Anda di halaman 1dari 9

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Optimalisasi Potensi Lokal Desa Rawan Bahaya Tsunami


dalam Rangka Mitigasi Menuju Terwujudnya Desa Siaga
Bencana Mandiri di Pesisir Provinsi Bengkulu(*)
Suwarsono*, Basuki Sigit**, Supiyati * dan Yulian Fauzi*
*Dosen Fakultas MIPA Universitas Bengkulu
**Dosen Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi potensi lokal desa-desa di pesisir
Provinsi Bengkulu bagian utara dalam rangka meningkatkan mitigasi kesiapsiagaan
terhadap ancaman bencana tsunami, sehingga suatu saat dapat menjadi desa siaga bencana
yang mandiri. Metode penelitian yang digunakan adalah survey langsung dilapangan di 10
desa pesisir yang terancam bahaya tsunami yang meliputi: pemetaan ketinggian, pemetaan
run-up/jangkauan tsunami, geologi, muara sungai, vegetasi hutan pantai, logistik, kepadatan
penduduk, infrastruktur jalur evakuasi, tempat berkumpul, pengetahuan mitigasi penduduk
dan tingkat kesiapsiagaan desa. Potensi lokal desa yang dapat dioptimalkan secara langsung
adalah beberapa bukit disekitar perkampungan penduduk dengan ketinggian 20-30 meter.
Sepuluh desa tersebut tingkat kesiapsiagaan terhadap ancaman bahaya tsunami masih
rendah dengan tingkat kesiapsiagaan: Desa Pondok Kelapa 10 %, Palik 40 %, Lais-Lubuk
Tanjung 33 %, Serangai 43 %, Pasar Ketahun 35 %, Air Rami 15 %, Pasar Ipuh 20 %, Pasar
Bantal 54 %, Pantai Indah 52 % dan Bandar Ratu 50 %. Sepuluh desa tersebut sangat
memerlukan penanganan khusus untuk meningkatkan mitigasi kesiapsiagaannya.

Keywords: optimalisasi, potensi lokal, tsunami, mitigasi, siaga bencana.

PENDAHULUAN Gempa di patahan Mentawai dipastikan


Dari catatan BMKG selama Oktober akan terjadi walaupun kepastian waktunya
hingga November 2010, Bengkulu sudah belum bisa ditentukan. Terpenting adalah
diguncang 452 kali gempa, yang paling bagaimana menyiapkan infrastruktur kota
dominan adalah gempa laut di samudera dan kesiapan masyarakat (Kompas 23-6-
Hindia yang diakibatkan gesekan dua 2007).
lempeng aktif Eurasia dan Indoaustralia Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
(Dadang P., 2009). Di kawasan patahan Bencana Geologi (DVMBG) Departemen
Kepulauan Mentawai ini tahun 1797 dan Energi dan Sumber Daya Mineral
1833 terjadi gempa berkekuatan lebih dari 9 menunjukan bahwa ada 28 wilayah di
skala Richter. Nyaris selama 200 tahun, di Indonesia yang dinyatakan rawan gempa
segmen itu tidak terjadi lagi pelepasan dan tsunami. Di antaranya NAD, Sumatra
energi yang cukup besar. Daerah yang Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Lampung,
berpotensi tsunami saat terjadi gempa di Banten, Jateng dan DIY bagian Selatan,
patahan ini adalah Padang dan Bengkulu. Jatim bagian Selatan, Bali, NTB dan NTT.
Dari simulasi yang baru saja dilakukan Kemudian Sulut, Sulteng, Sulsel, Maluku
diketahui bahwa jika terjadi tsunami, Utara, Maluku Selatan, Biak, Yapen dan
ketinggian air laut di Bengkulu 5-10 Fak-Fak di Papua serta Balikpapan Kaltim
meter, sedangkan di Padang sekitar 2-4 (Badan Geologi, 2007). Indonesia tergolong
meter. Simulasi dilakukan dengan mengacu di antara negara Asia yang paling rawan
pada kekuatan gempa yang melanda bencana, lebih dari 75 persen korban
patahan Mentawai tahun 1797 dan 1833. bencana tinggal di Asia. Namun, jumlah

