Anda di halaman 1dari 60

TUGAS : FISIKA MATEMATIKA

NAMA : ERDIKO PASARIBU


NIM . 165090700111018

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


PRODI TEKNIK GEOFISIKA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
A

ANALISIS VEKTOR

Aljabar Vektor

Operasi vektor
Besaran yang memiliki nilai dan arah disebut dengan vektor.
Contohnya adalah perpindahan, kecepatan, percepatan, gaya, dan
momentum. Sementara itu, besaran yang hanya memiliki nilai tanpa
arah disebut dengan skalar. Contohnya adalah massa, muatan,
kerapatan, dan temperatur. Untuk notasinya, besaran yang
dinyatakan sebagai vektor akan ditandai dengan tanda panah di
atas simbolnya ( A , B, dan seterusnya), sedangkan skalar

dinyatakan dengan huruf biasa. Besar (nilai) dari suatu vektor A


dapat dituliskan
atau dengan notasi skalar, A .

A
A

Gambar 1

Dalam diagram, vektor biasanya dinyatakan dengan panah.


Panjang dari panah sebanding dengan besar vektor dan kepala
panah menyatakan arah dari vektor tersebut.
Minus A (yaitu A ) adalah sebuah vektor dengan besar yang sama
seperti A , tetapi pada arah sebaliknya (gambar 1). Perhatikan
bahwa vektor memiliki besar dan arah, tetapi tidak mutlak
menyatakan lokasi. Sebagai contoh, sebuah perpindahan sejauh 4
km ke arah utara dari Bandung direpresentasikan dengan vektor
yang sama pada perpindahan sejauh 4 km ke utara Padang
(kelengkungan Bumi diabaikan). Dengan demikian vektor dapat
digeser sesuka hati selama besar dan arahnya tidak diubah.

halaman 1
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 2

Operasi vektor dapat dibagi menjadi empat kelompok:

(1) Penjumlahan dua vektor. Tempatkan ekor B pada kepala A


sehingga dapat diperoleh jumlah vektor A B , yaitu vektor dari ekor
A hingga kepala B (gambar 2). Penjumlahan vektor bersifat
komutatif sehingga jika B ditukar dengan A pada proses di atas,
maka hasilnya akan tetap sama:

A B=B A .

B A
A
A

B A

B
Gambar 2

Penjumlahan ini juga bersifat asosiatif:


=.
AB C A BC

Untuk mengurangkan sebuah vektor (gambar 3), tambahkan


kebalikannya:
= .
A B A B

A B A

B
Gambar 3
(2) Perkalian dengan sebuah skalar. Perkalian suatu vektor oleh
sebuah skalar k positif merupakan perkalian besar vektor oleh
skalar tersebut dengan arah yang tidak berubah (gambar 4). Namun
jika k negatif, arah vektor berubah menjadi sebaliknya.
Kappa Mu Phi,
2007

halaman 3

Perkalian ini bersifat


distributif:

2
A

Perkalian titik didefinisikan

A B= Acos
B ,

=.kABkAk
B

Gambar 4 Gambar 5

(3) Perkalian titik dua vektor.

(1
)

dengan adalah sudut antara vektor-vektor tersebut ketika kedua


ekornya saling bertemu
(gambar 5). Perhatikan bahwa menghasilkan sebuah skalar
sehingga perkalian titik
AB
ini sering juga disebut perkalian skalar. Perkalian ini bersifat
komutatif,
= ,
AB BA

dan
distributif,

A B C = AB AC . (2)
Secara adal perkali A dengan pad (ata
geometri, AB ah an dari proyeksi B a A u
sebaliknya dengan proyeksi B ). Jika dua vektor mak
perkalian B A pada sejajar, a
AB= AB . Untuk sembarang , secara khusus
vektor A berlaku
2 (3
AA= A . )
Jika A dan B saling tegak AB=0
vektor lurus, maka .
(4) Perkalian silang dua vektor. Perkalian silang
didefinisikan oleh
= sin , (4
A B AB n )
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 4

dengan n adalah sebuah vektor satuan (yang panjangnya 1)


mengarah tegak lurus bidang yang sisi-sisinya dibentuk oleh vektor
A dan B . Namun ternyata ada dua arah yang tegak lurus bidang
tersebut, yaitu masuk dan keluar. Untuk mengatasi masalah ini,
digunakanlah kesepakatan aturan tangan kanan: jadikan keempat
jari selain ibu jari agar menunjuk pada vektor pertama (dengan ibu
jari tegak lurus keempat jari), kemudian putar keempatnya (pada
sudut terkecil) ke arah vektor kedua, maka ibu jari menandakan
arah dari perkalian silang kedua vektor tersebut. Perhatikan bahwa
AB akan menghasilkan sebuah vektor sehingga perkalian silang
sering disebut dengan perkalian vektor.

Gambar 6. AB mengarah keluar bidang kertas, BA mengarah masuk bidang kertas.


