Anda di halaman 1dari 36

ABSTRAK

ANNIZA RIFATUL AULIA. Pengaruh larutan garam terhadap pestisida


pada sayuran sawi putih (Brassica pecnensia L) (dibimbing oleh Nur Qadri
Rasyid dan Dewi Arisanti)

Sayuran merupakan salah satu jenis bahan pangan yang banyak


dibutuhkan dan disukai oleh masyarakat karena dianggap baik untuk
kesehatan. Namun adanya kandungan residu pestisida pada sayuran
dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat. Adapun
upaya pengurangan residu pestisida yang terkandung dalam buah dan
sayuran telah dilakukan oleh masyarakat salah satu diantaranya yaitu
dengan menggunakan larutan garam. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh larutan garam terhadap residu pestisida pada
sayuran sawi putih (Brassica pecnensia L). Jenis penelitian yang
digunakan pada penelitian ini adalah observasi laboratorik dengan
beberapa perlakuaan yaitu dengan perendaman menggunakan larutan
garam (NaCl) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%, dan menggunakan air.
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil yang menunjukkan
sayuran sawi putih (Brassica pecnensia L) yang telah direndam
menggunakan larutan larutan NaCl dengan konsentrasi 5% Negatif (-),
NaCl 10% Negatif (-), NaCl 20% Negatif (-), serta hasil rendaman
menggunakan air juga didapatkan hasil Negatif (-). Hal ini dibuktikan
dengan hasil plat kontrol positif menggunakan metode pemeriksaan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang menunjukkan adanya noda dan
memiliki nilai Rf 0,62 tidak sesuai dengan sampel yang diperiksa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa perendaman sampel sawi
menggunakan larutan garam (NaCl) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%,
dan menggunakan air tidak efektif atau kurang berpengaruh untuk
menurunkan residu pestisida pada sayuran sawi putih (Brassica
pecnensia L).

Kata kunci : Sayuran, Pestisida, Larutan Garam

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan

alam dan keanekaragaman hayati yang sangat potensial untuk

dikembangkan. Salah satu subsektor pertanian yang potensial

untuk dikembangkan adalah hortikultura. Tanaman hortikultura

adalah tanaman yang dibudidayakan di kebun, antara lain

sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan biofarmaka

(Andarwati, 2011). Sawi putih (Brassica pecnensia L)

merupakan jenis tanaman hortikultura yang banyak di

kembangkan.

Sayuran sawi (Brassica pecnensia L) merupakan sayuran

yang banyak digemari oleh masyarakat. Sayuran jenis ini

memiliki kandungan gizi yang lengkap dan dapat memenuhi

kebutuhan gizi masyarakat. Sebagai bahan makanan nabati,

sayuran sawi putih dapat dikonsumsi dalam bentuk mentah

sebagai lalapan maupun bentuk olahan, seperti berbagai

macam masakan, misalnya sayur lodeh, bakmi, tumis, asinan,

kimchi, gado-gado, pecel, dll. (Novianti, 2017).

Berbagai hal dilakukan dalam upaya peningkatan mutu

dan produktivitas hasil pertanian, salah satunya yaitu dengan

menggunakan pestisida. Pestisida adalah salah satu bagian


2

penting dalam pertanian yang dapat membantu para petani

untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi serta

mempunyai peranan penting untuk mengatasi permasalahan

OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) seperti hama,

penyakit pada tanaman dan gulma karena membunuh

langsung jasad pengganggu (Sudarma, 2019).

Di Indonesia, ketergantungan petani akan pestisida banyak

diaplikasikan pada tanaman hortikultura terutama pada

tanaman sayuran. Pola konsumsi masyarakat juga berubah

seiring dengan berubahnya pola hidup sehat di masyarakat

dengan semakin banyaknya mengkonsumsi sayuran. Karena

sayuran bayak mengandung vitamin dan mineral yang

dibutuhkan tubuh manusia

Efektivitas penggunaan pestisida dapat diandalkan, mulai

dari tingkat keberhasilannya yang tinggi, ketersediaannya

yang cukup, mudah diperoleh, mudah digunakan, serta biaya

yang relatif murah. Manfaat penggunaan pestisida terbukti

sangat besar, sehingga terdapat kondisi ketergantungan

terhadap pestisida karena menjadi faktor penentu dalam

menentukan hasil dan kualitas produk yang tinggi (Wahyuni,

2010)

Upaya pengurangan residu pestisida yang terkandung

dalam buah dan sayuran telah dilakukan oleh masyarakat


3

diantaranya dengan menggunakan air mengalir, perendaman

menggunakan air garam, dan beberapa cara lainnya. Salah

satu penelitian terkait pengurangan residu pestisida telah

dilakukan oleh Nowowi et al. (2016) menyatakan bahwa

pencucian dengan menggunakan larutan sari asam jawa

memiliki efek penyisihan terbesar, dibandingkan dengan

larutan pembersih lainnya, dengan laju penyisihan 93,04%

diikuti oleh larutan tepung terigu (17,03%) dan larutan garam

dan asam cuka (11,42%). Namun, penggunaan larutan asam

masih jarang digunakan oleh masyarakat. Salah satu cara

yang lazim digunakan oleh masyarakat adalah dengan

melakukan perendaman dengan menggunakan air garam.

