Anda di halaman 1dari 41

BAB I

VEKTOR DAN SKALAR

1.1 DEFINISI VEKTOR DAN SKALAR

Definisi Vektor
Vektor adalah besaran yang mempunyai besar dan arah.
Misal: perpindahan, kecepatan, gaya, percepatan, dan berat. Secara
grafis, vektor digambarkan oleh sebuah anak panah yang
mendefinisikan arahnya, sedang besarnya dinyatakan oleh panjang anak
panah. P

O A

Secara analitis, vektor dilambangkan oleh sebuah huruf dengan anak


panah diatasnya, misal: A atau OP dan besarnya dinyatakan dengan

A atau OP . Pada vektor OP titik O dinamakan titik pangkal atau

titik asal sedang titik P dinamakan titik terminal atau terminus. Untuk
memudahkan penulisan, kita sepakati vektor disajikan dengan
lambang A (tanpa tanda panah diatasnya) atau a dan besarnya
dengan A atau a .

Definisi Skalar
Skalar adalah besaran yang mempunyai besar tetapi tanpa arah. Misal:
massa, laju, panjang, waktu, suhu, bilangan real, jarak, kalori, dsb.
Skalar dinyatakan dengan huruf seperti dalam aljabar elementer.
Operasi dengan skalar mengikuti aturan dalam aljabar elementer.

1
1.2 ALJABAR VEKTOR

Definisi Aljabar Vektor


1. Dua vektor A dan B adalah sama ditulis A = B , jika keduanya
memiliki besar dan arah yang sama tanpa memandang titik-titik
asalnya.

A B

Gambar 1.
2. Vektor − A adalah vektor yang arahnya berlawanan dengan vektor A
dan mempunyai besar yang sama dengan besar A .

A
−A

Gambar 2.
3. Jumlah atau resultan dari vektor A dan B adalah vektor C ditulis
A + B = C yaitu vektor yang dibentuk dengan menempatkan titik
awal dari B pada titik terminal A dan kemudian menghubungkan
titik awal dari A dengan titik terminal B .
B
B
A A C

Gambar 3.

2
4. Selisih dari vektor A dan B adalah vektor C ditulis A − B = C yaitu
vektor yang apabila ditambah B menghasilkan vektor A. Perhatikan
bahwa A − B = A + (− B) dan jika A = B maka A − B = 0 disebut
vektor nol yaitu vektor yang besarnya nol dan tidak memiliki arah
tertentu. Selanjutnya, vektor yang bukan vektor nol disebut vektor
sejati (proper vector).
5. Hasil kali vektor A dengan sebuah skalar m adalah vektor mA yang
besarnya m kali besarnya A (= m A ) dan memiliki arah yang sama

atau berlawanan dengan A , tergantung pada m positif atau negatif,


jika m=0 maka mA adalah vektor nol.

Hukum-Hukum Aljabar Vektor


Teorema
Jika A, B, dan C adalah vektor-vektor serta m dan n adalah skalar-skalar
maka
1. A + B = B + A hukum komutatif penjumlahan
2. (A+ B) + C = A + (B+C ) hukum asosiatif penjumlahan
3. mA = Am hukum komutatif perkalian
4. m(nA) = (mn )A hukum asosiatif perkalian

5. (m+n)A = mA + nA hukum distributif

6. m( A+ B) = mA + mB hukum distributif

Akan dibuktikan Teorema 1, yang lain silahkan anda buktikan


Perhatikan gambar berikut

3
P B Q

A A
R
O B
Gambar 4.

Karena OP + PQ = OQ atau A + B = C dan


OR + RQ = OQ atau B + A = C
maka A + B = B + A

Latihan 1
1. Buktikan bahwa penjumlahan vektor adalah asosiatif!
2. Tentukan lima gaya yang besar dan arahnya berbeda bekerja pada
suatu obyek P, kemudian tentukan arah dan besar gaya resultannya!
3. Diketahui vektor A dan B adalah dua sisi berturutan pada suatu segi
enam beraturan, tentukan sisi-sisi yang lain!
4. Diketahui vektor A, B, dan C adalah sisi-sisi sebuah segitiga,
tentukan resultannya!
5. Diketahui dua vektor a dan b yang tak kolinier, tentukan suatu
pernyataan untuk sebarang vektor r yang terletak pada bidang yang
dibentuk oleh a dan b! (vektor a dan b ini disebut vektor basis)
6. Diketahui tiga buah vektor a , b , dan c yang tak koplanar, tentukan
suatu pernyataan untuk sebarang vektor r dalam ruang tiga dimensi
(R3)! (Selanjutnya vektor a , b dan c disebut vektor basis)
7. Buktikan bahwa, jika a dan b bukan vektor nol, keduanya tak
kolinier, dan xa + yb = 0 maka x = y = 0 !

4
8. Buktikan bahwa, jika a dan b tak kolinier dan
x1 a + y1 b = x2 a + y2 b maka x1 = x2 dan y1 = y2
9. Buktikan bahwa, jika a , b, dan c tak koplanar dan xa+yb+zc=0
maka x = y = z =0!
10. Buktikan bahwa, jika a , b, dan c tak koplanar dan
x1a + y1b + z1c = x2 a + y2b + z2c maka x1 = x2 , y1 = y2 , z1 = z2
11. Buktikan bahwa kedua diagonal dari jajaran genjang saling
berpotongan ditengah-tengah.
12. Jika titik tengah sisi-sisi segi empat sembarang dihubungkan akan
terbentuk segi empat baru. Sebutkan jenis segi empat baru ini dan
beri alasan secukupnya!

1.3 VEKTOR SATUAN

Definisi Vektor Satuan


Vektor satuan adalah vektor yang besarnya satu satuan.
A
Jika A adalah sebuah vektor dengan A  0 maka adalah vektor
A

satuan dari vektor A . Setiap vektor A dapat dinyatakan sebagai hasil


kali dari vektor satuan dari A dengan besarnya. Jika vektor satuan dari A
adalah a maka A = A a .

→ → →

Vektor-vektor satuan yang tegak lurus i , j, dan k .


Himpunan vektor satuan yang penting adalah yang searah sumbu-sumbu
positif dari sistem koordinat tegak lurus baik ruang dimensi dua maupun
tiga. Dalam sistem koordinat ruang dimensi tiga, kita menggunakan

5
sistem koordinat tegak lurus aturan tangan kanan, seperti gambar
berikut.

k
→ →

i j Y
X
Gambar 5.