Perkalian silang bersifat
distributif,
(5
A B C = AB AC , )
tetapi tidak komutatif,
justru
(6
AB= B A . )
Secara AB adalah luas daerah jajaran genjang yang da
geometri, dibentuk oleh A n
(gambar 6). Jika kedua vektor saling sejajar, maka perkalian
B silangnya nol dan secara
khus untuk sembarang
us A A=0 vektor A.
Bentuk komponen

Pada bagian sebelumnya telah didefinisikan beberapa operasi vektor


dalam bentuk yang masih kabur, yakni tanpa merujuk pada sistem
koordinat tertentu. Dalam praktik biasanya cukup mudah untuk
bekerja dengan komponen vektor dalam sistem koordinat tertentu.
Misalkan pada koordinat kartesian: i , j , dan k masing-masing
adalah vektor satuan
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 5

yang sejajar dengan sumbu-x, y, dan z (gambar 7). Sebuah vektor


sembarang A dapat dinyatakan dalam suku vektor basis tersebut
(gambar 8), yaitu

A= Ax i A y j Az k .
z z

A
k j Az k

y Ax i y
i

A y j
x x
Gambar 7 Gambar 8

diseb komponen A . Tafsiran geometri


Bilangan Ax , A y , dan Az ut dari dari
komponen vektor tersebut A sepanjang tiga sumbu koordinat.
adalah proyeksi Dengan
hasil ini, keempat operasi vektor yang telah dijelaskan sebelumnya
dapat dirumuskan ulang dalam bentuk komponen-komponennya:

(1) Penjumlahan dua vektor:

(7
A B= Ax Bx i A y B y j Az Bz k . )
(2
) Perkalian dengan sebuah skalar:

(8
k A= k Ax i k A y jk Az k . )
(3 Perkalian titik dua
) vektor:
2
. AA= Ax A
ii = j j=k k=1; i j=ik= jk =0
2
2
2

AB= Ax Bx A y B y Az
Bz .
A= Ax A y Az .
(9
)

(1
0)

(1
1)
. Aturan-

(14)

(15)

Kappa Mu Phi, 2007

halaman 6

(4) Perkalian silang dua vektor:

i i = j j =kk=0 ,
i j= ji=k ,
jk= k j=i , P
ki = i k= j . er
ka
lia
n
i j k tri
AB= Ax A y Az . p
el
(1
(12) 3)

Perkalian titik dan silang antara 3 buah vektor, A , C dapat


B , dan menghasilkan
sesuatu yang berarti dalam bentuk
,

, dan A BC
ABC AB C
aturan yang berlaku adalah:
.
ABC ABC
= = ,
AB C BC A C A B

A
Ax y Az
B B
A BC = Bx y z . (16)
C
Cx y
C
z
A BC AB C , (17)
A BC = AC B AB C

. (18)
AB C= AC B BC A
C disebut dengan perkalian tripel skalar dan dapat
Perkalian A B ditulis [ A BC ] .
Secara perkali tripe skalar menghasilkan besar ruang
geometri, an l akan volume yang

dibentuk oleh B , sebagai sisi-sisinya. Volume ruang tersebut


A , dan C akan bernilai
positif atau negatif tergantung pada unsur perkalian silang di dalam
perkalian tripel skalar.
Sementara itu, disebut dengan perkalian tripel vektor
perkalian A BC karena hasil
akhirnya adalah sebuah vektor.
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 7

Posisi, perpindahan, dan jarak

Lokasi sebuah titik dalam tiga dimensi dapat dinyatakan dalam


koordinat kartesian
x , y ,z . Vektor yang mengarah ke titik tersebut dari titik asal disebut
dengan vektor
posisi:

r =x
i y jz k . (19)
Besarnya

r = x 2 y2 2
z , (20)

adalah jarak dari titik asal, dan

r =xi yj zk
r =
2 2 2 , (21)
r
x y z
merupakan vektor satuan yang mengarah
radial keluar.
x dx , y dy ,z dz
Bagian kecil vektor perpindahan, dari x , y adalah
,z hingga

dr
=dx i dy jdz k . (22)
Pada berbagai kasus fisika, kita akan sering berhadapan dengan
permasalahan yang melibatkan dua titik, yatu sebuah titik sumber r
' (tempat sumber medan berada) dan titik
medan r yang sedang ditinjau besar medannya. Akan memudahkan
jika sejak awal
dibuatkan notasi baru untuk menyatakan posisi relatif dari titik
sumber ke titik medan.
Notasi yang akan digunakan untuk keperluan ini adalah r (gambar
9):

r=r r'.
(23)
titik medan

r
titik sumber
r'

Gambar 9. Vektor posisi relatif antara titik sumber dan titik medan.
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 8

Besar dari vektor posisi relatif tersebut adalah

r= r r ' , (24)
dan vektor satuannya )
(mengarah dari r ' ke r :

r r r '
'
r= r = r r . (25)

Kalkulus Vektor

Limit, kontinuitas, dan turunan fungsi vektor

Jika untuk setiap nilai u kita kaitkan sebuah A , maka A


suatu skalar vektor disebut
fungsi dari u dan A u . Notasi ini dalam tiga dimensi dapat
dinyatakan dengan dituliskan

menjadi A u =Ax
u i A y u j Az u k .
Konsep fungsi ini dapat diperluas dengan mudah. x , y ,z
Jika setiap titik berkaitan

dengan sebuah A, adalah fungsi x , y ,z yang dinyatakan


vektor maka A dari dengan

y, z i A y , y, z j Az x , ,z k . Dapat dikatakan
A x , y,z = Ax x , x y vektor A
ini mendefinisikan sebuah medan vektor dan y ,z
serupa dengannya x , mendefinisikan
medan skalar.

