DI RUANG GRAHA
KLINIK GRAND RAYA HUSADA
Oleh :
C. Organ Pengatur
1. Usus Besar (colon)
Usus besar terdiri atas colon ascenden, colon transversum, dan colon
descendens. Termasuk dalam bagian ini adalah kolon sigmoid, rectum dan anus.
Kolon mensekresi mucus yang berfungsi untuk melicinkan jalannya sisa makanan
yang akan dibuang lewat anus. Fungsi kolon adalah menyerap kembali air dan
garam-garam amoniak yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Kolon ini tidak dapat
menyerap selulosa, hemiselulosa, atau lignin yang terdapat pada tumbuhan. Bahan-
bahan ini kemudian membentuk residu yang disebut bulk. Materi ini akan menarik
air dan sekaligus menahannya sehingga menyebabkan terbentuk feses yang besar
dan lunak. Feses tersebut akhirnya dengan gerakan peristaltic dan kontraksi di
dorong ke dalam rectum dan setelah terkumpul dalam jumlah tertentu akan
merangsang munculnya keinginan defekasi. Pada kondisi diet yang rendah serat
(tidak mengandung sayuran dan buah), maka tidak terbentuk bulk sehingga tidak
terbentuk feses yang lunak dan besar, akibatnya feses kecil dan kering sehingga
sulit dikeluarkan yang disebut dengan konstipasi. Pada kondisi lain, misal adanya
retensi feses yang terlalu lama akibat diet rendah serat dapat juga menyebabkan
absorpsi amoniak berlebihan sehingga dapat juga menyebabkan gangguan
meningen otak, serta terjadi peningkatan risiko Ca. Colorectal akibat kontak yang
lama dengan zat karsinogen yang tersimpan pada feses. Pada kasus-kasus tersebut
sering dilakukan tindakan operasi yang disebut Colostomy. Dalam proses lebih
lanjut, saluran cerna ini diduga juga bisa menghasilkan suatu materi yang dapat
membantu pembekuan darah dan menghasilkan anti-bodi.
2. Hepar
Secara anatomis hepar terdiri atas 2 lobus kanan dan kiri, yang mempunyai dua
vaskularisasi besar, yaitu vena portae sebagai tempat mengumpulnya lairan vena-
vena usus dan arteri hepatka yang berfungsi sebagai penyuplai nutrisi untuk hati.
Fungsi hepar dalam proses pencernaan adalah dengan memproduksi empedu yang
mengandung air, garam empedu, kolesterol, bilirubin, glukonat, dan asam
anorganik. Garam empedu membantu mengemulsikan lemak makanan dan
membantu penyerapannya serta penyerapan vitamin yang larut dalam lemak
melalui mukosa intestinal. Garam empedu juga membantu mencegah keluarnya
kolesterol dari kandung empedu sehingga menghambat pembentukan batu
kolesterol (batu empedu/cholelithiasis). Selain itu, hepar juga berfungsi
menyimpan adipose melalui metabolisme trigliserida, asam lemak, dan kolesterol.
Bila terjadi hipoglikemi/puasa/kurang input nutrisi, maka akan terjadi katabolisme
zat-zat tersebut yang kemudian akan terbentuk keton yang berfungsi dalam daur
kreb untuk membentuk energi yang tidak menyertakan sistem saraf.
3. Pankreas
Pankreas mensekresi larutan berupa bikarbonat dan kalium bikarbonat.
Bikarbonat menetralisasi chyme yang sangat asam yang baru datang dari
duodenum dari lambung. Enzim-enzim pancreas membantu mencerna protein
(tripsin, kemotripsin, elastase dan karboksipeptidase), lemak (lipase, kalipase, dan
esterase).
4. Kandung Empedu
Cairan empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati disimpan dan dipekatkan di
dalam kandung empedu. Di bawah pengaruh aktivitas vagal, atau CCK, kandung
empedu berkontraksi untuk mendorong getah empedu masuk ke dalam duodenum
dan bercampur dengan chyme sehingga membantu pencernaan dan absorpsi. Getah
empedu ini sebelumnya dikonjugasi dahulu oleh hati. Pada kondisi tertentu, misal
pada kasus cholelithiasis dan cholecystitis empedu tidak dapat melewati duktus
kholeidokus sehingga getah empedu hanya terkumpul di kandung empedu dan
menimbulkan sensasi nyeri yang khas dan tidak ada getah empedu di duodenum,
sehingga warna feses pucat serta warna urin keruh seperti air teh.
F. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan feses lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lender, darah, dan
lain-lain
2. Pemeriksaan feses kultur merupakan pmeriksaan feses melalui biakan dengan cara
toucher (tangan)
G. Penatalaksanaan
1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
2. Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot
3. Memberikan huknah rendah
4. Memberikan huknah tinggi
5. Memberikan gliserin
6. Mengeluarkan feses dengan jari
- Rotua, D. F. (2016). Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi Fekal (Resiko Konstipasi) di
Ruangan Tanjung II RSUD dr. Pirngadi Medan.
- Artha, R. A., Indra, R. L., & Rasyid, T. A. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN ELIMINASI FEKAL PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI
INTENSIVE CARE UNIT (ICU). Jurnal Riset Kesehatan, 7(2), 97-105.
- Keperawatan Medikal Bedah 2010, Google Books, viewed 20 December 2020,
<https://books.google.co.id/books?
id=jja2DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pemenuhan+kebutuhan+eliminasi+fekal&hl=i
d&sa=X&ved=2ahUKEwihzM6bp9ztAhVn63MBHaS-
BHcQ6AEwBnoECAYQAg#v=onepage&q&f=false>.
- SUARILAH, I 2017, IRA SUARILAH, Unair.ac.id, viewed 20 December 2020,
<http://irasuarilah-fkp.web.unair.ac.id/artikel_detail-178163-KEPERAWATAN%20DASAR-
ELIMINASI%20FEKAL.html>.