1.4 KOMPONEN SEBUAH VEKTOR

Setiap vektor dalam ruang dimensi tiga dapat digambarkan dengan titik
asal O dari sistem koordinat tegak lurus.

Misal titik ( A1, A2 , A3 ) koordinat titik terminal dari vektor A dengan titik
asal O. Z
Vektor A disebut vektor posisi titik ( A1, A2 , A3 ) A

. A3 k
→ → → →

A1 i , A2 j , dan A3 k disebut vektor- A1 i Y


vektor komponen dari A dalam A2 j


arah X, Y, dan Z. X
Gambar 6.
A1 , A2 , dan A3 disebut komponen-komponen dari A dalam arah sumbu
X, Y, dan Z.

6
→ → →

Jumlah dari A1 i , A2 j , dan A3 k adalah vektor A sehingga


→ → →

A = A1 i + A2 j + A3 k dan besarnya adalah A = A12 + A22 + A32

Secara khusus vektor posisi atau vektor jejari (radius vektor) r dari titik

O ke titik ( x, y , z ) adalah r = x i + y j + z k
→ → →

dan besarnya r = x2 + y 2 + z 2

Latihan 2:
→ → →

1. Tunjukkan bahwa besar A = A1 i + A2 j + A3 k adalah

A = A12 + A22 + A32


2. Diketahui titik P(3,1,4) dan Q(2,5,-1).
Tentukan
a) vektor-vektor posisi titik P(3,1,4) dan Q(2,5,-1),
b) resultannya
c) vektor satuan yang sejajar dengan resultannya
d) tentukan vektor PQ dan besarnya, apa yang dapat anda simpulkan
terkait dengan jarak titik P dan Q.
→ → → → → →

3. Ditentukan vektor A = 2 i − 4 j + k , B = i + 4 j + 3 k ,
→ → →

C = − 5 i + 2 j − k , carilah A + 2B − C dan A + 2 B − C
→ → → → → → → → →

4. Jika r1 = 2 i − j + k , r2 = 3 i + 2 j + 5 k , r3 = − 2 i + j − 3 k , dan
→ → →

r4 = i + 3 j − 2 k , carilah skalar a, b, dan c sehingga


r4 = ar1 + br2 + cr3 . Tentukan mana vektor-vektor yang bergantung
linear dan dapatkah anda menentukan vektor-vektor bebas linear.

7
5. Tentukan sudut-sudut  ,  , dan yang terbentuk oleh vektor
→ → →

r = x i + y j + z k dengan arah positif dari sumbu-sumbu koordinat

dan tunjukkan bahwa cos2  + cos2  + cos2  = 1 .


Selanjutnya  ,  , dan disebut sudut-sudut arah dan
cos , cos  , cos disebut cosinus-cosinus arah dari vector r.
6. Tentukan persamaan garis yang melalui dua titik A dan B yang
diketahui memiliki vektor kedudukan (posisi) a dan b terhadap titik
asal 0.
7. Tentukan persamaan garis yang melalui titik P( x1, y1, z1 ) dan
Q( x2 , y2 , z2 ) dalam bentuk vektor dan skalar.

1.5 OPERASI HASIL KALI PADA VEKTOR

1.5.1 Hasil Kali Titik atau Skalar

Definisi Hasil Kali Titik


Hasil kali titik dari dua vektor A dan B dinyatakan dengan A• B
(dibaca A titik B atau A dot B ) didefinisikan sebagai
A • B = A B cos  , 0    
adalah sebuah skalar.

Hukum-Hukum Perkalian Titik


Teorema
Jika A, B, dan C adalah vektor-vektor dan m adalah skalar maka
1. A • B = B • A hukum komutatif
2. A (B+C )= A B+ A C
• • • hukum distributif

8
3. m( A B) = (mA) B = A (mB ) = ( A B)m
• • • • hukum asosiatif
→ → → → → → → → → → → →

4. i i = j j = k k = 1 dan i j = j k = k i = 0
• • • • • •

→ → → → → →

5. Jika A = A1 i + A2 j + A3 k dan B = B1 i + B2 j + B3 k
maka A B = A1B1 + A2 B2 + A3B3

2
dan A A = A = A12 + A2 2 + A32

6. Jika A B = 0 dengan A dan B bukan vektor-vektor nol, maka


A dan B tegak lurus.

Latihan 3.
1. Buktikan hukum-hukum perkalian titik di atas.
2. Buktikan hukum Phytagoras.
→ → →

3. Tentukan sudut antara vektor A = 2 i + j − 2 k , dan


→ → →

B = 2i + j +2k
→ → →
4. Tentukan a, b, dan c sehingga vektor A = 3 i − 2 j + k ,
→ → → → → →
B = i − 3 j + 5 k , dan C = a i + b j + c k membentuk
segitiga siku-siku
→ → →

5. Carilah proyeksi dari A = 2 i − 4 j + k pada vektor


→ → →
B = 4 i − j +3k
6. Buktikan hukum cosinus dalam segitiga
B

A  a2 = b2 + c2 − 2bc cos
C
7. Buktikan bahwa diagonal-diagonal belah ketupat saling tegak lurus.

9
8. Tentukan vektor yang tegak lurus bidang yang dibentuk oleh
→ → → → → →
A = 3 i − 2 j + k dan B = i − 3 j + 5 k
9. Tentukan persamaan bidang yang tegak lurus vektor
→ → →
A = i + 2 j + 3 k dan melalui titik terminal vektor
→ → →
B = i − 3 j + 5 k , kemudian tentukan jarak titik asal kebidang
tersebut.

1.5.2 Hasil Kali Silang atau Hasil Kali Vektor

Definisi Hasil Kali Silang


Hasil kali silang dari dua vektor A dan B dinyatakan dengan AxB
(dibaca A silang B atau A cross B) didefinisikan sebagai

AxB = A B sin u , 0    

adalah sebuah vektor, vektor u adalah vektor satuan yang menunjukkan


arah AxB .
Jika C = AxB maka C adalah vektor yang tegak lurus pada bidang yang
memuat A dan B sehingga A, B, dan C membentuk sistem tangan
kanan.

