Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KLIMATOLOGI

HUBUNGAN IKLIM DENGAN VEGETASI TANAMAN, PERUBAHAN


LINGKUNGAN DAN EKSPLOSIF HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN

DISUSUN OLEH :

M. RIZKY RAMADHAN J1B120041


RAFISUNI AL-FAJAR J1B120056
KHAIRUL RIZAL J1B120026

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023 / 2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Lingkungan sekitar adalah sistem kompleks yang terbentuk oleh interaksi antara
berbagai faktor dan unsur. Salah satu aspek utama yang membentuk karakteristik
lingkungan ini adalah iklim. Iklim mencakup sejumlah faktor dan unsur yang memiliki
dampak signifikan terhadap kehidupan di Bumi. Iklim merupakan hasil dari interaksi
dinamis antara atmosfer, lautan, tanah, dan vegetasi. Perubahan dalam faktor dan unsur
iklim dapat memengaruhi berbagai aspek lingkungan, termasuk suhu udara, curah hujan,
kelembaban, angin, cahaya matahari, dan tekanan udara. Pemahaman mendalam tentang
peran dominan faktor dan unsur iklim ini penting dalam konteks perubahan iklim global
dan dampaknya terhadap keberlanjutan lingkungan.
Iklim adalah karakter cuaca pada suatu wilayah yang didasarkan atas yang
terkumpul selama kurun waktu yang cukup lama, sekitar 30 tahun (Benyamin, 1994 dalam
Priyana, 2008).Iklim erat kaitannya dengan curah hujan serta faktor yang mempengaruhi
iklim seperti suhu udara, kelembaban udara, lama penyinaran matahari, kecepatan dan arah
angin. Faktor – faktor tersebut akan mempengaruhi iklim menjadikan karakteristik
wilayah. Salah satu unsur iklim yaitu suhu dipengaruhi oleh kondisi topografi suatu
wilayah.Wilayah dengan topografi pegunungan cenderung memiliki suhu yang lebih
rendah dibandingkan topografi daratan rendah yang cenderung memiliki suhu lebih tinggi.
Dapat dikatakan bahwa topografi turut serta dalam mempengaruhi iklim suatu
wilayah.Semakin bervariasinya topografi suatu wilayah maka, semakin bervariasi pula
iklimnya.
Vegetasi adalah beragam tanaman atau tumbuhan yang menempati suatu
ekosistem. Istilah vegetasi dalam ekologi mengacu pada komunitas tanaman yang hidup
dalam suatu ekosistem. Vegetasi dapat didefinisikan juga sebagai tanaman yang menutupi
permukaan bumi. Vegetasi dapat bervariasi tergantung pada lokasi dan komposisinya
karena vegetasi di suatu tempat akan berubah sesuai dengan perubahan iklim dan aktivitas
manusia. Tergantung pada posisi dan lebar vegetasi dapat dibedakan dalam banyak
formasi. Setiap formasi vegetasi diambil dari nama spesies tanaman yang paling dominan,
seperti taiga, savana, tundra dan lain – lain.
Seperti vegetasi yang sudah ada sejak dulu di hutan Afrika. Afrika dikenal dengan
hutan hujan tropisnya. Karena penggundulan hutan yang tidak menghormati perlindungan
alam, hutan hujan tropis yang pernah menjadi paru-paru dunia, perlahan tapi pasti berubah
menjadi gurun kering dan tandus. Vegetasi lama akan punah bukannya menggantikan tipe
vegetasi baru yang sesuai dengan kondisi iklim dan kondisi ekosistem saat ini. Vegetasi
yang terdiri dari kumpulan tanaman di suatu tempat, dapat dianalisis dengan
komposisinya.
Pertanian merupakan sektor vital dalam pemenuhan kebutuhan pangan global.
Namun, keberhasilan pertanian tidak hanya ditentukan oleh faktor lahan dan teknologi,
tetapi juga dipengaruhi secara signifikan oleh unsur-unsur iklim. Salah satu aspek yang
kritis dalam dinamika ekosistem pertanian adalah interaksi antara iklim dengan
eksplosifnya hama dan penyakit tanaman.
Hama seperti mahluk hidup lainnya perkembangannya dipengaruhi oleh faktor
faktor iklim baik langsung maupun tidak langsung. Temperatur, kelembaban udara relatif
dan foroperiodisitas berpengaruh langsung terhadap siklus hidup, keperidian, lama hidup,
serta kemampuan diapause serangga. Sebagai contoh hama kutu kebul (Bemisia tabaci)
mempunyai suhu optimum 32,5º C untuk pertumbuhan populasinya. Contoh yang lain
adalah pertumbuhan populasi penggerek batang padi putih berbeda antara musim kemarau
dan musim hujan, sementara itu panjang hari berpengaruh terhadap diapause serangga
penggerek batang padi putih (Scirpophaga innotata) di Jawa.
Umumnya serangga-serangga hama yang kecil seperti kutu-kutuan menjadi masalah
pada musim kemarau atau rumah kaca karena tidak ada terpaan air hujan. Pada percobaan
dalam ruang terkontrol peningkatan kadar CO2 pada selang 389- 749µl/L meningkatkan
reproduksi tungau Tetranychus urticae. . Salah satu tantangan besar dalam upaya
mempertahankan produktivitas tanaman adalah serangan hama dan penyakit. Beberapa
unsur-unsur iklim memegang peranan kunci dalam menentukan tingkat eksplosifnya hama
dan penyakit tanaman.

