pengungsian/evakuasi
atas keluarga, melakukan simulasi evakuasi
Variabel parameter pengetahuan dan keluarga dan membangun rumah
sikap terdiri dari: tahan gempa.
- pengetahuan tentang bencana alam; - tempat penyelamatan keluarga ketika
- pengetahuan tentang gempa bumi terjadi bencana, antara lain rencana
(penyebab gempa bumi, ciri-ciri gempa evakuasi, termasuk lokasi dan tempat

4| Vol 11 No. 1 – 2019


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

evakuasi, peta, tenda/posko bencana pengetahuan tentang bencana, rencana


yang disediakan dan menuju lapangan tanggap darurat, mobilsasi sumberdaya.
terbuka yang aman. Kajian ini menggunakan angka
Variabel yang berkaitan dengan indeks gabungan tidak ditimbang, artinya
memobilisasi sumber daya terdiri dari : semua pertanyaan dalam parameter
- keikutsertaan anggota rumah tangga tersebut mempunyai bobot yang sama
dalam pelatihan dan seminar yang (masing-masing pertanyaan diberi nilai
berkaitan dengan kesiapsiagaan dalam satu). Penentuan nilai indeks untuk setiap
mengantisipasi bencana gempa. parameter dihitung berdasarkan rumus
Seminar kebencanaan seperti jenis (Hidayati, et al., 2008):
bencana, penyebab bencana dan
tindakan yang harus dilakukan jika Indeks = (jumlah skor riil parameter/skor
terjadi bencana akan memberikan maksimum parameter) x 100....................(1)
tambahan pengetahuan anggota rumah
tangga tentang kebencanaan berkaitan Skor maksimum parameter
dengan kesiapsiagaan dalam diperoleh dari jumlah pertanyaan dalam
menghadapi bencana. Pelatihan- parameter yang diindeks. Jika dalam satu
pelatihan berkaitan dengan pertanyaan terdapat sub-sub pertanyaan
kesiapsiagaan dalam menghadapi (misal a,b,c dan seterusnya), maka setiap
bencana seperti pertolongan pertama, sub pertanyaan tersebut diberi skor 1
evakuasi korban dan kepramukaan dibagi jumlah sub pertanyaan. Total skor
sangat diperlukan pada kondisi riil parameter diperoleh dengan
bencana. Pelatihan kesiapsiagaan menjumlahkan skor riil seluruh
memberikan bekal ilmu bermanfaat pertanyaan dalam parameter yang
untuk menolong sesama ketika terjadi bersangkutan. Nilai indeks berada pada
bencana. kisaran antara 0 – 100 (Tabel 1.), sehingga
- kesiapan dana yang dapat digunakan semakin tinggi nilai indeks, semakin
untuk kesiapsiagaan dalam tinggi pula tingkat kesiapsiagaannya
mengantisipasi bencana, seperti (Hidayati et al., 2006). Setelah dihitung
tabungan, asuransi ataupun rumah di indeks parameter dari satu responden
tempat lain. Informasi lain yang individu/rumah tangga kemudian dapat
dijaring adalah kesediaan ditentukan nilai indeks keseluruhan
kerabat/famili/temen dekat yang mau sampel. Jika jumlah sampel adalah n,
membantu jika terjadi bencana. maka indeks keseluruhan sampel dapat
Penilaian melalui indeks dilakukan dihitung dengan menjumlahkan indeks
untuk mengetahui tingkat kesiapsiagaan seluruh sampel dibagi dengan jumlah
masyarakat menghadapi bencana alam, sampel (n).
terutama gempa bumi di patahan Penilaian indeks kesiapsiagaan
Lembang. Indeks merupakan angka masyarakat dihitung dengan
perbandingan yang dapat dibandingkan menggunakan formulasi sebagai berikut:
antara satu bilangan dengan bilangan lain
yang berisi informasi tentang suatu Indeks rumah tangga (RT)
kharakteristik tertentu pada waktu dan = 0,50 x indeks P + 0,35 x indeks RTD +
tempat yang sama atau berlainan 0,15 x indeks MSD......................................(2)
(Hidayati, et al., 2008). Untuk dimana :
menyederhakan dan memudahkan agar P : pengetahuan
dimengerti, nilai indeks dikali seratus. RTD : rencana tanggap darurat
Angka indeks dalam penelitian ini terdiri MSD : mobilisasi sumber daya
dari indeks tiap parameter, yaitu (modifikasi formulasi Hidayati, et al.,
2008).

Pemetaan Kesiapsiagaan Rumah …..|5


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Tabel 1. Katagori Nilai Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga


No Nilai Indeks Kategori
1. 80 – 100 Sangat siap
2. 65 – 79 Siap
3. 55 – 64 Hampir siap
4. 40 – 54 Kurang siap
5. < 40 Belum siap
Sumber : Kajian Kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam (2007)

