Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

Tentang Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Alvi

DI RUANG GRAHA
KLINIK GRAND RAYA HUSADA

PERIODE TANGGAL 21 DESEMBER 2020 – 02 JANUARI 2021

Oleh :

NAMA : MAZIDATUR RIZKY AMALIA


NIM : 192303101024

PRODI D3 KEPERAWATAN KAMPUS LUMAJANG


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Alvi
A. Definisi
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan
penting untuk kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk
mempertahankan keseimbangan fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme.
Sisa metabolisme terbagi menjadi dua jenis yaitu berupa feses yang berasal dari
saluran cerna dan urin melalui saluran perkemihan (Kasiati & Rosmalawati, 2016).

B. Keseimbangan /Nilai Normal


Karakteristik Normal Abnormal Penyebab
Warna - Dewasa - Pekat/putih - Adanya
kecoklatan pigmen
- Bayi empedu
kekuningan (obstruksi
empedu);
pemeriksaan
diagnostik
menggunakan
barium
- Hitam - Perdarahan
bagian atas
G1
- Merah - Terjadi
hemoroid
perdarahan
bagian
bawah G1
(seperti
rectum)
- Pucat - Malabsorpsi
dengan lemak diet
lemak tinggi tinggi
susu dan
produk susu
dan rendah
daging
- Infeksi usus
- Orange
atau hijau - Darah pada
- Lendir feses dan
darah infeksi
Konsistensi Berbentuk lunak, Keras, kering Dehidrasi, penurunan
agak cair/lembek, motilitas usus akibat
basah kurangnya serat,
kurang Latihan,
gangguan emosi, dan
laxative abuse
Bentuk Silinder (bentuk Mengecil, bentuk Kondisi obstruksi
rectum) dengan pensil atau seperti rectum
diameter 2,5 cm benang
untuk orang dewasa
Jumlah Tergantung diet
(100-400
gram/hari)
Bau Aromatik Tajam pedas Sumber bau pada
dipengaruhi oleh feses berasal dari
makanan yang senyawa indole
dimakan dan skatol, hydrogen,
flora/bakteri sulfidedan amine
diproduksi oleh
pembusukan protein
oleh bakteri perusak
atau pembusuk. Bau
menusuk hidung
tanda terjadinya
peningkatan
kegiatan bakteri yang
tidak kita kehendaki
Unsur pokok Sejumlah kecil Pus, mucus, Infeksi bakteri,
bagian kasar parasite, darah, kondisi peradangan,
makanan yang lemak dalam perdarahan
tidak dicerna, jumlah besar, gastrointestinal,
potongan bakteri benda asing malabsorpsi, salah
yang mati, sel makan
epitel, lemak,
protein, unsur-
unsur kering, cairan
pencernaan
Frekuensi - Lebih dari - Hipermotility
6x sehari
- Kurang - Hipomotility
dari sekali
seminggu

