Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi potensi lokal desa-desa di pesisir
Provinsi Bengkulu bagian utara dalam rangka meningkatkan mitigasi kesiapsiagaan
terhadap ancaman bencana tsunami, sehingga suatu saat dapat menjadi desa siaga bencana
yang mandiri. Metode penelitian yang digunakan adalah survey langsung dilapangan di 10
desa pesisir yang terancam bahaya tsunami yang meliputi: pemetaan ketinggian, pemetaan
run-up/jangkauan tsunami, geologi, muara sungai, vegetasi hutan pantai, logistik, kepadatan
penduduk, infrastruktur jalur evakuasi, tempat berkumpul, pengetahuan mitigasi penduduk
dan tingkat kesiapsiagaan desa. Potensi lokal desa yang dapat dioptimalkan secara langsung
adalah beberapa bukit disekitar perkampungan penduduk dengan ketinggian 20-30 meter.
Sepuluh desa tersebut tingkat kesiapsiagaan terhadap ancaman bahaya tsunami masih
rendah dengan tingkat kesiapsiagaan: Desa Pondok Kelapa 10 %, Palik 40 %, Lais-Lubuk
Tanjung 33 %, Serangai 43 %, Pasar Ketahun 35 %, Air Rami 15 %, Pasar Ipuh 20 %, Pasar
Bantal 54 %, Pantai Indah 52 % dan Bandar Ratu 50 %. Sepuluh desa tersebut sangat
memerlukan penanganan khusus untuk meningkatkan mitigasi kesiapsiagaannya.
korban bisa dikurangi jika dilakukan begitu besar?. Apakah tidak ada tindakan-
persiapan untuk menghindari bencana, tindakan preventif untuk meminimalkan
mitigasi, perencanaan dan kewaspadaan jumlah korban tersebut?. Secara histografi,
dalam menghadapi bencana. Saat ini dunia Indonesia merupakan wilayah langganan
menghadapi berbagai bencana dalam skala gempa bumi dan tsunami. Pasca meletusnya
yang tidak bisa diprediksi. "Dalam dua Gunung Krakatau yang menimbulkan
dekade terakhir, setiap tahun lebih dari 260 tsunami besar di tahun 1883, setidaknya
juta orang terkena bencana alam dengan telah terjadi 17 bencana tsunami besar di
kerugian 67 juta dollar AS dan korban jiwa Indonesia selama hampir satu abad dari
rata-rata 60.000 orang. tahun 1900 sampai 1996.
Faktor risiko bencana adalah rendahnya Bencana gempa dan tsunami besar yang
tingkat pembangunan sumber daya terakhir terjadi pada akhir 2004 di Aceh dan
manusia, kerentanan sosiopolitik, ledakan sebagian Sumatera Utara. Lebih dari
demografi dan kelemahan perencanaan 250.000 orang meninggal dunia hanya
kota, kerusakan lingkungan dan perubahan dalam waktu sekejab. Akhir bulan Mei
iklim, kurang hati-hati dalam menggunakan 2006, Yogyakarta dan sebagian Jawa
teknologi berisiko tinggi ( Kompas, 11-6- Tengah diporakporandakan gempa bumi,
2007). dengan korban meningggal mencapai 6.000
Periode ulang gempabumi di Sumatra orang lebih. Sepanjang tahun 2007 dan
Selatan berkisar antara 8-34 tahun dengan 2008 gempa-gempa terus terjadi, tanggal 12
nilai tengah 21 tahun. Gempa pada tahun September 2007 gempa besar terjadi di
1979 di Bengkulu yang cukup besar dengan Bengkulu. Beberapa gempa besar terjadi
M=5.8, MMI=VIII, sedangkan gempa sepanjang tahun 2008 di Maluku, Sulawesi
berikutnya adalah Juni 2000 dan baru-baru ini bulan Februari 2009
(1979+21tahun) (Sulaiman R. dan Pasaribu terjadi gempa besar di Kepulauan Talaud
R.2003). Sulawesi Utara. Indonesia memiliki sekitar
Di sisi lain, hasil sementara penelitian 28 wilayah yang rawan dilanda tsunami.
