Anda di halaman 1dari 5

WEB OF CAUSATION DEMAM TYPHOID

Kuman Sallmonela Typhi Faktor penyebab atau resiko :


Definisi : Demam thypoid adalah
suatu penyakit infeksi akut yang
Sallmonela thypi dapat menular
menyerang saluran pencernaan
melalui makanan serta minuman
yaitu pada usus halus yang Food Feses Urine Fingers (jari) Fomitus yang terkontaminasi. Paparan
disebabkan oleh kuman (makanan & (muntahan ) bakteri pada makanan atau
sallmonela typhi yang masuk minuman) minuman bisa terjadi saat
melalui makanan atau minuman
seseorang kurang menjaga
yang tercemar dan ditandai dengan
kebersihan tangan atau
demam berkepanjangan lebih dari
Dibawa oleh lalat mengkonsumsi makanan yang
satu minggu .
dibersihkan menggunakan air
yang tercemar bakteri salmonella
Masuk ke dalam thypi.
Masuk ke dalam Masuk ke dalam usus
saluran cerna melalui
lambung
mulut

Asam lambung Kuman mati Kuman berkembang


DEMAM Menghasilkan toksin
biak dalam usus
TYPHOID
Mual, muntah Sisa muntah
Imunitas humoral Proses inflamasi lokal
menempel di lidah
Masuk ke (IgA) kurang baik pada usus halus
Intake nutrisi saluran
Menurunnya fungsi
limfatik Kuman menembus Respon patologis
BB Menurun pengecapan
usus
Di ileum Sekresi cairan dan
MK : Defisit Nutrisi Anoreksia terminalis Masuk aliran darah mucus
Endotoksin
membentuk
limpoid Isi usus berlebihan
plaque Terjadi
payeri keruskaan
sel Makanan dengan
MK : Diare
cepat terdorong ke
anus
Insidensi : Menurut WHO (World Health
Organitation) Tahun 2017, memperkirakan Sebagian Merangsang Kehilangan Pengeluaran
terdapat sekitar 17juta kasus demam thypoid masuk ke pelepasan zat banyak air Dehidrasi feses
diseluruh dunia dengan insidensi 600.000 kasus lamina propia pirogen dan & elektrolit
kematian setiap tahun. Insidensi demam thypoid leukosit
di asia selatan dan ais tenggara termasuk negara - Kelemahan Feses telah
Masuk ke MK : Risiko - Wajah
china pada tahun 2015 rata-rata 1.000 per terkontaminasi
aliran limfe Zat pirogen Hipovolemi pucat
100.000 penduduk setiap tahun. Di Indonesia oleh
beredar dalam a
angka kejadian kasus demam thypoid sallmonela
Menyerang darah thypi
diperkirakan rata-rata 900.000 kasus setiap tahun MK :
dengan angka kematian lebih dari 20.000. organ RES
Intoleransi
berdasarkan profil kesehatan indonesia tahun Mempengaruhi Higien in
aktivitas
2015 jumlah angka kejadian thypoid meningkat termoregulasi adekuat
setiap tahunnya 500 per 1.000.000 thypoid
Hati Limfa di hipotalamus
dirumah sakit sekitar 80.850 kasus penderita MK : Risiko
rawat inap dan 1.013 meninggal dunia. Hepatomegali Splenomegali Suhu tubuh infeksi
Sedangkan tahun 2016 penderita thypoid
sejumlah 41.081 kasus penderita rawat inap dan
MK : Pemeriksaan penunjang :
sebanyak 276 pasien meninggal dunia. Nyeri tekan Menekan
abdomen diafragma
Hipertermi
1. Pemeriksaan darah (leukopenia, limfositosis,
kanan atas aneosinofilia, anemia, trombositopenia)
Manifestasi klinis: Ekspansi paru 2. Pemeriksaan uji widal : untuk mendeteksi adanya
MK : Nyeri antibody terhadap bakeri sallmonela thphi.
1. Demam meninggi sampai akhir minggu akut 3. Pemeriksaan sumsum tulang (menunjukan gambaran
pertama MK : Pola
hiperaktif sumsum tulang)
2. Demam turun pada minggu ke empat, napas tidak
4. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
kecuali demam tidak tertangani akan efektif
5. Kultur darah, kultur urine, kultur feses
menyebabkan syok, stupor dan koma
3. Demam berlangsung selama 3 minggu
4. Gangguan pada saluran pencernaan (pada Penatalaksanaan : komplikasi :
mulut terdapat napas berbau tidak sedap,
1. Bed rest/istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu 1. Perdarahan
bibir kering dan pecah-pecahn, lidah
setelah suhu normal kembali, kemudian boleh duduk jika 2. Perforasi usus
tertutup selaput putih kotor
tidak panas lagi boleh berdiri kemudian berjalan 3. Peradangan otot jantung (miokarditis)
5. Nyeri kepala, nyeri perut
2. Diet : diberikan bubur saring kemudian bubur kasar dan 4. Penumonia
6. Ruam muncul pada hari ke 7-10 dan
akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan pasien 5. Infeksi ginjal atau kandung kemih
bertahan selama 2-3hari
3. Pemberian antibiotik untuk menghentikan dan mencegah 6. Infeksi dan peradangan selaput serta cairan
7. Kembung mual, muntah, diare konstipasi
penyebaran bakteri disekitar otak dan sumsum tulang belakang
8. Epitaksis, hepatomegali, splenomegali
9. Pusing,bradikardi, nyeri otot (meningitis)
Rencana Asuhan Keperawatan

