Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KUNJUNGAN KE INSTALASI

PENGOLAHAN AIR LIMBAH KOTA MEDAN JL.


PERKEBUNAN MEDAN ESTATE KEC.MEDAN DELI

D
I
S
U
S
U
N
OLEH : KELOMPOK 2
1. Muhammad Raja (P00933121014)
2. Obrain Elia Utama Sinurat (P00933121017)
3. Ridia Angeliana Sitepu (P00933121021)
4. Rismauli Pinayunagn (P00933121022)
5. Ruth Enjelina Ritonga (P00933121024)
6. Ruth Elisabeth Samosir (P00933121023)
7. Ruth Oktaviar Silalahi (P00933121025)
8. Sally Sayidina Sitorus (P00933121026)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN KABANJAHE 2022

LEMBARAN PENGESAHAN
MATA KULIAH : PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

JUDUL PRAKTEK :-

Dilaksanakan Pada : 12-Oktober-2022

Oleh Kelompok :3

Disahkan tanggal :

Mengetahui Pembimbing Praktek

: Haesti Sembiring ,SST ,MSc


(…………………………………….)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “LAPORAN
KUNJUNGAN KE INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH KOTA MEDAN JL.
PERKEBUNAN MEDAN ESTATE KEC.MEDAN DELI ” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan Laporan ini untuk memenuhi tugas Ibu Haesti
Sembiring ,SST ,MSc Pada mata kuliah Penyehatan Makanan Minuman. Selain itu, Laporan ini
bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Laporan ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari segala pihak. Karena itu
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Haesti Sembiring ,SST ,MSc selaku dosen mata
kuliah PENGOLAHAN LIMBAH CAIR .

Penulis menyadari Laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan Laporan ini. Demikian kiranya semoga
Makalah yang telah dibuat ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan dan peningkatan
ilmu pengetahuan.

Kabanjahe ,25 ,Oktober ,2022

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar

Di Indonesia hasil pemantauan kualitas air yang dilaksanakan melalui program Prokasih
masih menunjukkan tingginya kadar polutan di badan air. Air mempunyai karakteristik fisik dan
kimiawi yang sangat mempengaruhi kehidupan organisme di dalamnya. Apabila terjadi
perubahan kualitas perairan, terutama oleh bahan pencemaran lingkungan, maka keseimbangan
hidup organisme yang ada di perairan tersebut bahkan kehidupan manusia pada khususnya dapat
terganggu. Pencemaran lingkungan air sebaiknya dikendalikan pada tingkat awal dari suatu
proses pencemaran yang terjadi. Apabila tingkat pencemaran air sangat dominan, maka
pencegahan dan penanggulangannya memerlukan biaya yang sangat mahal (Sugiharto, 2008).

Untuk kota Medan telah ada sebuah lembaga atau instansi yang khusus mengurus air
limbah ini. Instansi tersebut dinamakan Balai IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Balai
IPAL ini terletak di Jalan Pekebunan medan estate, Kecamatan medan deli, Kota Medan,
Propinsi Sumatera Utara. Sistem IPAL ini menjangkau kurang lebih 1250 hektar daerah
pelayanan atau sekitar 110.000 penduduk dengan 18.420 sambungan yang terdiri atas 17.330
sambungan rumah tangga dan 1.090 sambungan nonrumah tangga. Luas lahan IPAL Sewon ini
adalah 6, 7 hektar.

Pengelolaan Balai IPAL ini melibatkan tiga unsur pemerintah daerah yakni Sleman (5
kecamatan), Kota (seluruh kota), dan Bantul (3 kecamatan) yang lebih dikenal sebagai
Kartamantul. Balai IPAL ini telah berdiri sejak 1996 atas hibah dana dari Jepang, APBN, dan
APBD dengan jumlah total dana adalah 68 milyar. Secara garis besar IPAL ini memiliki tiga
kemanfaatan yakni perlindungan terhadap badan-badan air (sungai dan sumur) dari pencemaran
rumah tangga, peningkatan dan estetika lingkungan, pemanfaatan hasil IPAL berupa pupuk
organik dari lumpur air limbah.