C. Organ Pengatur
1. Usus Besar (colon)
Usus besar terdiri atas colon ascenden, colon transversum, dan colon
descendens. Termasuk dalam bagian ini adalah kolon sigmoid, rectum dan anus.
Kolon mensekresi mucus yang berfungsi untuk melicinkan jalannya sisa makanan
yang akan dibuang lewat anus. Fungsi kolon adalah menyerap kembali air dan
garam-garam amoniak yang masih dibutuhkan oleh tubuh. Kolon ini tidak dapat
menyerap selulosa, hemiselulosa, atau lignin yang terdapat pada tumbuhan. Bahan-
bahan ini kemudian membentuk residu yang disebut bulk. Materi ini akan menarik
air dan sekaligus menahannya sehingga menyebabkan terbentuk feses yang besar
dan lunak. Feses tersebut akhirnya dengan gerakan peristaltic dan kontraksi di
dorong ke dalam rectum dan setelah terkumpul dalam jumlah tertentu akan
merangsang munculnya keinginan defekasi. Pada kondisi diet yang rendah serat
(tidak mengandung sayuran dan buah), maka tidak terbentuk bulk sehingga tidak
terbentuk feses yang lunak dan besar, akibatnya feses kecil dan kering sehingga
sulit dikeluarkan yang disebut dengan konstipasi. Pada kondisi lain, misal adanya
retensi feses yang terlalu lama akibat diet rendah serat dapat juga menyebabkan
absorpsi amoniak berlebihan sehingga dapat juga menyebabkan gangguan
meningen otak, serta terjadi peningkatan risiko Ca. Colorectal akibat kontak yang
lama dengan zat karsinogen yang tersimpan pada feses. Pada kasus-kasus tersebut
sering dilakukan tindakan operasi yang disebut Colostomy. Dalam proses lebih
lanjut, saluran cerna ini diduga juga bisa menghasilkan suatu materi yang dapat
membantu pembekuan darah dan menghasilkan anti-bodi.
2. Hepar
Secara anatomis hepar terdiri atas 2 lobus kanan dan kiri, yang mempunyai dua
vaskularisasi besar, yaitu vena portae sebagai tempat mengumpulnya lairan vena-
vena usus dan arteri hepatka yang berfungsi sebagai penyuplai nutrisi untuk hati.
Fungsi hepar dalam proses pencernaan adalah dengan memproduksi empedu yang
mengandung air, garam empedu, kolesterol, bilirubin, glukonat, dan asam
anorganik. Garam empedu membantu mengemulsikan lemak makanan dan
membantu penyerapannya serta penyerapan vitamin yang larut dalam lemak
melalui mukosa intestinal. Garam empedu juga membantu mencegah keluarnya
kolesterol dari kandung empedu sehingga menghambat pembentukan batu
kolesterol (batu empedu/cholelithiasis). Selain itu, hepar juga berfungsi
menyimpan adipose melalui metabolisme trigliserida, asam lemak, dan kolesterol.
Bila terjadi hipoglikemi/puasa/kurang input nutrisi, maka akan terjadi katabolisme
zat-zat tersebut yang kemudian akan terbentuk keton yang berfungsi dalam daur
kreb untuk membentuk energi yang tidak menyertakan sistem saraf.
3. Pankreas
Pankreas mensekresi larutan berupa bikarbonat dan kalium bikarbonat.
Bikarbonat menetralisasi chyme yang sangat asam yang baru datang dari
duodenum dari lambung. Enzim-enzim pancreas membantu mencerna protein
(tripsin, kemotripsin, elastase dan karboksipeptidase), lemak (lipase, kalipase, dan
esterase).
4. Kandung Empedu
Cairan empedu yang diproduksi oleh sel-sel hati disimpan dan dipekatkan di
dalam kandung empedu. Di bawah pengaruh aktivitas vagal, atau CCK, kandung
empedu berkontraksi untuk mendorong getah empedu masuk ke dalam duodenum
dan bercampur dengan chyme sehingga membantu pencernaan dan absorpsi. Getah
empedu ini sebelumnya dikonjugasi dahulu oleh hati. Pada kondisi tertentu, misal
pada kasus cholelithiasis dan cholecystitis empedu tidak dapat melewati duktus
kholeidokus sehingga getah empedu hanya terkumpul di kandung empedu dan
menimbulkan sensasi nyeri yang khas dan tidak ada getah empedu di duodenum,
sehingga warna feses pucat serta warna urin keruh seperti air teh.

