Anda di halaman 1dari 17

 

Nama/NIM : Dimas Isnu Saputra / O1A119078

Kelas/Program studi : B / Farmasi

Mata kuliah : Mikrobiologi & Parasitologi

Link blog : https://mikrobiologi-uho.blogspot.com/2021/04/mikroorganisme.html

A. Mikroorganisme

    Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil


sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme disebut juga
organisme mikroskopik. Mikroorganisme sering kali bersel tunggal (uniseluler)
maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa Protista bersel tunggal
masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak terlihat
mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun tidak
bersifat seluler. Terdapat golonganjenis mikroba, beberapa contoh golongan
mikroba, yaitu :

Golongan Contoh (nama mikroba, gambar,) Keterangan Ciri-ciri


mikroorganis (Patogen-
me non
pathogen)
bakteri Lactobacillus bulgaricus Non- bakteri Gram
Patogen positif,
 
Bakteri ini tidak
hidup dari membentuk
"memakan" spora dan
laktosa dapat
(gula susu) memfermentasi
dan kan karbohidrat
mengeluark untuk
an asam menghasilkan
laktat. asam laktat
Asam ini
sekaligus
mengawetk
an susu
dan
mendegrad
asi laktosa

merupakan bakteri Gram positif


bentuk batang, berproliferasi dalam
saluran pencernaan, suhu tumbuh
optimum 30-37°C, pH optimum 5,5-
6,2, anaerobik fakultatif, dengan
ukuran 3,0-5,0 µm, cembung,
halus, dan berkilau. (USU
respitory)
archaea Methanococcus janashi  Non- 1. anaerob
Patogen
2. Biasanya
Penghasil ditumbuhkan
gas pada garam
metana, mineral dengan
juga dapat kondisi
ditemukan atmosfer
pada usus
manusia, 3. ada
juga umumnya
merupakan mesofilik,
sebagai beberapa
penghasil ekstremofilik
energi (suhu sangat
ramah tinggi, sangat
lingkungan. rendah, kondisi
garam tinggi)

Ukuran: 5 μm  

berbentuk coccoid (berbentuk


bulat), basil (berbentuk batang),
dan ada beberapa spesies yang
berbentuk spirilum (spiral)

 
Fungi Rhizopus stolonifer Patogen Ditemukan
pada semua
Dapat jenis bahan
menyebabk berjamur. bisa
an infeksi hidup di dalam
dan diare tanah,
pada
manusia
 

panjang 2,5 mm dan diameter


sekitar 20 μm
protozoa Plasmodium Patogen Terdapat pada
dinding perut
Menyebabk tengah dan
an penyakit kelenjar liur
malaria nyamuk,
menyerang sel
darah merah
dan bergerah
melalui saluran
darah,

Mikroalga Chlorella NonPatog Tubuh seperti


en bola, tidak
memiliki flagel
Ganggang
hijau bersel
tunggal
yang hidup
dalam
perairan
tawar.
Dapat
dikonsumsi
manusi
sebagai
bahan
pangan di
masa
mendatang

Berbetnuk bola
virus H5N1 Patogen memiliki
beberapa
Menyebabk protein pada
an penyakit permukaannya,
flu burung, di antaranya
protein
hemaglutinin
(disingkat H
atau HA) serta
protein
neuraminidase
(disingkat NA
atau N).
Kombinasi jenis
protein H dan
protein N akan
menentukan
sifat virus dan
penamaan
subtipe virus

B. Pertumbuhan, Perkembangan, dan Waktu generasi Mikroorganisme

    Pertumbuhan merupakan proses perubahan bentuk yang semula kecil kemudian


menjadi besar. Pertumbuhan menyangkut pertambahan volume dari individu itu
sendiri. Pertumbuhan pada umumnya tergantung pada kondisi bahan makanan dan
juga lingkungan. Apabila kondisi makanan dan lingkungan cocok untuk
mikroorganisme tersebut, maka mikroorganisme akan tumbuh dengan waktu yang
relatif singkat dan sempurna.

    Mikroba merupakan mikroorganisme yang perlu diketahui kemampuannya untuk


tumbuh dan hidup sebab beberapa diantaranya sering dimanfaatkan untuk
keperluan penelitian.Sampai sekarang ini perkembangan ilmu pengetahuan terus
menggali potensi apa yang terdapat di dalam mikriba, oleh karena itu perlu diketahui
seluk beluk dari mikroba itu sendiri. Salah satunya yaitu faktor-faktor apa saja yang
dapat mempengaruhi pertumbuhannya. Setiap mikroba memiliki karakteristik kondisi
pertumbuhan yang berbeda-beda. Berikut merupakan beberapa contoh
pertumbuhan, perkembangan, dan waktu generasi mikroorganisme :

1.    Lactobacillus bulgaricus

    Bakteri ini bereproduksi dengan pembelahan biner atau pembelahan langsung
(tanpa melalui tahapan seperti mitosis). Proses pembelahan diawali dengan proses
replikasi DNA menjadi dua kopi DNA identik dan diikuti pembelahan sitoplasma.
Proses pembelahan berlangsung cepat setiap 20 menit sekali. 