Hukum-Hukum Perkalian Silang


Teorema
Jika A, B, dan C adalah vektor-vektor dan m adalah skalar maka
1. A x B = − B x A
2. A x  B + C  = A x B + A x C hukum distributif

3. m(AxB ) = (mA)xB = Ax(mB) = (AxB )m hukum asosiatif

10
→ → → → → → → → → → → → → → →

4. i x i = j x j = k x k = 0 dan i x j = k , j x k = i , k x i = j
→ → → → → →

5. Jika A = A1 i + A2 j + A3 k dan B = B1 i + B2 j + B3 k
→ → →
i j k
maka AxB = A A A
1 2 3
B B B
1 2 3

6. AxB = luas jajar genjang dengan sisi A dan B.

7. Jika AxB = 0 dengan A dan B bukan vektor-vektor nol maka


A sejajar B

Latihan 4
1. Buktikan hukum-hukum perkalian titik di atas.
→ → → → → →

2. Jika A = 2 i − 4 j + k , dan B = i + 4 j + 3 k ,
Tentukan a. AxB b. BxA c. ( A + B )x( A − B )
3. Tentukan luas segitiga PQR dengan P(2,3,1), Q(4,-1,5), dan R(2,1,1)
4. Tentukan vektor yang tegak lurus bidang yang dibentuk oleh
→ → → → → →

A = 3 i − 2 j + k dan B = i − 3 j + 5 k
sin  sin  sin 
5. Buktikan hukum sinus dalam segitiga = =
a b c

c. Hasil Kali Tripel


Hasil kali dari tiga buah vektor A, B, dan C dapat berbentuk
(A • B)C , A • (BxC ) , dan Ax (BxC )
Teorema
1. ( A.B)C  A( B.C )

11
2. A.(BxC) = B.(CxA) = C.( AxB ) = Volume paralel epipidum (prisma)
yang rusuk-rusuk utamanya A, B, dan C atau negatif, tergantung
dari vektor-vektor ini apakah ketiganya membentuk koordinat
sistem tangan kanan atau tidak.
→ → → → → →

Jika A = A1 i + A2 j + A3 k , B = B1 i + B2 j + B3 k dan
A1 A2 A3
→ → →

C = C1 i + C2 j + C3 k maka A.( BxC ) = B1 B2 B3


C1 C2 C3

3. Ax( BxC)  ( AxB) xC


4. Ax( BxC) = ( A.C ) B − ( A.B)C
( AxB ) xC = ( A.C ) B − ( B.C ) A
Hasil kali A.(BxC ) dapat dinyatakan sebagai  ABC  atau A.BxC
Untuk latihan buktikan semua teorema di atas.

Latihan 5
1. Buktikan teorema-torema di atas!
2. Buktikan bahwa A.( AxC ) = 0
3. Buktikan bahwa syarat perlu dan cukup agar vektor-vektor A, B,
dan C sebidang adalah A.( BxC) = 0
→ → → → → →

4. Jika A = 3 i − 2 j + k , B = i − 3 j + 5 k , dan
→ → →

C = 4i + j − 2 k .
Hitung a. A.BxC b. ( A.B )C c. ( AxB )xC d . ( AxB ).A

12
BAB II
DIFERENSIASI VEKTOR

2.1 TURUNAN BIASA DARI VEKTOR

R (u + u ) R = R (u + u ) − R (u )

0
R (u )

Gambar 7.

Andaikan R(u) suatu fungsi vektor yang bergantung pada sebuah


R R(u + u ) − R(u )
variabel skalar tunggal u. Maka =
u u
dimana u adalah pertambahan u.

Turunan biasa dari R (u ) terhadap skalar u didefinisikan sebagai


dR lim it R lim it R(u + u ) − R(u )
= = , jika limit ini ada.
du u →0 u u →0 u

dR
Karena adalah sebuah fungsi vektor dengan skalar u, maka kita
du

dapat meninjau turunannya terhadap u, jika turunan ini ada kita tulis
d 2R
. Dengan cara yang sama kita dapat meninjau turunan dengan orde
du 2
yang lebih tinggi.

13
2.1.1 KURVA-KURVA RUANG

Andaikan R (u ) adalah vektor posisi r (u ) yang menghubungkan titik

asal 0 dari suatu sistem koordinat dan sebarang titik ( x, y, z ) maka


→ → →
r (u ) = x(u ) i + y (u ) j + z (u ) k adalah fungsi vektor.
Fungsi vektor r (u ) mendefinisikan x, y, dan z dalam fungsi-fungsi dari
skalar u.

Bila u berubah, titik terminal r menggambarkan sebuah kurva dengan


persamaan parameter x = x(u ); y = y(u ); z = z (u )
r r (u + u ) − r (u )
maka = adalah vektor yang searah r
u u

r (u + u ) r = r (u + u ) − r (u )

0
r (u )

Gambar 8.

dr lim it r lim it r (u + u ) − r (u )
Jika = = ada,
du u →0 u u →0 u
dr
maka berupa sebuah vektor yang searah dengan arah garis
du
singgung pada kurva ruang di ( x, y, z ) dan diberikan oleh
dr dx dy

dz → →

= i + j+ k
du du du du

dr dr
Jika u adalah waktu t, maka = menyatakan kecepatan V dan titik
du dt
dv d 2 r
terminal r melukiskan kurvanya, dan = menyatakan
dt dt 2
percepatan a sepanjang kurva.

14
2.1.2 KONTINUITAS DAN DIFERENSIABEL

Fungsi skalar  (u) dikatakan kontinu di u jika lim  (u + u ) =  (u )


u → 0
→ → →

Fungsi vektor r (u ) = x(u ) i + y(u ) j + z (u ) k dikatakan kontinu di u,


jika fungsi skalar x = x(u ); y = y(u ); z = z (u ) masing-masing kontinu.

