Anda di halaman 1dari 5

PRODI TADRIS BIOLOGI

FAK. ILMU TARBIYAH DAN


KEGURUAN UIN SUMATERA
UTARA

CRITICAL JURNAL

“Kajian Etnobotani Tumbuhan Sebagai Bahan


Tambahan Pangan Secara Tradisional Oleh Masyarakat
Di Kecamatan Pakuncen Kabupaten Banyumas“

Nama : Liza Nuri Rahmi Nasution


Nim : 0310192053
Kelas : Tadris biologi II

MATA KULIAH ETNOBIOLOGI


KODE MATA KULIAH : 01031016
Nama Penulis : ARI APRILIANI, SUKARSA, HEXA APRILIANA HIDAYAH
Jurnal Penerbit : Scripta Biologica
Tahun Terbitan Jurnal: Maret 2014
Volume dan Edisi : 1 Nomor 1

1. Studi Etnobotani yang menjadi objek penelitia


Etnobotani merupakan kajian mengenai interaksi dan mudah didapat, sedangkan bahan
tambahan antara masyarakat lokal dengan lingkungan alamnya, sintesis dikhawatirkan dapat
menimbulkan efek terutama mengenai penggunaan tumbuhan dalam samping terhadap
kesehatan. Penggunaan bahan kehidupan sehari-hari (Martin, 1998). Penggunaan tambahan
sintesis sebaiknya dengan dosis dibawah tumbuhan dalam kehidupan sehari-hari antara lain
ambang batas yang telah ditentukan (Saparinto dan dapat berupa tumbuhan sebagai bahan
pangan. Hidayati, 2006).
Cornelius (1984) menyatakan bahwa tumbuhan Dalam kehidupan sehari-
hari BTP sudah pangan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, digunakan secara umum
oleh masyarakat. Salah berbatang, berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau satunya yaitu
masyarakat di Kecamatan Pekuncen. Dikonsumsi oleh manusia.
Kecamatan Pekuncen merupakan salah satu Meningkatnya kesadaran
masyarakat akan kecamatan di Kabupaten Banyumas yang terdiri dari pentingnya hidup
sehat, tuntutan masyarakat 16 desa. Berdasarkan data curah hujan di Kecamatan terhadap
bahan pangan juga bergeser. Bahan pangan Pekuncen, curah hujan tertinggi rata-rata yaitu 221
yang kini banyak diminati masyarakat bukan saja mm, dengan curah hujan tahunan setinggi 2648
mm yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta (BPS Kab. Banyumas, 2009 dalam
Risdianto et al, penampakan dan cita rasanya menarik, tetapi juga 2012). Curah hujan yang
cukup tinggi di Kecamatan harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh

2. Temukan latar belakang/alasan mengapa jenis Studi Etnobiologi tersebut yang diteliti !,
boleh didukung referensi dari sumber lain dari jurnal lainnya sebagai sumber referensi (jika
ada cantumkan dalam bentuk footnote )

Bahan tambahan pangan (BTP) adalah bahan atau sebagai papan, obat tradisional dan
pangan. Dengan campuran bahan yang secara alami bukan merupakan keadaan tersebut, maka
dimungkinkan masih banyak bagian dari bahan baku pangan, tetapi ditambahkan masyarakat
Pekuncen yang menggunakan tumbuhan ke dalam pangan untuk mempengaruhi sifat atau
sebagai bahan tambahan pangan. Masyarakat bentuk bahan pangan (Winarno,
1991). Cahyadi Pekuncen dalam kehidupan sehari-hari untuk (2006) menyatakan
bahwa tujuan penggunaan BTP di mengolah pangan tidak hanya sebagai makanan dalam pangan
adalah untuk: 1) mengawetkan pokok tetapi pangan yang diolah dapat dijadikan lauk makanan
dengan mencegah pertumbuhan mikroba pauk, cemilan, kue dan masih banyak lagi tidak hanya
pinerusak pangan atau mencegah terjadinya reaksi dalam kehidupan sehari-hari, tapi dalam
keadaan kimia yang dapat menurunkan mutu pangan; 2) tertentu misalnya hajatan, selametan dan
acara-acara membentuk makanan menjadi lebih baik, renyah dan tertentu masyarakat Pekuncen
biasa menggunakan lebih enak di mulut; 3) memberikan warna dan aroma tumbuhan sebagai
bahan pangan. Makanan pokok dan yang lebih menarik sehingga menambah selera; 4) beberapa
macam makanan tambahan wajib ada dalam meningkatkan kualitas pangan dan 5) menghemat
acara-acara tersebut. Biaya.

3. Metode penelitian yang digunakan

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode survei dengan teknik pengambilan sampel
secara acak terpilih (purpossive random sampling) pada daerah yang telah ditentukan, sedangkan
untuk pengumpulan data pemanfaatan tumbuhan secara tradisional dilakukan wawancara secara
semi terstruktur menggunakan kuisioner dan pengamatan langsung di lapangan. Wawancara
kepada 10 orang responden meliputi ibu rumah tangga dan penjual makanan. Identifikasi
dilakukan terhadap tumbuhtumbuhan yang dimanfaatkan masyarakat di Kecamatan Pekuncen,
Kabupaten Banyumas sebagai bahan tambahan pangan diidentifikasi guna mendapatkan nama
ilmiahnya dengan menggunakan identifikasi Backer and Brink (1963; 1965; 1968), Heyne
(1987) dan Effendi (1993).
Data jenis tumbuhan sebagai bahan tambahan pangan yang diperoleh dicatat nama
daerahnya, kemudian dianalisis secara deskriptif seperti jenis tumbuhan yang dimanfaatkan,
bagian tumbuhan yang dimanfaatkan, manfaat dan cara pemanfaatan.