Semirata 2013 FMIPA Unila |65


Suwarsono: Optimalisasi Potensi Lokal Desa Rawan Bahaya Tsunami dalam Rangka
Mitigasi Menuju Terwujudnya Desa Siaga Bencana Mandiri di Pesisir Provinsi
Bengkulu

korban bisa dikurangi jika dilakukan begitu besar?. Apakah tidak ada tindakan-
persiapan untuk menghindari bencana, tindakan preventif untuk meminimalkan
mitigasi, perencanaan dan kewaspadaan jumlah korban tersebut?. Secara histografi,
dalam menghadapi bencana. Saat ini dunia Indonesia merupakan wilayah langganan
menghadapi berbagai bencana dalam skala gempa bumi dan tsunami. Pasca meletusnya
yang tidak bisa diprediksi. "Dalam dua Gunung Krakatau yang menimbulkan
dekade terakhir, setiap tahun lebih dari 260 tsunami besar di tahun 1883, setidaknya
juta orang terkena bencana alam dengan telah terjadi 17 bencana tsunami besar di
kerugian 67 juta dollar AS dan korban jiwa Indonesia selama hampir satu abad dari
rata-rata 60.000 orang. tahun 1900 sampai 1996.
Faktor risiko bencana adalah rendahnya Bencana gempa dan tsunami besar yang
tingkat pembangunan sumber daya terakhir terjadi pada akhir 2004 di Aceh dan
manusia, kerentanan sosiopolitik, ledakan sebagian Sumatera Utara. Lebih dari
demografi dan kelemahan perencanaan 250.000 orang meninggal dunia hanya
kota, kerusakan lingkungan dan perubahan dalam waktu sekejab. Akhir bulan Mei
iklim, kurang hati-hati dalam menggunakan 2006, Yogyakarta dan sebagian Jawa
teknologi berisiko tinggi ( Kompas, 11-6- Tengah diporakporandakan gempa bumi,
2007). dengan korban meningggal mencapai 6.000
Periode ulang gempabumi di Sumatra orang lebih. Sepanjang tahun 2007 dan
Selatan berkisar antara 8-34 tahun dengan 2008 gempa-gempa terus terjadi, tanggal 12
nilai tengah 21 tahun. Gempa pada tahun September 2007 gempa besar terjadi di
1979 di Bengkulu yang cukup besar dengan Bengkulu. Beberapa gempa besar terjadi
M=5.8, MMI=VIII, sedangkan gempa sepanjang tahun 2008 di Maluku, Sulawesi
berikutnya adalah Juni 2000 dan baru-baru ini bulan Februari 2009
(1979+21tahun) (Sulaiman R. dan Pasaribu terjadi gempa besar di Kepulauan Talaud
R.2003). Sulawesi Utara. Indonesia memiliki sekitar
Di sisi lain, hasil sementara penelitian 28 wilayah yang rawan dilanda tsunami.
paleotsunami LIPI 2005 menemukan Tentunya bukan pekerjaan yang gampang
tsunami di masa lalu pernah melanda bagi pemerintah untuk 'menata ulang'
pesisir Pulau Simeulue, Padang, Bengkulu, kawasan pantai agar menjadi 'kawasan
Lampung, Banten, Cilacap dan Maumere. bebas hunian'. Wilayah rawan tsunami
Temuan tersebut menambah informasi sebanyak itu antara lain meliputi Nangroe
seputar ancaman tsunami di masa depan, Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara,
khususnya bagaimana cara mengevakuasi Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung-
masyarakat di lokasi bencana (Republika, Banten, Jawa Tengah bagian selatan, Jawa
2007). Timur bagian selatan. Kemudian Nusa
Tantangan yang dihadapi Indonesia Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
sebagai negara yang memiliki banyak Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi
gempa dan tsunami, membutuhkan tindakan Selatan, Maluku Utara, Maluku Selatan,
persiapan rasional pada kesiapan berbeda di Biak-Yapen, Fak-fak dan
setiap tingkatan yang berbeda pula pada Balikpapan.Tercatat dari tahun 1900 sampai
masyarakat sebagai persiapan masyarakat 1996 saja terjadi 17 bencana tsunami besar
untuk kesiagaan bencana. (Irina, 2009) di Indonesia (Puspito N., 2005).
Bencana gempabumi dan tsunami masih Pastikan Anda dan keluarga tahu jalan
menjadi ancaman serius di Indonesia. yang paling aman untuk keluar dari rumah
Khususnya di Bengkulu. Pertanyaan besar saat gempa. Jika Anda berencana
untuk kita, mengapa hingga sekarang meninggalkan daerah atau desa, rencanakan
jumlah korban bencana gempa dan tsunami beberapa jalan dengan memperhitungkan

66| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

kemungkinan beberapa jalan yang putus masyarakat tentang bahaya dan resiko
atau tertutup akibat gempa. jika ancaman bencana; (2) mempercepat pembentukan
tsunami terjadi, maka jarak antara jejaring siaga bencana berbasis masyarakat;
berhentinya getaran gempa dengan (3) mengorganisir potensi masyarakat
kedatangan gelombang pertama adalah 20- terlatihnya siaga bencana; (4) masyarakat
30 menit, maka upayakan memilih jalur agar mampu mengelola sumber daya,
evakuasi yang bisa ditempuh dalam waktu wilayah, potensi dan sumber serta
20-30 menit untuk mencapai tempat aman. menganalisa untuk penanggulangan
Dalam keadaan anggota keluarga terpencar, bencana;
misalnya ibu di rumah, ayah di tempat Selain pemetaan, jalur evakuasi dan
kerja, sementara anak-anak di sekolah saat bukit atau bangunan untuk penyelamatan
gempa terjadi, tentukan tempat bertemu. saat tsunami, harusnya juga sudah
Prioritas pertama semestinya lokasi yang disiapkan, terutama di daerah rentan
aman dan dekat rumah. Tempat ini biasanya tsunami, seperti Padang, Bengkulu, Selatan
menjadi tempat anggota keluarga bertemu Jawa, Bali, dan Aceh (Kompas 22-6-2007).
pada keadaan darurat. Tempat kedua dapat Pengetahuan lokal penduduk desa
berupa bangunan atau taman di luar desa, tercipta menurut kepercayaan, nilai dan
digunakan dalam keadaan anggota keluarga praktik masyarakat dengan cara yang
tidak bisa kembali ke rumah. Setiap orang berbeda. Perbedaan cara siaga bencana ini
mestinya tahu tempat tersebut. disampaikan masyarakat lokal secara turun
Patra lebih memfokuskan perhatian pada temurun seperi dalam bentuk nyanyian,
kebijakan pemerintah yang berpihak pada cerita daerah atau dalam bentuk praktek
kebutuhan masyarakat, seperti pembuatan berlari menuju tempat yang tinggi.
peta resiko bencana untuk seluruh daerah Hasil penelitian tentang tingkat
yang mungkin terpapar tsunami. Kemudian pengetahuan mitigasi penduduk Bengkulu
penyempurnaan sistem peringatan dini, yang bermukim di daerah pesisir sebagai
rencana kontinjensi dan protap tanggap berikut: siswa SMP baru memiliki skor
darurat. Atau mendorong pemerintah dalam berkisar 55 – 65 artinya masih memiliki
penyediaan dan perbaikan infrastruktur pengetahuan mitigasi yang rendah, siswa
pendukung evakuasi seperti: jalan, SMA dengan skor berkisar 65 -68 artinya
jembatan, bangunan tinggi, dan lainnya pengetahuan mitigasinya dalam taraf
(Patra R. D., 2011). Untuk menyikapi sedang, untuk mahasiswa dengan skor
kemungkinan terjadinya bencana alam berkisar 75 yang artinya baru taraf cukup
seperti gempa dan tsunam, Kabupaten (Suwarsono, 2002). Sedangkan untuk
Padang Pariaman menyikapinya dengan antisipasi bencana gempabumi dan tsunami
berbagai upaya untuk menimalisir resiko karena menyangkut jiwa manusia harusnya
bencana. Salah satunya dengan membentuk pengetahuan mitigasinya berada dalam
nagari-nagari siaga bencana. (Mukhni A. taraf minimal baik atau lebih bagus jika
2011). mencapai tingkatan sangat baik.
Adapun maksud penyelenggaraan Penelitian lain menunjukkan bahwa
Kampung Siaga Bencana (KSB) adalah untuk pengetahuan mitigasi gempabumi
untuk mempercepat proses siaga bencana dan tsunami ibu rumah tangga di Bengkulu
nasional bagi seluruh masyarakat melalui baru mencapai taraf sedang yaitu memiliki
peningkatan kapasitas masyarakat dalam skor berkisar 65 – 68. Pada kenyataannya
kesiapsiagaan bencana. Tujuan pemerintah ibu rumah tangga termasuk beresiko tinggi,
diadakannya Kampung Siaga Bencana mengingat komunitas ini yang paling
(KSB) ini adalah : (1) mempercepat proses banyak tinggal di rumah, sehingga selain
pemahaman untuk meningkatkan kesadaran bahaya gempa bumi dan tsunami yang

Semirata 2013 FMIPA Unila |67


Suwarsono: Optimalisasi Potensi Lokal Desa Rawan Bahaya Tsunami dalam Rangka
Mitigasi Menuju Terwujudnya Desa Siaga Bencana Mandiri di Pesisir Provinsi
Bengkulu