Khalayak umum mempercayai jika penggunaan larutan garam

terbukti dapat mengurangi dampak negatif dari pestisida.

Berdasarkan paparan yang telah diuraikan, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh larutan

garam terhadap pestisida pada sayuran sawi putih (Brassica

pecnensia L)

B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah

perendaman larutan garam (NaCl) berpengaruh dalam


4

menurunkan residu pestisida pada sayuran sawi putih

(Brassica pecnensia L)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di

atas maka tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis adalah

untuk mengetahui pengaruh larutan garam terhadap residu

pestisida pada sayuran sawi putih (Brassica pecnensia L)

setelah dilakukan perendaman.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

menjadi informasi kepada konsumen mengenai pengaruh

larutan garam terhadap pestisida pada sayuran, memperluas

pengetahuan dan wawasan, dan memberikan pengalaman

meneliti bagi penulis tentang pengaruh larutan garam terhadap

residu pestisida serta sebagai masukan bagi peneliti lain untuk

melakukan penelitian selanjutnya.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Tanaman Sawi Putih

1. Klasifikasi Tanaman Sawi Putih

Tanaman sawi putih dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Gambar 1.1 Sayuran sawi putih

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angoispermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales (Brassicales)

Famili : Cruciferae (Brassicaceae)

Genus : Brassica

Spesies : Brassica Pekinensia L, (Novianti, 2017).

2. Definisi Tanaman Sawi Putih

Sawi putih (Brassica pecnensia L) dikenal sebagai sayuran

olahan dalam masakan Tionghoa. Disebut sawi putih karena

daunnya yang berwarna kuning pucat dan tangkai daunnya yang

berwarna  putih. Sawi putih (Brassica pecnensia L) merupakan

kelompok tumbuhan Brassica yang memanfaatkan daun atau


6

bunganya sebagai bahan pangan segar (sayuran). Daun sawi

putih merupakan bagian dari tumbuhan dan biasa dikonsumsi

dalam berbagai bentuk makanan, terutama bagian kropnya

(kumpulan–kumpulan daun yang membentuk kepala), (Novianti,

2017).

3. Manfaat dan Kandungan Sayuran

Adapun manfaan sawi putih antara lain (Arianto, 2014) :

1. Sawi Putih untuk mencegah Osteoporosis, karena vitamin K

dalam sawi dapat mengatur protein tulang dan kalsium di

dalam tulang.

1. Sawi Putih untuk mencegah penyakit jantung karena

mengandung Vitamin E, betakaroten dan vitamin C yang

sangat baik mencegah kolesterol, ketiga zat tersebut sangat

bermanfaat untuk mencegah terjadinya oksidasi kolesterol

LDL.

2. Sawi juga mengandung niasin yang berfungsi memperkecil

proses asteroskerosis, dan akhirnya menurunkan

kemungkinan terjadinya serangan jantung.

3. Sawi Putih untuk menjaga kornea mata agar Sehat, karena

mengandung vitamin A membuat sel epitel dan akan

mengeluarkan keratin. Yaitu protein yang tidak larut oleh air

dan bukan mucus


7

4. Sawi Putih untuk mencegah anemia karena mengandung

asam folat yang berfungsi dalam proses sintetis nukleoprotein

dan merupakan kunci pembentukan dan produksi butir-butir

darah merah normal dalam sumsum tulang.

5. Sawi Putih untuk Menghaluskan Kulit dengan Kandungan

vitamin E nya. Karena kandungan vitamin E pada sawi

berfungsi sebagai antioksidan utama didalam sel.

Selain itu, sawi putih juga digunakan untuk mengobati

berbagai penyakit. Beberapa kegunaan sawi putih diantaranya

untuk rasa gatal ditenggorokan pada penderita batuk, untuk

menyembuhkan sakit kepala, penyakit rabun ayam

(xerophthalmia), penyakit ginjal, pembersih darah, memperbaiki

dan memperlancar pencernaan makanan, menyembuhkan haid

yang tidak teratur, demam, nifas, radang tenggorokan, dan batuk

kering, (Novianti, 2017).

E. Tinjauan Umum Tentang Pestisida

1. Definisi Pestisida

Gambar 2.2 Jenis pestisida


(sumber: www.belanjaagro.com)
8

Pestisida adalah salah satu bagian penting dalam pertanian

yang dapat membantu para petani untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas hasil produksi serta memiliki peranan penting dalam

mengatasi permasalahan Organisme Pengganggu Tanaman

(OPT) seperti hama, gulma, dan penyakit tanaman.

Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk

membunuh hama. Hama yang menjadi sasaran pestisida antara

lain serangga, tungau, tanaman berbahaya pengganggu, virus,

nematoda (serangga yang dapat merusak akar), keong, tikus, dan

burung serta hewan lain yang dianggap dapat merugikan (Wanda,

2016)

Pengertian pestisida menurut peraturan Menteri Pertanian No.

434-1/Kpts/TD270/2001 yang mengacu pada Peraturan

Pemerintah Pengganti Undang-Undang nomor 7 tahun 73,

memberi definisi pestisida adalah semua zat kimia dan bahan lain

serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

a. Membasmi atau mencegah hama yang dapat menyebabkan

kerusakan pada tanaman maupun hasil pertanian.

b. Membasmi rerumputan.

a. membunuh daun dan mencegah pertumbuhan tanaman

yang tidak diinginkan.

b. Membasmi atau mencegah parasit eksternal pada hewan

peliharaan dan ternak.