    Pertumbuhan bakteri ini diamati dengan perhitungan jumlah BAL dannilai pH


setiap interval 3 jam selama 24 jam. Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa ada
kecenderungan peningkatan populasi BALdan selanjutnya stationer sampai jam ke-
24.Sedangkan nilai pH turun seiring denganmeningkatnya waktu fermentasi. Pola
pertumbuhan bakteri asam laktat pada fermentasi susu kedelai mempunyai pola
yang berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh kemampuan bakteri asam laktat
dalam memanfaatkan sumber karbon yang terdapat dalam susu kedelai. Pola
pertumbuhan L.bulgaricus  dan S.thermophilus mempunyai kecenderungan yang
hampir sama yaitu meningkat dari jam ke-0 sampai jam ke-12, kemudian cenderung
stationer mulai jam ke-12 sampai jam ke-24. Hal ini menunjukkan bahwa
L.bulgaricus dan S.thermophilus mencapai fase stasioner pada jam ke-12 selama
fermentasi susu kedelai. Menurut Ngatirah (2000), L.bulgaricus memasuki fase
logaritmik akhir (awal fase stationer) pada sekitar 16-18 jam untuk fermentasi di
MRS broth pada suhu 37°C. Sedangkan Mital dan Steinkraus (1974) menyatakan
bahwa L.bulgaricus mencapai fase stationer setelah 8 jam fermentasi padab susu
kedelai yang ditambah dengan 2% sukrosa. 

Metode penelitian 
Bahan : Isolat Bakteri Asam Laktat, Isolat bakteri asam laktat diperoleh dari isolasi
dari bahan sesuai, Kedelai. Bahan-bahan kimia Bahan kimia yang digunakan dalam
penelitian adalah MRS (Man-RogosaSharpe,Merck), skim milk, dan gliserol 
Alat :  Peralatan utama yang digunakan dalam  penelitian ini adalah autoclave, pH
meter, Quebec Colony Counter, dan mikroskop.
 

Prosedur kerja 
1.    Pembuatan susu kedelai

-       Direndam kedelai dalam larutan NaHCO3 0,5% selama 12 jam


-       Direbus dalam larutan NaHCO3 0,5% selama 30 menit
-       Dilakukan penghilangan kulit, pencucian, penghancuran dengan
menambahkan air hangat  kemudian disaring
-       Ditambahkan sukrosa sebanyak 8-10%
-       Disterillisasikan selama 10 menit pada suhu 115 °C

 
2.    Fermentasi susu kedelai
Pertumbuhan bakteri asam laktat diamati dengan pengukuran nilai pH dan total BAL
setiap 3 jam sekali selama 24jam. 
 
3.    Metode Perhitungan Populasi Bakteri
Asam Laktat 1 ml atau 1 gram sample diencerkan dalam beberapa seri pengenceran
(10 -1 sampai tingkat pengenceran tertentu). 3 seri pengenceran terakhir diplating
pada media MRS agar + 1% CaCO secara pour plate (Hidayanti, 2010).

2.   Methanococcus janashi

                                                

 
·      Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi Reproduksi dilakukan dengan
cara pembelahan biner.
Bakteri ini akan melakukan pembelahan yang diawali dengan replikasi nukleoid dan
diikuti pembelahan sitoplasma.
Bakteri ini menggunakan karbon dioksida (CO2) sebagai sumber karbon dan
hidrogen. Beberapa CO2 direaksikan dengan hidrogen untuk menghasilkan metana
yang dapat menghasilkan gradien elektrokimia melintasi membran, digunakan untuk
menghasilkan ATP melalui proses kemiosmosis. Waktu generasi sel bakteri ini
berkisar 2-14 hari.

 
·      Metode penelitian
Bahan : campuran kotoran sapi, HCl 37%, H2SO4 98%, NaOH, CH3COOH 96%
p.a., vermiculite dan Aquadest
 
Alat : Alat yang digunkan dalam penelitian ini adalah 18 unit tabung Hungate,
tabung pengecer, erlenmeyer, tabung scott 250 dan 500 ml, syringe, kain kasa,
parafilm, venoject, kuvet.
 