D. Ketidakseimbangan dan Jenis-jenisnya


1. Kontsipasi
2. Impaksi Fekal
3. Diare
4. Inkontinensia Alvi
5. Kembung
6. Hemoroid

E. Faktor Yang Mempengaruhi


1. Tumbuh kembang
a. Bayi s/d 2-3 tahun : volume lambung lebih kecil dari orang dewasa,enzim
pencernaan yang kurang, peristaltik usus yang cepat dan fungsi neuromuskular
yang belum berkembang.
b. Remaja : fungsi usus besar yang sudah lebih berkekembang
c. Lansia : kekuatan gigi yang mulai berkurang,enzim disaliva dan lambung
berkurang, peristaltik dan tonus otot abdomen yang berkurang
2. Diet
a. Makanan berserat dan berselullosa penting untuk mendukung volume fekal.
Makanan yang mengandung gas (bawang, kembang kol dan kacang-kacangan)
dan susu sulit dicerna pada sebagian orang (lactosa intoleran). Diet yang tidak
teratur akan menganggu pola defekasi. 
b. Pemasukan cairan : 2000-3000 ml / hari. Jika intake cairan tidak adekuat atau
pengeluaran yang berlebihan (urin/muntah) tubuh akan kekurangan cairan
sehingga tubuh akan menyerap cairan dari chyme sehingga feses yang
dikeluarkan menjadi keras.
3. Aktifitas otot
Aktifitas yang meningkat akan meningkatkan peristaltik usus, kekuatan otot perut
dan otot pelvik
4. Faktor psikologis
Cemas dan marah akan meningkatkan peristaltik sehingga memungkinkan
terjadinya diare. Depresi akan memperlambat peristaltik usus sehingga
memungkinkan terjadinya konstipasi.
5. Kebiasaan
BAB ditempat yang tidak biasanya dan privasi yang kurang akan mempengaruhi
pola BAB
6. Posisi
Posisi jongkok atau paha fleksi akan meningkatkan tekanan abdomen  dan posisi
duduk akan meningkatkan tekanan rektum sehingga mempermudah defekasi
7. Nyeri
Adanya hemoroid dapat menyebabkan rasa nyaman saat defekasi sehingga
memungkinkan terjadi konstipasi
8. Kehamilan
Kehamilan akan menekan rektum
9. Operasi dan anastesi
Operasi dan anastesi akan memblok sisitem parasimpatis (misal dalam jangka 24-
48 jam) akan menghentikan pergerakan usus (ileus paralitik)
10. Obat-obatan
Narkotik, morfin, kodein menyebabkan konstipasi
11. Injury spinal cord/kepala dan gangguan mobilisasi dan menurunkan stimulasi
sensori untuk defekasi
12. Buruknya fungsi spinal anal akan menyebabkan inkontinensia
13. Irritan
Makanan yang berbumbu pedas, toksin.bakteri/racun dapat mengiritasi usus dan
menghasilkan diare dan flatulens

F. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan feses lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lender, darah, dan
lain-lain
2. Pemeriksaan feses kultur merupakan pmeriksaan feses melalui biakan dengan cara
toucher (tangan)

G. Penatalaksanaan
1. Menyiapkan feses untuk bahan pemeriksaan
2. Menolong buang air besar dengan menggunakan pispot
3. Memberikan huknah rendah
4. Memberikan huknah tinggi
5. Memberikan gliserin
6. Mengeluarkan feses dengan jari