Analisis Kadar Amonia (NH3) Pada Air Limbah Di PDAM Tirtanadi IPAL Cemara. Dari
hasil analisa yang telah dilakukan pada air limbah domestik dengan alat spektrofotometer DR
3900, diperoleh kadar Amoniak (NH3) pada sampel limbah domestik dengan nilai 6,6 mg/L Air
Inffluent (A1), 8,4 mg/L UASB (A2), 9,7 mg/L Kolam Aerasi (A3), 7,0 mg/L Kolam Fakultatif
(A4), 6,92 mg/L Effluent (A5). Hasil tersebut menujukkan bahwa kandungan amoniak dalam air
limbah domestik di PDAM Tirtanadi IPAL Cemara medan memenuhi syarat PerMenLHK No.68
Tahun 2016 (Standar baku mutu air limbah domestik). Dimana kadar maksimum untuk amoniak
adalah sebesar 10 mg/L.

1.2 Tujuan

Pengolahan limbah, atau pengolahan air limbah domestik, adalah proses penghilangan
kontaminan dari air limbah dan limbah rumah tangga. Hal ini meliputi proses fisika, kimia, dan
biologi untuk menghilangkan kontaminan fisik, kimia dan biologis. Tujuannya adalah untuk
menghasilkan aliran limbah yang bersih dan baik untuk lingkungan sekitar. Untuk mengatasi hal
itu dan menghentikan pencemaran .

1.3 Manfaat

Manfaat dari mengolah air limbah juga dapat dirasakan masyarakat yang tinggal di
sekitaran sungai. Dengan pengolahan yang tepat, masyarakat sudah tidak perlu takut lagi
beraktivitas di sungai. Sehingga perekonomian juga lebih hidup dan sungai dapat dimanfaatkan
dengan lebih maksimal.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga,
industri maupun tempat-tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan
atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan
hidup. Sumber lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair
yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri, yang bercampur
dengan air tanah, air permukaan dan air hujan. Berdasrkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa air limbah adalah air yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan rumah tangga
maupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan dan sebagainya.

Diantara dampak kegiatan yang sangat berpengaruh pada kualitas lingkungan adalah
dihasilkannya limbah pada berbagai kegiatan diatas. Beberapa pengertian air limbah menurut
beberapa pendapat antara lain:

1. Menurut Azwar (1989), air limbah adalah air yang tidak bersih dan mengandung berbagai
zat yang membahayakan kehidupan manusia atau hewan serta tumbuhan, merupakan
kegiatan manusia seperti, limbah industri dan limbah rumah tangga.
2. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), air limbah atau air buangan adalah sisa air yang
dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri maupun tempattempat umum lainnya,
dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan
bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup.
3. Pengertian lain menyebutkan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran dan industri,
bersama-sama dengan air tanah, air permukaan dan air hujan yang mungkin ada.
4. Menurut Sugiharto (1987), air limbah (wastewater) adalah kotoran dari manusia dan
rumah tangga serta berasal dari industri, atau air permukaan serta buangan lainnya.
Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.

Lingkungan hidup dapat dilindungi dari pencemaran dengan pengolahan air limbah yang
baik. Secara ilmiah lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan
yang timbul karena pencemaran air limbah tersebut. Namun demikian, alam tersebut mempunyai
kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya sehingga air limbah perlu diolah sebelum
dibuang. Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain:

2.1. Pengenceran atau Dilution

Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah kemudian baru
dibuang ke badan-badan air. Tetapi dengan makin bertambahnya penduduk, yang berarti makin
meningkatnya kegiatan manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak dan
diperlukan air pengenceran terlalu banyak pula maka cara ini tidak dapat dipertahankan lagi.
Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain, diantaranya bahaya kontaminasi terhadap
badan-badan air masih tetap ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan
terhadap badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya. Selanjutnya dapat
menimbulkan banjir.