Prosedur kerja :
-       Dimodifikasi erlenmeyer 1Lsehingga menyerupai sebuah digester
-       Dimasukan Sebanyak  800  mL campuran   kotoran   sapi   dan   air
dimasukkan   ke   dalam masing-masing  erlenmeyer  yang  telah  berisi
vermiculite termodifikasi   Cu   0,01   mg/L   dan   0,5    mg/L.
-       Ditambahkan vermiculite termodifikasi Cu2+ pada 2 digaster masing-
masing dengan konsentrasi 0,01 mg/L (DII) dan 0,5 mg/L (DIII).
-       diukur kandungan VS dan VFA dan kadar metana serta volume akumulasi
biogas. Pengukuran kandungan VS dan VFA mengikuti Standard Methods
for Examination   of   Water   and   Wastewater
-       diukur kadar   metana   dengan   menggunakan   Gas Chromatography
(GC),  dan    pengukuran  volume  biogas dilakukan menurut metode Walker.
-       didata VS,   VFA   dan   kadar   metana   dioptimasi   menggunakan
persamaan (1), (2), (3), (4), (5) dengan bantuan software Matlab

  

3.    Rhizopus stolonifer

·      Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi


R. stolonifer tumbuh dengan cepat dan menyebar melalui stolon .Stolon
menyediakan struktur udara untuk pertumbuhan miselium dan menempati area yang
luas. Mereka bisa memanjat secara vertikal maupun horizontal. Sporangiofor R.
stolonifer bisa mencapai panjang 2,5 mm dan diameter sekitar 20 μm.

Reproduksi aseksual Rhizopus stolonifer terjadi dengan cara membentuk spora


didalam sporangium yang terletak diujung-diujung hifa. Sporangium ditunjang
oleh sporangiofor. Sporangium stolonifer yang telah tua dan matang biasanya
berwarna hitam. Jika telah matang, sporangium akan akan pecah dan menghasilkan
banyak spora. Spora-spora akan keluar dan menyebar dengan bantuan angin. Jika
spora itu jatuh pada tempat yang cocok, ia akan tumbuh membentuk hifa baru.

Reproduksi seksual terjadi hanya antara tegangan kawin yang berbeda, yang
biasanya berlabel + dan -. Ketika tegangan keduanya di dalams udah dekat,
menghasilkan hormone-hormon yang menyebabkan ujung hyphal memasang
bersama-sama dan mengembangkan ke dalam gametangia, yang menjadi terpisah
dari sisa tubuh fungal oleh pembentukan septa. Meiosis terjadi pada waktu
perkecambahan. Zigospora membuka dan menghasilkan suatu sporangium yang
serupa menghasilkan sporangium dengan tidak berkelamin, dan daur hidup mulai
kembali lagi.

4.    Plasmodium 

                                      


·
SIKLUS EXO ERITROSITIK. Sporozoit infeksius dari kelenjar ludah nyamuk
anopheles betina dimasukkan kedalam darah manusia melalui tusukan nyamuk
tersebut. Dalam waktu tiga puluh menit jasad tersebut memasuki sel-sel parenkim
hati dan dimulai stadium eksoeritrositik dari pada daur hidupnya. Didalam sel
hati parasit tumbuh menjadi skizon dan berkembang menjadi merozoit (10.000-
30.000 merozoit, tergantung spesiesnya) . Sel hati yang mengandung parasit pecah
dan merozoit keluar dengan bebas, sebagian di fagosit. Oleh karena prosesnya
terjadi sebelum memasuki eritrosit maka disebut
stadium preeritrositik atau eksoeritrositik yang berlangsung selama 2 minggu.
Pada P. Vivax dan Ovale, sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon, tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang
disebut hipnozoit. Hipnozoit dapat tinggal didalam hati sampai bertahun-tahun. Pada
suatu saat bila imunitas tubuh menurun, akan menjadi aktif sehingga dapat
menimbulkan relaps (kekambuhan).

SIKLUS ERITROSITIK. Siklus didalam eritrosit dimulai saat merozoit memasuki sel-


sel darah merah. Parasit tampak sebagai kromatin kecil, dikelilingi oleh sitoplasma
yang membesar, bentuk tidak teratur dan mulai membentuk tropozoit, tropozoit
berkembang menjadi skizon muda, kemudian berkembang menjadi skizon matang
dan membelah banyak menjadi merozoit. Dengan selesainya pembelahan tersebut
sel darah merah pecah dan merozoit, pigmen dan sisa sel keluar dan
memasuki plasma darah. Parasit memasuki sel darah merah lainnya untuk
mengulangi siklus skizogoni. Beberapa merozoit memasuki eritrosit dan
membentuk skizon dan lainnya membentuk gametosit yaitu bentuk seksual
(gametosit jantan dan betina) setelah melalui 2-3 siklus skizogoni darah.

Siklus Hidup Plasmodium, Siklus seksual .Terjadi dalam tubuh nyamuk apabila
nyamuk anopheles betina menghisap darah yang mengandung gametosit.
Gametosit yang bersama darah tidak dicerna. Pada makrogamet (jantan) kromatin
membagi menjadi 6-8 inti yang bergerak kepinggir parasit. Dipinggir ini beberapa
filamen dibentuk seperti cambuk dan bergerak aktif disebut mikrogamet. Pembuahan
terjadi karena masuknya mikrogamet kedalam makrogamet untuk membentuk zigot.
Zigot berubah bentuk seperti cacing pendek disebut ookinet yang dapat menembus
lapisan epitel dan membran basal dinding lambung. Ditempat
ini ookinet membesar dan disebut ookista. Didalam ookista dibentuk
ribuan sporozoit dan beberapa sporozoit menembus kelenjar nyamuk dan bila
nyamuk menggigit/ menusuk manusia maka sporozoit masuk kedalam darah dan
mulailah siklus ekstra eritrositik. Waktu generasi plasmodium 8-37 hari.