9

c. Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau

bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.

d. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dari jasad-

jasad renik.

e. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-

jasad renik dalam rumah tangga, bangunan dan dalam alat-

alat pengangkutan.

f. Pencegahan atau membasmi hewan yang dapat

menimbulkan penyakit bbaik pada manusia maaupun pada

hewan yang perlu dilindungi dengan penggunaan pada

tanaman atau air.

4. Klasifikasi Pestisida

Secara umum, pestisida dapat dikategorikan berdasarkan

kegunaannya, cara kerjanya, sifat kimianya dan toksisitasnya.

a. Menurut Priyanto; 2009, berdasarkan kegunaannya pestisida

dapat dibagi menjadi 7 golongan diantaranya, yaitu:

1) Insektisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk

membunuh serangga.

2) Larvasida, yaitu Bahan kimia pertanian yang

digunakan untuk membunuh larva

3) Fungisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk

membunuh jamur (mould)


10

4) Mitisida, yaitu Bahan kimia pertanian yang digunakan

untuk membunuh tungau (mites)

5) Rodentisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk

membunuh hewan pengerat.

6) Herbisida, yaitu pestisida yang digunakan untuk

membunuh semak dan tanaman pengganggu.

7) Molusida, yaitu pestisida yang digunakan untuk

membunuh siput/keong.

g. Menurut Afandi; 2019, berdasarkan sifat dan cara

kerja racunnya, pestisida dapat di bagi menjadi 6 diantaranya:

1) Racun Kontak, Cara kerja pestisida ini yaitu dengan cara

masuk ke tubuh serangga, sasaran melalui kulit (kutikula)

kemudian diangkut ke dalam tubuh serangga dimana

pestisida ini aktif bekerja.

2) Racun Pernafasan (Fumigan), Cara kerja pestisida ini yaitu

dapat membunuh serangga dan bekerja melalui system

pernapasan.

3) Racun Lambung, Jenis pestisida ini dapat membunuh

serangga apabila tertelan serta masuk ke dalam organ

pencernaan serangga.

4) Racun Sistemik, Insektisida, fungisida dan herbisida

memiliki cara kerja ini. Setelah disemprotkan atau

disebarkan pada bagian tanaman, racun sistemik akan


11

terserap ke dalam jaringan tanaman melalui akar atau

daun, sehingga dapat membunuh organisme berbahaya

pada jaringan tanaman, seperti jamur dan bakteri. Pada

insektisida sistemik, serangga dibunuh setelah memakan

atau menghirup cairan tanaman yang telah disemprot.

5) Racun Metabolisme, Pestisida ini membunuh serangga

dengan mengganggu proses metabolismenya.

6) Racun Protoplasma, dapat mengganggu fungsi sel, karena

rusaknya protoplasma sel

h. Menurut Hudayya dan Hadis (2012) berdasarkan sifat

kimianya, pestisida dibagi menjadi empat 3 golongan besar,

yaitu :

1) Organoklorin adalah pestisida sintetik tertua dan  sering

disebut sebagai hidrokarbon klor. Keracunan

pada serangga umumnya diketahui ditandai dengan

terjadinya hiperaktif, tremor, dan kejang. Ini disebabkan

karena adanya gangguan pada sistem saraf pusat, yang

kemudian menyebabkan kerusakan sistem saraf dan otot

yang menimbulkan kematian. Organoklorin bersifat stabil di

lapangan, sehingga residunya sangat sulit terurai.

2) Organofosfat merupakan pestisida yang bertindak dengan

cara mengakumulasi dan menghambat enzim

asetilkolinesterase, sehingga terjadi penumpukan


12

asetilkolin yang mengganggu transmisi impuls saraf ke sel

otot. Akibat kondisi ini impuls tidak dapat diteruskan,

sehingga otot menjadi kejang, dan akhirnya terjadi

kelumpuhan (paralisis) dan akhirnya serangga mati.

3) Karbamat adalah insektisida berspektrum luas. Karbamat

membunuh serangga dengan cara yang sama seperti

insektisida organofosfat yaitu dengan menghambat

aktivitas enzim asetilkolinesterase dalam sistem saraf.

Perbedaan insektisida organofosfat dengan karbamat,

yaitu pada penghambatan enzim bersifat reversibel artinya

penghambatan enzim dapat dipulihkan kembali. Karbamat

bersifat cepat terurai.

i. Menurut Hudayya dan Hadis; 2012, Pengggolongan

pestisida berdasarkan toksisistasnya dapat bermacam-macam

seperti :

1) Berdasarkan toksisitas oralnya

2) Berdasarkan toksisitas dermal

3) Berdasarkan toksisitas volatilitasnya (inhalasi)

4) Berdasarkan stabilitasnya.

5. Dampak dari Penggunaan Pestisida

Pestisida adalah zat kimia, campuran bahan kimia atau bahan

lain yang bersifat bioaktif. Pada dasarnya, pestisida bersifat racun.

karena toksisitasnya, pestisida diproduksi, dijual, dan digunakan


13

untuk membasmi organisme pengganggu tanaman (OPT). Setiap

racun memiliki potensi untuk membahayakan makhluk hidup yang

lain termasuk manusia. oleh karena itu, perbuatan yang tidak

bijaksanan dalam penggunaan pestisida di bidang pertanian bisa

saja menimbulkan dampak negatif. Menurut Djojosumarto (2008)

terdapat beberapa dampak negatif dari penggunaan pestisida

diantaranya :

a. Dampak bagi Keselamatan Pengguna

Penggunaan pestisida secara langsung akan

mengkontaminasi penggunanya dan menyebabkan keracunan.

