Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FITOKIMIA

TANAMAN YANG MENGANDUNG


ANTIOKSIDAN

DISUSUN OLEH:
Nur Putri Oktaviana ( E0020041 )

DOSEN PENGAMPU:
Agung Nurcahyanta,M.Farm,Apt.

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI FARMASI S1
UNIVERSITAS BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI
2021/2022
TANAMAN KUBIS UNGU
( Brassica Oleraceae L )

Abstak
Kubis ungu (Brassica oleracea L) merupakan sejenis tanaman sayuran yang
berwarna khas. Warna kubis ungu dapat diekstrak dan ekstraknya dapat berubah warna
pada suasana asam maupun suasana basa sehingga memugkinkan untuk dapat
digunakan sebagai indikator alami titrasi asam basa. Warna ekstrak pada kubis ungu
terjadi karena adanya kandungan zat warna pada tumbuhan berupa senyawa antosianin.
Antosianin merupakan senyawa organik yang mempunyai kestabilan rendah pada
suasana netral dan basa. Oleh karena itu artikel ini mengkaji proses ekstraksi dan cara
penyimpanan esktrak kubis ungu, antosianin, mekanisme ekstrak kubis ungu sebagai
indikator alami titrasi asam basa dan tingkat kecermatan serta keakuratan penggunaan
kubis ungu sebagai indikator alami titrasi asam kuat basa kuat.
Berdasarkan hasil kajian ini diperoleh bahwa kubis ungu dapat digunakan
sebagai indikator alami titrasi asam basa dengan tingkat kecermatan serta
keakuratannya relatif tinggi khususnya pada titrasi asam kuat basa kuat. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan ekstrak kubis ungu sebagai indikator alami titrasi asam
basa adalah proses ekstraksi dan cara penyimpanannya karena dapat mempengaruhi
karakter warna, trayek pH, tingkat kecermatan dan keakuratannya. Kata: Kubis ungu,
antosianin, indikator alami

Pendahuluan
Kubis ungu merupakan sejenis tanaman sayuran yang biasa digunakan untuk
pelengkap salad. Meskipun harganya relatif mahal tetapi kubis ungu mempunyai warna
khas yaitu berwarna ungu. Selain itu kubis ini mengandung air, protein, lemak,
karbohidrat, serat, kalsium, fosfor, besi, natrium, kalium, beberapa vitamin,
sianohidroksibutena dan antosianin(Regina Tutik Padmaningrum, 2007). Adanya
antosianin inilah yang menyebabkan kubis ungu ini dapat menghasilkan warna ungu
pada ekstraknya.
Jika kubis ungu disiram dengan air panas akan menghasilkan larutan yang
berwarna biru keunguan. Warna ini kemungkinan besar merupakan warna antosianin.
Warna larutan yang dihasilkan dari kubis ungu ini dapat berubah warna pada suasana
asam maupun basa sehingga memungkinkan penggunaan ekstrak kubis ungu sebagai
indikator alami titrasi asam basa.
Selain kubis ungu telah ditemukan indikator dari bahan alam misalnya dari
bunga pukul empat(Miriabillis yalapa), bunga kana(Canna indica)(Shishir, dkk, 2008),
bunga rosella(Hibiscus sabdariffa) dan bayam merah(Bisella alba)(Izonfuo, 2006).
Hampir semua tumbuhan yang menghasilkan warna dapat digunakan sebagai indikator
titrasi asam basa karena dapat berubah warna pada suasana asam dan basa. Masing-
masing tumbuhan penghasil warna mempunyai karakter warna tertentu pada setiap
perubahan pH.
Penggunaan indikator alami dipengaruhi oleh beberapa faktor berkaitan dengan
karakter berupa warna, trayek pH, tingkat kecermatan dan keakuratannya jika
dibandingkan dengan penggunaan indikator komersial. Penggunaan bahan pengekstrak,
cara mengekstraksi dan cara penyimpanan mempengaruhi karakter indikator alami yang
digunakan(Siti Marwati, 2010).
Berdasarkan uraian tersebut maka dalam artikel ini akan mengkaji tentang
permasalahan pada penggunaan ekstrak kubis ungu sebagai indikator alami titrasi asam
basa dengan meninjau kandungan utama penghasil warna dari kubis ungu yaitu
antosianin. Melalui kajian ini maka diharapkan dapat digunakan sebagai penambah
wawasan pengetahuan dalam mengembangkan indikator alami dari tumbuh-tumbuhan
berwarna.

Tinjauan Kepustakaan
Setelah melakukan tinjauan kepustakaan ternyata nama ilmiah kubis adalah Bra
ssica olerace. Nama kubis diambil dari bahasa prancis, chous cabus atau berarti dikena
l dengan kubis kepal.Tanaman kubis ini termasuk kedalam salah satu jenis tanaman
sayuran yang memiliki warna yang khas dan bagus. Sayuran kubis memiliki beberapa
jenis , setiap jenis sayuran kubis berbeda-beda dan mempunyai ciri-ciri masing
masing. Setelah beberapa data terkumpul, baik dari tinjauan kepustakaan berupa buku-
buku atau dari sumber media internet barulah dapat menyusun karya tulis ilmiah
ini berdasarkan metode yang dilakukan yaitu tinjauan keperpustakaan.