paleotsunami LIPI 2005 menemukan Tentunya bukan pekerjaan yang gampang
tsunami di masa lalu pernah melanda bagi pemerintah untuk 'menata ulang'
pesisir Pulau Simeulue, Padang, Bengkulu, kawasan pantai agar menjadi 'kawasan
Lampung, Banten, Cilacap dan Maumere. bebas hunian'. Wilayah rawan tsunami
Temuan tersebut menambah informasi sebanyak itu antara lain meliputi Nangroe
seputar ancaman tsunami di masa depan, Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara,
khususnya bagaimana cara mengevakuasi Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung-
masyarakat di lokasi bencana (Republika, Banten, Jawa Tengah bagian selatan, Jawa
2007). Timur bagian selatan. Kemudian Nusa
Tantangan yang dihadapi Indonesia Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
sebagai negara yang memiliki banyak Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
gempa dan tsunami, membutuhkan tindakan Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan,
persiapan rasional pada kesiapan berbeda di Biak-Yapen, Fak-fak dan
setiap tingkatan yang berbeda pula pada Balikpapan.Tercatat dari tahun 1900 sampai
masyarakat sebagai persiapan masyarakat 1996 saja terjadi 17 bencana tsunami besar
untuk kesiagaan bencana. (Irina, 2009) di Indonesia (Puspito N., 2005).
Bencana gempabumi dan tsunami masih Pastikan Anda dan keluarga tahu jalan
menjadi ancaman serius di Indonesia. yang paling aman untuk keluar dari rumah
Khususnya di Bengkulu. Pertanyaan besar saat gempa. Jika Anda berencana
untuk kita, mengapa hingga sekarang meninggalkan daerah atau desa, rencanakan
jumlah korban bencana gempa dan tsunami beberapa jalan dengan memperhitungkan
kemungkinan beberapa jalan yang putus masyarakat tentang bahaya dan resiko
atau tertutup akibat gempa. jika ancaman bencana; (2) mempercepat pembentukan
tsunami terjadi, maka jarak antara jejaring siaga bencana berbasis masyarakat;
berhentinya getaran gempa dengan (3) mengorganisir potensi masyarakat
kedatangan gelombang pertama adalah 20- terlatihnya siaga bencana; (4) masyarakat
30 menit, maka upayakan memilih jalur agar mampu mengelola sumber daya,
evakuasi yang bisa ditempuh dalam waktu wilayah, potensi dan sumber serta
20-30 menit untuk mencapai tempat aman. menganalisa untuk penanggulangan
Dalam keadaan anggota keluarga terpencar, bencana;
misalnya ibu di rumah, ayah di tempat Selain pemetaan, jalur evakuasi dan
kerja, sementara anak-anak di sekolah saat bukit atau bangunan untuk penyelamatan
gempa terjadi, tentukan tempat bertemu. saat tsunami, harusnya juga sudah
Prioritas pertama semestinya lokasi yang disiapkan, terutama di daerah rentan
aman dan dekat rumah. Tempat ini biasanya tsunami, seperti Padang, Bengkulu, Selatan
menjadi tempat anggota keluarga bertemu Jawa, Bali, dan Aceh (Kompas 22-6-2007).
pada keadaan darurat. Tempat kedua dapat Pengetahuan lokal penduduk desa
berupa bangunan atau taman di luar desa, tercipta menurut kepercayaan, nilai dan
digunakan dalam keadaan anggota keluarga praktik masyarakat dengan cara yang
tidak bisa kembali ke rumah. Setiap orang berbeda. Perbedaan cara siaga bencana ini
mestinya tahu tempat tersebut. disampaikan masyarakat lokal secara turun
Patra lebih memfokuskan perhatian pada temurun seperi dalam bentuk nyanyian,
kebijakan pemerintah yang berpihak pada cerita daerah atau dalam bentuk praktek
kebutuhan masyarakat, seperti pembuatan berlari menuju tempat yang tinggi.
peta resiko bencana untuk seluruh daerah Hasil penelitian tentang tingkat
yang mungkin terpapar tsunami. Kemudian pengetahuan mitigasi penduduk Bengkulu
penyempurnaan sistem peringatan dini, yang bermukim di daerah pesisir sebagai
rencana kontinjensi dan protap tanggap berikut: siswa SMP baru memiliki skor
darurat. Atau mendorong pemerintah dalam berkisar 55 – 65 artinya masih memiliki
penyediaan dan perbaikan infrastruktur pengetahuan mitigasi yang rendah, siswa
pendukung evakuasi seperti: jalan, SMA dengan skor berkisar 65 -68 artinya
jembatan, bangunan tinggi, dan lainnya pengetahuan mitigasinya dalam taraf
(Patra R. D., 2011). Untuk menyikapi sedang, untuk mahasiswa dengan skor
kemungkinan terjadinya bencana alam berkisar 75 yang artinya baru taraf cukup
seperti gempa dan tsunam, Kabupaten (Suwarsono, 2002). Sedangkan untuk
Padang Pariaman menyikapinya dengan antisipasi bencana gempabumi dan tsunami
berbagai upaya untuk menimalisir resiko karena menyangkut jiwa manusia harusnya
bencana. Salah satunya dengan membentuk pengetahuan mitigasinya berada dalam
nagari-nagari siaga bencana. (Mukhni A. taraf minimal baik atau lebih bagus jika
2011). mencapai tingkatan sangat baik.