Dalam kasus ini, keracunan dapat dibedakan menjadi 3

kelompok yaitu keracunan akut ringan, keracunan akut berat

dan kronis. Keracunan akut ringan dapat menyebabkan pusing

dan nyeri Kepala, iritasi kulit ringan, badan pegal dan diare.

Keracunan akut yang parah dapat menyebabkan gejala seperti

mual, menggigil, kram perut, kesulitan bernapas, air liur,

miosis, dan peningkatan denyut nadi. Keracunan parah dapat

menyebabkan pingsan, kejang, dan bahkan kejang Dapat

menyebabkan kematian.

Keracunan kronis lebih sulit dideteksi karena tidak langsung

dirasakan serta tidak menimbulkan gejala dan tanda yang

spesifik. namun, Dalam jangka panjang, keracunan kronis

dapat menyebabkan gangguan kesehatan. Beberapa masalah


14

kesehatan yang sering dikaitkan dengan penggunaan pestisida

antara lain iritasi manta dan kulit, kanker, bayi cacat, dan

penyakit sistem saraf, hati, ginjal, dan sistem pernapasan.

j. Dampak bagi Konsumen

Dampak pestisida terhadap konsumen biasanya berupa

keracunan, penyakit kronis yang tidak bisa langsung

dirasakan. Namun, dalam jangka panjang, bisa saja dapat

menyebakan masalah Kesehatan meskipun jarang terjadi,

pestisida juga dapat menyebabkan keracunan akut. misalnya,

ketika seorang konsumen mengkonsumsi produk pertanian

yang mengandung residu pestisida dalam jumlah besar.

k. Dampak bagi Kelestarian Lingkungan.

Dampak lingkungan dari penggunaan pestisida dibedakan

menjadi 2 jenis, yaitu:

1) Untuk lingkungan umum

a) Pencemaran lingkungan (air, tanah dan udara)

b) Membunuh organisme bukan target melalui paparan

langsung

c) Membunuh organisme yang tidak menjadi sasaran

akibat masuknya pestisida ke dalam rantai makanan

d) Akumulasi pestisida melalui jaringan tubuh rantai

makanan (bioakumulasi).
15

e) Untuk konsentrat pestisida yang persisten (tahan lama)

pestisida di tingkat trofik rantai makanan lebih tinggi

(biomagnifikasi).

f) Dampak negatif tidak langsung pada manusia melalui

rantai makanan.

8) Untuk lingkungan pertanian

a) OPT menjadi kebal terhadap pestisida (mengalami

resistensi terhadap pestisida).

b) Jumlah hama atau pest meningkat setelah penggunaan

pestisida

c) Membunuh musuh alami hama.

d) Fitotoksik (meracuni tanaman).

l. Untuk sosial ekonomi

1) Penggunaan pestisida yang tidak terkendali menyebabkan

tingginya biaya produksi.

2) Hambatan perdagangan tinggi karena residu pestisida

dalam bahan ekspor.

3) Timbulnya biaya sosial seperti biaya pengobatan dan hari

libur timbul akibat keracunan pestisida.

F. Tinjauan Umum Tentang Garam

1. Definisi Garam

Garam adalah padatan kristal putih yang dihasilkan dari air

laut. Garam memiliki rasa asin disuplementasikan dengan mineral


16

iodium sebagai KIO3 dalam garam kemasan beriodium. Garam

sering digunakan sebagai bahan tambahan makanan yang

mengandung mineral untuk penyeimbang gizi. (Safitri, 2019).

Garam merupakan salah satu zatt yang perlu ditambahka

dalam makanan dan merupakan sumber elektrolit bagi tubuh.

Garam terdiri dari beberapa komponen utama seperti NaCl,

natrium (40%) dan klorida (60%). Beberapa mineral lain juga

ditemukan dalam garam seperti magnesium, kalsium, fosfor,

kobalt, fosfor, seng, belerang, klorin, mangan, tembaga, fluor, dan

yodium. Setiap mineral memiliki peran dan fungsi tertentu dalam

metabolisme tubuh (Sasongkowati, 2014).

6. Manfaat Garam

Garam memiliki dua komponen dasar, yaitu natrium dan

klorin, yang terurai ketika dilarutkan dalam cairan dan makanan.