2.2. Kolam Oksidasi atau Oxidation Ponds

Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar matahari, ganggang (algae),
bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan ke dalam kolam
besar berbentuk segi empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak
perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman dan di daerah yang
terbuka sehingga memungkinkan sirkulasi angin dengan baik. Cara kerjanya untuk kolam
oksidasi atau Oxidation Ponds adalah sebagai berikut:
A. Empat unsur yang berperan dalam proses pembersihan alamiah ini adalah sinar matahari,
ganggang, bakteri, dan oksigen. Ganggang dengan butir khlorophylnya dalam air limbah
melakukan proses fotosintesis dengan bantuan sinar matahari sehingga tumbuh dengan
subur.
B. Pada proses sintesis untuk pembentukan karbohidrat dari H2O dan CO2 oleh chlorophyl
dibawah pengaruh sinar matahari terbentuk O2 atau oksigen. Kemudian oksigen ini
digunakan oleh bakteri aerobik untuk melakukan dekomposisi zat-zat organik yang
terdapat dalam air buangan disamping itu terjadi pengendapan.
C. Sebagai hasilnya nilai BOD dari air limbah tersebut akan berkurang sehingga relatif aman
bila akan dibuang ke dalam badan-badan air seperti kali, danau, sungai.

2.3. Irigasi

Air limbah dialirkan ke dalam parit-parit terbuka yang digali dan air akan merembes
masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding parit-parit tersebut. Dalam keadaan tertentu air
buangan dapat digunakan untuk pengairan ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus
berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainnya di mana kandungan zat-zat
organik dan protein cukup tinggi yang diperlukan oleh tanam-tanaman.

Sebagai patokan dapat dipergunakan acuan bahwa 85-95% dari jumlah air yang
dipergunakan menjadi air limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan kembali air
limbah tersebut (Sugiharto,1987). Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena
lebih kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut
dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor atau tercemar. Selanjutnya air limbah ini akhirnya
akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi. Oleh sebab itu, air
limbah ini harus dikelola dan atau diolah secara baik. Air limbah ini berasal dari berbagai
sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut:

1. Air limbah yang bersumber dari rumah tangga atau domestic wastes water, yaitu air limbah
yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari ekskreta
yaitu tinja dan air seni, air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri dari
bahan-bahan organik.
2. Air limbah industri yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat
yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan bahan baku yang dipakai oleh
masing-masing industri, antara lain nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat
pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh sebab itu, pengolahan jenis
air limbah ini, agar tidak menimbulkan polusi lingkungan menjadi lebih rumit.
3. Air limbah kotapraja atau municipal wastes water yaitu air buangan yang berasal dari daerah
perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah, dan
sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan
air limbah rumah tangga

Karakteristik air limbah perlu diketahui karena hal ini akan menentukan cara pengolahan
yang tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Pengolahan air limbah dapat
digolongkan menjadi tiga yaitu pengolahan secara fisika, kimia, biologi. Ketiga proses tersebut
tidak selalu berjalan sendirisendiri tetapi kadang-kadang harus dilaksanakan secara kombinasi
antara satu dengan yang lainnya. Ketiga proses tersebut yaitu (Daryanto, 1995):

2.4. Karakteristik fisik

Pengolahan ini terutama ditujukan untuk air limbah yang tidak larut (bersifat tersuspensi),
atau dengan kata lain buangan cair yang mengandung padatan, sehingga menggunakan metode
ini untuk pimisahan. Pada umumnya sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air
buangan diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau
bahan-bahan yang mengapung mudah disisihkan terlebih dahulu. Proses flotasi banyak
digunakan untuk menyisihkan bahanbahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak
mengganggu proses berikutnya (Tjokrokusumo, 1995).