Tumbuhan kubis ini diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatuphyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Paparorales
Famili : Ruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica Oleraceae
Umumnya tanaman ini merupakan tanaman semusim yang bersifat perdu, dengan
susunan organ tubuh utama batang, daun, bunga, buah, biji dan akar.

I.Efek Samping Sayuran Kubis

• Dapat menyebabkan darah encer


Kol banyak mengandung vitamin seperti vitamin K dalam kubis
membantu pembekuan darah. Akan tetapi jika kamu terlalu banyak
makan sayuran ini bisa mengakibatkan darah semakin encer. Jadi
konsumsilah kubis dengan jumlah porsi yang di anjurkan adalah 2 cangkir
setiap harinya.
• Dapat menyebabkan perut kembung
Kubis mengandung riffinose yang tinggi, riffinose adalah sejenis gula
dengan kandungan karbohidrat komplek. Zat tersebut dapat
mengakibatkan gejala seperti merasa kembung bahkan sering
bersendawa.
• Dapat membuat kekurangan yodium
Kol mengandung senyawa yang bernama glucosinulate hal tersebut dapat
memicu terjadinya kekurangan yodium pada tubuh karena glucosinulate
mengandung zat berbahaya seperti sulfur dan nitrogen yang dapat
menghalangi hormon tiroid.
• Dapat menyebabkan diare
Diare dapat terjadi oleh beberapa faktor seperti bakteri dan berbagai
macam lainnnya. Mengkonsumsi kol atau kubis secara berlebihan dapat
memicu terjadinya diare karena kol mengandung serat yang sangat tinggi
dan membuat saluran usus lebih ekstra dalam bekerja. Jika anda sedang
menjalani terapi kanker saya sarankan agar tidak mengkonsumsi sayuran
kol atau kubis.
II. Kandungan dari sayuran kubis
Sayuran kubis memiliki kandungan vitamin, serat, protein, karbohidrat,
kandungan vitaminnya seperti vitamin C, A, K,B6 dan Volat namun kandungan
vitamin yang paling banyak adalah vitamin A dan C. Vitamin C dalam kubis
tergolong tinggi, tetapi kubis yang mentah lebih bnyak mengandung vitamin C
ketimbang yang sudah dimasak. 1 gelas kubis mentah menyediakan 51 miligram
vitamin C, vitamin C merupakan antioksidan yang efektif ini melindungi sel dari
penghancuran komposisi yang sering menyebabkan racun metabolik, vitamin A
dalam kubis juga sangat tinggi, vitamin A berfungsi mempertahankan kesehatan
penglihatan dan memperbaiki penglihatan dimalam hari.
III. Khasiat dalam sayuran kubis
• Mencegah osteoporosis
Sayuran bertekstur renyah, termasuk kubis mengandung kalsium adalah
nutri penting untuk menjaga kesehatan tulang dan gigi
• Mencegah penuaan dini
Sayur kubis menyimpan vitamin C yang tinggi yang berfungsi sebagai
antioksidan, karena itu, rutin makan kol ungu baik bagi kesehatan kulit
dengan antioksidan tanda-tanda penuaan dini
• Baik untuk kesehatan mata
Vitamin A juga menjadi salah satu kandungan kubis yang mampu
menjaga kesehatan, selain itu kol ungu mengandung pelembap alami yang
mencegah kulit dari kekeringan
• Mencegah kanker
Penelitian menemukan bahwa kol mengandung antocyanin yang
mempunyai bnyak manfaat bagi tubuh kandungan tersebut dapat
mencegah penyakit kanker
• Baik untuk otak
Kubis yang tinggi akan kandungan vitamin K antocyanin yang
bermanfaat bagi kesehatan mental dan meningkatkan konsentrasi selain
itu kubis dapat mencegah kerusakan syaraf
• Meningkatkan daya tahan tubuh
Kubis mengandung vitamin C yang dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh
memiliki sistem kekebalan yang kuat, dengan begitu kubis dapat menjadi
makanan tinggi antioksidan yang dapat melawan kerusakan akibat radikal
bebas.

