DISUSUN OLEH:
Nur Putri Oktaviana ( E0020041 )
DOSEN PENGAMPU:
Agung Nurcahyanta,M.Farm,Apt.
Abstak
Kubis ungu (Brassica oleracea L) merupakan sejenis tanaman sayuran yang
berwarna khas. Warna kubis ungu dapat diekstrak dan ekstraknya dapat berubah warna
pada suasana asam maupun suasana basa sehingga memugkinkan untuk dapat
digunakan sebagai indikator alami titrasi asam basa. Warna ekstrak pada kubis ungu
terjadi karena adanya kandungan zat warna pada tumbuhan berupa senyawa antosianin.
Antosianin merupakan senyawa organik yang mempunyai kestabilan rendah pada
suasana netral dan basa. Oleh karena itu artikel ini mengkaji proses ekstraksi dan cara
penyimpanan esktrak kubis ungu, antosianin, mekanisme ekstrak kubis ungu sebagai
indikator alami titrasi asam basa dan tingkat kecermatan serta keakuratan penggunaan
kubis ungu sebagai indikator alami titrasi asam kuat basa kuat.
Berdasarkan hasil kajian ini diperoleh bahwa kubis ungu dapat digunakan
sebagai indikator alami titrasi asam basa dengan tingkat kecermatan serta
keakuratannya relatif tinggi khususnya pada titrasi asam kuat basa kuat. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan ekstrak kubis ungu sebagai indikator alami titrasi asam
basa adalah proses ekstraksi dan cara penyimpanannya karena dapat mempengaruhi
karakter warna, trayek pH, tingkat kecermatan dan keakuratannya. Kata: Kubis ungu,
antosianin, indikator alami
Pendahuluan
Kubis ungu merupakan sejenis tanaman sayuran yang biasa digunakan untuk
pelengkap salad. Meskipun harganya relatif mahal tetapi kubis ungu mempunyai warna
khas yaitu berwarna ungu. Selain itu kubis ini mengandung air, protein, lemak,
karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, beberapa vitamin,
sianohidroksibutena dan antosianin(Regina Tutik Padmaningrum, 2007). Adanya
antosianin inilah yang menyebabkan kubis ungu ini dapat menghasilkan warna ungu
pada ekstraknya.
Jika kubis ungu disiram dengan air panas akan menghasilkan larutan yang
berwarna biru keunguan. Warna ini kemungkinan besar merupakan warna antosianin.
Warna larutan yang dihasilkan dari kubis ungu ini dapat berubah warna pada suasana
asam maupun basa sehingga memungkinkan penggunaan ekstrak kubis ungu sebagai
indikator alami titrasi asam basa.
Selain kubis ungu telah ditemukan indikator dari bahan alam misalnya dari
bunga pukul empat(Miriabillis yalapa), bunga kana(Canna indica)(Shishir, dkk, 2008),
bunga rosella(Hibiscus sabdariffa) dan bayam merah(Bisella alba)(Izonfuo, 2006).
Hampir semua tumbuhan yang menghasilkan warna dapat digunakan sebagai indikator
titrasi asam basa karena dapat berubah warna pada suasana asam dan basa. Masing-
masing tumbuhan penghasil warna mempunyai karakter warna tertentu pada setiap
perubahan pH.
Penggunaan indikator alami dipengaruhi oleh beberapa faktor berkaitan dengan
karakter berupa warna, trayek pH, tingkat kecermatan dan keakuratannya jika
dibandingkan dengan penggunaan indikator komersial. Penggunaan bahan pengekstrak,
cara mengekstraksi dan cara penyimpanan mempengaruhi karakter indikator alami yang
digunakan(Siti Marwati, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut maka dalam artikel ini akan mengkaji tentang
permasalahan pada penggunaan ekstrak kubis ungu sebagai indikator alami titrasi asam
basa dengan meninjau kandungan utama penghasil warna dari kubis ungu yaitu
antosianin. Melalui kajian ini maka diharapkan dapat digunakan sebagai penambah
wawasan pengetahuan dalam mengembangkan indikator alami dari tumbuh-tumbuhan
berwarna.