Penelitian tentang kesiapsiagaan Pemilihan Lokasi Kajian


masyarakat dalam mengantisipasi Berkaitan dengan potensi gempa
bencana gempa bumi dilakukan di bumi di Patahan Lembang, pemilihan
Kabupaten Bandung Barat, menggunakan lokasi dilakukan secara purposif
kombinasi pendekatan kuantitatif dan berdasarkan pertimbangan kerentanan
kualitatif. Pendekatan kuantitatif wilayah dan masyarakat (Hidayati, et al.,
dilakukan dengan survei terhadap 2008) di Kabupaten Bandung Barat
masyarakat dengan menggunakan bagian utara. Penelitian ini difokuskan di
kuesioner tertutup. Sedangkan Kecamatan Lembang, Parongpong dan
pendekatan kualitatif dilakukan dengan Ngamprah. Ketiga kecamatan ini secara
wawancara dengan aparat pemerintahan geografis dan geologis termasuk wilayah
setempat (kepala desa) untuk mendapat yang berada atau dekat dengan patahan
gambaran atau informasi tentang lembang, termasuk yang rentan terhadap
kesiapsiagaan rumah tangga dalam gempa bumi. Banyak penduduk yang
mengantisipasi bencana gempa bumi. tinggal di daerah kecamatan tersebut,
bahkan ada yang tinggal di jalur patahan
Data yang Digunakan Lembang. Kriteria pemilihan lokasi yang
Dalam penelitian ini, data yang menjadi pusat survei diantaranya (1)
digunakan adalah data spasial dan data jumlah dan kepadatan penduduk; (2)
tabulasi. jarak lokasi dengan potensi gempa
Data spasial terdiri dari : (Hidayati, et al., 2008).
- citra SRTM 30m dari DLR Jerman Berdasarkan data BPS Kabupaten
tahun 2005, Bandung Barat tahun 2017, Kecamatan
- peta titik gempa pada tanggal 22 Juli Lembang mempunyai jumlah penduduk
2011 (M3,3) dan 28 Agustus 2011 sebanyak 194.540 jiwa dengan kepadatan
(M3,4). penduduk 2.036 jiwa/Km2. Sementara
- peta raster patahan Lembang (Meilano, Kecamatan Parongpong mempunya
et al., 2012) yang sudah dikoreksi jumlah penduduk 111.590 jiwa dengan
geometrik. kepadatan penduduk 2.478 jiwa/Km2 dan
- peta topografi skala 1 : 25.000 dari Kecamatan Ngamprah berpenduduk
Badan Informasi Geospasial. 174.872 jiwa dengan kepadatan penduduk
- peta wilayah administrasi Kecamatan 4.857 jiwa/Km2. Kecamatan Lembang
skala 1 : 25.000 dari Badan Informasi berada pada ketinggian antara 1.312
Geospasial. hingga 2.084 meter di atas permukaan
- peta geologi lembar Bandung skala 1 : laut. Kecamatan ini merupakan daerah
100.000 dari Pusat Survei Geologi – tujuan wisata seperti Maribaya dan
Badan Geologi (Silitonga, 1973). Gunung Tangkuban Perahu, yang
Sedangkan data tabulasi: kependudukan dikunjungi masyarakat domestik
dari BPS Kabupaten Bandung Barat tahun maupun mancanegara. Kecamatan
2017. Parongpong terkenal dengan wisata

6| Vol 11 No. 1 – 2019


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

bunga, karena mayoritas petani di Penentuan peta indeks


wilayah ini merupakan petani bunga dan kesiapsiagaan rumah tangga dengan
tanaman hias lainnya, sehingga banyak menggunakan sistem informasi geografis,
masyarakat yang datang baik dari dalam dimulai dengan deliniasi patahan
ataupun dari wilayah lain. Kecamatan lembang dari peta citra STRM 30m yang
Ngamprah merupakan Kota Kabupaten dioverlay dengan peta geologi, peta
Bandung Barat yang dekat dengan pusat topografi (kontur) dan peta raster patahan
pemerintahan, yang tentunya banyak lembang. Kemudian analisis union peta
masyarakat yang ditinggal di Wilayah ini. patahan Lembang dengan peta titik-titik
Jika dilihat dari lokasi, Kecamatan gempa, dihasilkan peta titik gempa di
Lembang dan Parongpong yang berada lokasi patahan Lembang. Kedua peta,
di jalur patahan dan Kecamatan yaitu peta penduduk per Kecamatan dan
Ngamprah tidak jauh dari patahan peta titik gempa patahan Lembang
lembang. dianalisis union untuk menghasilkan peta
Survei dilakukan terhadap 109 penduduk per Kecamatan yang berada di
responden rumah tangga/individu yang daerah patahan Lembang. Kemudian
terdiri dari Kecamatan Lembang 33 penyebaran kuesioner kesiapsiagaan
responden, Parongpong 39 respon, rumah tangga di Kecamatan yang berada
Ngamprah 29 responden dan 8 responden di jalur patahan ataupun yang dekat
aparat desa. Pemilihan responden di dengan patahan. Hasil survei diolah dan
lokasi tersebut dilakukan secara acak dan dianalisis dengan menggunakan EXCEL
insidental. Semakin dekat lokasi dengan untuk menghitung indeks pangetahuan,
Patahan Lembang, risiko terhadap gempa indeks rencana tanggap darurat dan
patahan lembang semakin besar. Selain indeks mobilisasi sumber daya. Ketiga
itu dilakukan wawancara terbuka dengan indeks tersebut dihitung dengan
beberapa aparat desa (Kepala Desa) untuk menggunakan formula indeks
mendapat masukan kondisi kesiapasigaan rumah tangga untuk
masyarakatnya dalam menghadapi pembentukan peta indeks kesiapsiagaan
bencana. rumah tangga (Gambar 2).