Garis Bahaya Kawasan dan tsunami serta geologi, segmen


ketinggian Mentawai berada pada periode waktu
perulangan sekitar 175 tahunan . Daerah ini
1-5 meter 1 AWAS pernah dilanda tsunami besar pada tahun
1833 dan akhir-akhir ini aktivitas gempa
5-10 meter 2 WASPADA meningkat tajam di daerah ini. Masalah lain
10-15 3 AMAN
konsentrasi pemukiman penduduk banyak
SEMENTARA di sepanjang kawasan pantai, karena
matapencaharian mereka kebanyakan
Diatas 15 4 AMAN sebagai petani dan nelayan.
meter Menyusun dan merancang peta jalur
(PermanaH.dkk,2007). evakuasi sebagai berikut (Permana H. dkk.
2007):
paling berbahaya adalah tertimpa 1. Jalur evakuasi dirancang menjauhi garis
reruntuhan bangunan rumah (Suwarsono, pantai dan menjauhi aliran sungai,
2003). prioritaskan penduduk dari kawasan
Untuk pembuatan peta jalur evakuasi bahaya 1 (awas) dan bahaya 2
secara cepat, pembagian zonasi kerawanan (waspada).
mempergunakan garis ketinggian (kontur) 2. Jalur evakuasi disarankan tidakmelintasi
permukaan tanah untuk dijadikan acuan. sungai atau jembatan
Klasifikasi praktis daerah rawan tsunami 3. Supaya tidak terjadi penumpukan masa
yaitu: dibuat beberapa jalur evakuasi paralel.
Peta dibuat dengan menggunakan Prioritaskan daerah pantai yang
persamaan Bretschneider dan Wybro terbukatanpa pepohonan tertutup (nyiur,
yang mendeskripsikan :-jangkauan cemara pantai, manggrove) atau tanpa
maksimal genangan tsunami ke daratan (X batu karang atau gumuk pasir.
max)-sebagai fungsi dari tinggi tsunami di 4. Di daerah berpendudk padat, dirancang
pantai (yo) dalam bentuk log X max = log jalur evakuasi berupa sisitim blok yang
1400 +(4/3) log (yo/10), dengan X max dan dibatasi oleh aliran sunga, dimana
yo dalam meter. pergerakan masa setiap blok tidak
Asumsi yang digunakan Bretschneider bercampur dengan blok lainnya untuk
dan Wybro adalah pantai yang landai, menghindari kemacetan.
berpasir, dan ditumbuhi vegetasi yang tidak 5. Di daerah terlalu landai dimana tempat
rapat. Maka :- kawasan bahaya 1 (0 - 1,5 tinggi cukup jauh, dibuat sistim
km) adalah yang menderita genangan akibat kawasan aman sementara berupa
yo = 10 meter,- kawasan bahaya 2 (1,5 - 3,5 bangunan-bangunan yang
km) akibat yo =20meter - kawasan bahaya direkomendasikan aman sebagai tempat
3 (3,5 - 7,5 km) akibat yo = 34 meter. evakuasi sementara evakuasi vertikal).
Tsunami setinggi 10 meter lebih sering 6. Dalam setiap jalur evakuasi diperlukan
terjadi dibanding tsunami 2-0 meter, rambu-rambu evakuasi untuk memandu
apalagi 34 meter (yang ini kasus Aceh dan pengungsi menuju tempat aman.
asumsinya worst-case scenario) (Hermanto 7. Tersedianya tempat akhir evakuasi di
D., 2005). tempat aman terdekat atau bangunan
Kawasan sepanjang pesisir barat yang mendapat rekomendasi, tempat
Bengkulu merupakan daerah paling rawan evakuasi dapatberupa lapangan gedung
saat ini, karena daerah ini paling dekat pertemuan, sekolah tempat ibadah atau
dengan segmen Mentawai yang sangat aktiv tempat terbuka lainnya.
kegempaannya. Menurut para ahli gempa Selain pemetaan, jalur evakuasi dan bukit

68| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

atau bangunan untuk penyelamatan saat c. Peta jaringan jalan, sungai dan
tsunami, menurut Danny, harusnya juga jembatan serta bangunan.
sudah disiapkan, terutama di daerah rentan d. Jalur jalan evakuasi menuju tempat
tsunami, seperti Padang, Bengkulu, selatan tinggi/bukit, jauh dari pantai dan
Jawa, Bali, dan Aceh (Kompas 22-6-2007). aman baik evakuasi secara
Menurut Pedro Arcos Gonzalez, guru horisontal maupun evakuasi secara
besar dari Unit Riset tentang Keadaan vertikal.
Darurat dan Bencana, Departemen e. Gedung/bangunan untuk
Kedokteran, Universitas Oviedo, Spanyol, penampungan sementara (gudang,
saat ini dunia menghadapi berbagai bencana sekolah, masjid/gereja atau tempat
dalam skala yang tidak bisa diprediksi. ibadah lainnya, balai desa dll.
"Dalam dua dekade terakhir, setiap tahun f. Peta potensi gempa, modeling run-
lebih dari 260 juta orang terkena bencana up genangan air tsunami
alam dengan kerugian 67 juta dollar AS dan g. Kondisi hutan (vegetasi)
korban jiwa rata-rata 60.000 orang. h. Geometri sungai
Faktor risiko bencana adalah rendahnya i. Morfologi garis pantai dan muara
tingkat pembangunan sumber daya sungai.
manusia, kerentanan sosiopolitik, ledakan j. Geologi
demografi dan kelemahan perencanaan k. Topografi (ketinggian: Theodolit;
kota, kerusakan lingkungan dan perubahan koordinat: GPS; Kompas Geologi)
iklim, kurang hati-hati dalam menggunakan l. Menginventarisir sumber daya
teknologi berisiko tinggi ( Kompas, 11-6- logistik yang ada dalam rangka
2007). menuju desa siaga mandiri
4. Menelusuri semua jalur jalan desa yang
METODE PENELITIAN dirancang untuk jalur evakuasi,
ditambahkan informasi yang penting
Lokasi penelitian adalah: sepuluh desa- seperti: nama tempat gedung, kantor
desa sepanjang daerah pesisir Provinsi pemerintah, lapangan, bukit, nama desa,
Bengkulu bagian utara (dalam tulisan ini tempat ibadah, sekolah, Puskesmas,
karena keterbatasan ruang hanya dimuat kantor Polisi, gedung pertemuan yang
tiga desa). Penelitian ini menggunakan mudah dikenal masyarakat sebagai
metode survey langsung ke lapangan di pengenal.
desa-desa daerah pesisir Provinsi Bengkulu, 5. Membuat peta evakuasi desa (digitasi,
dengan langkah-langkah sebagai berikut: editing, ploting), berdasarkan informasi
1. Menyiapkan peta dasar dan statistik semua pengamatan penting di lapangan
daerah pesisir Provinsi Bengkulu secara proporsional digambarkan pada
2. Mengumpulkan hasil penelitian peta. Peta tetap harus ditampilkan
sebelumnya yang mendukung (lihat sederhana, menarik dan informatif.
daftar pustaka). 6. Membuat rekomendasi segala sesuatu
3. Mendata potensi lokal yang dimiliki yang harus dilakukan untuk
setiap desa untuk keperluan evakuasi mewujudkan desa siaga bencana
dan mitigasi: mandiri yang dituangkan dalam‖
a. Tempat-tempat yang memiliki pedoman/panduan mitigasi bencana
ketinggian lebih dari 10 meter di tsunami berbasis keunggulan potensi
atas permukaan air laut. desa menuju desa siaga bencana
b. Jumlah penduduk, sebaran mandiri‖. Ditargetkan untuk tahun
kepadatan dan setiap desa pertama sebanyak 10 desa di Provinsi
Bengkulu bagian utara, mengingat desa-

Semirata 2013 FMIPA Unila |69


Suwarsono: Optimalisasi Potensi Lokal Desa Rawan Bahaya Tsunami dalam Rangka
Mitigasi Menuju Terwujudnya Desa Siaga Bencana Mandiri di Pesisir Provinsi
Bengkulu