Aturan limit, kontinuitas, dan turunan untuk fungsi vektor


mengikuti aturan yang sama seperti skalar.

lim A u = A u0
(1) Fungsi vektor yang dinyatakan
.
u u0

dengan A u
setia bilangan positif dapat
p ditemukan

A u A u0 dengan u u0 .
Pernyataan ini ekuivalen
dikatakan kontinu pada u0 jika untuk
dengan
suatu bilangan positif sehingga

dA Au u Au

(2) Turunan Au , dengan


dari didefinisikan = lim syarat
du u 0 u

limitnya ada. Pada kasus A u =Ax u i A y uj Az u k dapat


diperoleh
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 9

dA dA dA
x
y z
dA
= i j k.
du du du du (26)
Turunan yang lebih tinggi 2 2 didefinisikan dengan cara
seperti d A/du yang serupa.
(3)
Jika A x , y,z = Ax x , y, z i A y x , y, z jAz x , y ,z k , maka
A A
A

d A= x dx y dy z dz . (27)
adalah diferensial
total dari A.
(4)Turunan dari perkalian vektor dengan skalar atau vektor dengan
vektor mengikuti aturan yang sama seperti pada fungsi skalar.
Namun perlu diingat ketika kita melibatkan perkalian silang
maka urutan penulisan penting untuk diperhatikan karena terkait
dengan arah dari hasil perkalian tersebut.

Beberapa contoh diantaranya:

d dA d
d A=
d d A,
(28)
u u u

B A

y B , (urutan tidak
y AB = A y masalah) (29)
B A (30)
B (pertahankan
z AB =A z z urutan A dan B ).

Gradien, Divergensi, dan Curl

Misalkan sebuah dalam koordinat kartesian


operator vektor didefinisikan

=i j (31)
x y k z
.
memiliki turunan parsial pertama yang
Jika x , y ,z dan A x , y,z kontinu pada
daerah tertentu, maka dapat didefinisikan beberapa besaran
berikut:


j k
gradien: grad = = x i y z (32)
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 10

Ax A y Az
divergensi: (3
div A=A= x y z 3)


i j k


x y z
(3
curl: curl A= A=

A 4)
Ax A y z
Jika turunan parsial dari fungsi-fungsi A , B , U , dan V
diasumsikan ada, maka

1. U V = U V atau grad U V =gradU gradV


2.
A B =A B atau div A B =div A div B

3. A B = A B atau curl A B =curl A div B

4. U A = U A U A

5. U A = U A U A

6.
AB =B A A B

7. AB = B A B A A B A B

8. AB = B A A B B A A B

2 2 U 2 U 2 U
disebut Laplacian dari
9. U = U = x2 y2 z 2 U
dan 2
2 2
disebut dengan operator
2
= Laplacian.
2 2 2
x y z
10
. U =0 . Curl dari gradien U adalah nol.
11 . Divergensi
. dari curl adalah nol.
A =0 A
12
. 2
A = A A
Gradien, divergensi, dan curl bukanlah sekedar operasi
matematik belaka. Ketiganya dapat ditafsirkan secara geometri.
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 11

Tafsiran Gradien. Seperti vektor lainnya, gradien memiliki besar


dan arah. Untuk menentukan arti geometrinya, kita dapat
memisalkan ada sebuah fungsi tiga variabel, katakanlah temperatur
dalam ruang, T x , y ,z , yang merupakan sebuah skalar. Seberapa
cepat perubahan temperatur tersebut dinyatakan dalam bentuk
diferensial total

T T T

dT = x dx y dy z dz . (35)
Dalam bentuk perkalian titik, pernyataan di
atas setara dengan

T T T
dT = i j
x y z k dx i dy j dz k (36)
= T dr,
atau
rco
dT= Td r= Td s, (37)
yang berarti
d
T
d
r = Tcos = Tu , (38)

dengan adalah sudut antara dan d r , adalah suatu vektor


T kemudian u satuan
yang menyatakan arah gerak kita. Dengan demikian, laju perubahan
temperatur ( dT /dr )
akan bernilai paling besar ketika geraknya (yaitu
searah dengan T saat =0 ).
Bayangkan kita berada pada sebuah lereng bukit. Lihat ke
sekeliling dan temukan bagian yang paling curam. Itu adalah arah
dari gradien. Sekarang ukur kemiringan pada
arah tersebut. Itu adalah besar dari gradien. gradiennya Jik
Lalu bagaimana jika nol? a
pad x , y ,z , maka dT =0 untuk yan kecil di titi
T =0 a perpindahan g sekitar k
x , y ,z . Keadaan ini akan berarti sebuah titik stasioner dari fungsi
T x , y ,z . Titik tersebut dapat berupa nilai maksimum (puncak),
minimum (lembah), daerah pelana, atau sebuah permukaan
berbentuk seperti bahu.

Tafsiran Divergensi. Sesuai namanya, divergensi A menyatakan


ukuran penyebaran vektor A . Perhatikan gambar 10 sebagai contoh
pada kasus dua dimensi.
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 12

Fungsi pada gambar 10(a) memiliki divergensi yang sangat besar


dan positif (jika panahnya mengarah ke dalam berarti nilainya
negatif), fungsi pada gambar 10(b) memiliki divergensi nol, dan
fungsi pada gambar 10(c) memiliki divergensi positif yang nilainya
agak kecil.