Gambar 2. Diagram Alir Penentuan Peta Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga/Individu

Pemetaan Kesiapsiagaan Rumah …..|7


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

HASIL DAN PEMBAHASAN tempat tinggal, pengetahuan rumah


Pengetahuan Kebencanaan tangga di Kecamatan Lembang dan
Parameter pengetahuan merupakan Parongpong sudah mencapai jenjang siap,
pendukung tingkat kesiapsiagaan rumah kecuali di Kecamatan Ngamprah yang
tangga di lokasi kajian. Secara umum dikategori hampir siap. Kesiapan
pengetahuan rumah tangga dalam pengetahuan di kecamatan Lembang dan
mengantisipasi bencana gempa bumi di Parongpong ditunjukkan skor masing-
lokasi kajian, dikategorikan sudah hampir masing mencapai 65,35 dan 65,10,
siap. Hal ini tercermin dari skor sedangkan Ngamprah hanya 56 (Gambar
pengetahuan rumah tangga yang 3).
mencapai 62,32. Bila dirinci menurut zona

Gambar 3. Peta Indeks Pengetahuan Rumah Tangga Dalam Mengantisipasi Bencana


Gempa Bumi

Tingkat kesiapsiagaan pengetahuan bumi sebesar 71%, hantaman benda langit


dan sikap rumah tangga di atas dapat 39% dan ledakan nuklir 37% (Gambar 4).
diukur dengan beberapa indikator yang Hasil survei di lokasi kajian (Gambar 3)
relevan, diantaranya indikator penyebab menunjukkan bahwa pengetahuan
terjadinya gempa bumi, indikator sumber responden tentang penyebab gempa,
informasi terjadinya gempa, indikator sebagian besar responden di Kecamatan
pernah mendengar bahwa daerahnya Lembang dan Parongpong memilih
rawan gempa dan indikator sumber bahwa gunung meletus merupakan
informasi bahwa daerahnya rawan penyebab gempa bumi masing-masing
gempa. sebanyak 79%, sedangkan di Kecamatan
Ngamprah hanya 59%. Hal ini
Indikator Penyebab Terjadinya Gempa menunjukkan responden Kecamatan
Bumi Lembang dan Parongpong yang berada
Secara umum pengetahuan rumah dekat dengan gunung Tangkuban Perahu
tangga tentang penyebab terjadinya cukup paham dibandingkan dengan
gempa bumi relatif cukup baik. Hal ini responden Kecamatan Ngamprah yang
tercermin dari persentase jawaban agak jauh dari gunung tersebut.
responden, yaitu memilih gunung Responden Kecamatan Lembang dan
meletus sebanyak 73%, pergeseran kerak Parongpong meyakini bahwa tiap gunung

8| Vol 11 No. 1 – 2019


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

api sebelum mengalami erupsi akan bumi, sebagian besar responden


didahului dengan gempa-gempa kecil Kecamatan Parongpong dan Ngamprah
atau besar. Adapun responden menjawab sebanyak 77 % dan 76 %, sedangkan
pergesaran kerak bumi penyebab gempa Kecamatan Lembang hanya 61%.

100
Pergeseran Kerak Bumi
90
79 79
80 77 76
7173 Gunung Meletus
70
61 59
58 Hantaman benda langit
60 54 54
52
49 49
50
Tanah longsor
36 38 38 39 37
40
31 29
2727 28 26 Ledakan Nuklir
30 23
18 17
20
Angin topan dan halilintar
10
0 Pengeboran Minyak
Lembang Parongpong Ngamprah KBB Utara
Gambar 4. Persentase Rumah Tangga Tentang Penyebab Terjadi Bencana Gempa Bumi
Sumber: Kajian Kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam (2006)

Dari kedua jawaban yang benar Indikator Sumber Informasi Gempa


tersebut menunjukkan bahwa responden Pengetahuan rumah tangga tentang
di Kecamatan Parongpong lebih gempa bumi umumnya diperoleh dari
memahami tentang penyebab gempa media elektronik, saudara, kerabat, teman
bumi dibandingkan dengan responden di dan tetangga, radio, media cetak, LSM
kecamatan lainnya. Responden di dan seminar. Informasi terbanyak dari TV
Kecamatan Parongpong menduga bahwa (95%), disusul informasi dari saudara,
penyebab gempa bumi selain berasal dari kerabat, teman dan tetangga (77%) dan
gunung meletus dapat pula dari media cetak (71%), radio (69 %), petugas
pergeseran kerak bumi. pemerintah (64 %), LSM dan lembaga non
Selain disediakan jawaban yang benar pemerintah (43%), sosialisasi, seminar dan
mengenai kejadian alam yang pertemuan (40%), dan buku, poster,
menyebabkan gempa bumi, responden leaflet, rambu peringatan hanya 20%.
juga diberikan jawaban yang sebenarnya Media elektronik (TV dan radio) sering
bukan jawaban yang tepat, yaitu tanah memberitakan kejadian bencana gempa
longsor, angin topan dan halilintar dan atau tsunami di Aceh (2004), Pangandaran
pemboran minyak. Hasil kajian (2007), gempa Yogya (2006), gempa
mengungkapkan bahwa pada umumnya Tasikmalaya (2017), gempa Lebak (2018)
responden belum mengetahui bahwa dan daerah bencana lainnya.
jawaban tersebut tidak benar. Persentase Bila dirinci berdasarkan lokasi
jawaban responden yang kurang tepat kajian, informasi kebencanaan melalui
tersebut masih cukup tinggi. Hal ini sosialisasi, seminar dan pertemuan (40%)
ditunjukkan dengan jawaban “ya” pada belum merata di tiap kecamatan. Hal ini
alternatif jawaban tersebut, seperti tanah ditunjukan dengan presentase jawaban
longsor 54%, angin topan dan halilintar responden di Kecamatan Parongpong
29% dan pengeboran minyak 26%.