II. Konsep Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan Dasar


A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Data Demografi
meliputi identitas klien, umur, pekerjaan, dan alamat.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
kaji adanya riwayat gangguan saluran pencernaan masa lalu. Tanyakan apakah
klien pernah sampai dirawat di rumah sakit, berapa lama, dan pulang dengan status
apa (sembuh, APS, dirujuk, dan sebagainya).
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
perlu dikaji secara hati-hati namun detail, karena banyak penyakit saluran
pencernaan terjadi akibat pola kebiasaan pada keluarga yang kurang baik seperti
penyiapan dan penyimpanan makanan, pola diet keluarga, dan bahkan pola sanitasi
keluarga yang kurang seperti cuci tangan, tempat BAB, dan pola memasak
makanan.
d. Riwayat Penyakit Sekarang
dimulai dengan menanyakan keluhan utama pasien secara kronologis, yaitu
waktu, pencetus, durasi, manajemen keluarga, dan laan dibawa ke rumah sakit.
Keluhan utama yang sering dirasakan antara lain :
- Anoreksia merupakan keluhan berupa penurunan nafsu makan. Banyak
faktor yang menyebabkan penurunan nafsu makan, misalnya karena faktor
neuropsikologis (anoreksia nervosa), gangguan pada lambung, respons
inflamasi saluran cerna.
- Mual (nausea) merupakan gejala awal dari muntah. Sensasi atau keluhan
ini muncul akibat adanya eksitasi pada daerah medula yang secara erat
berhubungan dengan atau merupakan bagian dari pusat muntah, dan mula
dapat disebabkan oleh impuls iritasi yang datang dari tractus
gastrointestinal, impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan
dengan motion sickness, atau impuls dari korteks cerebri untuk memulai
muntah. Namun demikian,ada juga muntah yang tanpa didahului oleh rasa
mual yang mengindikasikan bahwa hanya bagian-bagian tertentu dari pusat
muntah yang berhubungan dengan sensasi mual.
- Muntah (vomitus) merupakan proses pembersihan lambung dengan
sendirinya. Muntah disebabkan karena ada rangsangan pada pusat muntah
(medula) akibat bagian gastrointestinal atas teriritasi secara luas,
hiperdistensi, atau terangsang oleh bau yang tidak enak. Muntah juga dapat
disebabkan karena gangguan pada otak sendiri, misal pada trauma kepala.
Muntah dapat bersifat proyektil (menyemprot), regurgitasi (keluar
perlahan). Muntah yang isinya darah/muntah darah disebut hematemeses.
- Kembung merupakan sensasi atau perasaan tidak nyaman pada perut akibat
akumulasi gas. Gas ini dapat masuk ke dalam saluran cerna akibat udara
yang ditelan, hasil atau terbentuk oleh bakteri usus, dan gas yang berdifusi
dari pembuluh darah.
- Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi BAB, dimana BAB lebih
dari empat kali sehari dengan konsistensi cair. Banyak faktor yang bisa
menyebabkan diare, misal peningkatan motilitas usus akibat hipersekresi
karena keracunan makanan, infeksi usus atau karena pengaruh psikologis
stres yang merangsang peningkatan motilitas usus.
- Nyeri abdomen merupakan nyeri yang sering dirasakan pada klien yang
mengalami gangguan sistem pencernaan. Pengkajian nyeri harus lengkap
meliputi: P (provokatif/paliatif), yaitu faktor yang mencetuskan nyeri,
factor yang menambah dan mengurangi nyeri; Q (Quality), yaitu kualitas
nyeri seperti panas, tertekan, diremas-remas, dan tertusuk; R (Regio), yaitu
lokasi nyeri; S (Severity/scale), yaitu intensitas atau skala nyeri; T (time),
yaitu kapan, berapa lama, durasi, frekuensi nyeri.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan untuk mengetahui manifestasi fisik akibat saluran
cerna yang meliputi:
a. Keadaan umum
Meliputi aktivitas motorik, posisi tubuh, perubahan status nutrisi (antopometri).
b. Kulit
Meliputi warna: ikterus, sianosis, pucat. Turgor, edema, tekstur (berminyak,
kering, dan kondisi dermatologi).
c. Kepala
Warna sklera, konjungtiva, mata cekung, bau napas, kondisi gigi, lidah, dan
mukosa bucal.
d. Abdomen
Ukuran, bentuk, perubahan warna kulit, tonjolan yang tampak, jaringan parut,
fistula, pengembangan respirasi yang terbatas, lipatan kulit yang berlebihan
(mengindikasikan otot yang lemah).
e. Faktor-faktor psikologis
Kegelisahan, depresi, ansietas,
3. Pemeriksaan Penunjang (Lab, Rontgent, USG, dll)
a. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi bertujuan untuk mengetahui profil darah. Dengan
pemeriksaan ini dapat diketahui beberapa kelainan seperti infeksi, anemia,
dehidrasi, malnutrisi, dan alergi. Secara umum pemeriksaan dibedakan menjadi
pemeriksaan darah rutin seperti leukosit, Hb, trombosit, hematokrit, serta
pemeriksaan darah lengkap dengan ditambah pemeriksaan hitung jenis leukosit
atau pemeriksaan khusus seperti kimia darah, seroimmunologi, dan sebagainya.
b. Pemeriksaan Radiologi
- Barium Meal
adalah cara pengambilan gambar kontras pada gaster dan usus halus
meliputi ukuran, bentuk, dan letaknya, sehingga dapat diketahui kelainan-
kelainan yang terjadi pada gaster dan usus halus.
- Barium Enema
adalah suatu cara pengambilan gambar kontras pada kolon, meliputi
ukuran, bentuk, dan letak kolon sehingga dapat diketahui kelainan-kelainan
yang terdapat di kolon.
- Barium Swallow
adalah suatu teknik radiografik kontras untuk memvisualisasikan
esofagus sehingga dapat diketahui kelainan pada esofagus. Prosedur
pemeriksaan hampir sama dengan barium meal, bedanya barium yang
digunakan lebih pekat.
- Cholecystografi
adalah pengambilan gambar x-ray dari kandung empedu
- Ultrasonogarfi (USG)
adalah prosedur noninvasif yang menggunakan gelombang suara untuk
melihat struktur jaringan tubuh.
4. Pemeriksaan Endoskopi
Suatu cara untuk melihat secara langsung (visualisasi) organ-organ dalam
tubuh, sehingga dapat dilihat sejelas-jelasnya setiap kelainan yang ada pada organ
yang diperiksa. Endoskopi dapat bersifat diagnostik dan terapi. Dalam hand out ini
akan dibahas endoskopi sebagai diagnostik.