(a) (b)

(c)
Gambar 10

Tafsiran Curl. Pemilihan nama curl juga disesuaikan dengan arti


geometrinya yang menyatakan ukuran rotasi pada sebuah titik. Oleh
karena itu seluruh fungsi pada gambar 10 memiliki curl yang
bernilai nol (bisa kita cek dengan mengetahui fungsinya) dan fungsi
pada gambar 11 memiliki curl yang sangat besar berarah pada
sumbu-z.

y
x
Gambar 11
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 13

Koordinat lengkung

Misalkan persamaan transformasi

x= f u1, u2 , u3 , y= g u1, u2 , u3 , z =h u1 ,u2 ,u3


(39)

(dengan asumsi f, g, h kontinu, memiliki turunan parsial kontinu,


dan memiliki sebuah nilai invers tunggal) membentuk
korespondensi satu-satu antara titik-titik dalam sistem
koordinat xyz u1 u2 u3 . Dalam notasi vektor, persamaan (39)
dan dapat dituliskan
, , , , , ,
r =x i yj
u u gu u u
z k= f u
hu u ui j k.
(40)
1 2 3 1 2 3 1 2 3
Sebuah titik P (gambar 12) dengan demikian dapat didefinisikan
tidak hanya oleh
koordinat x , y ,z tetapi juga oleh koordinat u 1, u2 , u3 . Kita sebut
u1, u2 , u3 sebagai koordinat lengkung dari suatu titik.

z
e3
u
3

e u
u
1 2
1 P
e2
r
y

x
Gambar 12

Dari persamaan (40),


diperoleh
d
dr=r du r du r u
3
.
u1 1 u2 2 u3 (41)
Dalam sistem koordinat lengkung ini, bentuk diferensial dari
panjang busur suatu kurva
dapat dituliskan

ds2= g11 du1 2


g22 du2 2
g 33 du3 2
, (42)
dengan
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 14
r
r rr rr
g11 g22 g22
= x x , = y y , = z z . 43)
r /
Vekto u bersinggungan dengan u pada P. e merupa
r 1 koordinat 1 Jika 1 kan
r / u =h h = r / u
e
sebuah vektor satuan pada arah 11
.
tersebut, maka 1 dengan 1 1
r / r / u = r / u
Serup dengann u =h e da =h e denga h
a ya, 2 2 2 n 3 33 n 2 2 dan
h = r / u
. Dengan
3 3 demikian,
d d d
d r =h u e h u e h u e (44)
1 11 2 2 2 3 3 3,

Besar h 1 ,h 2 , sering disebut sebagai


an h3 faktor skala.

Jika e1 ,e2 ,e3 saling tegak lurus pada titik P, koordinatnya


dikatakan ortogonal. Oleh karena itu, kita temukan kuadrat panjang
busur adalah

2
ds =d rd r =h
2 2
du h
2 2
du
2
h
2
du , (45)
1 1 2 2 3 3

yang bersesuaian dengan panjang diagonal ruang balok pada


gambar 12, dan elemen volumnya ( d ) dapat ditulis

d =h1 h2 h3 du1 du2


du3 . (46)
1 1 2 2 33
Misalkan adalah sebuah fungsi adalah
skalar dan A= A e A e A e fungsi
dalam koordinat lengkung ortogonal mak gradi divergensi, curl,
u1 ,u2 ,u3 , a en, dan
laplacian-nya adalah:
1 1 1

1. =grad = e e e
h1 u1 1 h2 u2 2 h3 u3 3

1
A h h
A=div A= h1 h2 u1 1 2 u2 u 3 1

A2
2. h3 [ h
3
h
1 h3
h
2
A
3 ]
h1 h2 h3
e1 e2 e3
1

3. A=curl A= h hh u1 u2 u3

A3

1 2 3 A1
[
A
2

h2

1
]
2 1 h 3 h 1 h3 hh 2
=laplacian h1 h 2 u h2 h
4. = h3 1 h1 u1 u2 u2 u3 3 u3
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 15

Keempat bentuk tersebut* akan tereduksi menjadi ekspresi biasa


dalam koordinat kartesian jika u1 , u2 ,u3 digantikan oleh x , y,z ; lalu
e1 ,e2 ,e3 diganti dengan i , j ,k ; dan h1=h2=h3=1 .

Bentuk khusus koordinat lengkung ortogonal lain diantaranya


adalah koordinat silinder dan koordinat bola.
Z Z

z
P(, , z) P(r, , )

r
z
r k


O y
O j y
x Y
i
Y
x

X
X
Gambar 13 Gambar 14

Koordinat Silinder , ,z . Perhatikan gambar 13.

Persamaan transformasi: x= cos , y= sin , z=z ,

dengan 0,0 2 , z .

Faktor skala: h1=1,h2= ,h3=1 .


2 2
Elemen panjang busur: ds2=d 2
d dz2 .

Elemen volum: d = d d dz

Perhatikan bahwa dari sini dapat juga diperoleh hasil lain untuk
koordinat polar dalam bidang dengan mengabaikan ketergantungan
pada z. Sebagai contoh dalam kasus koordinat polar tersebut, ds2=d
22 2
d ; sedangkan elemen volum digantikan oleh elemen luas, da= d
d.