Pemetaan Kesiapsiagaan Rumah …..|9


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

56%, Ngamprah 38% dan Lembang hanya lebih jauh tentang patahan ini. Menurut
21%. salah satu warga masyarakat desa
Langensari Kecamatan Lembang, belum
Indikator Daerahnya Rawan Gempa mengetahui atau mendengar patahan
Berkaitan dengan lokasi kajian yang lembang. Gempa yang dirasakan
dekat dengan sumber gempa patahan umumnya berasal dari wilayah lain,
Lembang, salah satu pertanyaan yang seperti gempa Tasikmalaya (2017) dan
cukup penting untuk mengukur Lebak (2018) yang bersumber dari laut
pengetahuan rumah tangga yang yang mengguncang Pulau Jawa.
berkaitan dengan lingkungan tempat
tinggalnya. Pertanyaan yang berkaitan Indikator Sumber Informasi Daerahnya
dengan pengetahuan tentang gempa bumi Rawan Gempa
adalah “apakah responden pernah Bila dirinci berdasarkan lokasi kajian,
mendengar bahwa di daerahnya rawan persentase rumah tangga yang mendapat
gempa?”. Hampir sebagian rumah informasi tentang daerah rawan gempa di
tangga/individu di Kecamatan Lembang wilayahnya, melalui TV, di Kecamatan
mengetahuinya atau menjawab “ya” Lembang dan Ngamprah sebanyak 83-
(60,61%). Sementara di Kecamatan 85% sedangkan di Parongpong hanya
Parongpong dan Kecamatan Ngamprah, sebanyak 53%. Responden yang
responden pernah mendengar daerahnya mendapat informasi tersebut melalui
rawan gempa di bawah 50%, yaitu 43,59% radio di Kecamatan Lembang dan
dan 20,69% (Gambar 5). Hal ini Ngamprah sebanyak 80-83%, di
menunjukkan bahwa lokasi makin dekat Parongpong hanya sebanyak 59%.
dengan sumber potensi gempa maka akan Responden yang mendapat informasi
semakin paham, artinya rumah tangga tersebut melalui pemerintah
Kecamatan Lembang lebih paham akan kabupaten/desa di Kecamatan Lembang
daerahnya terhadap bencana sebanyak 75%, di Parongpon sebanyak
dibandingkan Kecamatan lainnya. Hasil 65%, di Ngamprah sebanyak 83%.
wawancara dengan Sekretaris Desa Responden yang mendapat informasi
Ngamprah dan Kepala Desa Cilame, tersebut melalui tokoh masyarakat di
Kecamatan Ngamprah kaitannya dengan Kecamatan Lembang, Parongpong dan
patahan Lembang. Mereka menyatakan Ngamprah masing sebanyak 70%, 65%
hal yang sama, bahwa umumnya dan 85%, sedangkan dari sumber
masyarakat pernah mendengar patahan informasi lainnya di bawah 51%, kecuali
Lembang, namun belum banyak informasi Kecamatan Ngamprah sebanyak 67%.

Persentase rumah tangga pernah mendengar bahwa


daerahnya rawan gempa
70.00 60.61
60.00
50.00 43.59 42.6
40.00
30.00 20.69
20.00
10.00
0.00
Lembang Parongpong Ngamprah KBB Utara

Gambar 5. Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mendengar Daerahnya Rawan


Gempa Bumi

10| Vol 11 No. 1 – 2019


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Rencana Tanggap Darurat dengan tindakan untuk meningkatkan


Rencana tanggap darurat atau kesiapsiagaan rumah tangga dalam
penyelamatan keluarga merupakan hal menghadapi bencana dikategorikan
yang perlu dilakukan untuk menghadapi hampir siap. Hal ini ditunjukkan dengan
bencana seperti gempa bumi (Hidayati, et skor rencana tanggap darurat rumah
al., 2006). Pengetahuan tentang tangga telah mencapai 60,43. Bila dirinci
kebencanaan yang dimiliki rumah tangga menurut zona tempat tinggal, skor
yang kemudian didukung oleh rencana rencana tanggap darurat rumah tangga
tanggap darurat yang cukup memadai, tidak memiliki perbedaan yang mencolok
akan lebih siapsiaga dalam baik di Kecamatan Ngamprah (61,40),
mengantisipasi bencana (Hidayati, et al., Lembang, (60,52) dan Parongpong 59,63,
2006). Tingkat pengetahuan anggota yang dikategori hampir siap (Gambar 6).
rumah tangga tentang kebencanaan
dikategorikan hampir siap, diikuti pula

Gambar 6. Indeks Rencana Tanggap Darurat Rumah Tangga Dalam Mengantisipasi Bencana
Gempa bumi