B. Diagnosa Keperawatan Utama


1. Definisi/Pengertian Gangguan Eliminasi Alvi : Diare
Pengeluaran feses lunak dan tidak bermassa
2. Batasan Karakteristik
Subjektif
Nyeri abdomen
Kram
Urgensi
Objektif
Sedikitnya mengalami tiga kali defekasi dengan feses cair dalam sehari
Bising usus hiperaktif
3. Faktor Yang Berhubungan
Psikologis
Tingkat stress dan ansietas yang tinggi
Situasional
Efek samping obat
Penyalahgunaan alcohol
Kontaminan
Penyalahgunaan obat pencahar
Radiasi
Racun
Perjalanan
Pemberian makanan melalui selang
Fisiologis
Proses infeksi
Inflamasi
Iritasi
Malabsorpsi
Parasit
C. Planning/Rencana Tindakan Keperawatan
1. Tujuan dan Kriteria hasil
Tujuan : BAB dengan konsistensi lunak / lembek, warna kuning.
Kriteria hasil : Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan rasional program
pengobatan dan meningkatkan fungsi usus mendekati normal.
2. Intervensi dan Rasional
a. Observasi / catat frekuensi defekasi, karakteristik dan jumlah
Rasional : Diare sering terjadi setelah memulai diet.
b. Dorong diet tinggi serat dalam batasan diet, dengan masukan cairan sedang sesuai
diet yang dibuat
Rasional : Meningkatkan konsistensi feses meskipun cairan perlu untuk fungsi
tubuh optimal, kelebihan jumlah mempengaruhi diare.
c. Batasi masukan lemak sesuai indikasi
Rasional : Diet rendah lemak menurunkan resiko feses cairan dan membatasi efek
laksatif penurunan absorbsi lemak.
d. Awasi elektrolit serum
Rasional : Peningkatan kehilangan gaster potensial resiko ketidakseimbangan
elektrolit, dimana dapat menimbulkan komplikasi lebih serius / mengancam.
e. Berikan obat sesuai indikasi anti diare
Rasional : Mungkin perlu untuk mengontrol frekuensi defekasi sampai tubuh
mengatasi perubahan akibat bedah.