Tubuh membutuhkan klorin dalam garam untuk membentuk asam

klorida atau HCl yang dapat membunuh bakteri di lambung dan

mengubbah pepsinogen menjadi pepsin yag bermanfaat untuk

pencernaan (Sasongkowati, 2014)

Natrium dalam garam membantu menjaga saraf dalam

tubuh, dan memprkuat otot selama bekerja. Tanpa garam, saraf

tidak bekerja, otak mati, melemah, dan makanan melewati usus

tanpa diserap. Tubuh membutuhkan natrium dalam jumlah yang


17

sangat sedikit, yaitu sekitar 1/4 sendok teh atau ± 500 mg

(Sasongkowati, 2014)

G. Tinjauan Umum Tentang KLT (Kromatografi Lapis Tipis)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan salah satu metode yang

dapat digunakan untuk memisahkan senyawa dari campurannya dengan

menggunakan fase diam dan fase gerak. Fase diam yang digunakan

adalah silika gel dan fase geraknya adalah asam glasial. Pemeriksaan

menggunakan metode Kromatigrafi Lapis Tipis (KLT) sangat sederhana

dan murah. Hal ini dikarenakan peralatan yang mudah digunakan dan

hampir semua laboratorium dapat dengan cepat menggunakan meode ini

setiap saat (Syiah, 2017)

Prinsip Kromatografi Lapis Tipis (KLT) adalah perpindahan analit pada

fase diam karena pengaruh fase gerak dan proses ini disebut elusi. Pada

sistem Kromatografi Lapis Tipis (KLT) di kenal dengan istilah rambat atau

senyawa yang di beri simbol Rf (Retention factor). Harga Rf ini dapat

digunakan untuk identifikasi senyawa yang dianalisa (Ramadhan, 2018)

Penentuan harga Rf adalah sebagai berikut:

Jarak yang diempuhbercak


Rf =
Jarak yang ditempuh eluen

Beberapa keuntungan lain kromatografi lapis tipis (Syiah, 2017) adalah

sebagai berikut :
18

1. Kromatografi Lapis Tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis

2. Pengukuran pemisahan bahan dilakukan dengan radiasi

menggunakan reagen warna fluoresensi atau sinar ultraviolet

3. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun

(descending), atau dengan cara elusi 2 dimensi

4. Keakuratan analisis ditingkatkan karena komponen yang

ditentukan adalah titik dimana ia tidak bergerak

H. Kerangka Konseptual

Sayuran merupakan jenis tanaman yang banyak dikonsumsi oleh

masyarakat Indonesia. Sayuran mengandung berbagai macam vitamin

dan sumber serat yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menjaga

tubuh agar tetap sehat. Sayuran juga mengandung Karoten yang

berperan sebagai antioksidan untuk melawan serangan radikal bebas

penyebab kanker. Namun, disisi lain peningkatan permintaan sayuran di

Indonesia membuat petani menggunakan pestisida untuk membasmi

hama pada tanaman. Sehingga pemakaian pestisida yang membuat

penyerapan vitamin pada sayuran kurang efektif. Residu pestisida dalam

makanan setelah pemupukan tanaman dapat berdampak tidak langsung

pada konsumen. Namun, dalam jangka panjang dapat menimbulkan

gangguan kesehatan seperti iritasi mata dan kulit, kanker, anak cacat,

gangguan sistem saraf, gangguan hati, ginjal serta gangguan pernapasan.

Adapun Upaya pengurangan residu pestisida yang terkandung dalam

buah dan sayuran telah dilakukan oleh masyarakat diantaranya dengan


19

menggunakan air mengalir, perendaman menggunakan air garam, dan

beberapa cara lainnya.

Tanaman Sayuran

Organisme Pengganggu
Tanamna

Penggunaan Pestisida

Sayuran Dengan Residu


Pestisida

Larutan Garam

Residu Pestisida
Berkurang
Gambar 2.3 Kerangka konseptual
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah observasi laboratorik yaitu

untuk mengidentifikasi pengaruh larutan garam terhadap pestisida pada

sayuran

I. Waktu dan Lokasi Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20-24 April 2021.

7. Lokasi Penelitian

Lokasi pada penelitian ini adalah pasar pa’baeng-baeng.

8. Tempat Penelitian

Adapun tempat dilaksanakannya penelitian ini yaitu di

Laboratorium Toksikologi Klinik Politeknik Kesehatan

Muhammadiyah Makassar.

J. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua jenis sayuran

sawi

9. Sampel

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah sayuran sawi

putih dengan besaran sampel sebanyak 1 sampel


A. Pemeriksaan

Laboratorium 21

K. Teknik Pengambilan Sampel

Untuk teknik pengambilan sampel menggunakan teknik Simple

Random Sampling yang dilakukan dengan membeli sampel secara acak

L. Variabel penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas pada penelitian ini adalah Larutan

Garam/NaCl

10. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Pestisida

M. Defenisi Operasional

1. Sayuran merupakan salah satu makanan yang berasal dari

tumbuhan dan merupakan sumber mineral dan vitamin yang sangat

baik dan penting bagi kesehatan, sehingga berperan penting dalam

memenuhi kebutuhan dan meningkatkan status gizi dalam tubuh.

2. Pestisida merupakan salah satu bagian penting dari pertanian

yang mampu membantu para petani untuk meningkatkan kualitas

dan kuantitas hasil produksi serta mempunyai peranan penting

untuk mengatasi permasalahan OPT (Organisme Pengganggu

Tanaman) seperti hama, penyakit pada tanaman dan gulma karena

membunuh langsung jasad pengganggu.


22

3. Garam merupakan zat padat, kristal dan berwarna putih yang

dihasilkan dari air laut dan merupakan bagian dari kebutuhan nutrisi

tubuh manusia akan elektrolit.