IV. Morfologi
Tumbuhan kubis memiliki daun berbentuk bulat, oval, sampai lonjong,
membentuk roset akar yang besar dan tebal, serta warna daun bermacam-macam,
antara lain putih (forma alba), hijau (forma viridis) dan merah keunguan (forma
rubra). Pada awalnya daun berlapis lilin tumbuh lurus, daun-daun berikutnya
tumbuh membengkok dan menutupi daun-daun muda yang terakhir tumbuh.
Pertumbuhan daun terhenti dengan ditandai terbentuknya krop atau telur
(kepala) dan krop samping pada kubis tunas (Brussel sprouts). Krop adalah
susunan daun yang sangat rapat membentuk bulatan atau bulatan pipih.
Selanjutnya, krop tersebut akan pecah dan keluar malai bunga yang bertangkai
panjang, bercabang- cabang, berdaun kecil-kecil, mahkota tegak dan berwarna
kuning. Buahnya polong berbentuk silindris dengan panjang 5-10 cm dan berbiji
banyak. Adapun bijinya berdiameter 2-4 mm, berwarna coklat kelabu dan
berakar serabut (Dalimartha, 2000).

V. Antioksidan
Antioksidan adalah zat yang dapat menunda, memperlambat dan
mencegah terjadinya reaksi oksidasi radikal bebas dalam oksidasi lipid (Kochnar
dan Rosseli, 1990). Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan satu
elektronnya pada senyawa yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa
oksidan tersebut dapat dihambat. Secara alami sistem antioksidan tubuh sebagai
mekanisme perlindungan terhadap serangan radikal bebas telah ada dalam tubuh.
Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya usia maka kemampuan tubuh untuk
memproduksi antioksidan alami (internal) akan semakin berkurang.
Penggunaan senyawa antioksidan juga antiradikal saat ini semakin luas
seiring dengan semakin besranya pemahaman masyarakat tentang peranannya
dalam menghambat penyakit degeneratif seperti penyakit jantung,
arteriosklerosis, kanker, serta gejala penuaan. Antioksidan memiliki kemmapuan
sebagai penghambat reaksi oksidasi oleh radikal bebas yang reaktif (Tahir, et al.,
2003). Antioksidan alami secara toksikologi lebih aman dikonsumsi dan lebih
mudah diserap oleh tubuh daripada antioksidan sintesis (Madhavi, et al., 1996).
Pengelompokan antioksidan berdasarkan enzimatis dan non enzimatis,
yaitu :
1. Antioksidan enzimatis
Misalnya enzim superoksida dismutase (SOD), katalase dan glutation
peroksidase
2. Antioksidan non enzimatis
Antioksidan ini dibagi menjadi 2 kelompok :
a. Antioksidan larut lemak
Seperti tokoferol, karotenoid, flavonoid, quinon, dan bilirubin
b. Antioksidan larut air
Seperti asam askorbat, protein pengikat logam
Kerusakan oksidatif atau kerusakan akibat radikal bebas dalam tubuh
pada
dasarnya bisa diatasi oleh antioksidan endogen seperti enzim catalase,
glutathione peroxidase, superoxide dismutase, dan glutathione S-transferase.
Tetapi jika senyawa radikal bebas dalam tubuh melebihi batas kemampuan
proteksi antioksidan seluler, maka dibutuhkan antioksidan tambahan dari luar
atau antioksidan eksogen untuk menetralkan radikal yang terbentuk (Reynertson,
2007).
Menurut Gordon (1990), antioksidan mempunyai dua fungsi berdasarkan
mekanisme kerja. Antioksidan, pertama berfungsi sebagai pemberi hidrogen.
Antioksidan (AH) yang memiliki fungsi tersebut disebut juga sebagai
antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat
ke radikal lipid (R●, ROO●) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara
hasil reaksi radikal antioksidan (A●) tersebut memiliki keadaan lebih stabil
dibanding dengan radikal lipid. Fungsi kedua yaitu antioksidan merupakan
antioksidan sekunder yang berfungsi untuk memperlambat laju autooksidasi
dengan berbagai mekanisme

pemutusan rantai oksidasi di luar mekanisme pemutusan rantai autooksidasi. Hal


ini merupakan pengubahan radikal lipida ke bentuk yang lebih stabil.
Radikal-radikal antioksidan (A●) yang terbentuk pada reaksi autooksidasi relatif
stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat bereaksi dengan molekul
lipida lain membentuk radikal lipida baru seperti Gambar 5 (Gordon, 1990).
DAFTAR PUSTAKA

Regina Tutik Padmaningrum dan Das Salirawati, (2007), Pengembangan


Prosedur Penentuan Kadar Asam Cuka secara Titrasi Asam Basa dengan
Berbagai Indikator Alami(Sebagai Alternatif Praktikum Titrasi Asam
Basa di SMA, Laporan Penelitian, FMIPA UNY: Yogyakarta.

Shisir, M. N., Laxman, J. R., Vinayak, R. N., Jacky, D. R., Bhimrao, G. S.,(2006)
Use of Miriabilis Jalapa L Flower Extracts as a Natural Indicator in Acid
Base Titration, Journal of Pharmacy Research, Vol 1 Issue 2

Siti Marwati, (2010), Aplikasi Beberapa Ekstrak Bunga Berwarna sebagai


Indikator Alami pada Titrasi Asam Basa, Prosiding Seminar Nasional
FMIPA UNY 2010, Yogyakarta: FMIPA UNY.

Anda mungkin juga menyukai