1.2 Tujuan
Berdasarkan dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka penulisan
ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui faktor – faktor dan unsur iklim yang dominan dalam penentuan
vegetasi/ tanaman.
2. Untuk mengetahui faktor – faktor dan unsur iklim yang dominan terhadap lingkungan.
3. Untuk mengetahui unsur iklim yang menentukan eksplosifnya hama dan penyakit.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor yang Dominan Terhadap Vegetasi Tanaman
Secara umum, studi geografi memberikan pemahaman bahwa ada 4 macam faktor
yang memengaruhi persebaran flora dan fauna di bumi. Keempatnya adalah iklim, edafik,
biotik, dan fisiografi.
2.1.1. Faktor Iklim
Iklim bisa memberikan pengaruh dominan terhadap persebaran flora dan
fauna di bumi. Kenyataannya, wilayah yang mempunyai iklim ekstrem dihuni
flora dan fauna dengan ragam spesies jauh lebih sedikit dibandingkan yang ada
di kawasan tropis.
2.1.2. Faktor Edafik
Faktor edafik kondisi tanah berpengaruh besar pula pada persebaran flora
dan fauna. Tanah jadi media utama bagi tumbuhnya vegetasi. Kebutuhan-
kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan vegetasi seperti unsur hara,
kebutuhan bahan organik (humus), air dan udara disediakan oleh tanah. Tanah
subur memberikan dampak baik bagi pertumbuhan tanaman. Hewan lalu bakal
lebih mudah menemukan makanan jika tanaman di sekitarnya tumbuh subur.
Faktor-faktor fisik tanah yang mempengaruhi pertumbuhan vegetasi adalah:
• Tekstur (ukuran butiran tanah atau tingkat kekasaran tanah)
• Tingkat Kegemburan (tanah gembur memudahkan tumbuhan menyerap
mineral)
• Mineral Organik (Humus)
• Mineral Anorganik (Unsur hara seperti Karbon, Hidrogen, Oksigen,
Nitrogen, Fosfor)
• Kandungan Air Tanah
• Kandungan Udara Tanah (semakin gembur, kandungan udara tanah
bertambah besar).
2.1.3. Faktor Biotik
Makhluk hidup, baik tumbuhan, hewan, maupun manusia juga bisa
memengaruhi persebaran flora dan fauna di bumi. Peran yang terbesar, untuk saat
ini, ada di manusia. Perilaku manusia yang melestarikan lingkungan akan
berdampak positif terhadap keberadaan flora dan fauna. Sebaliknya, kegiatan
manusia merusak lingkungan bahkan dapat membuat spesien flora dan fauna
tertentu punah. Pada kasus tanaman, tumbuhan yang memiliki daya adaptasi kuat
akan menghambat tumbuhan lain dengan kemampuan lebih lemah. Kondisi ini
lantas memicu satu jenis vegetasi mendominasi suatu wilayah. Sedangkan dalam
konteks hewan, keberadaan cacing yang bisa menyuburkan tanah dan membantu
banyak jenis tanaman berkembang, merupakan contohnya.
2.1.4. Faktor Fisiografi
Keragaman bentuk permukaan bumi memengaruhi persebaran flora dan
fauna. Relief bumi dapat membantu atau mempersulit hewan dan tumbuhan
berkembang. Kawasan pegunungan, misalnya, bisa menghambat penyebaran
tumbuhan. Terhambatnya perkembangan vegetasi pada akhirnya berdampak pula
pada kondisi fauna. Lereng yang membelakangi sinar matahari mempersulit
beragam jenis tanaman untuk tumbuh dengan baik. Bentuk muka bumi yang
beragam bisa memicu perbedaan suhu dan kelembapan udara sehingga
berpengaruh pada jenis vegetasi, dan karena itu, memengaruhi spesies hewan
yang bertahan. Perbedaan suhu dan kelembapan udara, misalnya, karena faktor
tinggi-rendah dataran.