2.1.3 RUMUS-RUMUS DIFERENSIASI


Jika A, B, dan C ádalah fungsi-fungsi vektor dari sebuah skalar u yang
diferensibel dan  fungsi skalar dari u yang diferensiabel, maka

d dA dB
1. ( A + B) = +
du du du
d dB dA
2. ( A.B ) = A. + .B
du du du
d dB dA
3. ( AxB ) = Ax + xB
du du du
d dA d
4. (A) =  + A
du du du
d dC dB dA
5. ( A.BxC ) = A.Bx + A. xC + .BxC
du du du du
d dC dB dA
6. [ Ax ( BxC)] = Ax[ Bx ] + Ax[ xC ] + x[ BxC]
du du du du

15
2.1.4 GEOMETRI DIFERENSIAL

Jika suatu kurva C didefinisikan oleh persamaan parameter


x = x(s); y = y(s); z = z (s) dengan s adalah panjang busur yang diukur
dari suatu titik tetap di kurva C dan r adalah vektor posisi dari
dr dx dy

dz → →

sebarang titik di kurva C maka = i + j+ k merupakan


ds ds ds ds
vektor singgung kurva C dan

dx 2 + dy 2 + dz 2 ds
2 2 2
dr  dx   dy   dz 
=   +   +   = = =1
ds  ds   ds   ds  ds 2 ds
dr
jadi adalah vektor singgung satuan. ...............................................(1)
ds

→ → →

Perhatikan jika titik terminal r (t ) = x(t ) i + y(t ) j + z (t ) k melukiskan


kurva ruang C dan T adalah vektor singgung satuan dari kurva ini maka
dr
T = dt ..................................................(2)
dr
dt
dr
dr dr dt dt
Dari (1) diperoleh = . = ..............................................(3)
ds dt ds ds
dt
ds dr
Dari (2) dan (3) tampak bahwa =
dt dt

16
Laju perubahan T terhadap s adalah ukuran dari kelengkungan C dan

 dr   dr  d 2r
d   
diberikan oleh
dT
=  ds  d 
= dt . 1 = dt
2

ds ds dt  dr  ds dr 2
  dt
 dt  dt
dT
arah dari adalah normal terhadap kurva di titik tersebut.
ds
Jika N adalah vektor satuan normal pada arah ini, maka N disebut
dT
normal utama (pricipal normal) jadi = N dengan 
ds
1
kelengkungan (curvature) dari C di titik tersebut. Besaran  =

disebut jari-jari kelengkungan (radius of curvature).

Vektor B yang tegak lurus bidang yang dibentuk oleh T dan N


sedemikian hingga B = T x N disebut binormal dari kurva. Sistem
koordinat yang terbentuk oleh B, T, dan N disebut trihedral atau triad
di titik tersebut. Rumus-rumus yang terkait dengan B,T, dan N disebut
rumus Frenet- Serret sbb:
dT dN dB
= N = B − T = −N
ds ds ds
1
Besaran = disebut jari-jari torsi (radius of torsion).

Bidang oskulasi (osculating plane) adalah bidang yang memuat vektor
satuan singgung dan normal utama di P pada C.
Bidang Normal adalah bidang yang melalui P di C dan tegak lurus
vektor satuan singgung.
Bidang meralat (rectifying plane) adalah bidang yang melalui P dan
tegak lurus normal utama.

17
Latihan 6
→ → →

1. Jika r (t ) = sin2t i + cos 2t j + t k carilah

dr d 2r dr d 2r
a. b. c. d.
dt dt 2 dt dt 2

2. Sebuah partikel bergerak sepanjang kurva


x = e t ; y = 2 cos3t; z = 2 sin 3t dengan t adalah waktu. Carilah
kecepatan, laju, percepatan dan besar percepatan.
→ → → → → →

3. Jika A = t 2 i − 2t j + (t 3 − 1) k , B = sin t i − cost j + t k , dan


→ → →

C = e 2t i + sin 2t j + t k . Carilah

a.
d
( A.B) b.
d
( AxB ) c.
d
(BxC ) d . d A.BxC
dt dt dt dt
4. Carilah vektor singgung satuan di sembarang titik pada kurva
x = t 2 − 1; y = 4t + 2; z = (3t − 1) , kemudian carilah di titik t= 0 dan
2

t= 3.
5. Buat sketsa kurva ruang x = 4 cos 2t , y = 4 sin 2t , z = 3t kemudian


carilah di t =
2
a) vektor singgung satuan, f) torsi
b) vektor normal satuan, g) jari-jari torsi
c) vektor binormal, h) bidang oskulasi
d) kelengkungan, i) bidang normal
e) jari-jari kelengkungan, j) bidang meralat

18
2.2 TURUNAN PARSIAL DARI FUNGSI VEKTOR

Jika A adalah fungsi vektor yang bergantung pada lebih dari satu
variabel skalar misal A = A( x, y, z ) turunan parsial terhadap
variabelnya didefinisikan sebagai berikut:
A A( x + x, y, z ) − A( x, y, z )
= lim jika ada
x x →0 x
A A( x, y + y, z ) − A( x, y, z )
= lim jika ada
y y →0 y
A A( x, y, z + z ) − A( x, y, z )
= lim jika ada
z z →0 z
Rumus-rumus turunan parsial vektor
 B A
1. ( A.B) = A. + .B
u u u
 B A
2. ( AxB ) = Ax + xB
u u u
Rumus- rumus turunan parsial fungsi vektor lainnya mengikuti aturan
turunan parsial dalam kalkulus fungsi dua peubah atau lebih.

2.3 PERMUKAAN RUANG

Pandang fungsi vektor r = r (u, v) , jika u bernilai tetap misal u = u0

maka r = r (u0 , v) menyatakan sebuah kurva ruang, demikian halnya

jika u = u1, u = u 2 ,..., dst . Oleh karenanya, jika u berubah-ubah

maka r = r (u, v) akan menyatakan kurva-kurva ruang yang bergerak


pada suatu permukaan.

19
Demikian pula bila v tetap misalnya v = v0 , v = v1 , v = v3 , ..., dst ,

r = r (u, v0 ), r = r (u, v1 ), r = r (u, v3 ), dst menyatakan suatu kurva


ruang. Jadi bila v berubah-ubah maka r = r (u, v) akan menyatakan
kurva-kurva ruang yang bergerak pada suatu permukaan yang sama.
Dengan demikian bila u dan v keduanya berubah-ubah, r = r (u, v)
menyatakan suatu permukaan, misalnya pemukaan S.
v=v0
v=v1 v=v2

u=u0
u=u1
u=u2

Gambar 9.