5.    Chlorella

·      Pertumbuhan, perkembangan dan waktu generasi


Chlorella sp. bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan autospora
yang merupakan bentuk miniatur dari sel induk. Tiap satu sel induk (parrent cell)
akan membelah menjadi 4, 8, atau 16 autospora yang kelak akan menjadi sel-sel
anak (daughter cell) dan melepaskan diri dari induknya (Bold dan Wynne, 1985
dalam Prabowo, 2009). Proses reproduksi Chlorella sp. dapat dibagi menjadi 49
tahap (Kumar dan Singh, 1979 dalam Zahara, 2003) yaitu tahap pertumbuhan,tahap
pemasakan awal tahap pemasakan akhir, tahap pelepasan autospora. Padatahap
pertumbuhan sel Chlorella sp. tumbuh membesar, kemudian pada tahappemasakan
awal saat terjadi peningkatan aktivitas sintesa yang merupakan persiapan awal
pembentukan autospora, tahap pemasakan akhir autosporaterbentuk, kemdian
diikuti tahap pelepasan autospora, dinding sel induk akan pecah dan diikuti oleh
pelepasan autospora yang akan tumbuh menjadi sel induk muda. Waktu generasi 1-
15 hari.
 

6.    H5N1 
                                                

Infeksi virus influenza tipe A dimulai dengan terbentuknya ikatan antara virus
tersebut dengan sel inangnya (sel sel unggas atau sel sel manusia). Ikatan ini
difasilitasi oleh hemagglutinin yang banyak terdapat di permukaan virus influenza
tipe A dengan reseptor asam sialik yang banyak terdapat pada permukaan sel sel
saluran pernafasan. Ikatan antara Hemagglutinin dengan reseptor asam sialik
tersebut menyebabkan partikel virus “menempel” pada sel inangnya. Selanjutnya sel
inang akan melakukan endositosis sehingga virus kemudian masuk kedalam sel
dalam bentuk endosom (partikel virus yang diselingkupi oleh membran sel inang).
Sebagai bagian dari sistem pertahanan, sel inang akan menghancurkan virus yang
berada di dalam endosom dengan cara menurunkan keasaman endosom. Namun
demikian, pada saat pH endosom turun menjadi 6,0 hemagglutinin yang berada di
permukaan virus menjadi tidak stabil, terurai secara partial  dan melepaskan “fusion
peptide” yang mengait dengan kuat pada membran endosom. “Fusion peptide” ini
kemudian akan mendekatkan membran endosom dengan membran virus yang
kemudian mengakibatkan kedua membran tersebut berfusi. Fusi antara kedua
membran ini mengakibatkan seluruh isi virus masuk kedalam sitoplasma sel inang.

Setelah materi virus masuk kedalam sitoplasma sel, selanjutnya virus memulai
proses replikasi, yang dimulai dengan proses sintesis +ssRNA (mRNA) dengan
menggunakan –ssRNA yang merupakan materi genetik virus influenza tipe A.
Proses ini difasilitasi oleh “RNA replicase” yang merupakan salah satu isi partikel
virus tersebut. Setelah mRNA terbentuk, selanjutnya dengan menggunakan sistem
translasi sel inang, mRNA yang dihasilkan digunakan untuk mensintesa berbagai
protein yang dibutuhkan untuk membentuk virus yang baru. Pada saat yang sama
dengan menggunakan mRNA yang dihasilkan, dilakukan juga sintesis –ssRNA
menggunakan “RNA replicase”. Ketika –ssRNA dan protein-protein yang dibutuhkan
untuk membentuk partikel virus telah terbentuk, maka partikel virus mulai terbentuk
dan siap keluar dari dalam sel untuk menginfeksi sel atau hewan lainnya. Waktu
generasi virus ini kurang dari 10 jam.

D. Media Tumbuh Mikroorganisme


    Sejumlah besar mikroorganisme yang tidak banyak tuntutan, misalnya banyak
pseudomonad dalam tanah dan air, dan juga Escherechia coli tumbuh subur dalam
larutan biak sesuai susunannya. Selain susunan pertumbuhannya banyak
mikroorganisme masih memerlukan unsur-unsur lain yakni unsur pelengkap,
vitamin-vitamin dan unsur senyawa tanbahan lain.Sesuatu larutan biak yang dapat
dibuat dari senyawa-senyawa kimia tertentu, disebut media biak sintetik. Harus
diusahakan agar untuk setiap mikroorganisme dapat ditetapkan kebutuhan bahan
makanan minuman dan mengembangkan medium minimum yang tidak mengandung
lebih banyak komponen daripada yang diperlukan untuk pertumbuhan. Jenis-jenis
yang mempunyai tuntutan tinggi memerlukan sejumlah besar zat pelengkap. Untuk
Leuconostoc mesenteroidestelah mengembangkan suatu medium sintetik yang
mengandung lebih dari 40 komponen.