2.2 Unsur Iklim Dominan Terhadap Vegetasi Tanaman


Iklim bisa memberikan pengaruh dominan terhadap persebaran flora dan fauna di
bumi. Kenyataannya, wilayah yang mempunyai iklim ekstrem dihuni flora dan fauna
dengan ragam spesies jauh lebih sedikit dibandingkan yang ada di kawasan tropis. Ada
beberapa jenis faktor iklim yang berpengaruh terhadap persebaran flora dan fauna. Di
antara sejumlah faktor yang termasuk dalam kategori iklim adalah suhu udara,
kelembapan, angin, dan curah hujan.
2.2.1 Suhu Udara
Perbedaan letak geografis-astronomis, sudut datangnya sinar matahari,
jarak daratan dengan lautan, ketinggian lokasi, dan tutupan lahan membuat suhu
udara di setiap wilayah tidak seragam. Sementara itu, kehidupan tumbuhan
maupun hewan terkait erat dengan kondisi suhu udara. Banyak spesies tertentu
memerlukan suhu udara ideal di lingkungan hidupnya agar dapat tetap bertahan
dan berkembang biak. Karena itu, kawasan dengan suhu non-ekstrem, atau tidak
terlalu panas maupun dingin, umumnya layak menjadi tempat hidup banyak jenis
spesies flora dan fauna. Suhu udara juga bisa memengaruhi kondisi vegetasi di
suatu wilayah. Vegetasi yang terdapat di wilayah tropis, gurun, kutub dan lainnya
tidak bisa sama.
2.2.2 Curah Hujan
Curah huja jelas menjadi penentu persebaran flora dan fauna karena air
adalah sumber utama kehidupan. Beragam jenis hewan dan tumbuhan sangat
tergantung pada curah hujan dan kelembaban udara. Tingkat curah hujan dapat
membentuk karakter khas formasi vegetasi di muka bumi. Kekhasan vegetasi ini
mengakibatkan ada hewan-hewan tertentu yang bisa hidup.
Hal ini bisa terjadi karena banyak jenis hewan mengandalkan tumbuhan
sebagai sumber makanan. Contohnya, hujan tropis yang bisa tumbuh di kawasan
dengan curah hujan 1000-2000 mm dan suhu udara 20-30 derajat celcius memiliki
keragaman flora sekaligus fauna yang kaya. Kondisi berbeda ada di padang
rumput stepa yang berkembang di wilayah dengan curah hujan 200-1000 mm dan
suhu -20 sampai 10 derajat celcius.
2.2.3 Angin
Angin sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup tumbuhan. Di
daerah terbuka, hanya tumbuhan berakar dan berbatang kuat yang dapat bertahan
hidup di tengah terpaan angin kencang. Angin pun bisa membantu penyerbukan
atau pembuahan pada beberapa jenis tanaman, sehingga regenerasi terjadi.
Tumbuhan tertentu penyebaran benihnya juga dibantu angin, seperti yang terjadi
pada spora paku-pakuan (pteridophyta).
2.2.4 Kelembapan Udara
Kelembaban udara menunjukkan tingkat uap air yang terkandung di udara.
Kelembapan berpengaruh langsung terhadap kehidupan flora. Ada tumbuhan
yang cocok hidup hanya di daerah kering, lembab, atau basah. Oleh sebab itu,
jenis-jenis tumbuhan bisa dikategorisasikan berdasar tingkat kelembapan wilayah
keberadaannya. Setidaknya ada 4 jenis yang perlu diketahui, yakni:
• Xerophyta: tumbuhan yang tahan di lingkungan kering atau kelembaban udara
sangat rendah. Contoh: kaktus.
• Mesophyta: tumbuhan yang cocok hidup di lingkungan lembab tetapi tidak
basah. Contoh: anggrek dan cendawan.
• Hygrophyta: tumbuhan yang cocok hidup di kawasan basah. Contoh: teratai,
eceng gondok, selada air.
• Tropophyta: tumbuhan yang bisa beradaptasi di daerah pemililk musim hujan
dan musim kemarau. Tropophyta merupakan flora khas wilayah iklim musim
tropis (monsun tropis). Contoh: jati dan ekaliptus.

