Anda di halaman 1dari 4

1. Jelaskan fase eksposisi, fase toksikokinetik dan fase tokikodinamik!

Jawaban

- Fase eksposisi terjadi ketika ada kotak antara xenobiotika dengan organisme atau dengan kata lain,
terjadi paparan xenobiotika pada organisme. Paparan ini dapat terjadi melalui kulit, oral, saluran
pernafasan (inhalasi) atau penyampaian xenobiotika langsung ke dalam tubuh organisme (injeks). Jika
suatu objek biologik terpapar oleh sesuatu xenobiotika. maka, kecuali senyawa radioaktif, efek biologik
atau toksik akan muncul, jika xenobiotika tersebut telah terabsorpsi menuju sistem sistemik. Umumnya
hanya xenobiotika yang terlarut, tendistribusi mislekular, yang dapat diabsorpsi Dalam hal ini akan
terjadi pelepasan xenobiotika dari bentuk farmaseutikasya (Witasuta, 2006)

Efek toksikinetik timbul jika xenobiotik terabsorpsi kemudian ditransfer bersama sistem peredaran
darah menuju reseptor hasil interaksi xenobiotik dengan reseptor akan menimbulkan efek. Untuk
mengakhiri efek yang timbul, oleh tubuh xenobiotik akan dimetabolisme dan dieliminasi dari dalam
tubuh. Prosses absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi (ADME) terangkum dalam fase
toksokinetik. Toksokokinetik melibatkan proses invasi (mankaya xenobiotika ke tubuh). trasportasi dan
distribusi (pergerakan xunobiotika di dalam tubuh), serta proses eliminasi (proses hilangnya xenobiotika
dari dalam tubuh). Proses ini semua menentukan efikasi (kemampuan xenobiotika mengasilkan efeki,
elektifitas dari

xenobiotika, konsentrasi xenobiotika pada reseptor, dan dhurau dari efek farmakodinamikaya Sifat-sifat
farmakokinetik satu xenobiotika digunakan oleh farmakolog, ilmuwan klinik dan toksikolog untuk
mengembangkan pengobatan, untuk mengerikan faktor-faktor yang dapat mendorong penyalahgunaan
senobiotika tersebut, serta dijadikan dasar untuk mengetahui kapan dan dalam bentak apa xenobiotika
tersebut masih dapat dideteksi setelah selang waktu pemakaian dan menginterpretasikan efek-efek
xenobetika tersebut (Wirasata, 2006).

Fase toksodinamik adalah inseraksi antara tokson dengan reseptor (tempat kerja hahan toksik) dan jua
proses-proses yang terkait dimana pada akhirnya muncul efek toksik farmakologis dibedakan antara
proses untuk pelepasan suatu rangsang pada organ sasaran tempat tokson menyerang dan proses
pelepasan rangsang sampai terjadinya suatu efek di tempat kerja temput efek terjadi atau diamati. Efek
tersebut adalah hasil sederetan proses yaitu proses kimia biasa yang tercapai melalui rangsang dan tidak
lagi tergantung pada sifat khas rangsang yang dimbas obat. Jadi pada kondisi tetap, stimulus yang sama,
tidak tergantung pada senyawa mana penyebab stimulus, akan menyebabkan efek yang tetap. Organ
sasaran lan tempat kerja tidak perlu sama (Wirasuta, 2006).

2. Jelaskan pengertian dan contoh

A. Efek toksik lokal dan efek toksik sistemik

Jawaban

- Efek lokal adalah efek kesehatan yang timbul hanya pada bagian yang kontak dengan tokokan. Contoh
toksikan yang dapat menimbulkan efek lokal pada saluran pencernaan adalah toksikan yang bersifat
kaustik. Sementara itu, contoh toksikan yang dapat menimbulkan efek lokal pada kulit adulah yang
bersifat korosif (Kurniawidjaja et al., 2021) Efek sistemik adalah efek yang timbul pada organ sasaran
yang letaknya jauh dari tempat kontak karena toksikan terbawa oleh darah bisa pada satu atau
beberapa orgas sasaran. Conch toksikan yang dapat menimbulkan efek sistemikuntaru lain mel merkan
(CH-Hg) stan merkuri anorganik. Keduanya dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui inhalasi atau
dan oleh aliran darah dibawa pada organ sasarannya. Metil merkuri akan menyerang sistem saraf pusat,
sementara toksikan tersebut terdeposit pada organ hati dan ginjal, sedangkan merkari anorganik
terutama menyerang ginjal (Kurniawidjaja et al 2021)