4. Hasil Penelitian (data apa yang didapatkan) dan paparkan datanya (jika grafik maka
bahasakan dengan kalimatmu sendiri data dari grafik tersebut)

Dahulu lalu dipotong halus dan ditumis di penggorengan bawang putih memiliki cita rasa sangat
khas yang dengan sedikit minyak goreng Hidangan yang menggunakan ditimbulkan oleh komponen
sulfur yang ada dalam minyak bawang putih antara lain daging, ikan, sayur-sayuran, volatil bawang
putih. Jenis senyawa yang menentukan bau bumbu gorengan. Wibowo (2006) menambahkan,
bahwa khas bawang putih yaitu allicin.
Jenis tumbuhan bahan tambahan pangan yang termasuk dalam 19 suku
No Jenis Nama Suku Desa Nilai
lokal manfaat
1 Allium cepa L. Bawang - 0,19
2 A. fistulosum L merah Daun - 0,15
bawang Amaryllidaceae
3 A. sativum L. Bawang - 0,18
putih
4 Apium graveolens L. Seledri 1, 2, 5,8 0,10
5 Coriandrum sativum L. Ketumbar - 0,10
6 Cuminum Cyminum L. Jinten Putih Apiaceae - 0,03
7 Daucus carota L. Wortel - 0,13
8 Cocos nucifera L. Kelapa Arecaceae 1,2,3,4,5,6,7,8 0,30
9 Dracaena angustifolia Roxb. Suji Asparagaceae 1,2, 4,6,8 0,20
10 Ananas comosus L. (Merr). Nanas Bromeliaceae 1,2,3,4,5,8 0,10
11 Carica papaya L. Pepaya Caricaceae 1,2,3,4,5,6,7,8 0,07
12 Aleurites moluccana L. Willd. Kemiri Euphorbiaceae 2 0,10
13 Pangium edule Reinw. Kluwak Flacourtiaceae - 0,03
14 Cinnamomum burmannii (Nees & Th. Kayu manis Lauraceae 1,2,4,5,8 0,14
Nees) Blume.
15 Tamarindus indica L. Asam jawa Fabaceae 3,5,8 0,05
16 Myristica fragrans Hout. Pala Myristicaceae - 0,10
17 Psidium guajava L. Jambu Biji 1,2,3,5,6,8 0,07
18 Syzygium aromaticum L. Cengkeh Myrtaceae 1,2,3,5,8 0,19
19 Syzygium polyanthum (Wight) Walp. Salam 1,3,6,8 0,15
20 Avverhoa bilimbi L. Belimbing Oxalidaceae 1,2,4,5 0,06
wuluh
21 Pandanus amarylifolius Roxb. Pandan Pandanaceae 2,3,5,7,8 0,19
22 Piper nigrum L. Merica Piperaceae 1,3,5 0,20
23 Cymbopogon citratus (DC) Stapf. Serai Poaceae 1,2,3,4,5,6,7,8 0,13
24 Citrus aurantifolia Jeruk nipis 1,2,4,6 0,16
25 Swingle. C. hystrix Jeruk purut Rutaceae 2,5,7 0,15
(DC)
26 Capsicum Cabai merah 1,3,5,8 0,18
27 annuum L. C. Cabai rawit 1,2,3,5,7,8 0,10
frustescens L Solanaceae
28 Solanum lycopersicon Mill. Tomat 1,2,3,5,8 0,20
29 Alpinia galanga L. Sw. Willd. Lengkuas 1,2,4,5,7 0,17
30 Curcuma domestica Val. Kunyit 1,2,3,4,5,6,7,8 0,40
31 Elettaria cardamomum L. Kapulaga 1,2,3,5,8 0,05
5. Pembahasan (Dari pembahasan yang tertera di Jurnal tersebut, apa rangkuman dari
pembahasan tersebut, sebaiknya disingkronkan dengan maksud/ tujuan penelitian tersebut
terhadap bidang etnobotani tersebut)
Manusia tidak bisa lepas dari tumbuhan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti
tumbuhan sebagai bahan tambahan pangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan
bagian tumbuhan sebagai bahan tambahan pangan, dan manfaatnya, serta pemanfaatannya oleh
masyarakat Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menggunakan metode
survei dengan purposive random sampling dan wawancara semi terstruktur. Data dianalisis
secara deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan 34 spesies dari 19 tanaman familia digunakan
sebagai bahan tambahan pangan. Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan tambahan
pangan adalah umbi, rimpang, biji, batang, daun dan buah. Tumbuhan bahan tambahan pangan
dimanfaatkan sebagai penambah rasa, pewarna alami, pengawet dan pemberi rasa asam.
Tumbuhan tersebut dimanfaatkan dengan cara memasak, memotong, meremukkan, mencabik-
cabik, menggiling, “dikeprek”, memanggang, merebus, dan mengasinkan.

Anda mungkin juga menyukai