Untuk nilai u=u0 dan v=v0 tertentu kita diperoleh titik potong kurva
r = r (u0 , v) dan r = r (u , v0 ) yaitu titik (u0 , v0 ) pada permukaan S.
Dalam hal ini dikatakan bahwa (u, v) mendefinisikan koordinat-
koordinat kurvalinear, jika kurva-kurva tersebut dititik potongnya tegak
lurus maka koordinatnya disebut koordinat kurvalinear ortogonal.

Selanjutnya pandang titik P (u0 , v0 ) pada permukaan S. Turunan parsial

r
di P menyatakan vektor singgung satuan pada kurva r = r (u , v0 )
u
r
di P menyatakan vektor singgung satuan pada kurva r = r (u 0 , v)
v
Kedua vektor singgung ini menyinggung permukaan S di P.

20
r r
Oleh karena itu, vektor x di P adalah vektor normal terhadap
u v
permukaan S di P.

2.4 DIFERENSIAL DARI VEKTOR


→ → → → → →

1. Jika A = A1 i + A2 j + A3 k maka dA = dA1 i + dA2 j + dA3 k


2. d ( A.B) = A.dB + dA.B
3. d ( AxB ) = AxdB + dAxB
A A A
4. Jika A = A( x, y, z ) maka dA = dx + dy + dz
x y z

Latihan 7.

1. Jika A = (3x 2 y − y 3 ) i + (e xy − x sin y ) j + (x 2 cos y )k


→ → →

A 2 A 2 A 2 A
Carilah: a. b. c. d.
x y 2 yx xy

→ → →
2. Jika  = x y z dan A = xy i − xz
3 2 2
j+ y zk 2

 2 (A)  3 (A)
Carilah a. di titik (2,1,1) b. di titik (0,1,2)
xy y 2 z
3. Carilah persamaan bidang singgung untuk permukaan

z = x2 + y 2 + 1 di titik (1, 1, 3)
4. Carilah sudut antara permukaan x + y + z = 9 dengan
2 2 2

permukaan z = x + y − 3 di titik (2, -1, 2)


2 2

21
BAB III
GRADIEN, DIVERGEN, DAN CURL

Definisi Nabla
Operator diferensial vektor del atau nabla dilambangkan dengan 
adalah sebuah vektor yang didefinikan sebagai
 →
 →
 →
 →
  → →

= i + j+ k = i +j + k
x y z x y z

3.1 GRADIEN

Definisi Gradien
Andaikan  ( x, y, z ) mendefinisikan suatu fungsi skalar yang

diferensiabel di titik ( x, y, z ) dari suatu daerah di ruang, maka gradien

 atau grad  didefinisikan sebagai  =  i +  j +  k


→ → →

x y z

Turunan Berarah.

Andaikan  ( x, y, z ) suatu fungsi skalar yang terdefinisi pada daerah

tertentu yang memuat titik P( x, y, z ) dan Q( x + x, y + y, z + z)

  ( x + x, y + y, z + z ) −  ( x, y, z )
yang berdekatan maka =
s s
dengan  s jarak titik P dan Q menyatakan rata-rata perubahan 

d
persatuan jarak dan menyatakan laju perubahan  terhadap jarak
ds
di titik P ke arah titik Q yang disebut turunan berarah dari  .

22
Perhatikan bahwa,
d 
= limit
ds s →0 s
 x  y  z
= limit + limit + limit
s → 0 x s s → 0 y s s → 0 z s

 dx  dy  dz
= + +
x ds y ds z ds
dr
=  •
ds
dr d
Karena vektor satuan maka adalah turunan berarah  pada
ds ds
arah vektor satuan ini.
Secara umum turunan berarah  pada arah vektor satuan u adalah
 .u

Arti Fisis Turunan parsial

Arti fisis turunan parsial fx dan fy di titik (x,y) berturut-turut



adalah laju perubahan nilai fungsi z = f(x,y) pada arah vektor i

dan j , sehingga
f
(x, y ) = f (x, y ) dan f (x, y ) = f (x, y )
x i y j
  
Vektor satuan i dan j diganti vektor satuan u sebarang

Turunan berarah

23
y

Bentuk umum vektor satuan sin θ u
 
u = cos  i + sin j
  2 2  
u = u i + u j dengan u1 +u2 = 1 j u =1
1 2
 = (u , sb x pos)

u cos = cos dan u sin = sin i cos θ x

Gambar 10
Definisi turunan berarah:

Andaikan fungsi z = f(x,y) terdefinisi pada cakram terbuka berpusat di


 
(x,y) dan u = cos  i + sin j vektor satuan pada bidang. Turunan

berarah dari f dalam arah vektor satuan u , ditulis

f limit f (x+h cos , y +h sin )− f (x, y )


(x, y ) = , bila limit ini ada.
u h→0 h

Notasi lain
 
1. Bila vektor satuannya berbentuk u = u1 i + u2 j maka

f limit f (x+hu1, y + hu2 )− f (x, y )


(x, y ) = bila limit ini ada.
u h→0 h
   
2. Dalam notasi vektor, x = x i + y j dan u = u1 i + u2 j maka
(x + hu , y + hu )= x + hu
1 2

f
(x, y ) = ( )
limit f x + hu − f (x )
bila limit ini ada.
u h→0 h
Pikirkan! Jika pada definisi turunan berarah sudut  = 0 apa yang

terjadi?, juga apa yang terjadi jika  = ?
2

24
Arti geometris turunan berarah

Gambar 11
f
(x, y ) = gradien garis singgung di titik (x,y,z) pada kurva C, kurva C
u
adalah kurva perpotongan permukaan dengan bidang melalui
(x,y,z) sejajar vektor arah.