Tinjauan Kepustakaan
Setelah melakukan tinjauan kepustakaan ternyata nama ilmiah kubis adalah Bra
ssica olerace. Nama kubis diambil dari bahasa prancis, chous cabus atau berarti dikena
l dengan kubis kepal.Tanaman kubis ini termasuk kedalam salah satu jenis tanaman
sayuran yang memiliki warna yang khas dan bagus. Sayuran kubis memiliki beberapa
jenis , setiap jenis sayuran kubis berbeda-beda dan mempunyai ciri-ciri masing
masing. Setelah beberapa data terkumpul, baik dari tinjauan kepustakaan berupa buku-
buku atau dari sumber media internet barulah dapat menyusun karya tulis ilmiah
ini berdasarkan metode yang dilakukan yaitu tinjauan keperpustakaan.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatuphyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Paparorales
Famili : Ruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica Oleraceae
Umumnya tanaman ini merupakan tanaman semusim yang bersifat perdu, dengan
susunan organ tubuh utama batang, daun, bunga, buah, biji dan akar.
IV. Morfologi
Tumbuhan kubis memiliki daun berbentuk bulat, oval, sampai lonjong,
membentuk roset akar yang besar dan tebal, serta warna daun bermacam-macam,
antara lain putih (forma alba), hijau (forma viridis) dan merah keunguan (forma
rubra). Pada awalnya daun berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun berikutnya
tumbuh membengkok dan menutupi daun-daun muda yang terakhir tumbuh.
Pertumbuhan daun terhenti dengan ditandai terbentuknya krop atau telur
(kepala) dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts). Krop adalah
susunan daun yang sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih.
Selanjutnya, krop tersebut akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai
panjang, bercabang- cabang, berdaun kecil-kecil, mahkota tegak dan berwarna
kuning. Buahnya polong berbentuk silindris dengan panjang 5-10 cm dan berbiji
banyak. Adapun bijinya berdiameter 2-4 mm, berwarna coklat kelabu dan
berakar serabut (Dalimartha, 2000).
V. Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dapat menunda, memperlambat dan
mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochnar
dan Rosseli, 1990). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya pada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat. Secara alami sistem antioksidan tubuh sebagai
mekanisme perlindungan terhadap serangan radikal bebas telah ada dalam tubuh.
Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan tubuh untuk
memproduksi antioksidan alami (internal) akan semakin berkurang.
Penggunaan senyawa antioksidan juga antiradikal saat ini semakin luas
seiring dengan semakin besranya pemahaman masyarakat tentang peranannya
dalam menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung,
arteriosklerosis, kanker, serta gejala penuaan. Antioksidan memiliki kemmapuan
sebagai penghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas yang reaktif (Tahir, et al.,
2003). Antioksidan alami secara toksikologi lebih aman dikonsumsi dan lebih
mudah diserap oleh tubuh daripada antioksidan sintesis (Madhavi, et al., 1996).
Pengelompokan antioksidan berdasarkan enzimatis dan non enzimatis,
yaitu :
1. Antioksidan enzimatis
Misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation
peroksidase
2. Antioksidan non enzimatis
Antioksidan ini dibagi menjadi 2 kelompok :
a. Antioksidan larut lemak
Seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin
b. Antioksidan larut air
Seperti asam askorbat, protein pengikat logam
Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh
pada
dasarnya bisa diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim catalase,
glutathione peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione S-transferase.
Tetapi jika senyawa radikal bebas dalam tubuh melebihi batas kemampuan
proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar
atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk (Reynertson,
2007).
Menurut Gordon (1990), antioksidan mempunyai dua fungsi berdasarkan
mekanisme kerja. Antioksidan, pertama berfungsi sebagai pemberi hidrogen.
Antioksidan (AH) yang memiliki fungsi tersebut disebut juga sebagai
antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat
ke radikal lipid (R●, ROO●) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara
hasil reaksi radikal antioksidan (A●) tersebut memiliki keadaan lebih stabil
dibanding dengan radikal lipid. Fungsi kedua yaitu antioksidan merupakan
antioksidan sekunder yang berfungsi untuk memperlambat laju autooksidasi
dengan berbagai mekanisme
Shisir, M. N., Laxman, J. R., Vinayak, R. N., Jacky, D. R., Bhimrao, G. S.,(2006)
Use of Miriabilis Jalapa L Flower Extracts as a Natural Indicator in Acid
Base Titration, Journal of Pharmacy Research, Vol 1 Issue 2