2.5. Karakteristik kimiawi

Pengolahan secara kimia adalah proses pengolahan yang menggunakan bahan kimia
untuk mengurangi konsentrasi zat pencemar dalam air limbah. Proses ini menggunakan reaksi
kimia untuk mengubah air limbah yang berbahaya menjadi kurang berbahaya. Proses yang
termasuk dalam pengolahan secara kimia adalah netralisasi, presipitasi, khlorinasi, koagulasi dan
flokulasi. Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa phospor
dan zat organik beracun, dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Pengolahan secara kimia dapat memperoleh efisiensi yang tinggi akan tetapi biaya menjadi
mahal karena memerlukan bahan kimia (Tjokrokusumo, 1995).

2.6. Karakteristik bakteriologis

Semua polutan air yang biodegradable dapat diolah secara biologis, sebagai pengolahan
sekunder, pengolahan secara biologis dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan
efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah dikembangkan berbagai metoda pengolahan biologis
dengan segala modifikasinya (Tjokrokusumo, 1995). Pengolahan air limbah secara biologis,
antra lain bertujuan untuk menghilangkan bahan organik, anorganik, amoniak, dan posfat dengan
bantuan mikroorganisme. Penggunaan saringan atau filter telah dikenal luas guna menangani air
untuk keperluan industri dan rumah tangga, cara ini juga dapat diterapkan untuk pengolahan air
limbah yaitu dengan memakai berbagai jenis media filter seperti pasir dan antrasit. Pada
penggunaan sistem saringan anaerobik, media filter ditempatkan dalam suatu bak atau tangki dan
air limbah yang akan disaring dilalukan dari arah bawah ke atas (Laksmi dan Rahayu, 1993).

Selain melakukan pencegahan perlu adapun cara atau teknik pengolahan air limbah.
Tujuan utama pengolahan air limbah ini ialah untuk mengurai kandungan bahan pencemar di
dalam air terutama senyawa organik, padatan tersuspensi, mikroba patogen, dan senyawa organik
yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme yang terdapat di alam. Pengolahan air limbah
tersebut dapat dibagi menjadi 5 tahap, berikut ini adalah tahap-tahapannya:

2.7. Pengolahan Awal (Pretreatment)

Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang
berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil
separation.

2.8. Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)

Pada dasarnya pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama dengan
pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses yang terjadi
pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and coagulation, flotation,
sedimentation, dan filtration.

2.9. Pengolahan Tahap Kedua (Secondary Treatment)

Pengolahan tahap kedua dirancang untuk menghilangkan zat-zat terlarut dari air limbah
yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang umum
digunakan pada pengolahan tahap ini ialah activated sludge, anaerobic lagoon, tricking filter,
aerated lagoon, stabilization basin, rotating biological contactor, serta anaerobic contactor and
filter.

2.10. Pengolahan Tahap Ketiga (Tertiary Treatment)

Proses-proses yang terlibat dalam pengolahan air limbah tahap ketiga ialah coagulation
and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane separation, serta
thickening gravity or flotation.

2.11. Pengolahan Lumpur (Sludge Treatment)

Lumpur yang terbentuk sebagai hasil keempat tahap pengolahan sebelumnya kemudian
diolah kembali melalui proses digestion or wet combustion, pressure filtration, vacuum filtration,
centrifugation, lagooning or drying bed, incineration, atau landfill
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat Penelitian

Adapun penelitian kali ini dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Limbah kota Medan Jl.
Perkebunan Medan Estate Kec. Medan Deli.

3.2 Waktu Penelitian

Adapun penelitian kali ini dilakukan pada pukul 10.00 WIB-14.00WIB dan pada tanggal
12 Oktober tahun 2022.

3.3 Proses dan Prosedur kerja Pengolahan Air Limbah

1. Inlet
Merupakan bak pengumpul utama air limbah yang masuk secara gravitasi melalui trunk
sewer dari bahan Reinforce Concrete Pipe (RCP) Ø 1300mm dari Pumping Station di Jl. HM.
Yamin dengan debit maksimum 20,137 m³/hari dan dari Kompleks Perumahan Cemara Asri
dengan debit maksimum 2.945 m³/jam

2. Screw Pumps

Berfungsi untuk memompakan air limbah dari inter pada elevasi +8,87 sampai pada
ketinggian +16,59 yang cukup untuk dapat mengalirkan air limbah secara gravitasi ke unit
instalasi pengolahan air limbah selanjutnya.