Cara Menghitung Turunan Berarah

f limit f (x+h cos , y + h sin )− f (x, y )


Cara 1. (x, y ) =
u h→0 h
Misal:
g (t ) = f ( x + t cos , y + t sin )

g (h) = f ( x + h cos , y + h sin )
g (0) = f ( x, y)
Maka
f limit g (h)− g (0)
(x, y ) = = g (0)
u h→0 h

Contoh:
Tentukan turunan berarah dari fungsi f ( x, y) = 2x 2 y + 3 y 2 dalam arah
vektor satuan yang membentuk sudut 300 dengan sumbu x positif di titik
(1,– 1)

25
Jawab:
1 → 1→
u= 3 i+ j
2 2
g (t ) = f ( x + t cos , y + t sin )
1 1
= f (x + 3 t, y + t )
2 2
2
 1   1   1 2
= 2 x +
 3 t   y + t  + 3 y + t 
 
 2   2   2 
g (0) = x2 + 2 3 xy + 3 y
f
Jadi ( x,y) = x2 + 2 3 xy + 3 y
u
f
(1, − 1) = 12 + 2 31.(−1) + 3(−1) = −2 − 2 3
u

Cara 2. Menggunakan Rumus

f
( x, y ) =  f ( x , y ) • u
u
f → f →
dengan f ( x, y ) = ( x, y ) i + ( x, y ) j ,
x y
adalah gradien dari fungsi skalar f
f f
Kondisi dan kontinu pada B ( x, y )
x y r

dengan B ( x, y ) = (u, v ) (u − x )2 + (v − y )2  r 
r  

Jawab soal di atas: (cara 2)


1 → 1→ f f
u= 3 i+ j ( x,y) = 4 xy ( x,y) = 2 x 2 + 6 y
2 2 x y
keduanya kontinu pada R 2
→ →
f ( x, y ) = 4 xy i +  2 x 2 + 6 y  j
 
Jadi

26
f
(x, y ) = f ( x, y) • u
u
 → → 1 → 1 →
  2 
=  4 xy i +  2 x + 6 y  j  •  3 i + j 
   2 2 
 

3.4 xy +  2 x 2 + 6 y 
1 1
=
2 2 
= 2 3 xy + x 2 + 3 y
f
(1, − 1) = 2 31.(−1) + 12 + 3(−1) = −2 − 2 3
u

Maksimum dan Minimum Turunan Berarah

f f
Dengan kondisi dan kontinu di ( x0 , y0 ) , akan dicari
x y
f
vektor satuan u pada R2 sehingga ( x0 , y0 ) maks/min.
u
f
(
( x0 , y0 ) = f ( x0 , y0 ) • u = f ( x0 , y0 ) . u cos  f , u )
u
konstan 1 maks = 1 min = −1

f
Jadi nilai maksimum dari ( x0 , y0 ) = f ( x0 , y0 )
u
Terjadi bila u searah dengan f  (f , u ) = 0
f
dan nilai minimum dari ( x0 , y0 ) = – f ( x0 , y0 )
u
Terjadi bila u berlawanan arah dengan f  (f , u) = 

27
3.2 DIVERGEN

Definisi Divergen
→ → →
Andaikan V ( x, y, z ) = V1 i + V2 j + V3 k mendefinisikan suatu

fungsi vektor yang diferensiabel di titik ( x, y, z ) dari suatu daerah di


ruang, maka divergen V atau div V didefinisikan sebagai

 • V =  i +
 x


y
j+
  → →

( →

k  • V1 i + V2 j + V3 k
z 
→ →

)
 V V2 V3 
=  1 + + 
 x y z 

3.3 CURL

Definisi Curl
→ → →
Andaikan V ( x, y, z ) = V1 i + V2 j + V3 k mendefinisikan suatu

fungsi vektor yang diferensiabel di titik ( x, y, z ) dari suatu daerah di


ruang, maka curl V atau rotasi V didefinisikan sebagai

xV =  i +
 x


y
j+
 
z
→ →

( →

k  x V1 i + V2 j + V3 k

→ →

)
→ → →

i j k
  
=
x y z
V1 V2 V3

28
3.4 RUMUS-RUMUS TERKAIT DENGAN 

Jika A dan B adalah fungsi-fungsi vektor yang diferensiabel serta  dan

 suatu fungsi skalar yang diferensiabel di titik ( x, y, z) , maka


1. ( + ) =  + 
2. .( A + B) = . A + .B
3. x( A + B) = xA + xB
4. .(A) = ( ). A +  (. A)
5. x(A) = ( )xA +  (xA)
6. .( AxB ) = B.(xA) − A.(xB )
7. x( AxB ) = (B. )A − B(. A) − ( A. )B + A.(.B )
8. ( A.B) = (B. )A + ( A. )B + Bx (xA) + Ax (xB )

 2  2  2
9. .( ) =   = 2 + 2 +
2

x y z 2

2 2 2
dengan 2 = + + disebut operator Laplace
x 2 y 2 z 2
10. x( ) = 0
11. .(xA) = 0

12. x(xA) = (. A) −  2 A

Latihan 8
→ → → → → →

1. Jika A = 2 yz i − x 2 z j + xy 2 k , B = x 2 i + xy 2 j − z k dan

 = 2 x 2 yz 3 . Carilah:
a) Divergen A b) Crul B c) Gradien 
d) Divergen dari gradien  e) ( A. ) f) (B.)A

29
g) ( Ax) h) Ax

2. Jika r adalah vektor posisi dari titik (x, y, z ) dalam ruang. Carilah
r
a)  r b) e c) .
r

3. Tunjukkan bahwa  tegak lurus permukaan  ( x, y, z ) = C ,


dengan C konstanta. (Dimisalkan r vektor posisi sembarang titik
pada permukaan, tunjukkan bahwa  .dr = 0). Dari soal ini
terbukti bahwa  adalah vektor normal dari permukaan.

4. Carilah sudut antara permukaan x + y + z = 9 dengan


2 2 2

permukaan z = x + y − 3 di titik (2, -1, 2)


2 2

5. Carilah turunan berarah  = x2 yz + 4xz3 di titik (2,3,1) dalam


→ → →
arah vektor A = 2 i − 2 j + k . Dalam arah manakah turunan
 maksimum, dan dalam arah manakah turunan  minimum.

