“PEMBUATAN ASINAN”
Disusun oleh :
I. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan asinan sayuran dengan baik dan benar
2. Mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan asinan
3. Mengetahui mikroorganisme dan perananya dalam pembuatan asinan
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari pembuatan asinan
V. HASIL PENGAMATAN
Kelompok Bahan dasar Bau Rasa Warna
I. Sawi putih Sangat Enak, Putih kekuningan
menyengat asin
II. Sawi hijau Menyengat Enak, Hijau
asin
III. Sawi hijau Menyengat Enak, Hijau
asin
IV. Kubis Sangat Enak, Hijau
menyengat asin
V. Sawi putih Sangat Enak, Putih kekuningan
menyengat asin
VI. Kubis Sangat Enak, Putih kekuningan
menyengat asin
VI. PEMBAHASAN
Kegiatan praktikum yang dilakukan adalah pembuatan asinan sayuran yaitu dengan
menggunakan bahan baku berupa kubis, sawi putih, dan sawi hijau. Pada praktikum kali ini
kelompok 1 mendapatkan bahan dasar sawi putih. Asinan sayuran adalah suatu produk yang
mempunyai citra rasa khas yang di hasilkan melalui proses fermentasi oleh bakteri asam laktat.
Pada kenyatanya sayuran asin dapat di buat secara sederhana dengan bahan mentah sayur-
sayuran melalui proses yang sangat sederhana dan dapat di lakukan baik dalam pabrik maupun
dalam skala rumah tangga.
Untuk membuat asinan sawi kegiatan yang pertama kali dilakukan yaitu menyiapkan
bahan-bahan yang dibutuhkan. Kemudian memotong sawi menjadi lembaran-lembaran dan
dilakukan pemilihan bahan (sortasi), pemotongan ini dilakukan untuk menghasilkan struktur
yang tipis dan untuk membuang bagian dari sawi yang tidak terpakai. Sedangkan sortasi
dimaksudkan untuk memisahkan bahan yang cacat karena pertumbuhan mikroba. Setelah itu
menimbang sawi, penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat sawi yang akan dibuat
menjadi asinan, sekaligus untuk menentukan jumlah garam, gula dan air yang akan ditambahkan
sebagai bahan tambahan dan peramu. Kemudian mencuci sawi menggunakan air mengalir
tujuannya yaitu untuk menghilangkan sisa-sisa kotoran dan mengurangi adanya mikroorganisme
kontaminan yang ada pada sawi, selanjutnya meniriskan sawi tersebut ke dalam baskom untuk
menghilangkan sebagian air yang masih terdapat dalam sawi tersebut.
Kemudian menambahkan garam pada bahan baku tersebut dan meremas-remasnya,
penambahan garam ini berfungsi untuk mengeluarkan cairan dalam bahan karena tekanan
osmose. Cairan bahan yang banyak mengandung gula, protein, lemak dan mineral ini merupakan
media selektif bagi pertumbuhan bakteri dan mikroba lain. Garam juga akan merangsang
pertumbuhan bakteri asam laktat dan mencegah pertumbuhan bakteri pembusuk. Sedangkan
peremasan dilakukan supaya sayur tersebut layu sehingga memudahkan dalam pembentukkan
gulungan dan penyerapan garam kedalam jaringan daun.
Selanjutnya menggulung sawi yang sudah diremas dengan cara melipat bagian ujung
daun sebelah kiri dan kanan kearah permukaan daun kemudian daun digulung dari arah ujung
daun bagian pangkal. Setelah itu mengikatnya dengan menggunakan tali plastik tujuannya adalah
agar sawi tersusun rapi dan tidak terlepas dari gulunganya. Kemudian memerasnya kembali agar
kandungan airnya habis. Setelah itu menyusun sawi dalam toples kaca dan menambahkan larutan
garam (2,5%) dan gula (1%). Garam disini berfungsi untuk menarik air dan zat-zat gizi dari
jaringan sayuran. Zat-zat gizi tersebut melengkapi substrat untuk pertumbuhan bakteri asam
laktat yang telah terdapat di permukaan daun sawi. Garam bersama dengan asam yang dihasilkan
oleh fermentasi menghambat pertumbuhan dari organisme yang tidak diinginkan dan menunda
pelunakan jaringan sawi yang disebabkan oleh kerja enzim. Kadar garam yang cukup
memungkinkan pertumbuhan serangkaian bakteri asam laktat dalam urutannya yang alamiah dan
menghasilkan asinan menggunkaan sawi dengan imbangan garam-garam yang tepat.