2.3 Faktor Iklim Dominan Terhadap Perubahan Lingkungan


Faktor iklim dominan adalah elemen-elemen utama yang membentuk karakteristik
iklim di suatu wilayah dan memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan sekitar.
Faktor iklim adalah unsur-unsur atau elemen-elemen utama yang mempengaruhi keadaan
atmosfer dan kondisi iklim suatu daerah. Faktor-faktor ini memiliki peran signifikan
dalam menentukan karakteristik iklim di suatu wilayah dan membentuk pola cuaca
setempat. Beberapa faktor iklim utama melibatkan unsur-unsur atmosfer dan geografis,
yang bersama-sama menciptakan lingkungan termal dan hidrologi suatu daerah
2.3.1 Suhu Udara
Suhu udara merupakan salah satu faktor iklim yang paling mudah
diidentifikasi dan diukur. Suhu mempengaruhi aktivitas biologis organisme,
termasuk pertumbuhan tanaman dan perilaku hewan. Suhu juga menentukan jenis
iklim di suatu wilayah, seperti iklim tropis, subtropis, atau iklim kutub
2.3.2 Curah Hujan
Curah hujan mengacu pada jumlah air hujan yang jatuh dalam suatu periode
tertentu. Curah hujan berperan penting dalam siklus air, mempengaruhi
ketersediaan air, serta menentukan jenis vegetasi yang dapat tumbuh di suatu
daerah. Perubahan dalam pola curah hujan juga dapat menyebabkan kekeringan
atau banjir.
2.3.3 Kelembapan Udara
Kelembaban udara mencerminkan jumlah uap air yang terkandung dalam
udara. Kelembaban memengaruhi keseimbangan air di atmosfer dan dapat
memengaruhi kesehatan manusia serta pertumbuhan tanaman. Kelembaban yang
rendah dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan, sementara kelembaban yang
tinggi dapat menyebabkan kondisi lembab.

2.4 Unsur Iklim Yang Dominan Terhadap Perubahan Lingkungan


Unsur-unsur iklim adalah komponen-komponen utama yang membentuk kondisi
atmosfer dan karakteristik iklim di suatu wilayah. Unsur-unsur ini memiliki peran yang
signifikan dalam menentukan jenis iklim, suhu, curah hujan, dan pola cuaca di suatu
tempat
2.4.1 Angin
Angin merupakan pergerakan udara di atmosfer. Angin membantu
mengatur suhu dan menyebarkan panas di seluruh planet. Pola angin lokal dan
global mempengaruhi distribusi suhu, curah hujan, dan pola cuaca suatu daerah.
Angin juga dapat membentuk pola erosi dan memiliki dampak pada energi angin
sebagai sumber daya terbarukan.
2.4.2 Cahaya Matahari
Sinar matahari merupakan sumber energi utama di Bumi. Distribusi sinar
matahari mempengaruhi suhu dan pencahayaan di berbagai wilayah. Tanaman
menggunakan energi matahari dalam proses fotosintesis untuk menghasilkan
makanan, sehingga distribusi sinar matahari juga memengaruhi distribusi
tumbuhan.
2.4.3 Tekanan Udara
Tekanan udara merupakan tekanan atmosfer yang dihasilkan oleh massa
udara di atas suatu lokasi. Perbedaan tekanan udara menciptakan gerakan udara
atau angin. Tekanan udara juga terkait dengan pembentukan awan dan pola cuaca.

