NIM : 052191128
KELAS : FARMASI TRANSFER I B
Nasib zat beracun atau kisah perjalanan zat kimia beracun (misalnya obat, pestisida, zat
tambahan makanan dll) di dalam tubuh. Sebagaimana terlihat pada bagan mekanisme,
pada dasarnya zat beracun dapat masuk ke dalam tubuh melalui jalur intravaskular (misal
: intravena, intrakardial, intraarteri) atau ekstravaskular (misal : oral, inhalasi,
intramuskular, subkutan, intraperitoneal, rektal). Selanjutnya untuk dapat sampai ke
sirkulasi sistemik, zat beracun selanjutnya mengalami disposisi ke cairan/jaringan tubuh.
Disposisi mencakup dua peristiwa, yakni : distribusi dan eliminasi. Adanya peristiwa
distribusi, memungkinkan zat beracun (dalam bentuk utuh) mencapai sesuatu sel atau
jaringan sasaran (reseptor atau tempat aksi). Di sel sasaran ini, secara langsung atau tidak
langsung, zat beracun tadi mengadakan antaraksi, yang akibatnya berupa timbulnya
sesuatu efek toksik yang tak diinginkan. Pada sisi lain, zat beracun mengalami eliminasi,
yakni langsung diekskresikan ke luar tubuh atau mengalami metabolisme terlebih dahulu,
sebelum diekskresikan. Meskipun demikian, hasil metabolisme sesuatu zat beracun, tidak
selalu bersifat tak aktif (tidak toksik). Adakalanya, sehingga dapat mencapai sel sasaran
tertentu, dan menimbulkan efek toksik. Bila demikian, yang bertanggung jawab terhadap
timbulnya efek toksik zat beracun, adalah zat kimia utuhnya atau bentuk metabolitnya.
Dan peristiwa ini terjadi melalui serangkaian proses : absorpsi, distribusi, dan eliminasi.
Ketiga proses inilah yang menentukan keberadaan zat beracun di dalam sel sasaran.
Dengan demikian, ketiga proses ini pulalah yang menentukan toksisitas sesuatu zat
beracun
2. Apa yang dimaksud dengan wujud efek toksik? Berikan penjelasan beserta contohnya!
Wujud efek toksik dapat berupa perubahan biokimia, fungsional, dan struktural:
1) Wujud efek toksik berdasarkan perubahan biokimia. Jenis wujud efek toksik ini
berkaitan dengan respon atau kekacauan biokimia terhadap luka sel akibat antaraksi
antara racun dan tempat aksi yang terbalikkan. Misalnya terjadi penghambatan respirasi
sel, perubahan keseimbangan cairan & elektrolit, dan gangguan hormonal.
2) Wujud efek toksik berdasarkan perubahan fungsional. Jenis wujud efek toksik ini
berkaitan dengan antaraksi racun yang terbalikkan dengan reseptor atau tempat aktif
enzim sehingga mempengaruhi fungsi homeostatis tertentu. Misalnya terjadinya anoksia,
gangguan pernafasan, gangguan SSP, hipo/hipertensi, hiperglikemia, perubahan/relaksasi
otot, hipo/hipertermi.
3) Wujud efek toksik berdasarkan perubahan struktural. Termasuk dalam jenis ini di
antaranya perlemakan (degenerasi melemak), nekrosis, karsinogenesis, mutagenesis, dan
teratogenesis. Misalnya tetrasiklin dapat menyebabkan terjadinya perlemakan hati,
aflatoksin dapat menyebabkan nekrosis hati.