N. Prosedur Penelitian

1. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam pemeriksaan ini, yaitu :

lumpang dan alu, beaker glass, erlenmeyer, labu ukur, batang

pengaduk, rak tabung, tabung centrifuge, sentrifuge, pipet tetes,

camber, penangas air, timbangan analitik, kertas saring, cawan

porselin,

Adapun bahan yang digunakan yaitu: sayuran sawi putih,

aquades, chlorophyrifos, N-heksana, etil asetat, natrium sulfat

anhidrat, aseton, dan plat KLT

11. Prosedur Kerja

a. Pengambilan Sampel

Sampel diambil dari pasar Pa’baeng-baeng Kota

Makassar sebanyak 1 sampel, kemudian dimasukkan

kedalam plastik steril, selanjutnya dibawa ke Laboratorium

Toksikologi Klinik, Poltekkes Muhammadiyah Makassar untuk

di uji.

b. Persiapan polusi untuk simulasi pada sawi putih


23

Persiapan campuran chlopyrifos: 2,0 L air ditambahkan ke

dalam 0,95 ml klorpirifos. Setelah air ditambahkan, campuran

diaduk hingga larut.

Persiapan pencemaran klorpirifos pada sawi putih: sampel

yang telah disiapkan dicuci dengan air keran dan dikeringkan

dengan kertas penyerap. Kemudian direndam dalam campuran

klorpirifos selama 10 menit dan disimpan pada suhu kamar di

ruangan gelap selama 24 jam

c. Persiapan larutan pembersih

Sebanyak 5 g, 10 g dan 20 g NaCl yang telah ditimbang

masing-masing dilarutkan ke dalam 100 ml aquadest kemudian

di masukkan kedalam labu ukur 100 ml.

d. Persiapan sampel

Sawi putih yang telah terkontaminasi pestisida dibagi

menjadi beberapa bagian kemudian dilakukan perendaman

menggunakan larutan garam selama 10 menit secara terpisah.

Kemudian, dibilas dengan air mengalir.

e. Ekstraksi

Untuk Sawi Putih yang belum dilakukan perendaman di

timbang sebanyak 5 gram ditimbang seksama, dihaluskan

dengan lumpang dan alu atau diblender dengan 12,5 ml

heksana, 12,5 ml etil asetat. Selanjutnya disentrifuge, filtrat

dipisahkan secara kuantitatif melalui corong yang berisi


24

natrium sulfat anhidrat setebal 2 cm. Ekstrak di uapkan

menggunakan penangas air atau bunsen sampai berkurang.

Untuk larutan Nacl 5%, 10% dan 20% masing masing di

timbang 5 gram kemudian di tambahkan 12,5 ml N-Heksana,

12,5 ml etil asetat.. Selanjutnya disentrifuge, filtrat dipisahkan

secara kuantitatif melalui corong yang berisi natrium sulfat

anhidrat setebal 2 cm. Ekstrak di uapkan menggunakan

penangas air atau bunsen sampai berkurang.

m. Pembuatan larutan standar

Sebanyak 0,625 gram pestisida golongan organofosfat

dengan bahan aktif Chlorophyrifos ditimbang dan

ditambahkan 1,56 ml N-Heksana, 1,56 ml Etil Asetat.

Selanjutnya, ekstraksi yanng diperoleh diuapkan

n. Penotolan hasil ekstraksi

Pada pinggir sebalah kiri dan kanan plat Kromatografi

Lapis Tipis (KLT) 0,5 cm dan 1 cm dari sisi bawah untuk

tempat penotolan hasil pemurnian. 5,6 cm dari sisi bawah

dibuat garis yang merupakan batas akhir dari eluen.

Penjenuhan mengunakan kertas saring dengan volume

penotolan 10 µl dengan jarak rambat 5,6 cm.

o. Elusi

Disiapkan bejana Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dan

bejana diisi dengan eluen, kemudian bejana ditutup, biarkan


25

selama 15 menit untuk menjenuhkan bejana dengan uap

eluen. Selanjutnya dimasukkan plat KLT yang telah diisi

dengan hasil ekstraksi dan larutan standar dengan tempat

penotolan berada dibagian bawah dan dimasukkan kedalam

bejana Kromatografi Lapis Tipis (KLT) kemudian ditutup.

Apabila eluen telah sampai pada garis akhir, plat Kromatografi

Lapis Tipis (KLT) dikelurkan, kemudian di keringkan selama

15 menit. Selanjutnya dibaca menggunakan lampu UV dan

hasil akan dicatat.

p. Interpretasi hasil

(+) : Apabila warna bercak pada plat sampel dan plat standar

sama, serta jumlah dan nilai Rf yang sesuai dengan

standar.