* Lihat buku Mathematical Methods in The Physical Sciences (Mary L. Boas) untuk
penurunan lengkapnya.
S (48)
= vd a ,
dengan v adalah sebuah fungsi vektor dan d a adalah elemen vektor
luas yang arahnya tegak lurus permukaan yang dimaksud. Jika
permukaannya tertutup (menjadi seperti ruang), maka seperti
sebelumnya tanda integral diberi tambahan lingkaran:
vd
Untuk integral permukaan biasa (pers. 48) , dapat ditemui dua arah yang tegak
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 16

Koordinat Bola , , . Perhatikan gambar 14.

Persamaan transformasi: x=r sin cos , y=r sin sin ,z=r cos ,

dengan r 0,0 ,0 2 .

Faktor skala: h1=1,h2=r ,h3=r sin .

Elemen panjang busur: ds2=dr2 r 2


d 2
r 2
sin2 d 2
.

Elemen volum: d =r 2sin dr d d .

Integral Garis, Permukaan, dan Volum

Dalam bahasan listrik magnet selanjutnya akan ditemui berbagai


macam bentuk integral, diantaranya yang paling penting adalah
integral garis (atau lintasan), integral permukaan (atau fluks), dan
integral volum.

Integral Garis. Sebuah integral garis I adalah suatu pernyataan


dalam bentuk

I= vd r , (47)
a

dengan v adalah sebuah fungsi vektor, d r adalah elemen vektor


perpindahan (pers. 22), dan daerah integrasi berada pada lintasan
antara titik a hingga titik b . Jika lintasan integrasi membentuk loop
tertutup, maka tanda integral diberi tambahan lingkaran:
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 17

permukaan sehingga pemilihan arah permukaan akan cukup


membingungkan. Namun biasanya kita bebas memilih salah satu
dari kedua arah tersebut. Untuk kasus integral permukaan tertutup,
arah yang keluar (menjauh) dari permukaan disepakati sebagai arah
elemen luas, d a .

Integral Volum. Sebuah integral volum I dinyatakan

I=T d ,
V (49)
dengan T adalah sebuah fungsi adalah elemen kecil dari
skalar dan d volum. Untuk
koordinat kartesian,

d =dx dy dz .

Sebagai contoh, jika T adalah kerapatan suatu materi (yang nilainya


dapat bervariasi dari titik ke titik), maka integral volum akan
memberikan massa total.

Kadang akan ditemui juga bentuk integral volum dari suatu fungsi
vektor:

v d = v x i v y j vz k d =i vx d j v y d k vz d .

Teorema fundamental

Untuk memudahkan perhitungan seringkali dibutuhkan


penyederhanaan bentuk integral yang berdasarkan pada teorema
tertentu. Ada tiga teorema fundamental berkaitan dengan operasi
diferensial dan integral yang telah dijelaskan sebelumnya.

Teorema Gradien: T d r =T b T a (50)


a

Teorema Curl (Stokes): v d a= vd r (51)


S
d = vd a
Teorema Divergensi v

(Gauss): (52)
V S

Dari pers. 50 s.d. 52 dapat dilihat bahwa teorema gradien


melibatkan operasi gradien dan integral garis; teorema curl
melibatkan operasi curl, integral permukaan, dan integral garis;
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 18

dan teorema divergensi melibatkan operasi divergensi, integral


volum, dan integral permukaan.

Teorema potensial (skalar dan vektor)

Teorema 1. Jika curl dari sebuah F bernilai nol dimanapun,


medan vektor dapat dituliskan sebagai maka F skalar V :
gradien dari sebuah potensial

, (53)
F =0 F= V
atau setara dengan
pernyataan berikut:
b
tidak lintasan untu setiap titik-titik ujung
Fd r tergantung (konservatif) k yang
a

diberikan,

untuk sembarang loop


Fd r =0 tertutup.
Teorema 2. Jika divergensi dari sebuah medan bernilai nol
dimanapun,
vektor F maka F dapat dinyatakan sebagai curl
A:
dari sebuah potensial vektor
, (54)
F =0 F= A
yang juga setara
dengan:

Fd tidak tergantung permukaan untuk setiap batas
a tertutup yang diberikan,

Fd
a =0 untuk sembarang permukaan tertutup.

KUMPULAN SOAL-JAWAB
SOAL 1
B
Misalkan suatu di samping.
vektor C seperti pada gambar Turunkan
aturan cosinus dengan memanfaatkan perkalian titik dari vektor C pada C

dirinya sendiri dengan menyesuaikan A


variabel pada A dan B !
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 19

Jawab:
=
Dari gambar dapat kita tentukan: , kemudian
C A B
= = ,
CC A B A B AA AB BA BB

atau

C2=A2 B2 2 AB cos (aturan cosinus).

SOAL 2

Tentukan sudut antara dua buah diagonal ruang suatu kubus!

Jawab:

z Berdasarkan gambar di samping,

;
1 A= 1 i 1 j 1 k A= 3
A ;
B=1
i 1j 1k B= 3
B
AB= 1 1 1=1= A Bcos = 3 3cos
1 1
cos =
,
y
1 3
sehing =arc
x ga cos 1 70,5288o .