B. Efek toksik berpulih dan nirpulih

Jawaban

-Efek berpulih adalah efek kesehatan yang dapat hilang sendiri (umumnyasetelah tidak ada lagi kontak
antara tubuh dan toksikan atau setelah semua toksikan diekskresi ke luar tutish). Kecepatan efek
berpulih tersebut bergantung pada wakt paruh serta kadar toksikan yang kontak atan masuk ke dalam
tubuh. Contoh radiasi sinar UV (Kurniawidjaja et al. 2021) - Efek nimali adalah efek yang tidak dapat
hilang dan akan menetap di dalam tubuh. Efek sipulih ini dapat berupa timbulnya gangguan anatomi
atau fisiologi. Contoh: iritasi, ratang, kanker, mutasi, sirosis, atau mengenai sistem saraf (Kurniawidjaja
et al., 2021).

C. Efek toksik segera dan tertunda.

Jawaban

Elek lokal adalah efek kesehatan yang timbul hanya pada bagian yang kontak dengan toksikan. Contoh
toksikan yang dapat menimbulkan efek lokal pada saluran pencemaan adalah toksikan yang bersifat
kaustik. Sementara itu, contoh toksikan yang dapat menimbulkan efek lokal pada kulit adalah yang
bersifat korosif (Kurniawidjaja et al. 2021) Efek sistemik adalah efek yang timbul pada organ sasaran
yang letaknya jauh dari tempat kontak karena tokukan terbawa oleh darah, bisa pada satu atau
beberapa organ sasaran, Contoh toksikan yang dapat menimbulkan efek sistemik antara lain metil
merkuri (CH3-Hg) dan merkuri anorganik. Keduanya dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui
inhalasi atau oral dan oleh aliran darah dibawa pada organ sasarannya. Metil merkuri akan menyerang
sistem saraf pusat, sementara toksikan tersebut terdeposit pada organ hati dan ginjal, sedangkan
merkuri anorganik terutama menyerang ginjal (Kurniawidjaja et al., 2021).

d. Eick morfologis, fungsional, dan biokimia

Jawaban:

Efek morfologis adalah perubahan bentuk atau morfologi tubuh manusia akibat pajanan toksikan.
Contoh: kelainan kulit

berupa ulkus atau borok akibat terpajan asam sulfat (Kurniawidjaja et al., 2021). Efek fungsional adalah
efek yang menyerang atau mengakibatkan perubahan pada fungsi fisiologis tubuh. Contoh: efek yang
mengganggu sistem biokimiawi tubuh (Kurniawidjaja et al., 2021).

efek biokimia, mekanisme terjadinya efek toksik di dalam tubuh organisme hidup, yaitu mekanisme
terjadinya reaksi atau

perubahan selular, biokimia, dan/atau molekular di dalam sistem biologis yang diakibatkan oleh
toksikan. Contoh mekanisme penilaian risiko kesehatan (Kurniawidjaja et al., 2021).

Literatur: Kurniawidjaja, L. M. Lestari, F. Tejamaya, M., & Ramdhan, D. H. (2021). Konsep Dasar
Toksikologi Industri

www.fkm.ui.ac.id

3. Sebutkan hubungan antara LD50 dengan efek toksik sebuah zat. Jika zat A memiliki LD50 45mg/KgRB
dan rat B memiliki LD50 6000mg/kg, manakah yang lebih toksik
Jawaban:

Nilai LD50 adalah dosis yang menimbulkan efek yang mematikan pada 50% hewan uji. Untuk zat A yang
memiliki LD50 45mg/KgBB yang dikategorikan amat sangat toksisk yaitu rentang (5-50mg), sementara
zat B yang memiliki LDSO 6000mg/Kg dikategorikan toksik ringan pada rentang (5-15g/Kg atau 500-
15000 mg/kg). Sehingga LD50 45mg/KgBB lebih toksik dari pada LD50 6000mg/kg. Hal tersebut
berdasarkan klasifikasi tingkat toksisitasnya pada zat tersebut. Begitupun sebaliknya, semakin besar nilai
LDSO suatu zat makan akan semakin besar toksisitsanya

Anda mungkin juga menyukai