Adapun maksud penyelenggaraan Penelitian lain menunjukkan bahwa
Kampung Siaga Bencana (KSB) adalah untuk pengetahuan mitigasi gempabumi
untuk mempercepat proses siaga bencana dan tsunami ibu rumah tangga di Bengkulu
nasional bagi seluruh masyarakat melalui baru mencapai taraf sedang yaitu memiliki
peningkatan kapasitas masyarakat dalam skor berkisar 65 – 68. Pada kenyataannya
kesiapsiagaan bencana. Tujuan pemerintah ibu rumah tangga termasuk beresiko tinggi,
diadakannya Kampung Siaga Bencana mengingat komunitas ini yang paling
(KSB) ini adalah : (1) mempercepat proses banyak tinggal di rumah, sehingga selain
pemahaman untuk meningkatkan kesadaran bahaya gempa bumi dan tsunami yang
atau bangunan untuk penyelamatan saat c. Peta jaringan jalan, sungai dan
tsunami, menurut Danny, harusnya juga jembatan serta bangunan.
sudah disiapkan, terutama di daerah rentan d. Jalur jalan evakuasi menuju tempat
tsunami, seperti Padang, Bengkulu, selatan tinggi/bukit, jauh dari pantai dan
Jawa, Bali, dan Aceh (Kompas 22-6-2007). aman baik evakuasi secara
Menurut Pedro Arcos Gonzalez, guru horisontal maupun evakuasi secara
besar dari Unit Riset tentang Keadaan vertikal.
Darurat dan Bencana, Departemen e. Gedung/bangunan untuk
Kedokteran, Universitas Oviedo, Spanyol, penampungan sementara (gudang,
saat ini dunia menghadapi berbagai bencana sekolah, masjid/gereja atau tempat
dalam skala yang tidak bisa diprediksi. ibadah lainnya, balai desa dll.
"Dalam dua dekade terakhir, setiap tahun f. Peta potensi gempa, modeling run-
lebih dari 260 juta orang terkena bencana up genangan air tsunami
alam dengan kerugian 67 juta dollar AS dan g. Kondisi hutan (vegetasi)
korban jiwa rata-rata 60.000 orang. h. Geometri sungai
Faktor risiko bencana adalah rendahnya i. Morfologi garis pantai dan muara
tingkat pembangunan sumber daya sungai.
manusia, kerentanan sosiopolitik, ledakan j. Geologi
demografi dan kelemahan perencanaan k. Topografi (ketinggian: Theodolit;
kota, kerusakan lingkungan dan perubahan koordinat: GPS; Kompas Geologi)
iklim, kurang hati-hati dalam menggunakan l. Menginventarisir sumber daya
teknologi berisiko tinggi ( Kompas, 11-6- logistik yang ada dalam rangka
2007). menuju desa siaga mandiri
4. Menelusuri semua jalur jalan desa yang
METODE PENELITIAN dirancang untuk jalur evakuasi,
ditambahkan informasi yang penting
Lokasi penelitian adalah: sepuluh desa- seperti: nama tempat gedung, kantor
desa sepanjang daerah pesisir Provinsi pemerintah, lapangan, bukit, nama desa,
Bengkulu bagian utara (dalam tulisan ini tempat ibadah, sekolah, Puskesmas,
karena keterbatasan ruang hanya dimuat kantor Polisi, gedung pertemuan yang
tiga desa). Penelitian ini menggunakan mudah dikenal masyarakat sebagai
metode survey langsung ke lapangan di pengenal.
desa-desa daerah pesisir Provinsi Bengkulu, 5. Membuat peta evakuasi desa (digitasi,
dengan langkah-langkah sebagai berikut: editing, ploting), berdasarkan informasi
1. Menyiapkan peta dasar dan statistik semua pengamatan penting di lapangan
daerah pesisir Provinsi Bengkulu secara proporsional digambarkan pada
2. Mengumpulkan hasil penelitian peta. Peta tetap harus ditampilkan
sebelumnya yang mendukung (lihat sederhana, menarik dan informatif.