D. Masalah Keperawatan Lain Yang Bisa Terjadi (Disertai Rencana Tindakan


Keperawatan sampai intervensi lengkap untuk 1 diagnosa keperawatan
tambahan)
1. Diagnosa Keperawatan Utama : Inkontinensia Alvi
2. Tujuan dan Kriteria Hasil
NOC
- Bowel elimination
- Hydration
Kriteria Hasil :
a. Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari
b. Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
c. Mengidentifikasi indicator untuk mencegah konstipasi
d. Feses lunak dan berbentuk
3. Intervensi dan Rasional
a. Monitor tanda dan gejala konstipasi
b. Monior bising usus
c. Monitor feses : frekuensi, konsistensi dan volume
d. Konsultasi dengan dokter tentang penurunan dan peningkatan bising usus
e. Monitor tanda dan gejala ruptur usus/peritonitis
f. Jelaskan etiologi dan rasionalisasi tindakan terhadap pasien
g. Identifikasi faktor penyebab dan kontribusi konstipasi
h. Dukung intake cairan
i. Kolaborasikan pemberian laksatif
j. Pantau tanda-tanda dan gejala impaksi
k. Memantau gerakan usus, termasuk konsistensi frekuensi, bentuk, volume, dan
warna
l. Memantau bising usus
m. Konsultasikan dengan dokter tentang penurunan / kenaikan frekuensi bising
usus
n. Pantau tanda-tanda dan gejala pecahnya usus dan / atau peritonitis
o. Jelaskan etiologi masalah dan pemikiran untuk tindakan untuk pasien
p. Menyusun jadwal ketoilet
q. Mendorong meningkatkan asupan cairan, kecuali dikontraindikasikan
r. Evaluasi profil obat untuk efek samping gastrointestinal
s. Anjurkan pasien / keluarga untuk mencatat warna, volume, frekuensi, dan
konsistensi tinja
t. Ajarkan pasieri / keluarga bagaimana untuk menjaga buku harian makanan
u. Anjurkan pasien / keluarga untuk diet tinggi serat
v. Anjurkan pasien / keluarga pada penggunaan yang tepat dan obat pencahar
w. Anjurkan pasien / keluarga pada hubungan asupan diet, olahraga, dan cairan
sembelit / impaksi
x. Menyarankan pasien untuk berkonsultasi dengan dokter jika sembelit atau
ìmpaksi terus ada
y. Menginformasikan pasien prosedur penghapusan manual dari tinja, jika perlu
z. Lepaskan impaksi tinja secara manual, jika perlu
aa. Timbang pasien secara teratur
bb. Ajarkan pasien atau keluarga tentang proses pencernaan yang normal
cc. Ajarkan pasien / keluarga tentang kerangka waktu untuk resolusi sembelit
DAFTAR PUSTAKA

- Rotua, D. F. (2016). Asuhan Keperawatan pada Ny. D Post Sectio Caesarea Hari Ke-2 dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Eliminasi Fekal (Resiko Konstipasi) di
Ruangan Tanjung II RSUD dr. Pirngadi Medan.
- Artha, R. A., Indra, R. L., & Rasyid, T. A. (2018). FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN ELIMINASI FEKAL PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI
INTENSIVE CARE UNIT (ICU). Jurnal Riset Kesehatan, 7(2), 97-105.
- Keperawatan Medikal Bedah 2010, Google Books, viewed 20 December 2020,
<https://books.google.co.id/books?
id=jja2DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=pemenuhan+kebutuhan+eliminasi+fekal&hl=i
d&sa=X&ved=2ahUKEwihzM6bp9ztAhVn63MBHaS-
BHcQ6AEwBnoECAYQAg#v=onepage&q&f=false>.
- SUARILAH, I 2017, IRA SUARILAH, Unair.ac.id, viewed 20 December 2020,
<http://irasuarilah-fkp.web.unair.ac.id/artikel_detail-178163-KEPERAWATAN%20DASAR-
ELIMINASI%20FEKAL.html>.

- PRASTOWO, F. A. (2009). ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. S DENGAN GANGGUAN


SISTEM PENCERNAAN DIARE DI BANGSAL MELATI RSUD SRAGEN (Doctoral
dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
- Perawat Kita Satu 2012, Perawat: Konstipasi NANDA NIC NOC, Perawat, viewed 20
December 2020, <https://www.perawatkitasatu.com/2017/10/konstipasi-nanda-nic-noc.html>.
- Hidayat A.Aziz Alimul, Uliyah Musrifatul 2015. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Edisi
2. Jakarta Selatan: Salemba Medika.
- Tarwoto dan Wartonah 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4.
Jakarta Selatan: Salemba Medika.
- http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk/article/view/3638/945
-


Anda mungkin juga menyukai