3
SOAL 3

Dengan menggunakan perkalian silang, z


tentukanlah komponen vektor satuan yang 3
tegak lurus bidang seperti ada gambar! n

Jawab:
Perkalian silang antara dua vektor sembarang 2
yang menjadi y
sisi-sisi bidang pada gambar akan 1
menghasilkan vektor x
yang tegak lurus bidang tersebut. Sebagai contoh, ambil bagian alas
dan sisi sebelah kiri masing-masing menjadi vektor A dan B :
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 20

A= 1 i 2 j 0 k ; B= 1 i 0j 3k

i j k

AB= 30 =6 i
2
11 0 3 j 2k .
Vektor AB ini arahnya sudah sesuai n , tetapi besarnya belum cocok
dengan (ingat,
vektor satuan harus bernilai 1 satuan). Untuk menghasilkan vektor
satuan n , bagi saja

AB dengan 36 9 4=7 . Dengan


besarnya: AB = demikian,
AB 6 3 2
=
n= 7i 7k.
AB j
SOAL 4
Carilah vektor posisi dari titik sumber (2, 8, 7) ke titik medan (4,
relatif r 6, 8). Tentukan
besarnya dan bentuk r
vektor satuan !
Jawab:
r
=r r ' = 4 i 6 j 8k 2 i 8 j 7k =2 i 2j 1k.
r r 2 2 1

3
= 4 4 1=3 , sehingga
= 3i 3j k.
SOAL 5

Tentukan gradien fungsi-fungsi berikut:


x
f x , y , z =x2 y3 z 4
; y,z y3 z 4
; f x , y , z =e sin y ln
(a) (b) f x , =x2 (c) z.

Jawab:
j 4
2 3
(a) f =2 x i 3 y z k
3 4 2 2 4 2 y3 4
(b f =2 x i 3
) y z x y z j4 x z k

x x x 1

f k
(c) =e sin y ln z i e cos y ln z j e sin y z
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 21

SOAL 6

Ketinggian dari suatu bukit (dalam satuan meter) diberikan oleh

h x , y =10 2 x y 3 x2 4 y2 18x 28 y 12 ,

dengan y adalah jarak (dalam km) sebelah utara, x adalah jarak ke


timur kota Bandung.

(a)Di manakah puncak bukit tersebut berada?

(b)Berapa ketinggian bukit tersebut?

(c) Seberapa curam kemiringan (dalam satuan m/km) pada sebuah


titik 1 km utara dan 1 km timur kota Bandung? Pada arah
manakah kemiringan tercuram di titik tersebut?

Jawab:

(a) Tentukan gradien fungsi terlebih dahulu:

[ y 6 x 18
h=10 2 i 2 x 8 y 28 j ] .
Untuk menentukan puncak bukit, gunakan syarat h=0 (puncak
bukit merupakan salah satu jenis titik stasioner):

h=10[ 2 y 6 x 18 , menghasilkan sistem


i 2 x 8 y 28 j ]=0 persamaan
linear dua
peubah:
2y 6x . Solusi dari sistem persamaan
18=0 ini adalah x , y = 2,3 .
2x 8y
28=0 }
Dengan demikian puncak bukit tersebut berada pada 2 km
sebelah barat dan 3 km utara Bandung.

(b) Substitusikan x , y = 2,3 pada h x , y :

h 2,3 =10 12 12 36 36 84 12 =720 m .


(c) Substitusikan x , y =
1,1 pada h .

h 1 ,1
=10 [ 2 6 18 i 2 8 28 j ]=220 i j .
h 2311 m/km , arahnya ke barat laut (135 derajat dari
=220 sumbu-x positif).
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 22

SOAL 7
,
r x , y z
Misalk adalah sebuah vektor dari suatu ke titik x ,
an titik tertentu 0 0 0 y ,z
da r adalah
n panjangnya.
=2
Tunjukkan
(a) bahwa r2 r

n r
(b) Cari rumus umum (dalam , yaitu vektor satuan yang
untuk r bentuk searah
dengan r )

Jawab:
(x, z
y, ) r
=x x 0 i y y0 j z z0 k
2 2 2
r= x x0 y y0 z z 0
, ,
(x y z ) r2 = x x 0 2 y y0 2 z z 0 2
0 0 0

r2 2 2 2 2 2 2
(a) = [ x x 0 y y0 z z 0 ]i [ x x0 y y0 z z0 ]j
x y
2 2 2


z [ xx0 y y0 z z0 ]k
r (terbu
=2 x x0 i 2 y y 0 j 2 z z0 k=2 kti)
1 2
rn =n rn1 r =n rn1 1 r =n rn1 r r =x x
,
(b) x x 2r x x ( x 0)
rn =n r n1 r rn =n rn1 r rn r n1 r
z; .
y y , z sehingga =n
SOAL 8
Ujilah kebenaran teorema gradien, y 2y denga
2
menggunakan fungsi T =x 4 x z3 n
titik- b= 1,1,1 dan dua lintasan
titik a= 0,0,0 , berikut:
(a) (b)
z z
(1, 1, (1, 1,
1) 1)

O
O
y
z= =
x2 y2 y
x x
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 23

Jawab:
b

Teorema gradien adalah: T d r =T b T a.


a

Pada soal telah disebutkan T =x2 4 x y 2 yz3 ,


sehingga

T a =0 ; T b =1 4 2=7 ; dan T b T a =7 .
(a Lintasan ini dapat dibagi menjadi
) 3 bagian,
1
- bagian 21

1, x :0 1 , y=z=dy=dz =0 . T d r1= 2 x dx=[x ]0 =1 .