Kehampirsiapan rencana tanggap jika terjadi gempa (73%). Hal ini


darurat dalam mengantisipasi bencana dilakukan akan mempermudah keluarga
dapat diukur dengan beberapa indikator, dalam memberikan arahan apa yang
diantaranya indikator tindakan harus dilakukan masing-masing anggota
penyelamatan keluarga dan indikator rumah tangga dalam menghadapi
tempat penyelamatan. bencana (Hidayati, et al., 2008). Kemudian
responden juga menyepakati tempat
Indikator Tindakan Penyelamatkan pengungsian/evakuasi keluarga (67,3 %),
Keluarga siap menyediakan alat komunikasi – HP
Gambar 7 mengukur secara rinci (66,3 %), menyiapkan pakaian dan uang
rencana tanggap darurat rumah tangga di tunai (61,4%), dan hampir siap dalam
lokasi kajian. Tindakan yang harus menyiapkan dokumen-dokumen penting
dilakukan rumah tangga ketika terjadi (56,4%) dan kurang siap untuk
bencana di lokasi kajian, umumnya menyiapkan foto keluarga sebagai bagian
menyatakan akan menyiapkan gambar dari dokumen penting (31,7%).
dan poster tindakan yang harus dilakukan

Pemetaan Kesiapsiagaan Rumah …..|11


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Menyiapkan Gambar dan poster


90
Menyepakati tempat
79
80 76 pengungsian/evakuasi keluarga
73 72 73
Menyiapkan peta dan rute pengungsian
70 69 6969
70 67 67 66
64 64 Menyiapkan makanan siap santap yang
61 62 62 61
59 59 59 tahan lama seperlunya
60 56 5756 56
54 54 52 Menyiapkan kotak pertolongan
51 51 pertama (PP/kota obat)
48 48 49 48 50
50 45 45 46 47 Menyiapkan dokumen-dokumen
41 penting dan bernilai

40 36 Menyiapkan pakaian, uang tunai dan


34 kebutuhan khusus/darurat keluarga
31 32
27 28 29 Menyiapkan foto keluarga sebagai
30
24 bagian dari dokumen penting

Menyiapkan alat komunikasi alternatif


20 (HT/Radio/HP)

Menyiapkan alamat-alamat/nomor
10 telepon yang penting (rumah sakit,
Polres, Kebakaran, PLN)
Mengikuti latihan/simulasi evakuasi
0
Lembang Parongpong Ngamprah KBB Utara Menyiapkan alat pemadam kebakaran

Gambar 7. Persentase Rumah Tangga Tentang Tindakan Penyelamatan Keluarga


Sumber : Kajian Kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam (2006)

Bila dikaji menurut jarak dari membuat rencana pengungsian (70,3%),


sumber gempa, Kecamatan Lembang dan cukup siap untuk melakukan latihan
yang paling banyak menyatakan akan simulasi evakuasi keluarga (56,4%) dan
menyiapkan gambar dan poster tindakan membangun rumah tahan gempa masih
yang harus dilakukan (79%) jika terjadi belum siap (30,7 %). Belum siapnya
gempa dibandingkan dengan kecamatan membangun rumah tahan gempa, karena
lain. Hal menunjukkan tindakan yang di keterbatasan pengetahuan rumah tahan
lakukan di Kecamatan Lembang sudah gempa yang dimiliki rumah tangga dan
tepat. Hal ini dapat dimengerti karena biaya. Adapun rumah tangga yang
kecamatan Lembang yang merupakan merencanakan untuk pindah rumah ke
daerah yang dekat sumber gempa dan daerah yang lebih tinggi masih banyak
paham akan risiko yang ditimbulkannya. (43,6%). Hal ini menunjukkan responden
Adapun Kecamatan Ngamprah paling belum dapat memahami bahwa tinggal di
banyak menyepakati tempat pengungsian daerah yang lebih tinggi berisiko terkena
meskipun lokasi tidak jauh dari sumber longsor yang dipicu oleh gempa.
gempa. Bila dikaji menurut jarak dari
sumber gempa, rumah tangga yang
Indikator Penyelamatan Keluarga tinggal di Kecamatan Ngamprah dan
Rencana tanggap darurat Lembang cenderung lebih siap untuk
berkaitannya dengan tindakan untuk menambah pengetahuan tentang gempa
penyelamatan keluarga dikategorikan dibandingkan dengan Kecamatan
cukup siap. Hasil kajian menunjukkan Parongong. Bila rumah tangga ditanya
sangat siap untuk menambah membuat rencana pengungsian,
pengetahuan tentang gempa (81,2 %) dan Kecamatan Parongpong lebih siap

12| Vol 11 No. 1 – 2019


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

dibandingkan dengan Kecamatan dikaji menurut jarak dari sumber gempa,


Lembang dan Ngamprah. Seharusnya rencana penentuan tempat penyelamatan
Kecamatan Lembang yang dekat dengan keluarga di Kecamatan Lembang dan
sumber gempa lebih siap dibandingkan Ngamprah cenderung lebih siap
dengan Kecamatan lainnya. Adapun dibandingkan di Kecamatan Parongpong.
ditanya rencana pindah ke daerah yang
lebih tinggi, rumah tangga yang tinggal di Kemampuan Mobilisasi Sumber Daya
Kecamatan Ngamprah cukup paham Kehampirsiapsiagaan rumah tangga
risikonya dibandingkan dengan juga ditunjang oleh kurangnya upaya
kecamatan lain. mobilisasi sumber daya yang dimiliki oleh
Rencana tanggap darurat rumah tangga di semua lokasi kajian. Hal
berkaitannya dengan tindakan untuk ini tercermin dengan kesiapsiagaan
tempat penyelamatan keluarga parameter ini yang belum siap, yaitu skor
dikategorikan sudah siap. Hasil kajian 43,01 dan berada pada tingkatan paling
menunjukkan sebagian rumah tangga rendah. Bila dirinci menurut zona tempat
akan menuju lapangan terbuka yang tinggal, skor mobilisasi sumber daya
aman (84,2 %), posko bencana yang rumah tangga di Kecamatan Lembang
disediakan (80,2%) bangunan evakuasi (50,18) dan Ngamprah (41,32),
yang disediakan oleh BPBD/Pemerintah dikategorikan belum siap, sedangkan
(80,2) dan rumah saudara atau teman Parongpong (38,21) dikategori kurang
yang dekat yang aman (74,6%). Hasil siap (Gambar 8).