Pompa yang digunakan adalah sejenis Archimedian Screw. Tipe pompa ini merupakan
jenis yang paling tepat digunakan untuk mengangkat air terutama air limbah yang mengandung
partikel/benda yang keras dan besar.

Pada kondisi saat ini (Tahap I) dibutuhkan 2 (dua) unit pompa dengan kapasitas masing-
masing 1.310 m³/jam. 1 (satu) pompa untuk kondisi normal dan 1 (satu) unit lagi untuk kapasitas
maksimum,

3. SARINGAN KASAR (COARSE SCREEN)


Screen (saringan) berfungsi untuk menyisihkan benda-benda yang terbawa dalam aliran.
Dengan demikian tidak menggangu alirandan dapat melindungi instalasi pengolahan dari
kemungkinan penyumbatan/rusaknya peralatan pada unit-unit selanjutnya. Screen kasar, dengan
jarak antara kisi adalah 50 mm, bekerja secara manual.

4. SARINGAN HALUS (FINE SCREEN)

Screen halus, dengan jarak antara kisi adalah 6 mm, bekerja secara otomatis. Kotoran
yang terkumpul pada screen dibuang kedalam kontainer yang selanjutnya diangkut ke tempat
pembuangan akhir.

5. Grit Chamber
Unit ini berfungsi untuk memisahkan kerikil dan pasir yang terbawa dalam aliran untuk
mencegah penyumbatan dan terbentuknya endapan pasir dalam reaktor UASB.

Pemisahan pasir ini dilakukan secara mekanikal dan dilengkapi dengan alat Grit Washing
untuk membuang pasir dari Grit Chamber.

6. Splitter Box

Splitter box adalah tangki pembagi aliran yang berfungsi untuk mendistribusikan limbah
cair domestik ke unit pengolahan utama (reaktor UASB) Tangki ini mempunyai 6 (enam) outlet
yang masing-masing membawa aliran ke setiap reaktor UASB (Up Flow Anaerobic Sludge
Blanket) dengan kapasitas 2.620 m³/hari dan 1 (satu) outlet kapasitas 437 m³/hari.

7. UASB Reactor
UASB Reactor merupakan singkatan dari Upflow Anaerobic Sludge Blanket yang sering
juga dikenal dengan istilah Sistem Pengolahan Air Limbah dengan menggunakan selimut lumpur
Aliran Keatas.

Sesuai dengan namanya, air buangan yang masuk dialirkan keatas dan akan mengalami
kontak dengan mikroorganisme yang terdapat pada selimut lumpur. Pada selimut lumpur ini
terjadi proses pengolahan air limbah tersebut.

3.4 Proses dan Prosedur kerja Pengolahan Lumpur Tinja

1. OUTLET

Hasil akhir pengolahan IPAL dibuang ke Sungai Kera dengan terlebih dahulu memeriksa
kualitas air olahan di Laboratorium IPAL sesuai dengan Baku Mutu Air Limbah Domestik
PermenLHK No P68 tahun 2016

2. Kolam aerasi
Berfungsi untuk menurunkan kadar BOD sampai batas tertentu (30 ppm). Kolam aerasi
ini dilengkapi dengan 5 (lima) set aerator yang berfungsi untuk menginjeksikan oksigen agar
kadar oksigen didalam effluent cukup sehingga mikroorganisme dan tumbuhan air dapat hidup
Kedalaman kolam cukup dalam (2.5 m) dimaksudkan agar terhindar dar turbulensi
aerator.Kolam fakultatif juga berfungsi untuk memisahkan suspended solid yang masih ada
dalam effluent. Luas seluruh kolam 1 3,1 Ha.