2.5 Unsur Iklim yang Menentukan Eksplosifnya Hama dan Penyakit


2.5.1 Curah Hujan
Curah hujan memiliki pengaruh signifikan pada penyebaran penyakit dan
hama tanaman. Kondisi kelembaban yang disebabkan oleh hujan dapat
menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan dan penyebaran
organisme patogen dan hama. Sebagai contoh, penyakit layu bakteri pada tomat
dapat berkembang biak lebih baik saat tanah lembab akibat hujan berlebih. Di sisi
lain, kurangnya hujan dapat menciptakan kondisi kering yang mengurangi risiko
penyakit seperti penyakit busuk akar (Root Rot).
2.5.2 Kelembapan Udara
Kelembaban udara menjadi faktor penting terutama dalam penyebaran
penyakit tanaman oleh jamur. Contohnya, penyakit karat (Rust) pada tanaman
biasanya lebih merajalela dalam kondisi kelembaban yang tinggi. Jamur seperti
Phytophthora infestans, penyebab penyakit busuk late blight pada kentang, juga
sangat dipengaruhi oleh tingkat kelembaban yang tinggi.
2.5.3 Suhu Udara
Suhu memainkan peran sentral dalam perkembangan hama dan penyakit
tanaman. Suhu ekstrem, baik suhu yang sangat tinggi maupun sangat rendah,
dapat memiliki dampak signifikan pada eksplosifnya hama dan penyakit tanaman.
Perubahan suhu di luar rentang optimal dapat mempengaruhi proses biologis,
metabolisme, dan reproduksi organisme patogen serta tanaman inang
mereka.Contohnya, serangga seperti kutu daun (Aphids) cenderung berkembang
pesat pada suhu yang hangat. Sebaliknya, beberapa penyakit tanaman seperti
jamur tepung (Powdery Mildew) lebih aktif pada suhu yang lebih dingin. Suhu
yang ekstrem, entah terlalu panas atau terlalu dingin, dapat menghambat
pertumbuhan hama dan penyakit tertentu.
2.5.4 Angin
Angin dapat mempengaruhi penyebaran spora penyakit dan hama yang
terbawa oleh udara. Contohnya, hama kutu putih dapat dengan mudah menyebar
dari satu tanaman ke tanaman lainnya melalui angin. Begitu juga dengan spora
penyakit seperti yang terlihat pada penyakit karat daun (Leaf Rust) pada tanaman
gandum.
2.5.5 Cahaya Matahari
Intensitas cahaya matahari memengaruhi aktivitas fotosintesis dan daya
tahan tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang tumbuh di tempat teduh
mungkin lebih rentan terhadap serangan jamur. Sebagai contoh, penyakit
antraknosa (Anthracnose) pada beberapa tanaman lebih sering terjadi dalam
kondisi yang teduh.
2.5.6 Tekanan Udara
Angin dapat mempengaruhi penyebaran spora penyakit dan hama yang
terbawa oleh udara. Contohnya, hama kutu putih dapat dengan mudah menyebar
dari satu tanaman ke tanaman lainnya melalui angin. Begitu juga dengan spora
penyakit seperti yang terlihat pada penyakit karat daun (Leaf Rust) pada tanaman
gandum.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan yang telah dibahas sebelumnya, maka penulis
mengambil kesimpulan bahwa :
1. Iklim memegang peran krusial dalam membentuk dan mempertahankan
keseimbangan lingkungan sekitar dan vegetasi tanaman.
2. Pemahaman mendalam tentang faktor dan unsur iklim dominan merupakan landasan
penting untuk upaya pelestarian lingkungan dan mitigasi dampak perubahan iklim.
3. Faktor dan unsur iklim yang dominan saling terkait dan membentuk karakteristik
lingkungan dan berpangaruh terhadap sebaran vegetasi tanaman di berbagai wilayah.
4. Unsur iklim seperti suhu, kelembapan udara, curah hujan, angin, intensitas cahaya
sangat berpengaruh terhadap meledaknya pertumbuhan hama dan penyakit tanaman.

Anda mungkin juga menyukai