desa di wilayah tersebut yang memiliki penduduk disini akan siap siaga untuk
kerentanan lebih tinggi mengingat mengungsi ke tempat berkumpul yang
aktivitas segmen Mentawai yang sudah letaknya sekitar 500 meter ke tempat yang
memasuki periode perulangan tsunami lebih tinggi di sebelah timur (lihat peta jalur
antara 100-200 tahun sejak tahun 1833. evakuasi lampiran 1), terutama anak-anak
dan kaum ibunya. Sementara bapak-
Untuk mengetahui tingkat pengetahuan bapaknya melihat dulu ke pantai apakah air
masyarakat terhadap mitigasi bahaya laut surut atau tidak, sambil menjaga
Tsunami digunakan metoda pendekatan rumah, masing-masing‖. Dari pernyataan
kualitatif diskriptif. Data diperoleh dari ini bisa diketahui bahwa masyarakat yang
informasi yang diberikan beberapa bermukim tidak jauh dari pantai (desa
penduduk setempat dengan cara wawancara nelayan), pada umumnya telah sadar
mendalam untuk mendapatkan informasi tentang bahaya tsunami yang mengancam
sedalam mungkin. Beberapa kriteria yang desanya, terutama ketika terjadi gempa
menjadi pegangan untuk menetapkan yang dirasakan cukup besar.
seorang yang akan diwawancara yaitu: Semua informan yang ditanyai mengaku,
1. Informan telah lama dan secara bahwa mereka mengetahui betapa
intensif menyatu dengan kegiatan atau bahayanya dampak Tsunami, karena
masyarakat yang diteliti. mereka melihat di televisi ketika Tsunami
2. Informan sampai masih terlibat secara terjadi di Aceh. Dengan demikian dapat
intensif dengan kegiatan atau disimpulkan bahwa peristiwa Tsunami
masyarakat yang diteliti Aceh, merupakan pelajaran yang sangat
3. Informan adalah tokoh masyarakat berharga bagi masyarakat yang bermukim
(perangkat desa, tokoh pemuda, tokoh di sekitar pantai Propinsi Bengkulu.
agama) dan atau yang mempunyai Apalagi masyarakat nelayan yang pernah
hubungan luas di dalam komunitasnya mengalami sendiri, walaupun itu hanya
(pemiliki warung, toke ikan, pemilik Tsunami kecil yang terjadi pada tahun
kapal dan lain-lain) 2007. Keterangan ini membuktikan bahwa
4. Informan mempunyai cukup waktu penduduk Pasar Bantal , Pasar Ketahun dan
atau kesempatan untuk dimintai Serangai telah tahu tentang bahaya tsunami
keterangan. dan bagaimana mengatasinya, karena
mereka telah mengalami sendiri, belajar
HASIL DAN PEMBAHASAN dari pengalaman tsunami di Aceh, dan dari
sosialisasi pihak pemerintah Provinsi dan
Desa Pasar Bantal, Pasar Ketahun dan Kabupaten melalui BPBD, walaupun itu
Serangai secara geografi sangat berbahaya dilakukan belum secara rutin.
terhadap bahaya Tsunami, karena letaknya
hanya sekitar 50-300 meter dari garis
pantai, datar, dan di lalui atau bahkan
dikelilingi sungai: Air Bantal, Air ketahun
dan Air Serangai yang cukup besar.
Salah satu informan yang juga salah
seorang anggota TAGANA (tanggap
bencana alam) di desa Pasar Bantal yang
tinggal di rumah panggung seperti gambar:
1 mengatakan: ―sebagian besar penduduk di
desa ini sadar bahwa pemukimannya rawan
Tsunami, ketika terjadi gempa besar, semua Gbr.1 rumah panggung Nelayan Pasar Bantal

70| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

Umumnya masyarakat belum bahkan penduduk desa-desa ini, misalnya dengan


tidak menyiapkan segala sesuatunya membuat tsunami early warning yang cepat
misalnya pakaian, surat-surat penting yang yaitu sirene otomatis atau naik ke bukit
siap dalam tas jinjing bahkan bahan pangan terdekat seperti gambar 2 dan 3 yang sangat
yang harus dibawa mengungsi jika tiba-tiba dekat dengan pemukiman penduduk desa.
terjadi ancaman tsunami . Jumlah penduduk di tiga ini tergolong
Dari semua uraian di atas dapat padat rata-rata 4 orang penghuni setiap
dikatakan bahwa penduduk yang berada di rumah, diperkirakan jumlah penduduk di
sekitar pantai yang pada umumnya nelayan, lokasi setiap desa ini terdapat antar 1.000
telah menyadari bahwa desanya merupakan sampai 1.500 orang. Diperkirakan saat ini
daerah yang rawan tsunami karena dekat jalur evakuasi masih cukup untuk pelarian
dengan pantai, topografi datar, dan jika terjadi tsunami, dengan lari, berjalan
penduduknya relative padat. kaki atau memakai motor roda dua.
Berdasarkan keterangan para nelayan di Sebagian besar penduduk bekerja sebagai
pantai Pasar Bantal pada saat terjadi gempa nelayan dan pedagang kecil musiman
bumi 7,2 SR pada tahun 2007 pantai di (tergantung hari pasaran), sangat sedikit
lokasi ini tidak mengalami perubahan yang yang berusaha di sektor tanaman pangan,
signifikan, hal tersebut kemungkinan akibat kecuali kelapa sawit. Kondisi ketersediaan
adanya muara sungai Bantal yang cukup logistik khususnya beras penduduk pada
lebar sehingga kenaikan air laut dapat di umumnya tidak memadai, diperkirakan
salurkan melalui sungai masuk ke hulu maksimum hanya mampu bertahan antara 3
Lokasi desa rawan bencana tsunami ini sampai 6 hari karena pada umumnya
terletak di seluruh desa Pasar Bantal, Pasar penduduk membeli beras di pasar. Sebagian
ketahun dan Serangai, walaupun tingkat besar beras di datangkan dari daerah
ancamannya berbeda. Jika mengacu tinggi Sumatra Barat sebagai akibat dari tidak
rata-rata tsunami di garis pantai 10 meter adanya penyangga logistik tanaman pangan
diperkirakan run up akan menyapu di lingkungan penduduk, kecuali hanya
perkampungan penduduk yang sangat padat perkebunan Kelapa Sawit dan karet yang
lihat peta run-up tsunami di tiga desa pada sangat dominan. Tidak banyak ditemukan
lampiran 2. Oleh karena itu diperlukan sawah atau kebun tanaman penyangga
usaha untuk antisipasi bagaimana evakuasi kebutuhan makanan pokok, kecuali kelapa
yang efektif untuk menyelamatkan. nyiur. Hal ini sangat memprihatinkan dari
segi ketahanan pangan penduduk.
Pemerintah Provinsi Bengkulu telah
membangun gudang-gudang pangan untuk
mempersiapkan sejak dini kemungkinan
akan adanya bencana alam besar, antara
lain membangun beberapa gudang pada
tahun 2011, namun hingga saat ini gudang
tersebut belum selesai di bangun dan belum
dapat difungsikan.
Desa Pasar Bantal, pasar Ketahundan
Serangai memiliki karakter geologi
permukaan yang terdiri dari kawasan pesisir
yang didominasi pasir pantai dan daratan
yang didominasi batuan tanah bercampur
pasir dengan komposisi 70% tanah dan
Gbr.2.bukit untuk evakuasi sekitar pemukiman desa
30% pasir dan sebagian kecil rawa yang
Serangai