     Media biak kompleks. Untuk banyak mikroorganismebertuntutan tinggi belum


dikenal benar bahan-bahan makanan yang diperlukan. Orang membiakkannya
dalam larutan biak yang mengandung ekstrak ragi, otolisat ragi, pepton atau ekstrak
daging. Untuk beberapa kelompok organisme lazim juga digunakan: rempah-
rempah, dekok rumput kering, sari buah prem, sari wortel, santan dan untuk
cendawan koprofil juga sari perasan tahi kuda. Mengingat biaya, larutan-larutan biak
tidak dibentuk dari senyawa-senyawa murni tetapi lebih disukai untuk menggunakan
zat-zat kompleks, seperti air dadih, melase, air rendaman jagung atau ekstrak
kedele, yang sebagai produk sisa tersedia dengan harga murah. Media biak seperti
ini disebut media biak kompleks.Media biak padat.untuk membuat biak padat pada
larutan biak cair ditambahkan bahan pemadat yang memberi konsistensi seperti
selai pada larutan air. Hanya untuk keperluan tertentu masih digunakan gelatin,
karena sudah mencair pada suhu 26-30o C dan banyak mikroorganisme mampu
mencairkan gelatin. Bahan pemadat yang hampir ideal adalah agar. Agar adalah
polisakarida dengan susunan kompleks dan terajut kuat berasal dari ganggan laut.
Agar hanya dipengaruhi oleh sejumlah kecil bakteri. Bila diperlukan media biak
padat tanpa komponen-komponen organik, maka dipakai silikagel sebagai bahan
pemadat.Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi
zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat
hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan
energi dalam metabolisme,dan pergerakkan. 

    Sejumlah besar mikroorganisme yang tidak banyak tuntutan, misalnya banyak


pseudomonad dalam tanah dan air, dan juga Escherechia coli tumbuh subur dalam
larutan biak sesuai susunannya. Selain susunan pertumbuhannya banyak
mikroorganisme masih memerlukan unsur-unsur lain yakni unsur pelengkap,
vitamin-vitamin dan unsur senyawa tanbahan lain.Sesuatu larutan biak yang dapat
dibuat dari senyawa-senyawa kimia tertentu, disebut media biak sintetik. Harus
diusahakan agar untuk setiap mikroorganisme dapat ditetapkan kebutuhan bahan
makanan minuman dan mengembangkan medium minimum yang tidak mengandung
lebih banyak komponen daripada yang diperlukan untuk pertumbuhan. Jenis-jenis
yang mempunyai tuntutan tinggi memerlukan sejumlah besar zat pelengkap. Untuk
Leuconostoc mesenteroidestelah mengembangkan suatu medium sintetik yang
mengandung lebih dari 40 komponen. Media biak kompleks. Untuk banyak
mikroorganismebertuntutan tinggi belum dikenal benar bahan-bahan makanan yang
diperlukan. Orang membiakkannya dalam larutan biak yang mengandung ekstrak
ragi, otolisat ragi, pepton atau ekstrak daging. Untuk beberapa kelompok organisme
lazim juga

    Pertumbuhan Bakteri84digunakan: rempah-rempah, dekok rumput kering, sari


buah prem, sari wortel, santan dan untuk cendawan koprofil juga sari perasan tahi
kuda. Mengingat biaya, larutan-larutan biak tidak dibentuk dari senyawa-senyawa
murni tetapi lebih disukai untuk menggunakan zat-zat kompleks, seperti air dadih,
melase, air rendaman jagung atau ekstrak kedele, yang sebagai produk sisa
tersedia dengan harga murah. Media biak seperti ini disebut media biak
kompleks.Media biak padat.untuk membuat biak padat pada larutan biak cair
ditambahkan bahan pemadat yang memberi konsistensi seperti selai pada larutan
air. Hanya untuk keperluan tertentu masih digunakan gelatin, karena sudah mencair
pada suhu 26-30o C dan banyak mikroorganisme mampu mencairkan gelatin.
Bahan pemadat yang hampir ideal adalah agar. Agar adalah polisakarida dengan
susunan kompleks dan terajut kuat berasal dari ganggan laut. Agar hanya
dipengaruhi oleh sejumlah kecil bakteri. Bila diperlukan media biak padat tanpa
komponen-komponen organik, maka dipakai silikagel sebagai bahan
pemadat.Pembiakan mikroba dalam laboratorium memerlukan medium yang berisi
zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai dengan mikroorganisme. Zat
hara digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhan, sintesis sel, keperluan
energi dalam metabolisme,dan pergerakkan. Berikut beberapa contoh media tumbuh
organisme :

1.     lactobacillus bulgaricus

MRS Broth, adalah media kultur selektif yang dirancang untuk mendukung
pertumbuhan subur Lactobacilli untuk studi laboratorium. Dikembangkan pada tahun
1960, medium ini dinamai berdasarkan penemunya, Johannes Cornelis de Man,
Morrison Rogosa dan Margaret Elisabeth Sharpe. Ini mengandung natrium asetat,
yang menekan pertumbuhan banyak bakteri yang bersaing (meskipun beberapa
Lactobacillales lain, seperti Leuconostoc dan Pediococcus , dapat tumbuh). Media
ini memiliki warna coklat bening.