Jumlah garam yang kurang bukan hanya dapat mengakibatkan pelunakan jaringan, tetapi
juga kurang menghasilkan rasa. Terlalu banyak garam menunda fermentasi alamiah dan
menyebabkan warna menjadi gelap dan memungkinkan pertumbuhan khamir. Sedangkan
pemberian gula dilakukan sebagai nutrisi untuk bakteri asam laktat agar menghasilkan asam
yang dapat mengawetkan sayur. Gula-gula dalam cairan tersebut merupakan makanan bagi
bakteri asam laktat, yang selanjutnya diubah menjadi asam laktat. Asam laktat inilah yang
berfungsi sebagai pengawet produk tersebut. Kondisi yang anaerobik mutlak diperlukan agar
fermentasi berjalan dengan baik. Selanjutnya yaitu memberikan pemberat (air yang sudah
mendidih dan membungkusnya dengan menggunakan plastik) kemudian menutupnya. Tujuan
diberikanya pemberat yaitu agar sawi tidak menyembul keluar, sehingga semua gulungan sawi
terendam, karena tidak tercelupnya sawi dalam larutan garam selama fermentasi mengakibatkan
pertumbuhan khamir dan kapang yang tidak diinginkan selama proses fermentasi. Bila selama
fermentasi terjadi pertumbuhan khamir dan kapang pada permukaan maka dapat menimbulkan
rasa yang tidak diinginkan yang dapat masuk ke dalam seluruh sawi sehingga menghasilkan
produk yang lunak dan berwarna gelap. Selain itu pemberat juga berfungsi sebagai penutup yang
efektif.
Sedangkan tujuan sawi ditempatkan dalam wadah tertutup adalah agar bakteri anaerob
dapat bekerja melakukan fermentasi. Selanjutnya yaitu memfermentasikan sawi tersebut selama
± 3 hari, Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri Lactobacillus sp. Bakteri ini adalah bakteri yang
bersifat anerob fakultatif, bakteri ini bekerja dengan cara merubah laktosa dan gula lainya
menjadi asam laktat melalui aktivitas enzim protease. Selama proses fermentasi akan terjadi
perubahan-perubahan fisika maupun kimia yang akan berpengaruh terhadap mutu yang
dihasilkan. Perubahan-perubahan ini dapat dilihat dari perubahan warna, flavor, tekstur, dan
keasaman yang dihasilkan.
Dari praktikum pembuatan asinan yang sudah dilaksanakan, hasil yang didapatkan adalah
pada kelompok 1 dan 5 dengan bahan dasar sawi putih, bau asinan yang dihasilkan yaitu
keduannya sama-sama sangat menyengat; rasa enak dan asin; serta warna asinan sawi putih
tersebut putih kekuningan. Pada kelompok 2 dan 3 dengan bahan dasar sawi hijau, bau asinan
yang dihasilkan yaitu keduannya sama-sama menyengat; rasa enak dan asin; serta warna asinan
sawi hijau tersebut masih tetap hijau. Pada kelompok 4 dan 6 dengan bahan dasar kubis, bau
asinan yang dihasilkan yaitu keduannya sama-sama sangat menyengat; rasa enak dan asin; serta
warna asinan dari kubis tersebut putih.