0
1
1
- bagian y ] =4
2, y :0 1 , x =1 , z=0 , dx=dz=0 . T d r 2 = 4 dy=[4 0 .
0
1
2 31
- bagian
3, z :0 1 , x = y=1 , dx=dy=0 . T d r3 = 6z dz =[ 2z ]0=2 .
0
b

T d r = T d r1 T d r 2 T d r3 =1 4 2=7 .
a

3 2
(b T d
) r = 2 x 4 y dx 4 x 2z dy 6 yz dz .
Karena x :0 1; y=x , z =x2 , dy=dx , dz=2 x dx ,
maka
6 4 6
T d
r = 2 x 4 x dx 4 x 2 x dx 6 x x dx= 10x 14 x dx
1 1 Jawab:
6 2 71
T d r = 10x 14 x dx=[5 x 2 x ]0 =5 2=7 .
0 0
Teorema divergensi v

adalah:
SOAL 9 V S

kebenar teorem divergens


fungs
Uji an a untuk i i
volu
v = x y i 2 yz j 3 x z k . Gunakan m pada
gambar kubus di samping dengan panjang
sisi 2 satuan!
2
2

z
y
Cari dulu nilai ruas kiri: sesuai dengan soal, dapat diperoleh
v = y 2z 3 x .
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 24

2 2 2

v d = y 2z 3 x dx dy dz =48 .
0 0 0

Cek nilai ruas kanan dengan menggunakan penomoran permukaan


berikut ini:

z (V )
(II)

(III
(IV ) )

(I)
x (V I)

2 2

(I) d a1=dy dz i , x=2 ; vd a1= 2 ydy dz=2[ y2 ]02=8 .


0 0

(II) d a2= dy dz i , x=0 ; vd a2=0 ; vd a2=0 .


2 2

(III) d a3=dx dz j , y=2 ; vd a3= 4z dxdz =16 .


0 0

(IV) d a4 = dx dz j , y=0 ; vd a4=0 ; vd a4=0 .


2 2

(V) d a5=dx dy k, z=2 ; vd a5=6 x dx dy=24 .


0 0

(VI) d a6= dx dyk , z =0 ; vd a6=0 ; vd a6=0 .


Jumlahkan seluruh integrasi (I) s.d. (VI), ternyata hasilnya adalah
vd a =8 16 24=48 (cocok dengan ruas kiri).

SOAL 10

Ujilah kembali kebenaran teorema divergensi untuk fungsi

v =r2 cos r r 2
cos r2 cos sin .
Gunakan bola berjari-jari R pada oktan pertama sebagai volum yang
ditinjau!
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 25

Jawab:
z

Sesuai transformasi pada koordinat lengkung, R

divergensi
untuk koordinat bola dapat dituliskan
R

1 2 1 1 v y
v = r 2 r r vr r sin v sin r sin ,
R

sehingga untuk soal ini diperoleh


x

1 2 2 1 2 1 2

r
2
v = r r r cos r sin r cos sin r sin r cos sin

1 3 1 1
= 4r cos r2 cos cos r2 cos cos
r
2
r sin r sin

r cos
= sin [4sin cos cos ]=4 r cos .

Kemudian hitung ruas kiri teorema divergensi dengan elemen volum


dalam koordinat bola, d =r2 sin dr d d :
R / 2 / 2

v
2
d = 4r cos r sin dr d d =4 r
2
dr cos sin d d
0 0 0

1 R4
=R4 2 2 = 4 .

Sekarang cek ruas kanan, perrmukaan bola yang dimaksud terdiri


dari 4 bagian:

(1) bagian lengkung, d a1=R2 sin d d r ; r=R ; vd


a1= R2 cos R2 sin d d
/2 /2
1 R4
vd a1=R cos sin d d 4
=R4 = .
0 0 2 2 4
(2) kiri: d vd 2 vd =0
a = r dr d ; =0;
a =r
cos sin r dr d =0 a .
2 2 2
2
(3) belakang: d a3=r dr d ; = 2 ; vd a3= r

cos sin r dr d = r3 cos dr d


R /2
1 1
vd a3= r dr
3
cos d = 4R
4
1= 4
4R .
0 0
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 26

2 ; vd a=
(4) alas: d a4 =r sin dr d ;
= r cos r dr d
R /2

vd a4=r3 dr cos d = 1 R4 .
0 0 4
R4
Totalnya adalah: vd a =
R (cocok
0 1R 1 4
= R44
).
4 4 4 4

SOAL 11 z

Uji kebenaran teorema Stokes (curl) (0 , 0 , a)


untuk fungsi v=yk
pada permukaan segitiga seperti
gambar di samping!

Jawab: (0 , 2a, 0 )

= vd y
d
Teorema Stokes adalah: v a r
S (a, 0 , 0 )

Cek ruas kanan, vd r = x


ydz .

Ambil jalur yang berlawanan jarum jam pada garis-garis batas


permukaan tertutup segitiga. Ada 3 bagian garis pada segitiga
tersebut:

(1) kiri: z=a x ; dz = dx ; y=0 ; sehingga vd r1=0 .