30
BAB IV
INTEGRASI VEKTOR

4.1 INTEGRAL BIASA DARI VEKTOR


→ → →
Andaikan R(u ) = R1 (u ) i + R2 (u ) j + R3 (u ) k adalah fungsi vektor

yang bergantung pada variabel tunggal skalar u dengan


R1 (u ) , R2 (u ) , R3 (u ) kontinu pada suatu selang tertentu.
→ → →
Maka  R(u ) du = i  R1(u ) du + j  R2 (u ) du + k  R2 (u ) du

disebut integral tak tentu.


d
Bila terdapat vektor S (u ) sehingga  S (u )  = R (u ) maka
du

 R(u ) du = 
d
(S (u)) du = S (u) + c , dengan c vektor konstan
du

Integral tentu antara limit u=a dan u=b adalah


b
 R(u ) du =S (u )+ca = S (b) − S (a )
b
a
Contoh:

Bila R(u ) = (u 2 − u ) i + 2u 3 j − 4 k maka


→ → →

( )
→ → →
3
 R(u ) du = i  u − u du + j  2u du − k  4 du
2

=  u 3 − u 2 + c1  i +  u 4 + c2  j − (4u + c3 ) k
→ → →
1 1 1
3 2  2 


1
3
1
2 
1
2
→ →

(
=  u 3 − u 2  i + u 4 j − 4u k + c1 i + c2 j − c3 k
→ → → →

)
=  u 3 − u 2  i + u 4 j − 4u k + C
→ → →
1 1 1
3 2  2

31
2
 R(u ) du =
0
( u − u )i +
1
3
3 1
2
2

1 4
2
u

j − 4u k


2

2→ → →

= i + 8 j − 8k
3
Cara lain

 R (u ) du = i  (u − u )du + j  2u du − k  4du
2 → 2 → 2 → 2
2 3

0 0 0 0

=  u − u  i +   j − 4u k
1
3
3 1
2
2
2

0

1 4
2
u
2

0

2
0

2→ → →

= i + 8 j −8k
3

INTEGRAL GARIS
→ → →

Andaikan r (u ) = x(u ) i + y(u ) j + z (u ) k dengan r (u ) adalah vektor

posisi dari ( x, y, z ) mendefinisikan sebuah kurva C yang

menghubungkan dua titik P1 dan P2 dengan u = u1 untuk P1 dan

u = u2 untuk P2 .
Dengan menganggap kurva C tersusun atas sejumlah berhingga kurva
→ → →

r (u) yang kontinu dan misalnya A = A1 i + A2 j + A3 k suatu fungsi


vektor yang kontinu sepanjang C.
P2
Maka  A • dr =  A • dr =  ( A1 dx + A2 dy + A3 dz )
P1 C C

Jika C kurva tertutup sederhana


maka  A • dr =  ( A1 dx + A2 dy + A3 dz )
C C

32
Contoh
→ → →

Jika A = ( x 2 + y 2 ) i − 4 yz 2 j + 3x 2 y k , hitunglah  A • dr dari titik


C

(0,0,0) ke titik (1, 1, 1) sepanjang

i. kurva x = t , y = t , z = t
2 3

ii. garis lurus yang menghubungkan (0,0,0) dan (1, 1, 1)


iii. garis lurus dari (0,0,0) ke (1,0,0) kemudian ke (1,1,0) dan kemudian
ke (1,1,1)

Penyelesaian:
a)  A dr =  (( x 2 + y 2 ) dx − 4 yz 2 dy + 3x 2 y dz)

C C

karena
x = t  dx = dt dari (0,0,0) ke (1,1,1)
y = t  dy = 2t dt
2
dan bersesuian dengan
z = t 3  dz = 3t 2 dt dari t = 0 ke t = 1

Maka

C C
(
 A • dr =  ( x + y ) dx − 4 yz
2 2 2
dy + 3x 2 y dz)

0
( 2
) 1

0
( 2
)
=  t 2 + (t 2 ) dt −  4(t 2 )(t 3 ) .2tdt +  (3t 2 .(t 2 )) 3t 2 dt
1 1

=  (t 2 + t 4 ) dt −  8t 9 dt +  9t 6 dt
1 1 1

0 0 0

Silahkan anda lanjutkan!

33
b)  A dr =  ( x 2 + y 2 ) dx − 4 yz 2 dy + 3x 2 y dz

C C

garis lurus yang menghubungkan titik (0,0,0) dan (1, 1, 1)


mempunyai persamaan x = y = z = t dengan t = 0 ke t = 1 sehingga

dx = dy = dz = dt
1 1 1
maka  A dr =  2t 2 dt −  4t 3 dt +  3t 3 dt

C 0 0 0

=  (2t 2 − 4t 3 + 3t 3 ) dt
1
atau
0

Silahkan anda lanjutkan!

c)  A dr =  ( x 2 + y 2 ) dx − 4 yz 2 dy + 3x 2 y dz

C C

i) sepanjang garis lurus dari (0,0,0) ke (1,0,0)


x berubah dari x = 0 ke x = 1
y = 0 konstan maka dy = 0
z = 0 konstan maka dz = 0

maka
 A dr =  ( x + y ) dx − 4 yz dy + 3 x y dz
2 2 2 2

C1 C1

1 1 1
=  ( x 2 + 0)dx − 0 + 0 =  x 2 dx =
0 0 3
ii) sepanjang garis lurus dari (1,0,0) ke (1,1,0)
x = 1 konstan maka dx = 0
y berubah dari y = 0 ke y = 1
z = 0 konstan maka dz = 0
maka
 A dr =  ( x + y ) dx − 4 yz dy + 3x y dz
2 2 2 2

C2 C2

=  0 − 0dy + 0 =  0dy = 0
1 1

0 0

iii) sepanjang garis lurus dari (1,1,0) ke (1,1,1)


x = 1 konstan maka dx = 0

34
y = 1 konstan maka dy = 0
z berubah dari z = 0 ke z = 1
maka
 A • dr =  ( x + y ) dx − 4 yz dy + 3x 2 y dz
2 2 2

C3 C3
1

0
  1
=  0 − 0 + 3.12.1.dz =  3 dz = 3
0
1 1
Jadi  A dr =  A dr +  A dr +  A dr =
• • • • +0+3= 3
C C1 C2 C3 3 3

Teorema
Jika A =  di setiap titik pada suatu daerah R di ruang yang
didefinisikan oleh a1  x  a2 ; b1  y  b2 ; c1  z  c2 dengan

 ( x, y, z) bernilai tunggal dan memiliki turunan kontinu di R, maka


P2
1.  A • dr tidak tergantung pada lintasan C di R yang
P1

menghubungkan titik P1 dan P2

2.  A•dr =0
C
Dalam hal demikian A disebut medan vektor konservatif dan  disebut
skalar potensial.
Suatu medan vektor A adalah medan vektor konservatif jika hanya jika
xA = 0 yang ekuivalen dengan A =  dalam hal ini
A • dr = A1 dx + A2 dy + A3 dz = d suatu diferensial eksak.