MRS agar biasanya mengandung ( w / v )

·     1,0% pepton

·     Ekstrak daging sapi 1,0%

·     Ekstrak ragi 0,4%

·     2,0% glukosa

·     0,5% natrium asetat trihydrate


·     0,1% polisorbat 80 (juga dikenal sebagai Tween 80)

·     0,2% dipotasium hidrogen fosfat

·     0,2% triammonium sitrat

·     0,02% magnesium sulfat heptahidrat

·     0,005% mangan sulfat tetrahidrat

·     1,0% agar

·     pH disesuaikan menjadi 6,2 pada 25 ° C

Ekstrak ragi / daging dan pepton menyediakan sumber karbon, nitrogen, dan vitamin
untuk pertumbuhan bakteri secara umum. Ekstrak ragi juga mengandung vitamin
dan asam amino yang secara khusus dibutuhkan oleh Lactobacilli . Polysorbate 80
adalah surfaktan yang membantu penyerapan nutrisi oleh Lactobacilli . Magnesium
sulfat dan mangan sulfat menyediakan kation yang digunakan dalam metabolisme.

1.       Methanococcus janashi

Strain M. jannaschii ditanam pada medium 1 dengan campuran H 2 dan CO 2


(80:20, v / v) sebagai substrat metanogenesis pada suhu 80 ° C seperti yang
dijelaskan sebelumnya ( Mukhopadhyay et al., 1999 ). Singkatnya, untuk
pertumbuhan dalam medium cair, botol serum 160 atau 530 ml (Wheaton Science
Products, Millville, NJ) yang masing-masing mengandung 10 atau 200 ml media
anaerobik dan steril, ditutup dengan sumbat karet butil dan kerutan aluminium dan
diberi tekanan campuran H 2 dan CO 2 (80:20, v / v) menjadi 3 × 10 5Pa,
digunakan. Kultur yang diinokulasi diinkubasi dalam inkubator shaker (Lab Line Orbit
Environ Shaker 3527, Melrose Park, IL) pada 80 ° C dan 200 rpm. Pelat medium
padat disiapkan sebagai berikut. Pertama, disegel 160 ml serum botol berisi 50 ml
media 3 (medium 1 kurang MgCl 2 .6H 2 O dan CaCl 2 .2H 2 O) dan Gelrite ®
(Sigma Aldrich, St. Louis, MO) ditambahkan ke konsentrasi akhir 0,7% dibuat secara
anaerobik menggunakan siklus alternatif vakum dan tekanan dengan campuran H 2
dan CO 2 (80:20 v / v, 1,7 × 10 5 Pa) ( Mukhopadhyay et al., 1999). Botol ini
kemudian disterilkan dengan autoklaf dan dibawa ke dalam ruang anaerobik (Coy
Laboratory Products, Inc., Grass Lake, MI) dengan cukup cepat untuk mencegah
pemadatan media; ruang anaerobik berisi campuran N 2 , CO 2 , dan H 2 (76: 20: 4,
v / v / v). Segel botol dilepas secara aseptik, dan MgCl 2 , CaCl 2 , Na 2Ekstrak S,
sistein, dan ragi ditambahkan ke media dari larutan stok anaerobik dan steril masing-
masing hingga konsentrasi akhir masing-masing 38 mM, 2,45 mM, 2 mM, 2 mM dan
0,1%. Kemudian medium dituangkan ke dalam cawan petri kaca berukuran 100 mm
x 15 mm (VWR, Radnor, PA) dan dibiarkan mengeras di dalam ruang anaerobik.
Setelah inokulasi dengan sel M. jannaschii baik dari kultur cair atau koloni, pelat
ditempatkan di dalam tabung anaerob baja 2 L ( Balch et al., 1979 ), dan lapisan
handuk kertas steril ditempatkan di atas tumpukan piring. Tabung itu kemudian
ditutup dan bertekanan dengan campuran H 2 dan CO 2 (80:20 v / v) untuk 3 × 10
5Pa. Dua mililiter larutan anaerobik 1 M Na 2 S ditambahkan ke dalam tabung
melalui lubang tambahan yang ditutup tutup karet sedemikian rupa sehingga cairan
meresap ke dalam lapisan tisu, dan tabung dengan pelat diinkubasi di dalam oven
pada 80 ° C. Jika diperlukan, komponen berikut ditambahkan ke dalam media
pertumbuhan: mevinolin (10 dan 20 μM untuk media padat dan cair, masing-masing)
dan Na 2 SO 3 (2 dan 10 mM). Pertumbuhan M. jannaschii dalam kultur cair
dilanjutkan dengan pengukuran densitas optik pada 600 nm menggunakan
spektrofotometer Beckman Coulter DU800 (Brea, CA).