Semirata 2013 FMIPA Unila |71


Suwarsono: Optimalisasi Potensi Lokal Desa Rawan Bahaya Tsunami dalam Rangka
Mitigasi Menuju Terwujudnya Desa Siaga Bencana Mandiri di Pesisir Provinsi
Bengkulu

berupa rawa dan bukit pendek di sebelah


utara.
Vegetasi yang tumbuh di pantai desa-
desa ini terdiri dari: Cemara Laut yang
tidak banyak, Waru, sedikit Manggrove dan
Pandan Pantai yang tumbuh menyebar
tetapi tidak dominan serta semak belukar
rumput-rumputan yang terdiri berbagai
jenis khas tumbuhan yang hidup di muara
sungai dengan air yang payau.
Kelapa hidup di dekat pemukiman yang
jumlahnya banyak tetapi tidak
mendominasi karena tumbuhan Kelapa
merupakan tumbuhan selingan
Gbr.3. bukit Indah SMA N I Ketahun tinggi 25
meter memanfaatkan tanah kosong di sekeliling
rumah penduduk atau pohon sisa kebun
terdiri dari pasir, lempung dan gambut. Di yang tidak tergusur pembangunan
desa Pasar Ketahun dan Serangai memiliki pemukiman.
bukit dengan ketinggian antara 25-30 meter
di atas permukaan laut yang sangat dekat KESIMPULAN/REKOMENDASI
dengan pemukiman penduduk, sangat ideal
untuk dikembangkan menjadi tempat Kesimpulan
berkumpul lihat gambar 2 dan 3.
Batuan di sepanjang pantai berupa pasir 1. Potensi keunggulan yang dimiliki tiga
warna abu-abu dengan butiran lembut desa tersebut adalah adanya beberapa
sampai sedang, tidak ditemukan batuan bukit yang hanya berjarak rata-rata
koral atau karang yang mencolok. Pantai di antara 100-300 meter dari tempat
sekitar desa ini merupakan muara sungai tinggal, dengan ketinggian lebih dari 20
dengan endapan lumpur pasir sangat tebal.
meter di atas permukaan laut, yang
Kontur topografi di sekitar pemukiman
penduduk desa Pasar Bantal, Pasar Ketahun dapat dioptimalkan sebagai tempat
dan Serangai sangat datar di kawasan evakuasi penduduk setempat.
pesisir dengan ketinggian rata-rata 3 meter 2. Pada umumnya penduduk sudah
dan daratan dengan ketinggian antara 5-10 mengerti apa yang harus dilakukan jika
meter. Di dasar muara aliran sungai yang ada informasi akan terjadi tsunami,
melingkupi desa-desa ini juga tidak yaitu menjauh dari pantai menuju
ditemukan gumpalan batu yang besar,
tempat lebih tinggi.
semuanya hanya berupa lumpur dan pasir
halus. 3. Pada umumnya desa-desa di pesisir
Muara sungai sangat lebar sekitar 200 Provinsi Bengkulu belum memiliki
meter membentang utara – selatan dan rambu-rambu dan jalur evakuasi yang
membelok dengan ketajaman 30 derajad. Di memadai.
belakang muara terdapat TPI yang cukup 4. Tingkat kesiapsiagaan terhadap
besar dan memiliki jalan beraspal atau koral
ancaman bahaya tsunami masih rendah
sampai ujung TPI menuju pasar dan desa.
Aliran arus sungai sangat lambat karena di dengan tingkat kesiapsiagaan: Pasar
sepanjang aliran sungai di Pasar bantal Bantal 54 %, Pasar Ketahun 35 %,
Serangai 43 %, desa-desa tersebut