MK : Risiko Hipovolemia MK : Pola napas tidak efektif MK : Risiko Infeksi


SLKI : Status Cairan SLKI : Pola Napas SLKI : Tingkat Infeksi
SIKI : Manajemen Hipovolemia (I.03116) SIKI : Manajemen jalan napas (I.01011) SIKI : Pencegahan infeksi (I.14539)
- Observasi - Observasi - Observasi
1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia 1. Monitor pola napas (frekuensi, 1. Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
(mis : frekuensi nadi meningkat, kedalaman, usaha napas) dan sistemik
tekanan darah menurun, turgor kulit 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis : - Terapeutik
menurun, membran mukosa kering) gurgling, mengi, wheezing, ronkhi) 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Monitor intake dan output cairan 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) 2. Berikan perawatan kulit pada area
- Terapeutik - Terapeutik edema
1. Hitung kebutuhan cairan 1. Posisikan semi fowler/fowler 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
2. Berikan asupan cairan oral 2. Berikan minum hangat kontak dengan pasien dan lingkungan
- Edukasi 3. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu pasien
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan 4. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 4. Pertahankan teknik aseptik pada pasien
oral 15 detik beresiko tinggi
2. Anjurkan menghindari posisi mendadak 5. Berikan oksigen, jika perlu - Edukasi
- Kolaborasi - Edukasi 1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis 1. Anjurkan asupan cairan 200ml/hari, jika 2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan
(Mis : RL, Nacl) tidak kontraindikasi benar
2. Kolaborasi pemberian cairan IV 2. Ajarkan teknik batuk efektif 3. ajarkan cara memeriksa kondisi luka
hipotonis ( Mis : glukosa 2,5%, Nacl - Kolaborasi atau luka operasi
0,4%) 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, 4. anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid jika perlu dan cairan
(mis : albumin, plasmanate) - Kolaborasi
1. Anjurkan pemberian imunisasi, jika
perlu
MK : Hipertermia MK : Nyeri Akut MK : Intoleransi Aktivitas
SLKI : Termoregulasi SLKI : Tingkat Nyeri SLKI : Toleransi Aktivitas
SIKI : Manajemen Hipertermia (I.15506) SIKI : Manajemen Nyeri (I.08238) SIKI : Manajemen Energi (I.05178)
- Observasi - Observasi - Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
dehidrasi, terpapar lingkungan panas, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri yang mengakibatkan kelelahan
penggunaan inkubator) 2. Identifikasi skala nyeri 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
2. Monitor suhu tubuh 3. Identifikasi faktor yang memperberat 3. Monitor pola dan jam tidur
3. Monitor kadar elektrolit dan memperingan nyeri 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
4. Monitor haluaran urine 4. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan selama melakukan aktivitas
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia tentang nyeri - Terapeutik
- Terapeutik 5. Monitor efek samping penggunaan 1. Sediakan lingkungan yang nyaman dan
1. Sediakan lingkungan yang dingin analgetik rendah stimulus
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian - Terapeutik 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh 1. Berikan teknik non farmakologis untuk dan atau aktif
4. Berikan cairan oral mengurangi rasa nyeri 3. Berikan aktivitas distraksi yang
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering 2. Kontrol lingkungan yang memperberat menenangkan
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis : rasa nyeri - Edukasi
selimut hipotermia, kompres dingin - Edukasi 1. Anjurkan tirah baring
pada dahi, leher, dada atau aksila) 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
7. Berikan oksigen, jika perlu nyeri bertahap
- Edukasi 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Anjurkan strategi koping untuk
1. Anjurkan tirah baring 3. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri mengurangi kelelahan
- Kolaborasi 4. Anjurkan teknik non farmakologis untuk - Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan mengurangi rasa nyeri 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
elektrolit intravena, jika perlu - Kolaborasi cara meningkatkan asupan makanan
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
MK : Diare MK : Defisit Nutrisi
SLKI : Keseimbangan cairan SLKI : Status Nutrisi
SIKI : Pemantauan cairan (I. 03121) SIKI : Manajemen Nutrisi (I.03119)
- Observasi - Observasi
1. Monitor frekuensi dan kekuatan nadi 1. Identifikasi status nutrisi
2. Monitor frekuensi napas 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
3. Monitor tekanan darah makanan
4. Monitor berat badan 3. Identifikasi makanan yang disukai
5. Monitor elastisitas/turgor kulit 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
6. Monitor warna dan berat jenis urine nutrien
7. Monitor intake dan output cairan 5. Monitor asupan makanan
identifikasi tanda-tanda hipovolemia 6. Monitor berat badan
8. Identifikasi tanda-tanda hipervolemia - Terapeutik
9. Identifikasi faktor resiko 1. Sajikan makanan secara menarik dan
ketidakseimbangan cairan suhu yang sesuai
- Terapeutik 2. Berikan makanan tinggi serat untuk
1. Atur interval waktu pemantauan sesuai mencegah konstipasi
dengan kondisi pasien 3. Berikan makanan yang tinggi kalori dan
2. Dokumentasikan hasil pemantauan tinggi nutrien
- Edukasi - Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur 1. Ajarkan diet yang diprogramkan
pemantauan - Kolaborasi
2. Informasikan hasil pemantauan, jika 1. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
perlu menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan, jika perlu

Daftar Referensi :
1. Nurarif, A.H., Hardhi Kusuma (2015). Aplikasi Asuhan keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & Nanda Nic-Noc. Jogjakarta : Media Action Publishing Jogjakarta.
2. PPNI, T.P.S.D (2016) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator
Diagnostik (led). DPP.PPNI.
3. PPNI, T.P.S.D (2018a) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan
Keperawatan (led). DPP.PPNI.
4. PPNI, T.P.S.D (2018b) Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan (led). DPP.PPNI.

Anda mungkin juga menyukai