Gambar 8. Peta Indeks Mobilisasi Sumber Daya Rumah Tangga Dalam Mengantisipasi
Bencana Gempa Bumi

Secara umum rumah tangga belum makanan untuk keadaan darurat. Selain
meningkatkan keterampilan untuk itu kebanyakan rumah tangga juga belum
keadaan darurat bencana. Hal ini melakukan investasi untuk kewaspadaan
tercermin dari minimnya keikutsertaan keluarga, seperti tabungan, asuransi
anggota keluarga pada kegiatan jiwa/harta/benda, dan tanah/rumah di
pertemuan atau pelatihan yang berkaitan tempat lain yang relatif aman dari
dengan kesiapsiagaan, pertolongan bencana. Hal ini bertalian dengan kondisi
pertama dan evakuasi korban, ekonomi rumah tangga, kebanyakan
pengolahan air bersih dan pengolahan

Pemetaan Kesiapsiagaan Rumah …..|13


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

belum mampu untuk melakukan investasi rumah tangga yang ikut pelatihan dan
tersebut. seminar yang berkaitan dengan
Hasil survei terhadap 101 rumah kesiapsiagaan dalam mengantisipasi
tangga, menunjukkan bahwa persentase bencana gempa hanya 34,7% (Gambar 9).

Persentase anggota rumah tangga yang pernah ikut pelatihan,


seminar atau pertemuan
70
60
50 42.42
40 34.48 34.7
28.21
30
20
10
0
Lembang Parongpong Ngamprah KBB Utara

Gambar 9. Anggota Rumah Tangga yang Ikut Seminar, Pelatihan dan Pertemuan Kaitan
dengan Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana
Sumber : Kajian Kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam (2006)

Adapun responden yang pernah (27%) dan pengolahan makanan 27%


mengikuti pelatihan pertolongan pertama (Gambar 10).
hanya diikuti 33%, evakuasi korban 32%,
kepramukaan 30%, pengolahan air bersih

60 Pertolongan pertama

50
Evakuasi korban
39 39
40 36
33 33 32
30 31 30
28 28 28 28 28 Kepramukaan (tali temali,
30 26 27 27 memasang tenda dan membuat
23 23 24
tandu)
20 Pengolahan air bersih

10
Pengolahan makanan
0
Lembang Parongpong Ngamprah KBB Utara

Gambar 10. Presentase Rumah Tangga yang Ikut Pelatihan Kesiapsiagaan Dalam
Menghadapi Bencana
Sumber : Kajian Kesiapsiagaan masyarakat dalam mengantisipasi bencana alam (2006)

14| Vol 11 No. 1 – 2019


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Bila dikaji menurut jarak dari dengan tindak lanjut yang cukup
sumber gempa, anggota rumah tangga memadai. Hal ini ditunjukkan dengan
yang tinggal di Kecamatan Lembang nilai indeks rencana tanggap darurat yang
banyak mengikuti pelatihan, seminar atau mencapai 60,43. Besarnya nilai ini berarti
pertemuan yang berkaitan dengan bahwa rumah tangga di lokasi penelitian
kesiapsiagaan dibandingkan dengan ini hampir siap dalam mengantisipasi
kecamatan lain. Selain itu salah satu bencana gempa bumi.
anggota rumah tangga di Kecamatan Indeks mobilisasi sumber daya di
Lembang dan Ngamprah sering daerah penelitian masih sangat rendah
mengikuti pelatihan-pelatihan seperti 43,01, terendah dari semua nilai
pertolongan pertama, evakuasi korban parameter. Kategori ini berarti termasuk
dan pengolahan makanan dibandingkan dalam kurang siap. Rendahnya indeks ini
dengan kecamatan Parongpong. Hal ini disebarkan oleh rendahnya persentase
dapat dimengerti karena rumah tangga di rumah tangga dalam meningkatkan
Kecamatan Lembang paham bahwa keterampilan dan investasi (tabungan,
daerahnya berisiko tinggi terhadap asuransi) yang berkaitan dengan
bencana gempa dari patahan lembang. kesiapsiagaan terhadap bencana gempa
bumi.
Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Gambar 11. menunjukkan hampir
Berdasarkan komposit dari ketiga kesiapsiagaan rumah tangga tercermin
parameter (pengetahuan, tanggap darurat dari ketiga kecamatan, baik yang barada
dan mobilisasi sumbe daya), indeks di jalur patahan maupun dan dekat dari
kesiapsiagaan rumah tangga/individu di sumber potensi gempa. Nilai indek
Kabupaten Bandung Barat bagian utara kesiapsiagaan rumah tangga tertinggi
dikategorikan hampir siap dalam terdapat di Kecamatan Lembang 61,38,
mengantisipasi bencana gempa (Gambar disusul dengan Kecamatan Parongpong
11). Keadaan ini ditunjukkan dari nilai 59,15 dan Kecamatan Ngamprah 55,66,
indeks yang hanya mencapai 58,88 dari artinya rumah tangga di Kecamatan
nilai maksimum 100. Kehampirsiapan Lembang memiliki kesiapsiagaan lebih
rumah tangga ini berlaku untuk semua tinggi dibandingkan dengan Kecamatan
lokasi kajian, yaitu Kecamatan Lembang Parongpong dan Ngamprah.
dan Parongpong yang berada di jalur Peta indeks kesiapsiagaan rumah
patahan Lembang serta Kecamatan tangga di setiap lokasi penelitian sebagai
Ngamprah yang dekat dengan patahan bahan untuk melakukan evaluasi untuk
lembang. Nilai indeks tertinggi di menentukan prioritas lokasi yang akan
Kecamatan Lembang dan terendah di mendapatkan upaya peningkatan indeks
Kecamatan Ngamprah. kesiapsiagaan (Susanto dan Putranto,
Dari semua parameter, nilai indeks 2016) terutama di daerah yang dekat
tertinggi adalah pengetahuan tentang dengan sumber gempa. Dari Gambar 11.
kebencanaan 62,35. Nilai indeks tersebut daerah yang perlu mendapatkan prioritas
berarti penduduk mempunyai peningkatan indeks kesiapsiagaan adalah
pengetahuan yang cukup memadai semua lokasi kajian, dimulai dari
mengenai pengertian bencana, penyebab Kecamatan Ngamprah, Parongpong dan
bencana, ciri-ciri gempa kuat dan Lembang. Prioritas peningkatan indeks
tindakan yang harus dilakukan apabila kesiapsiagaan di Kecamatan Ngamprah
terjadi bencana alam (gempa bumi). adalah parameter mobilisasi sumber daya
Besarnya nilai indeks ini kemungkinan yang dikategori belum siap dan parameter
terkait dengan kejadian gempa yang pengetahuan dan rencana tanggap
pernah mereka alami, yaitu bencana darurat yang dikategori hampir siap.
gempa bumi pada tahun 2011. Nilai Sementara prioritas peningkatan indeks
indeks pengetahuan ini diikuti pula kesiapsiagaan di Kecamatan Parongpong