daftar pustaka). 6. Membuat rekomendasi segala sesuatu
3. Mendata potensi lokal yang dimiliki yang harus dilakukan untuk
setiap desa untuk keperluan evakuasi mewujudkan desa siaga bencana
dan mitigasi: mandiri yang dituangkan dalam‖
a. Tempat-tempat yang memiliki pedoman/panduan mitigasi bencana
ketinggian lebih dari 10 meter di tsunami berbasis keunggulan potensi
atas permukaan air laut. desa menuju desa siaga bencana
b. Jumlah penduduk, sebaran mandiri‖. Ditargetkan untuk tahun
kepadatan dan setiap desa pertama sebanyak 10 desa di Provinsi
Bengkulu bagian utara, mengingat desa-
desa di wilayah tersebut yang memiliki penduduk disini akan siap siaga untuk
kerentanan lebih tinggi mengingat mengungsi ke tempat berkumpul yang
aktivitas segmen Mentawai yang sudah letaknya sekitar 500 meter ke tempat yang
memasuki periode perulangan tsunami lebih tinggi di sebelah timur (lihat peta jalur
antara 100-200 tahun sejak tahun 1833. evakuasi lampiran 1), terutama anak-anak
dan kaum ibunya. Sementara bapak-
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan bapaknya melihat dulu ke pantai apakah air
masyarakat terhadap mitigasi bahaya laut surut atau tidak, sambil menjaga
Tsunami digunakan metoda pendekatan rumah, masing-masing‖. Dari pernyataan
kualitatif diskriptif. Data diperoleh dari ini bisa diketahui bahwa masyarakat yang
informasi yang diberikan beberapa bermukim tidak jauh dari pantai (desa
penduduk setempat dengan cara wawancara nelayan), pada umumnya telah sadar
mendalam untuk mendapatkan informasi tentang bahaya tsunami yang mengancam
sedalam mungkin. Beberapa kriteria yang desanya, terutama ketika terjadi gempa
menjadi pegangan untuk menetapkan yang dirasakan cukup besar.
seorang yang akan diwawancara yaitu: Semua informan yang ditanyai mengaku,
1. Informan telah lama dan secara bahwa mereka mengetahui betapa
intensif menyatu dengan kegiatan atau bahayanya dampak Tsunami, karena
masyarakat yang diteliti. mereka melihat di televisi ketika Tsunami
2. Informan sampai masih terlibat secara terjadi di Aceh. Dengan demikian dapat
intensif dengan kegiatan atau disimpulkan bahwa peristiwa Tsunami
masyarakat yang diteliti Aceh, merupakan pelajaran yang sangat
3. Informan adalah tokoh masyarakat berharga bagi masyarakat yang bermukim
(perangkat desa, tokoh pemuda, tokoh di sekitar pantai Propinsi Bengkulu.
agama) dan atau yang mempunyai Apalagi masyarakat nelayan yang pernah
hubungan luas di dalam komunitasnya mengalami sendiri, walaupun itu hanya
(pemiliki warung, toke ikan, pemilik Tsunami kecil yang terjadi pada tahun
kapal dan lain-lain) 2007. Keterangan ini membuktikan bahwa
4. Informan mempunyai cukup waktu penduduk Pasar Bantal , Pasar Ketahun dan
atau kesempatan untuk dimintai Serangai telah tahu tentang bahaya tsunami
keterangan. dan bagaimana mengatasinya, karena
mereka telah mengalami sendiri, belajar
HASIL DAN PEMBAHASAN dari pengalaman tsunami di Aceh, dan dari
sosialisasi pihak pemerintah Provinsi dan
Desa Pasar Bantal, Pasar Ketahun dan Kabupaten melalui BPBD, walaupun itu
Serangai secara geografi sangat berbahaya dilakukan belum secara rutin.
terhadap bahaya Tsunami, karena letaknya
hanya sekitar 50-300 meter dari garis
pantai, datar, dan di lalui atau bahkan
dikelilingi sungai: Air Bantal, Air ketahun
dan Air Serangai yang cukup besar.
Salah satu informan yang juga salah
seorang anggota TAGANA (tanggap
bencana alam) di desa Pasar Bantal yang
tinggal di rumah panggung seperti gambar:
1 mengatakan: ―sebagian besar penduduk di
desa ini sadar bahwa pemukimannya rawan
Tsunami, ketika terjadi gempa besar, semua Gbr.1 rumah panggung Nelayan Pasar Bantal