35
4.3 INTEGRAL PERMUKAAN

Andaikan S adalah permukaan bersisi dua, sisi yang satu kita pandang
sebagai sisi positif (jika S permukaan tertutup, ini diambil sisi luar) dan
sisi yang lain kita pandang sisi negatif. n positif

Normal satuan n di sembarang titik dari sisi


positifnya S disebut normal satuan positif.

Vektor dS adalah vektor yang besarnya dS


yaitu diferensial luas permukaan dan
arahnya menurut n , maka dS = ndS Gambar 12
Integral  A • dS =  A • ndS adalah contoh integral permukaan yang
S S

disebut fluks dari A melalui S. Contoh integral yang lain adalah

  dS ,  φndS ,  Ax dS ,  A•dS
S S S S

Menghitung  A • ndS Melalui Permukaan S Dalam Limit Jumlah


S

Bagilah S ke dalam M bagian luasan Si dengan i = 1,2,3..., M

Pilih titik Pi ( xi , yi , zi ) dalam Si . Misal A( xi , yi , zi ) = Ai dan ni

adalah normal positif dari Si di titik Pi maka


M

 A • dS =  A • ndS = limit  Ai • n S i
S →0 i =1
i
S S
M
= limit  Ai • ni S i
M → i =1

M
= limit  Ai • ni Si
M → i =1
jika limit ini ada.

36
Andaikan permukaan S kita proyeksikan pada bidang XOY maka
proyeksi Si adalah (n i S i ) • k = ni .k S i = xi .yi

xi .yi dxdy


jadi S i = akibatnya  A • ndS =  A • n
n .k
i
S S n.k

Analog, jika permukaan S kita proyeksikan pada bidang XOZ maka


proyeksi Si adalah n i S i( )• j = n . j S i i = xi .zi

xi .z i dxdz


jadi S i = akibatnya  A • ndS =  A • n
n .j
i
S S n. j

Analog, jika permukaan S kita proyeksikan pada bidang YOZ maka


proyeksi Si adalah n i S i( )• i = n .i S i i = yi .zi

yi .z i dydz


jadi S i = akibatnya  A • ndS =  A • n
ni .i S S n.i

Contoh
→ → →

Hitung  A • ndS dengan A = 3z i − 12 x j + 3 y k dan S adalah bagian


S

bidang 2 x + 3 y + 4 z = 12 yang terletak di oktan I.


Jawab:
Gambarlah permukaan S tersebut!
Jika kita memandang permukaan diproyeksikan pada bidang XOY maka
dxdy
 A • ndS =  A • n
S S n.k

Vektor normal adalah  = (2 x + 3 y + 4 z ) = 2i + 3 j + 4k


2i + 3 j + 4k 2i + 3 j + 4k
Normal satuannya adalah n = =
2 +3 +4
2 2 2
29

37
6 z − 36 x + 12 y 4
Sehingga A.n = dan n.k =
29 29
dxdy 6 z − 36 x + 12 y
Jadi  A • ndS =  A • n =  dxdy
S S n.k S 4

4
= 
12−3 y
2  4

6 12 − 2 x −3 y − 36 x + 12 y
dxdy
0 0 4
Silahkan anda lanjutkan sendiri!
Kemudian hitunglah integral tersebut dengan cara memproyeksikan S
pada bidang YOZ dan XOZ.

Latihan 9.
1. Hitung   n dS dengan  = 2xyz 2 dan S adalah permukaan bagian
S

bidang x + 2 y + 3z = 6 yang terletak di oktan I


2. Hitung  (xA ) . n dS dengan A = xyi + ( x − 2 xyz) j − y 2 zk dan S
S

adalah permukaan bola berpusat di (0,0,0) berjari-jari 3 diatas bidang


xoy.
3. Hitung  A. n dS dengan A = 4 xzi − y 2 j − yz 2 k dan S adalah
S

permukaan paralel epipidum yang dibatasai oleh


x = 0, x = 2, y = 0, y = 1, z = 0, dan z = 3

4. Hitunglah  A. n dS dengan A = zi + x 2 j − 3 y 2 zk dengan S adalah


S

permukaan x 2 + y 2 = 16 di oktan I antara z = 0 dan z = 5

INTEGRAL VOLUME

38
Pandang sebuah permukaan tertutup dalam ruang yang menutup volume
V. Maka  A dV dan   dv adalah contoh integral volume.
v v

Kontruksi integral ini dapat anda pelajari dalam konsep integral volume
di mata kuliah kalkulus lanjut.

Contoh
→ → →

Hitung  A dV jika A = 3xz i − 12 j + 3x k dimana V ruang yang


v
dibatasi oleh x=0, y=0, z=0 dan bidang 2 x + y + z = 6

Jawab: Sketsalah ruang V tersebut.


6− y − z
6 6− z 2

 A dV =    (3xzi − 12 j + 3xk ) dxdydz silahkan anda hitung.


v 0 0 0

Latihan 10.
1. Hitung  . A dv dengan A = (2 x 2 -3z) i − 2 xy j + 4 x k dan V adalah
→ → →

ruang tertutup yang dibatasi oleh bidang 2 x + 2 y + z = 6 dan bidang-


bidang koordinat.
2. Hitung   dv dengan  = 2 x + y dan V adalah ruang tertutup yang
V

dibatasi oleh silinder z = 6 − x 2 dan bidang-bidang


x = 0, y = 0, y = 2 , dan z = 0 .

BAB V

39
TEOREMA DIVERGEN, TEOREMA STOKES, DAN
TEOREMA INTEGRAL YANG BERKAITAN

Teorema Divergensi Gauss

Jika V adalah volume yang dibatasi oleh suatu permukaan tertutup


S dan A adalah fungsi vektor yang menyatakan suatu posisi dalam
ruang dengan turunan-turunan yang kontinu, maka
 . A dv =  A.n dS =  A.dS
V S

dengan n adalah normal positif dari S.

Teorema Stokes

Teorema Green Dalam Bidang

Teorema-Teorema Integral yang berkaitan


Daftar Pustaka

1. Spigel, M.R. 1974. Vector Analysis. New York: Mc. Graw-Hill


International Book Company.

2. Soemartojo. 1988. Noenik. Analisis Vektor. Jakarta: Penerbit


Erlangga

3. Howard Anton.1991. Elementary Linear Algebra. Six Edition. New


York:J. Wiley & Sons

40
41

Anda mungkin juga menyukai