(-) : Apabila warna bercak pada plat sampel dan plat standar

tidak sama, serta jumlah dan nilai Rf tidak sesuai dengan

standar.
26

O. Alur Penelitian

Pengambilan Sampel

Pencemaran sayuran
sawi dengan klorofirifos

Disimpan pada ruangan


gelap selama 24 jam

Sayuran sawi terkontaminasi


klorofirifos

Tanpa perendaman dengan Perendaman dengan larutan


larutan Nacl NaCl 5%, 10% dan 20%

Ekstraksi dengan N-Heksana


dan Etil Asetat

Penotolan Hasil
Diuapkan Elusi
Ekstraksi

Pembacaan plat KLT dengan Pengeringan Plat


membandingkan standar pada lampu UV KLT

Hasil

Analisis Data

Pembahasan Kesimpulan

Gambar 3.1 Alur Penelitian


27

P. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil

penelitian yang diperoleh dari hasil pemeriksaan laboratorium di

sajikan dalam bentuk tabel kemudian dianalisa secara deskriptif.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada tanggal 20—24

April 2021 tentang pengaruh larutan garam terhadap residu pestisida pada

sayuran sawi putih (Brassica pecnensia L) diperoleh hasil sebagai

berikut :

Tabel 1; Hasil identifikasi residu pestisida setelah dilakukan perendaman


dengan larutan garam

Hasil Penotolan
Sampel Hasil
Nilai Rf Warna Noda
Sayuran sawi yang sengaja
1 0,58 keunguan Positif (+)
ditambahkan chlorofirifos
2 Larutan NaCl 5% (-) (-) Negatif (-)

3 Larutan NaCl 10% (-) (-) Negatif (-)

4 Larutan NaCl 20% (-) (-) Negatif (-)


Air rendaman
5 (-) (-) Negatif (-)

6 Standar/Kontrol Positif 0,62 Keunguan Positif (+)

Sumber: Data Primer 20 21

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa hasil identifikasi pengaruh

larutan garam terhadap residu pestisida pada sayuran sawi putih

(Brassica pecnensia L) menunjukkan hasil negatif.

Q. Pembahasan

Pestisida adalah zat atau bahan kimia yang digunakan oleh para

petani untuk membunuh hama baik berupa tumbuhan, serangga maupun


29

hewan lainnya. Pestisida merupakan bagian penting dari pertanian yang

dapat membantu petani meningkatkan kualitas dan kuantias produksi.

Namun, ketika pestisida digunakan pada tanaman maka akan

meninggalkan residu pestisida yang dapat berbahaya bagi kesehatan jika

digunakan dalam jangka panjang.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh

larutan garam terhadap residu pestisida pada sayuran sawi putih

(Brassica pecnensia L) dengan menggunakan uji observasi laboratorik

yang dilakukan di Laboratorium Toksikologi Klinik Politeknik Kesehatan

Muhammadiyah Makassar untuk mengetahui adakah pengaruh larutan

garam terhadap pestisida setelah dilakukan perendaman.

Sampel yang digunakan adalah sayuran sawi putih. Adapun kontrol

positif yang digunakan yaitu pestisida golongan organofosfat dengan

bahan aktif chlorpyrifos. Pada penelitian ini, sampel sawi putih dengan

sengaja ditambahkan pestisida dan dilakukan 4 perlakuan. Pada

perlakuan pertama sampel sawi direndam dengan larutan NaCl 5%, NaCl

10%, NaCl 20%, dan perendaman dengan air. Setelah itu, sampel sawi

putih dan hasil rendaman NaCl 5%, NaCl 10%, NaCl 20%, serta

perendaman dengan air, diekstraksi dengan menggunakan N-Heksana

dan Etil Asetat dengan tujuan agar mampu menarik senyawa berdasarkan

tingkat kepolarannya. Kemudian, dipisahkan secara kualitatif melalui

corong yang berisi natrium sulfat anhidrat setebal 2 cm dengan tujuan

untuk memurnikan hasil yang diinginkan dengan mengikat sisa-sisa air


30

yang masih tersisa. Selanjutnya, dilakukan penotolan pada plat KLT dan

hasil totolan di masukkan kedalam bejana yang berisi eluen.

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan didapatkan hasil pada air

rendaman larutan NaCl 5% dengan hasil Negatif (-), air rendaman NaCl

10% didapatkan hasil Negatif (-), air rendaman NaCl 20% didapatkan hasil

Negatif (-), serta hasil rendaman menggunakan air juga didapatkan hasil

Negatif (-). Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian sayuran sawi putih yang

terpapar pestisida dengan perlakuan direndam dengan larutan

garam/NaCl 5%, 10%, 20%, dan air yang diperiksa menggunakan metode

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan hasil KLT menunjukkan tidak

adanya noda seperti yang terlihat pada plat kontrol positif yang memiliki

nilai Rf 0,62. Sehingga perendaman sayuran sawi menggunakan larutan

garam/NaCl yang terpapar pestisida golongan organofosfat dengan

bahan aktif chlorophyrifos tidak efektif atau kurang berpengaruh dalam

menurunkan residu pestisida.

Adapun efek negatif yang dapat ditimbulkan dari residu pestisida yaitu

apabila digunakan dalam jangka panjang dapat menimbulkan gangguan

kesehatan seperti iritasi mata dan kulit, kanker, anak cacat, gangguan

sistem saraf, gangguan hati, ginjal serta gangguan pernapasan bahkan

dapat menimbulkan penyakit kronis lainnya


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil yang

menunjukkan sayuran sawi putih (Brassica pecnensia L) yang telah

direndam menggunakan larutan garam (NaCl) dengan konsentrasi 5%

Negatif (-), NaCl 10% Negatif (-), NaCl 20% Negatif (-), serta hasil

rendaman menggunakan air juga didapatkan hasil Negatif (-). Hal ini

dibuktikan dengan hasil plat kontrol positif menggunakan metode

pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang menunjukkan adanya

noda dan memiliki nilai Rf 0,62 tidak sesuai dengan sampel yang

diperiksa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perendaman sampel sawi

menggunakan larutan garam (NaCl) dengan konsentrasi 5%, 10%, 20%,

dan menggunakan air tidak efektif atau kurang berpengaruh untuk

menurunkan residu pestisida pada sayuran sawi putih (Brassica

pecnensia L).

R. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini ditujukan kepada :

1. Peneliti selanjutya

Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya menggunakan metode

lain seperti kromatografi gas


32

6. Masyarakat setempat

Untuk masyarakat pada saat pencucian sayuran atau buah

dengan penggunaan larutan garam (NaCl) tidak efektif atau

kurang berpengaruh dalam menurunkan residu pestisida

7. Pemerintah/instansi terkait

Sebaiknya pemerintah atau instansi terkait mengontrol atau

mengawasi penggunaan pestisida oleh para petani.


DAFTAR PUSTAKA

Andarwati, A.U. 2011. Efisiensi Tekni Susahatani Kentang dan Faktor


Yang Mempengaruhi di Kecamatan Batur Kabupaten
Banjarnegara. Bogor. Skipsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Ekonomi
Dan Bisnis Institut Pertanian Bogor

Afandi, Irfan. 2017. Pengertian Pestisida, Jenis, Cara Kerja, Dan Dampak
Pengunaan Pestisida, (Online),
(http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/88186/PengertianPestisi
da-Jenis-Cara-Kerja-Dan-Dampak-Pengunaan-Pestisida/ diakses
20 Maret 2021)

Arianto, F.T. 2014. Perbandingan Kadar Vitamin K Pada Sawi Hijau


(Caisim) Dan Sawi Putih (Brassica rapa )Yang Di Jual Di Pasar
Keputran Surabaya. Karya Tulis Ilmiah (KTI) tidak diterbitkan.
Surabaya : Program Studi D3 Analis Kesehatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya

Djojosumarto, Panut. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. PT. Agromedia


Pustaka. Jakarta.

Hudayya, A. dan Hadis, J. 2012. Pengelompokan Pestisida Berdasarkan


Cara Kerjanya (Mode Of Action). PT. Bina Tani Sejahtera. Bandung
Barat.

Herdariani, Elvinali. 2014. Identifikasi Residu Pestisida Klorpirifos dalam


Sayuran Kol Mentah dan Kol Siap Santap. Jurnal MKMI, 10 (3),
154-159.

Novianti, M.E. 2017. Perbandingan Kadar Besi (Fe) Pada Sawi Putih
Dengan Sawi Hijauyang Dijual Dibeberapa Pasar Kabupaten
Brebes. Publikasi Ilmiah Civitas Akademika Politeknik Mitra Karya
Mandiri Brebes, 2 (2).

Nowowi, M. F. M.et al. 2016. Study on the effectiveness of five cleaning


solutions in removing chlorpyrifos residues in cauliflower (Brassica
oleracea). Journal of Environmental Chemistry and Ecotoxicology, 8
(7), 69-72
34

Priyanto. 2010. Toksikologi, Mekanisme, Terapi Antidotum, dan Penilaian


Resiko. Leskonfi (Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi) :
Jawa Barat

Ramadhan, P.H. 2018. Identifikasi Residu Pestisida Golongan Karbamat


Pada Kentang (Solanum tuberosum L) Yang Diperjualbelikan Di
Pasar Tradisional Kota Makassar. Karya Tulis Ilmiah (KTI)
diterbitkan. Makassar : Akademi Analis Kesehatan Muhammadiyah
Makassar.

Sudarma, N., Ni, L.N.D.W.P. dan Diah, P. 2020. Identifikasi Residu


Pestisida Organofosfat Dan Karbamat Pada Buah Dan Sayur
Yang Dijual Di Pasar Badung Desa Dauh Puri Kangin Denpasar
Bali Tahun 2019. Jurnal Kesehatan Terpadu, 04 (01) : 13-17

Sasongkowati, R. 2014. Bahaya Gula, Garam dan Lemak. Yogyakarta:


Penerbit Indoliterasi.

Syiah, S.C. 2017. Analisis Pengawet Metil Paraben Pada Selai Tanpa
Merek Yang Diperjualbelikan Di Pasar Pedurungan Kota
Semarang, Skripsi tidak diterbitkan, Program Studi DIV Analis
Kesehatan Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.

Safitri, Rahmadayani. 2019. Analisa Kadar Iodium Pada Garam Dapur


Dari Berbagai Merek Di Pasar Sukaramai Medan, Karya Tulis
Ilmiah (KTI) tidak diterbitkan. Medan: Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan Jurusan Analis Kesehata

Wahyuni, Sri. 2010. Perilaku petani bawang merah dalam penggunaan


dan penanganan pestisida serta dampaknya terhadap lingkungan
(studi kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten
Brebes). Tesis tidak diterbitkan. Semarang : Program Pasca
Sarjana, Universitas Diponegoro, Semarang.

Wanda, R. 2016. Identifkasi Pestisida Golongan Organofosfat Jenis


Klorpirifos Pada Sayuran Kubis Yang Diperjualbelikan Di Pasar
Hartaco Kota Makassar. Karya Tulis Ilmiah (KTI) diterbitkan,
35

Program Studi D3 Analis Kesehatan Masyarakat Universitas


Indonesia Timur, Makassar.

Anda mungkin juga menyukai