2.       Rhizopus stolonifer

PDA   (Potato   Dextrose   Agar)   adalah media yang umum untuk pertumbuhan
jamur dilaboratorium  karena  memilki  pH  yang  rendah(pH   4,5   sampai   5,6)  
sehingga   menghambat pertumbuhan     bakteri     yang     membutuhkan
lingkungan yang netral dengan pH 7,0 dan suhu optimum  untuk  pertumbuhan 
antara  25-30°C(Cappucino, 2014). Berdasarkan komposisinya PDA termasuk  
dalam   media   semi   sintetik   karena tersusun  atas  bahan  alami  (kentang)  dan 
bahansintesis (dextrose dan agar). Kentang merupakan     sumber     karbon    
(karbohidrat),vitamin  dan  energi,  dextrose  sebagai  sumbergula   dan   energi,  
selain   itu   komponen   agar berfungsi   untuk   memadatkan   medium   PDA.
Masing-masing  dari  ketiga  komponen  tersebutsangat    diperlukan    bagi   
pertumbuhan    dan perkembangbiakkan  mikroorganisme  terutamajamur. Media 
PDA  instan  dibuat  oleh  pabrik-pabrik atau  perusahaan  tertentu  sudah 
dalambentuk   sediaan   siap   pakai.

Komposisi   PDA salah   satunya adalah ekstrak    kentang yang    merupakan   


sumber karbohidrat,  sehingga  dilakukan  alternatif  yang komposisinya   hampir  
sama   dengan   kentang, yakni dengan menggunakan singkong (Maniho esculenta
Crantz).  Umbi  singkong  merupakansumber  energi  yang  kaya  karbohidrat. 
Selainumbi    akar    singkong    banyak    mengandungglukosa  dan  dapat 
dimakan  mentah.  Rasanyasedikit  manis,  ada  pula  yang  pahit  tergantungpada 
kandungan  racun  glukosida  yang  dapatmembentuk asam sianida (Sadjad,
2000).Singkong   (Manihot   esculentaCrantz)memiliki  jumlah  karbohidrat
sebanyak  34,00gsebagai   sumber   energi,   sedangkan   kentang memiliki  jumlah 
karbohidrat  sebanyak  19,10g(Hidayat,   2009).   Sehingga   dapat  
diketahuibahwa    jumlah    karbohidrat    pada    singkong(Manihot   
esculentaCrantz)    lebih    banyakdaripada   kentang.   Sumber   karbohidrat  
lainseperti  singkong  (Manihot  esculentaCrantz)juga  memiliki  berbagai  nutrisi 
cukup  sehinggamemungkinkan untuk digunakan sebagai media pertumbuhan
jamur.

3.       Plasmodium

Media kultur jaringan RPMI 1640. menjadi media pilihan, tidak hanya untuk P.
falciparum tetapi juga untuk kebanyakan Plasmodium spp lainnya. yang telah
dibudidayakan secara in vitro (lihat di bawah). Konsistensi yang lebih baik untuk
pertumbuhan parasit diperoleh dengan menyiapkan media dari sediaan bubuk
daripada menggunakan bentuk cair yang tersedia dari sebagian besar pemasok ( 39
). Media dilengkapi dengan hipoksantin sebagai sumber purin ( 82 ). RPMI 1640
telah dilengkapi dengan glukosa tambahan, hipoksantin, dan glutathione tereduksi
( 100 ) untuk meningkatkan hasil parasit. Divo dkk. ( 17) menghasilkan media
pertumbuhan setengah halus yang mengandung hipoksantin sebagai sumber purin
yang disukai; kalsium pantothenate; dan asam amino sistin, glutamat, glutamin,
isoleusin, metionin, prolin, dan tirosin. Glukosa tidak dapat digantikan oleh gula lain:
ribosa, manosa, fruktosa, galaktosa, dan maltosa ( 20 ). Antimetabolit riboflavin,
nikotinamida, piridoksin, dan tiamin menghambat pertumbuhan, dinyatakan sebagai
penggabungan [ 3 H] hipoksantin, dalam medium setengah halus

4.       Chollera  

Chlorella,  sp tumbuh  pada  media  yang mengandung cukup unsur hara, seperti
nitrogen, fosfor,  kalium. Chlorella,  sp akan  tumbuh  baik pada  temperatur  optimal 
25º  C.  Nutrisi  yang diperlukan alga dalam jumlah besar   adalah karbon, nitrogen,
fosfor, sulfur, natrium, magnesium,   kalsium.   Sedangkan   unsur   hara yang 
dibutuhkan  dalam  jumlah  relatif  sedikit adalah  besi,  tembaga  (Cu),  mangan 
(Mn),  seng(Zn), silikon (Si), boron (B), molibdenum (Mo),vanadium  (V)  dan  kobalt 
(Co)