(2) alas: dz=0 , sehingga vd r2=0 .
(3) belakang (kanan): 1 y ; 1
z =a dz= dy ;y :2a 0 .
2 2
0 y 0
2 4
1 1
vd r3= y = a 2 =a
2
dy =
2a 2 2 4
2 ] 2 a
[
Totalnya dalam loop vd r =0 0 a2=a2
tertutup adalah .
Sekarang cek
ruas kiri: v =i .
1 2
(coco
v d a= proyeksi permukaan segitiga pada bidang xy= 2 a 2a =a k).
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 27
SOAL
12
2
Misalka da z k . Hitung divergensi juga da
n F1=x k n F2 =x i
. Manakah yang dapat dituliskan sebaga gradien dari skalar ? Cari potensial skalar yang
y j curl dari F1 n
F2
cocok dengannya! Dan manakah yang dapat dinyatakan sebagai curl
dari vektor? Cari potensial vektor yang cocok dengannya!

Jawab
:

2 x y z

F1 = x 0 y0 z x =0; F2 = x y z =1 1 1=3 .
i

j k i

j k

2



z =0 .
2z = j x x =2 x j ;
= x = x y z
0x 0y x y
F1 F2
, adalah gradien dari
F 2 =0 maka F2 suatu skalar.
sehingga F2=V .
1
Potensial skalar yang memenuhi adalah V = 2
x2 y2 z2

, adalah curl dari suatu


F1 =0 maka F1 vektor.

Potensial vektor yang F adala dengan


berkaitan dengan 1 h A syarat F1= A ,
A y Az Ax Az Ay Ax 2 x3
menyebabk =
an z y z x =0 ; x y =x A y= 3 .
x2
Dengan ketentuan ini dapat dipilih Ax= Az j (tapi tidak
=0 sehingga A= 3 unik).

Fungsi Delta Dirac (Pengayaan)


v
= 1 r
Misalkan ada suatu fungsi dalam koordinat bola. Pada
vektor r 2 setiap titik, v
mengarah radial keluar.
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 28

Jika seseorang mencari sebuah fungsi dengan divergensi positif


yang sangat besar, maka fungsi itulah contohnya. Akan tetapi, jika
divergensinya dihitung dengan cara biasa (koordinat bola), ternyata
hasilnya tepat nol !
1
1 2 1
v = r = 1 =0

r .
2 2 2
r r r r
Lebih aneh lagi jika kita coba uji kebenaran teorema divergensi
dengan mengecek ruas kanan teorema, yaitu dengan
mengintegrasikan fungsi sepanjang permukaan bola berjari-jari R
yang berpusat pada titik asal koordinat:
2
R 0 0

vd a
1

= 2 r R 2 sin d d r =sin d d =4 ,

padahal ruas kiri teorema


divergensi, v d =0 .
Mana yang benar? Ruas kiri atau ruas kanan? Apakah teorema
divergensi telah salah?
Permasalahan rupanya r=0 di v nilainya meledak
disebabkan oleh titik mana secara
liar (pembagian dengan nol akan menghasilkan nilai tak
hingga). Divergensi v ( v )
sebenarnya memang bernilai nol, kecuali di r=0 . Oleh karena itu,
perlu didefinisikan fungsi baru yang dapat mengakomodasi sifat
divergensi ini. Patokan yang digunakan untuk adalah nilai teorema
divergensi untuk kasus ini haruslah 4 (mengacu pada ruas kanan).
Fungsi spesial ini dikenal dengan nama fungsi delta Dirac.

Fungsi delta Dirac 1D

x a
luasny
a1
satuan

a x
Gambar 15. Fungsi delta Dirac, luas daerah di bawah kurva bernilai 1 satuan.
Kappa Mu Phi,
2007

halaman 29

Definisi:

0, jika
x a = (55
xa dengan x a dx =1 .

{ jika
, x=a }
)

Sifat-sifat:

fx x a =fa x a dan

fx x a dx = f a . (56
)
Fungsi delta Dirac 3D

Definisi yang diberikan pada fungsi delta Dirac 1D dapat


diperluas menjadi 3D:
(5
3 7)
r = x y z,
dan integral volumnya bernilai 1:

3
r d = x y z dx dydz =1 . (5
8)
Selain itu,

3
fr r r 0 = f r0 .
(5
9)

Dengan fungsi delta Dirac ini, masalah yang dikemukakan pada


bagian awal dapat terpecahkan secara mudah, yaitu

r 3

r
2
=4 r,
atau secara umum

r 3
r
.
=4

2
r (60)

SOAL 13
(a)Tuliskan pernyataan yang menyatakan kerapatan massa dari
sebuah partikel bermassa m yang berada pada titik r 0 . Lakukan
hal yang sama untuk rapat muatan dari suatu
Kappa Mu Phi, 2007

halaman 30

muatan titik pada r0 !

(b)Berapa rapat muatan dari sebuah dipol listrik, yang terdiri dari
muatan titik -q pada titik asal koordnat dan muatan titik +q pada
r0 ?

(c) Berapakah rapat muatan yang seragam dari kulit bola tipis
berjari-jari R dan muatan totalnya Q?

Jawab:
(a) Perhatikan (58) satu volu merupakan fungsi delta Dirac,
pers. , per m sehingga:
3 3
r =m r r ;r =q r r .
m 0 q 0

3 3
(b) r =q r r0 q r.

(c) Misalkan r = A r R . Untuk mendapatkan konstanta A, maka


dibutuhkan

Q
, sehingga
syarat Q= r d = A r R 4 2
dr = A 4 R2 A= 4 R2 .

Dengan demikian, Q
r = 4 R2 r R .

***

Anda mungkin juga menyukai