3. Skimming Tank

Tangki ini berfungsi untuk memisahkan scum dan effluent UASB yang terjadi, unit ini
dilengkapi dengan spray nozzle yang berfungsi untuk memecah scum.

Pada bagian outlet dipasang screen board dimana scum/bahan yang terapung akan
terakumulasi dan tertampung dalam container. Scum yang terkumpul diangkut ke siklus unit
Sludge Drying Beds.

4. Sludge Drying Bed


Lumpur dari reaktor UASB (Up flow Anaerobic Sludge Blanket) di pompakan dan
dikeringkan pada unit Sludge Drying Beds. Siklus (run) pengeringan terjadi dalam penode 2
minggu baik untuk pengisian, pengeringan, pembersihan dan perbaikan dari Drying Bed ini..
Setelah kering lumpur dipisahkan dengan scrapper manual atau mekanis Supernatan dari sistem
Sludge Drying Bed ini dialirkan kembali ke stasiun pompa (intake).
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.2 Pembahasan

Pengolahan yang digunakan di IPAL Sewon adalah pengolahan biologi dengan


mempergunakan bakteri aerob sehingga pada instalasi ini keberadaan aerator menjadi sangat
vital. Hal ini terjadi karena aerator memiliki fungsi untuk memasok oksigen yang dibutuhkan
oleh mikroorganisme untuk menguraikan polutan. Apabila terjadi kerusakan pada aerator tentu
proses pengolahan tidak berjalan dengan baik dan limbah tersebut dapat menimbulkan masalah
baru.
Limbah yang masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah yang terlayani sampai saat ini
belum memenuhi batas maksimal sesuai dengan rancangan awal hal ini mungkin juga
disebabkan karena IPAL Sewon yang menggunakan gaya gravitasi untuk mengalirkan air
limbahnya sehingga daerah yang terlayani hanya pada daerah yang letak tanahnya lebih tinggi
dari IPAL Sewon.

Rancangan awal dari IPAL Sewon hanya menampung air limbah saja, namun
kenyataannya masih ditemukan berbagai limbah padat yang ikut terbawa oleh aliran limbah hal
ini terjadi mungkin karena kesadaran masyarakat yang masih kurang. Sampah-sampah itu
akhirnya menyumbat aliran limbah pada titik-titik tertentu. Salah satu dampak dari adanya
sampah yang terikut aliran air limbah adalah pihak IPAL secara rutin harus melakukan
pembersihan saluran perpipaan. Selain itu terdapat banyak sampah yang terikut hingga pada grift
chamber sehingga secara rutin pihak IPAL melakukan pengambilan sampah secara manual.

Pemeriksaan saluran perpipaan yang dilakukan oleh pihak IPAL mengalami berbagai
kendala karena keterbatasan personil, dan jalur perpipaannya yang panjang, sehingga terdapat
beberapa titik yang dalam jangka waktu bertahun-tahun baru dibersihkan. Titik-titik itu biasanya
terdapat pada jalur perkampungan.

Air limbah yang diperbolehkan masuk ke IPAL sewon adalah seluruh air limbah
domestik dari kegiatan kerumah tanggaan. Seluruh limbah tersebut diperbolehkan memasuki
inlet secara langsung, kecuali tinja dari hasil pembersihan septic tank dan juga limbah laundry.
Untuk penanganan kedua limbah tersebut, pihal IPAL Sewon menyediakan bak penampung
sebelum dimasukkan ke inlet pengolahan. Jadi limbah tinja dan laundry didiamkan dulu dalam
kurun waktu tertentu, hal ini bertujuan agar efek samping dari kerusakan yang mungkin timbul
akibat kedua limbah tersebut. Limbah loundry memliki kadar pH yang cukup tinggi sehingga
bisa merusakkan komponen pengolah. Namun sampai saat ini tempat yang digunakan untuk
menampung limbah tinja dan laundry hanya terdiri dari sebuah bak yang di atasnya ditutup
dengan menggunakan plastik, bak ini kurang efektif untuk digunakan sebagai penmapung,
terutama untuk menampung tinja karena tinja mengandung bakteri patogen yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia.