Dari beberapa kelompok memiliki hasil yang hampir sama antara parameter yang diamati
yaitu dari bau. Bau yang ditimbulkan muncul dari bahan dasar itu sendiri (sawi hijau, kubis, sawi
putih). Pada pembuatan asinan masing-masing kelompok baik yang menggunakan bahan sayuran
sawi putih, sawi hijau maupun kubis tidak menimbulkan bau busuk (kontaminan) tetapi yang
muncul yaitu bau dari bahan dasar (sawi putih, sawi hijau, kubis), sedangkan rasa yang
dihasilkan yaitu asin. Harusnya rasa yang dihasilkan rasa asam tetapi rasa dari rata-rata setiap
kelompok asin. Hal ini dikarenakan pemberian garam pada saat pengolahan tidak sesuai takaran
sehingga pemberiannya mungkin berlebih dan mengakibatkan rasa yang ditimbulkan terlalu asin.
Warna yang dihasilkan tiap kelompok berbeda. Pada kelompok yang berbahan dasar kubis lebih
bening (putih kekuningan) sedangkan yang berbahan baku sawi hijau berwarna hijau dan sawi
putih berwarna putih kekuningan. Hal ini dapat terjadi karena warna dari bahan baku itu sendiri.
Bahan dasar (kubis, sawi hijau dan sawi putih) yang digunakan pada pembuatan asinan
ini menjadi medium pertumbuhan bagi bakteri asam laktat. Bahan-bahan ini akan melakukan
fermentasi bersama dengan garam yang akan menarik air dan zat gizi dari jaringan sayuran
sebagai pelengkap subsrat untuk petumbuhan bakteri asam laktat yang terdapat pada permukaan
daun-daun sawi ataupun kubis. Bakteri asam laktat pada sawi dan kubis ini akan memfermentasi
gula-gula menjadi asam laktat melalui jalur glikolisis secara anaerob. Sayuran yang digunakan
berfungsi sebagai bahan utama yang digunakan untuk pembuatan asinan, selain itu sayuran juga
mengandung zat-zat gizi untuk pertumbuhan mikroba dan mengandung bakteri asam laktat
secara alami, sehingga dalam pembuatan asinan tidak di tambahkan inokulum atau ragi.
Mikroorganime yang berperan dalam pembuatan sawi asin adalah jenis-jenis bakteri
penghasil asam laktat, seperti Lactobacillus cucumeris, Lactobacillus pentoaceticus dan
Leuconostoc mesenteroides. Ciri-ciri sawi asin yang baik adalah mempunyai warna yang
kekuningan, rasa enak, tekstur lunak, dan bau yang sedap yaitu antara asam dan alkohol. Produk
fermentasi sayuran ini (kubis, sawi putih, dan sawi hijau) merupakan hasil dari proses fermentasi
yang berlangsung secara selektif dan spontan. Fermentasi spontan adalah fermentasi yang terjadi
tanpa penambahan mikroba dari luar (starter), mikroba yang tumbuh terdapat secara alami pada
medium (yang dalam hal ini tentu sebagai mediumnya adalah sayuran) dan medium tersebut
dikondisikan sehingga mikroba tertentu yang melakukan fermentasinya yang dapat tumbuh
dengan baik, sehingga menghasilkan produk dengan aroma dan cita rasa yang khas.
Faktor-faktor yang utama dalam fermentasi sayuran adalah konsentrasi garam yang
cukup, distribusi garam yang merata, terciptanya keadaan mikroaerofilik, suhu yang sesuai, dan
tersedianya bakteri asam laktat. Selanjutnya disebutkan bahwa kebersihan bahan baku juga
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam fermentasi sayuran.
KESIMPULAN
http://duniabiologianda.blogspot.com/2012/08/sawi-hijau-brassica-rapa-var.html
(diakses tanggal 9 juni 2014)
http://ysuryadi.blogspot.com/2012/06/laporan-praktikum-sauerkraut-asinan.html
(diakses tanggal 9 juni 2014)