Pemetaan Kesiapsiagaan Rumah …..|15


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

adalah parameter mobilisasi sumber daya juga pengetahuan sudah mencapai siap.
yang dikategori kurang siap dan Berdasarkan prioritas peningkatan indeks
parameter rencana tanggap darurat sudah kesiapsiagaan di atas, maka ketika
hampir siap, dan juga parameter kecamatan tersebut menjadi prioritas
pengetahuan sudah mencapai siap. utama kegiatan sosialisasi dan penerapan
Adapun prioritas peningkatan indeks intervensi untuk meningkatkan ketahanan
kesiapsiagaan di Kecamatan Lembang masyarakat, sehingga kemampuan rumah
yang diutamakan adalah parameter tangga dalam mengantisipasi bencana
mobilisasi sumber daya yang dapat ditingkatkan untuk mengurangi
dikategorikan belum siap, dan rencana risiko bencana.
tanggap darurat sudah hampir siap, dan

Gambar 11. Indeks Kesiapsiagaan Rumah Tangga Dalam Mengantisipasi


Bencana Gempa Bumi

KESIMPULAN keterampilan dan investasi (tabungan,


Tingkat kesiapsiagaan rumah asuransi) yang berkaitan dengan
tangga/individu di daerah kawasan kesiapsiagaan terhadap bencana gempa
patahan Lembang dalam mengantisipasi bumi. Dengan sosialisasi ini diharapkan
gempa dikategorikan hampir siap (posisi dapat meningkatkan ketahanan rumah
ketiga) dibawah siap dan sangat siap. tangga sehingga selalu siap siaga dalam
Kehampirsiapan ini ditunjang oleh mengantisipasi bencana. Salah satu
parameter pengetahuan kesiapsiagaan kegiatan sosialisasi melalui peningkatkan
dan rencana tanggap darurat yang sudah pengetahuan, keterampilan dan
hampir siap, kecuali indeks mobilisasi melakukan berbagai upaya untuk
sumber daya yang masih belum siap. mengurangi risiko bencana, terutama
Untuk itu semua lokasi kajian (Kecamatan korban jiwa. Upaya meningkatkan
Ngamprah, Parongpong, Lembang) perlu kesiapsiagaan melalui sosialisasi perlu
ditingkatkan indeks kesiapsiagaan melibatkan berbagai lembaga, baik
melalui kegiatan sosialisasi dan pemerintah, LSM dan masyarakat secara
penerapan intervensi, terutama periodik atau terus-menurus agar rumah
meningkatkan kemampuan mobilisasi tangga/individu semakin siap dalam
sumber daya, seperti peningkatkan mengantisipasi bencana.