5.       H5N1

Virus akan melekat dengan permukaan sel setelah  terjadi  percampuran  antara 
bagian  ujung terluar HA dengan asam sialat dari suatu sel glikoprotein dan 
glikolipid.  Asam  sialatkemudian  akan  berikatan dengan galaktose . α2-3 (pada
unggas) atau . α2-6 (manusia) Sejak  diketahuinya  asam  sialat yang  terkandung 
pada karbohidrat di beberapa sel organisme, kapasitas ikatan dari HA akan dapat
menjelaskan mengapa berbagai tipe sel  dalam  suatu  organisme  dapat  terinfeksi.

 D. Metabolisme Mikroorganisme

    Metabolisme (bahasa Yunani: μεταβολισμος, metabolismos, perubahan) adalah


seluruh reaksi biokimia yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan yang
terjadi di dalam suatu organisme. Reaksi kimia terjadi akibat interaksi spesifik secara
teratur antara molekul-molekul di dalam lingkungan selbeserta dengan
perubahannya. Sel akan berhenti bekerja jika metabolisme tidak berlangsung di
dalam tubuh

    Infeksi virus influenza tipe A dimulai dengan terbentuknya ikatan antara virus
tersebut dengan sel inangnya (sel sel unggas atau sel sel manusia). Ikatan ini
difasilitasi oleh hemagglutinin yang banyak terdapat di permukaan virus influenza
tipe A dengan reseptor asam sialik yang banyak terdapat pada permukaan sel sel
saluran pernafasan. Ikatan antara Hemagglutinin dengan reseptor asam sialik
tersebut menyebabkan partikel virus “menempel” pada sel inangnya. Selanjutnya sel
inang akan melakukan endositosis sehingga virus kemudian masuk kedalam sel
dalam bentuk endosom (partikel virus yang diselingkupi oleh membran sel inang).
Sebagai bagian dari sistem pertahanan, sel inang akan menghancurkan virus yang
berada di dalam endosom dengan cara menurunkan keasaman endosom. Namun
demikian, pada saat pH endosom turun menjadi 6,0 hemagglutinin yang berada di
permukaan virus menjadi tidak stabil, terurai secara partial  dan melepaskan “fusion
peptide” yang mengait dengan kuat pada membran endosom. “Fusion peptide” ini
kemudian akan mendekatkan membran endosom dengan membran virus yang
kemudian mengakibatkan kedua membran tersebut berfusi. Fusi antara kedua
membran ini mengakibatkan seluruh isi virus masuk kedalam sitoplasma sel inang.

Setelah materi virus masuk kedalam sitoplasma sel, selanjutnya virus memulai
proses replikasi, yang dimulai dengan proses sintesis +ssRNA (mRNA) dengan
menggunakan –ssRNA yang merupakan materi genetik virus influenza tipe A.
Proses ini difasilitasi oleh “RNA replicase” yang merupakan salah satu isi partikel
virus tersebut. Setelah mRNA terbentuk, selanjutnya dengan menggunakan sistem
translasi sel inang, mRNA yang dihasilkan digunakan untuk mensintesa berbagai
protein yang dibutuhkan untuk membentuk virus yang baru. Pada saat yang sama
dengan menggunakan mRNA yang dihasilkan, dilakukan juga sintesis –ssRNA
menggunakan “RNA replicase”. Ketika –ssRNA dan protein-protein yang dibutuhkan
untuk membentuk partikel virus telah terbentuk. mikroorganisme ini mendapatkan
energi dan nitrogen yang diperlukan untuk metabolisme tubu dari sel inang yang
dimasukinya

  Daftar pustaka

Artha Octavia, Sri Wantini. 2017. Perbandingan Pertumbuhan JamurAspergillusflavusPada Media


PDA(Potato Dextrose Agar) dan Media Alternatifdari Singkong(Manihot esculentaCrantz).
Jurnal Analis Kesehatan. Volume 6(2).

Dwi Susanti, Mary C. Frazier and Biswarup Mukhopadhyay. 2019. A Genetic System for
Methanocaldococcus jannaschii: An Evolutionary Deeply Rooted Hyperthermophilic
Methanarchaeon. Original Research ARTICLE.

Frederick L. Schuster. 2002. Cultivation of Plasmodium spp. American Society for Microbiology (ASM)

Sri Yadial Chalid, Sri Amini, Suci Dwi Lestari. 2018. KultivasiChlorella,spPada Media TumbuhYang
DiperkayaDengan Pupuk AnorganikDanSoil Extract. Jurnal sains. Vol 1(1)
Triwibowo Ambar Garjito. 2013. VIRUS AVIAN INFLUENZA H5N1 : BIOLOGI MOLEKULER DAN
POTENSI PENULARANNYAKE UNGGAS DAN MANUSIA. Jurnal Vektora 5(2)

Anda mungkin juga menyukai