72| Semirata 2013 FMIPA Unila


Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

sangat memerlukan penanganan Kesejahteraan Masyarakat: Khazanah


khusus untuk meningkatkan mitigasi Pemikiran Para Pakar, Birokrat, dan
kesiapsiagaannya. Praktisi, LSKPI Press, Jakarta, 2005.
Irina, 2009: Kesiapan Siaga Mitigasi
Rekomendasi Bencana Tsunami, LIPI, Jakarta.
Kompas 11 Juni, 2007: Persiapan dan
a. Perlunya pendidikan mitigasi baik
Kewaspadaan Bisa Kurangi Jumlah
berupa pengetahuan maupun
Korban, Jakarta.
ketrampilan mitigasi tsunami untuk
anak sekolah dari SD/MI, SMP/MTs, Kompas 22 Juni, 2007: Kota kota di
SMA/MA/SMK dan masyarakat umum Indonesia Rentan Bencana, Jakarta
yang meliputi pengetahuan dan Kompas 23 Juni, 2007: Siapkan Mitigasi
keterampilan terus diupayakan Bencana di Daerah, Jakarta.
ditingkatkan menyangkut bencana alam
khususnya Tsunami Mukhni A., 2011: Mitigasi Bencana
b. Pembangunan Early Warning dengan Tsunami, Pemda Padang Pariaman.
teknologi yang terkoneksi dengan Patra R.D., 2011: Siaga Bencana Dalam
BMKG dan pusat peringatan Tsunami Keluarga, Kogami Padang.
berbagai lembaga.
c. Penghutanan kawasan pesisir di depan Permana H., 2007: Pedoman pembuatan
desa sepanjang pantai dengan Peta Jalur Evakuasi Bencana Tsunami,
manggrove dan tanaman lain yang Kementerian RISTEK.
tinggi (Cemara, Kelapa, Ketapang dll, Puspito N., 2005: Mistografi Tsunami di
yang mampu tumbuh mencapai lebih Asia, Seminar Internasional Ilmu
dari 10 meter. Kebumian, ITB.
d. Pemasangan rambu-rambu tsunami
dengan simbol (bukan hanya dengan Republika 24 September, 2007: Penelitian
tulisan tempat berkumpul atau tulisan Paleotsunami, Jakarta.
jalur evakuasi yang selama ini ada) Sulaiman R. dan Pasaribu R., 2003: Periode
dengan warna yang mencolok misalnya Ulang Gempabumi di Sumatera, BMKG
warna orange atau merah kekuningan. Jakarta.
Suwarsono, 2002: Tingkat Pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami
Komunitas Pelajar dan Mahasiswa di
Badan Geologi, 2007: Tanggapan Bencana,
Bengkulu, Lembaga Penelitian UNIB.
(www.pdat.co.id)., Jakarta.
Suwarsono, 2003: Tingkat Pengetahuan
Dadang P., 2009: Seminar Regional,
Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Ibu
dengan tema "Building Models For
Rumah Tangga di Kota Bengkulu, Studi
Disaster Preparedness" digelar lembaga
Wanita DIKTI.
PBB, Unesco bersama LSM Komunitas
Siaga Tsunami (Kogami), Padang, 17-19 Suwarsono, Ismul Hadi A., 2005:
Maret 2009. Peningkatan Ketrampilan Teknik
Menyelamatkan Diri dari Bahaya
Hermanto D., 2005: Revitalisasi Penataan
Gempabumi dan Tsunami Pada Lurah
Ruang Untuk Mewujudkan Ruang
dan Tokoh Masyarakat di Kecamatan
Nusantara yang Nyaman, Produktif, dan
Muara Bangkahulu Kota Bengkulu,
Berlenjutan, dalam Pattimura. Luthfi
LPPM UNIB.
(editor), Penataan Ruang Untuk

Semirata 2013 FMIPA Unila |73

Anda mungkin juga menyukai