16| Vol 11 No. 1 – 2019


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

UCAPAN TERIMA KASIH Hidayati, D., Permana, H., Pribadi, K.,


Ucapkan terima kasih pertama Ismail, F., Meyer, K., Widayatun,
kepada Kepala Pusat Penelitian Handayani, T., Bustami, DA.,
Geoteknologi–LIPI, yang telah Daliyo, Fitranita, Nagib Laila,
memberikan kesempatan kepada penulis Ngadi, Kumoro Y., Rafliani I., Argo
untuk terlibat dalam kegiatan penelitian T. (2006). Kajian kesiapsiagaan
Prioritas Nasional Penilaian Risiko masyarakat dalam mengantisipasi
Bencana tahun 2018. Penulis juga bencana gempa bumi dan tsunami.
mengucapkan terima kasih kepada Kepala LIPI – UNESCO/ISDR.
Desa Cibodas, Kepala Desa Langensari,
Kepala Desa Cihanjuang Rahayu, Hidayati, D. (2008). Kesiapsiagaan
Sekretaris Desa Ngamprah dan Kepala masyarakat : paradigma baru
Desa Cilame yang telah banyak pengelolaan bencana alam di Indoensia.
memberikan informasi tentang kesiapan Jurnal Kependudukan Indonesia, Vol.
masyarakat dalam menghadapi bencana, III, No. 1, 2008.
selama penelitian ini dilakukan.
Selanjutnya ucapan terima kasih Hidayati, D., Ngadi, S.S Purwaningsih,
ditujukan kepada rekan-rekan peneliti and M. Soekarno. (2008).
Puslit Geoteknologi–LIPI yang telah Kesiapsiagaan Masyarakat dalam
membantu hingga terselenggaranya Mengantisipasi Bencana Alam di
penelitian ini. Kabupalen Cilacap. LIPI Press. ISBN:
978-979-799-287-3.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Nasional Penanggulangan Hidayati D., Widayatun, Hartana, P.,
Bencana. (2017). Buku saku tanggap Triyono. Kusumawati T. (2011).
tangkas tangguh menghadapi Panduan mengukur kesiapsiagaan
bencana. BNPB. masyarakat dan komunitas sekolah.
LIPI. ISBN : 978-979-799-677-2.
Badan Pusat Statistik. (2017). Kabupaten
Bandung Barat dalam Angka 2017, Maipark. (2015). Terlelap didamainya
BPS Kabupaten Bandung Barat. sesar Lembang. Waspada Edisi 23,
Juli-Desember 2015.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan
Geofisika (2017). Penjelasan BMKG Meilano I., Abidin, H.Z., Abidin, Andreas
Terkait Hasil Kajian Sesar Lembang H., Gumilar I., Sarsito D., Hanifa R.,
yang Berpotensi Memicu Gempa Rino, Harjono H., Kato T. (2012). Slip
Berkekuatan M=6.8. Diunduh: rate estimation of the Lembang fault
http://www.bmkg.go.id/press-rele West Java from from geodetic
ase/?p=penjelasan-bmkg-terkait-ha observation. Journal of Disaster
sil-kajian-sesar-lembang-yang-ber Research Vol. 7, No.1, 2012.
potensi-memicu-gempa-berkekua
tan-m6-8&lang=ID. [10 September Nagib, L., D. Asiati, A. Latifa, dan
2018]. Mujiyani. (2007). Kesiapsiagaan
Masyarakat dalam Mengantisipasi
Daryono, M. R. (2016). Paleoseismologi Bencana Alam di Kabupaten Padang
Tropis Indonesia (Dengan Studi Pariaman. Pusat Penelitian
Kasus di Sesar Sumatra, Sesar Oseanografi - LIPI.
Palukoro-Matano, dan Sesar
Lembang). Disertasi Program Silitonga, P.H. (1973). Peta Geologi
Doktor, Institut Teknologi Bandung. Lembar Bandung skala 1:100.000,

Pemetaan Kesiapsiagaan Rumah …..|17


Available at http://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/geo
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Pusat Penelitian dan Pengembangan Reduction (AIFDR) Project Report,


Geologi. Jakarta, 22 pp.

Sungkawa, D. (2016). Dampak Gempa Yulianto, E. (2012). Di Langit Pasir Halang


Bumi terhadap lingkungan hidup, Bulan Temaram.
Diunduh Diunduh :
http://download.portalgaruda.org/ http://wiki.openstreetmap.org/w/i
article.php?article=436514&val=8426 mages/2/2e/Diseminasi_PRB_Sesar
&title=DAMPAK%20GEMPA%20B _Lembang.pdf. [23 Juli 2018].
UMI%20TERHADAP%20LINGKUN
GAN%20HIDUP. [25 Juni 2018].

Sulaeman C., dan Hidayati, S. (2011).


Gempa Bumi Bandung 22 Juli 2011.
Jurnal Lingkungan dan Bencana
Geologi. Vol. 2 No 3, Desember
2011: 185-190. ISSN: 2502-8804.

Susanto, N., dan Putranto, T.T. (2016).


Analisis Level Kesiapan Warga
Menghadapi Potensi Bencana
Longsor Kota Semarang. TEKNIK,
p-ISSN 0852-1697, e-ISSN: 2460-
9919.
doi:10.14710/teknik.v37n2.9815.
Diunduh:
https://www.researchgate.net/pub
lication/313317719_Analisis_Level_
Kesiapan_Warga_Menghadapi_Pote
nsi_Bencana_Longsor_Kota_Semara
ng. [5 September 2018].

Triyono, Kurniah, Andriana, N.,


Kusumawati, T., Hardianto, N.
(2014). Pedoman Kesiapsiagaan
Menghadapi Gempa Bumi dan
Tsunami. BNPB-LIPI.

Sutton, J., and Tierney, K. (2006). Disaster


Preparedness: Concepts, Guindance and
Research. Colorado: University of
Colorado.

Undang-undang No 24 tahun 2017


tentang Penanggulangan Bencana.

Yulianto, E. (2011). Understanding the


Earthquake Threat to Bandung from
the Lembang fault, Australia-
Indonesia Facility for Disaster

18| Vol 11 No. 1 – 2019

Anda mungkin juga menyukai