IPAL Sewon merupakan instalasi yang khusus untuk mengolah limbah cair, namun pada
musim hujan akan terjadi kenaikan debit limbah akibat tercampurnya air hujan dengan air
limbah. Air hujan ini dapat terikut ke saluran limbah karena pipa saluran limbah sudah terlalu
lama digunakan sehingga terjadi kebocoran di beberapa titik.

Pengolahan dengan sistem lumpur aktif tentu akan menimbulkan bahan sisa sludge. Lumpur
hasil sisa dari pengolahan ini ditampung pada bak pengering lumpur setelah disedot dari kolam
aerasi. Sampai saat ini lumpur-lumpur ini belum mengalami pengolahan karena lumpur hasil
pengolahan limbah cair dikategorikan sebagai B3.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembobotan komponen IPAL, pilihan teknologi kombinasi ABR - biofilter -


RBC serta teknologi hibrid UASB - biofilter - lahan basah buatan, mempunyai kelebihan
dibandingkan dengan teknologi konvensional atau sistem anaerobik saja, ditinjau dari aspek
teknis dan operasional pemeliharaan, aspek teknis kualitas efluen.

Hasil penilaian komponen teknologi pengolahan air limbah di beberapa lokasi penerapan,
teridentifikasi kinerja pengolahan air dipengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat di dalam
penggunaan air, kebiasaan membuang sampah, pemahaman konservasi lingkungan serta
pemeliharaan sarana.

Jenis pilihan teknologi berpengaruh terhadap kemudahan dan biaya operasional dan
pemeliharaan, perlunya pendampingan kepada masyarakat dalam pengelolaan IPAL dari mulai
tahap prakonstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi.

Keberlanjutan pengelolaan IPAL dapat mempengaruhi kehandalan sistem pengolahan,


sehingga kendala teknik maupun non teknis perlu ditangani oleh pengelola dan instansi terkait
dengan dukungan partisipasi masyarakat.

4.2 Saran

Seiring dengan menurunnya fungsi hidrologis badan air oleh senyawa anorganik dari air
limbah domestik, maka pada regulasi tidak hanya mengatur bakumutu pencemar organik namun
perlu menetapkan pilihan pengolahan air limbah berdasarkan strategi daur ulang atau minimasi
pencemaran nutrien atau senyawa anorganik lainnya. Pendekatan masyarakat untuk pengelolaan
IPAL perlu mengembangkan strategi eksplorasi kearifan lokal atau kemauan konservasi
lingkungan, diantaranya dengan stratifikasi atau pengelompokan

DAFTAR PUSTAKA

Mara dan Cairncross, 1994. Pemanfaatan Air Limbah & Ekskreta Patoakan untuk
perlindungan   Kesehatan Masyarakat. Bandung : ITB. Universitas Udayana

Sugiharto, 2008. Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta : UI Press

Hendartomo, Tomi. 2002.Analisa Instalasi Ppengolahan Air Limbah (IPAL) Sewon, Bantul,
Yogyakara Tahun 2002._.

Karakteristik Limbah Cair (http://anitadwinurjanah.blogspot.com

Muchtar, dkk. 2011. Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kendari. Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Haluoleo.

Said, Nusa Idaman dan Wahjono, Heru Dwi. 1999. Alat pengolah Air Limbah Rumah Tangga
Semi Komunal Kombinasi Biofilter Anaerob dan Aerob.. Jakarta. Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi.

Soeparman, Suparmin. 2002. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.

Suwerda, Bambang. 2007. Kajian Efisiensi pengolahan Air Limbah Domestik dan Kandungan
Logam Berat pada Ikan di IPAL Sewon Bantul Yogyakarta. Yogyakarta. Program Pasca Sarjana
Universitas Gadjah Mada(http:// etd.ugm.ac.id)

Tato, Syahriar._. Desertasi Mengolah Limbah Cair Domestik dengan Filter Biogeokimia.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai