Anda di halaman 1dari 4

Materi Pembelajaran

Sistem Informasi Keperawatan


Sumber
Judul Buku : Sistem Informasi Keperawatan

Penyusun : Dr. Sartini Risky MS., S.K.M., M.Kes.

Editor : Mussapar, S.Kep., Ns.

Sebelum memulai, coba matikan segala notif di hp maupun di laptop karena kamu
butuh full fokus untuk membaca dan memahami materi ini. Let’s go!

Pertemuan 1

Konsep Teknologi Informasi


A Sejarah Penggunaan Komputer
Sejarah komputer diawali dengan penemuan penting dari Charles Babbage
berupa alat hitung. Berkat penemuannya itu, ia dikenal sebagai ilmuwan
yang paling berpengaruh dalam perkembangan komputer. Kemudian, alat
hitung tersebut dikembangkan lebih lanjut secara bertahap hingga kini
terciptalah prangkat canggih bernama komputer. Tahapan dalam
pengembangan komputer disebut generasi. Ada lima generasi komputer
yang masing-masing memilki cerita tersendiri.

Perkembangan sejarah komputer telah mengalami masa-masa sulit. Namun


berkat tangan-tangan andal dari para ilmuwan dan teknisi pada waktu itu,
perkembangan dari generasi ke genarasi terasa begitu mudah dan
terorganisir. Komputer terus dikembangkan dengan menyisipkan berbagai
inovasi terbaru. Hingga kini, beberapa perusahaan ternama tengah
menggarap komputer berteknologi tinggi dengan nama komputer masa
depan.

Berbagai inovasi cerdas telah ikut andil dalam perkembangan teknologi


komputer yang bergitu pesat. Perkembangan inovasi komputer tersebut
terbagi dalam lima generasi. Berikut adalah ulasan tentang sejarah
perkembangan komputer dari genarasi ke generasi :

1 Komputer Generasi Pertama

Perangkat komputer yang pertama kali dikembangkan adalah


komputer untuk desain pesawat dan peluru kendali. Ilmuwan yang
menggagas konsep pengembangan tersebut adalah Konrad use, Z

seorang insinyur asal Jerman. Kemudian, pada pertengahan , 1940

komputer tersebut mengalami pengembangan lebih lanjut yang


dilakukan oleh John von Neuman.

2 Komputer Generasi Ke ua d

Penemuan penting yang telah terjadi di generasi kedua ini adalah


transistor. Alat canggih yang dapat memaksimalkan kinerja komputer
dengan ukuran yang sangat kecil. Penemuan alat ini mempengaruhi
perkembangan komputer pada generasi kedua.

3 Komputer Generasi Ketiga

Pada pemakaiannnya, transistor membuat komputer lebih cepat panas.


Akhirnya komputer generasi kedua mulai ditinggalkan. Kemudian
seorang ilmuwan bernama Jack Billy mencoba melakukan penelitian.
Kemudian pada ia menciptakan komponen yang lebih canggih
1958

dibandingkan transistor yang membuat komputer cepat panas. akni Y

IC atau . Chip kecil yang mampu menampung banyak


Integrated Circuit

komponen menjadi satu.

4 Komputer Generasi Keempat

Pada generasi ini komputer menggunakan chip IC kemudian


dikembangkan lagi. Perusahaan ery Large Scale Integration mencoba
V

melakukan pengembangan tersebut pada tahun . Pengembangan 1980

tersebut menghasilkan satu chip tunggal yang dapat menampung


ribuan komponen. Dari sinilah istilah atau PC “Personal Computer”

muncul. Perangkat komputer mulai dipasarkan ke sektor perorangan.


Tak berhenti sampai di situ, muncullah perangkat komputer yang
mudah dibawa ke mana pun, yaitu Laptop.

5 Komputer Generasi Kelima

Komputer generasi kelima adalah yang saat ini tengah dilakukan oleh
berbagai vendor elektronik. a, komputer generasi kelima kerap
Y

disebut sebagai komputer generasi masa depan. Beberapa bukti kecil


adalah munculnya , ,
smartphone , ,tablet , phablet netbook ultrabook

dan banyak lagi. Perkembangan selanjutnya adalah perangkat


komputer yang dapat dijalankan tanpa harus menggunakan kontak
fisik menyentuhnya , tetapi menggunakan otak. Lalu akankah
( )

komputer generasi kelima terealisasi Hanya waktu yang bisa ?

menjawab.

B
Sejarah Penggunaan aringan nternet J I

Sejarah internet juga dimulai dengan komputer pertama berada di


University of California Los Angeles, komputer kedua berada di Stanford
Research Institute, komputer ketiga berada di University of California
Barbara dan komputer ke empat berada di University Utah. Pada tahun
197 jumlah kompter yang terhubung ke ARPANET mencapai buah. Pada
1 14

tahun ini juga protokol Telnet dan FTP berhasil dibangun. Pada tahun 72 19

Larry Roberts dan Bob Kahn mengenalkan ARPANET pada konferensi ICCC
yang diselenggarakan di Washington.

Pada tahun 72 sejarah perkembangan internet menjelaskan Ray


19

Tomlinson menulis program yang memungkinkan surat elektronik dikirimkan


ke jaringan ARPANET. Ray Tomlinson lah yang merancang konversi
“user@host . Pada tahun ini juga ARPANET menggunakan NCP untuk

mentransfer data. Pada tahun yang sama ARPA berubah nama menjadi
DARPA. Tambahan huruf D berasal dari kata D f . Pada tahun ini e ense

ARPANET melakukan koneksi intenasional yang pertama dengan University


College of London dan Royal Establishment di Norwegia.

Sejarah pada tahun 7 Unix to Copy Protocol ditemukan di Laboratorium


19 8

Bell. Program ini berguna untuk melakukan file transfer. Pada tahun 7 19 9

news group yang diberi nama USENET beroperasi dengan dasar UUCP.
Penciptanya adalah Tom Truscott dan Jim Ellis kedua mahasiswa di Duke (

University dan Steven Bellovin dari Universitas North Carolina . Pemakai


) ( )

dari seluruh dunia bergabung ke grup diskusi ini membicarakan masalah


jaringan, politik, agama dan berbagai topik lainnya. Sejarah internet pada
tahun 2 DCA atau Defense Communication Agency dan DARPA
198

membentuk protokol yang disebut TCP/IP untuk ARPANET. Selanjutnya


Departemen Pertahanan Amerika Serikat menyatakan TCP/IP sebagai
sebuah standar. Saat itulah internet didefinisikan sebagai sekumpulan
jaringan yang terhubung menggunakan TCP/IP sebagai protokol.

Sejarah internet pada tahun 3 adalah John Postel dan Paul Mockapertis
198

dan Craig Partidge mengembangkan Domain Name System DNS) dan (

mengusulkan sistem pengamatan berbentuk user@host.cdomain. Pada


tahun DNS diperkenalkan di internet dengan menyebutkan nama-
1984

nama jenis domain seperti .gov, .mil, .org, .net, dan .com. Pada tahun 6 198

TCP/IP mulai tersedia pada workstation dan PC. Tahun ini juga National
Science Foundation mendanai NSFNET sebagai tulang punggung internet
berkapasitas 6 kbps dan mengatur internet hanya ditunjukkan untuk
5

kepentingan riset dan pemerintahan yang bersifat tidak komersial.

C Sejarah Teknologi Komunikasi


Everett M Rogers menyebutkan bahwa perkembangan teknologi
komunikasi melalui empat era, yaitu :

1 Era komunikasi tulisan (4000 SM - hingga kini )

2 Komunikasi cetak (145 6 - hingga kini )

3 Telekomunikasi (1844 - hingga kini )

4 Komunikasi interaktif (194 6 - hingga kini )

Namun bila merujuk pada perkembangan teknologi secara keseluruhan


maka perkembangan teknologi komunikasi dapat disusun dalam garis besar
sejarah perkembangan teknologi komunikasi yang tersusun secara periodik
melalui empat tahap seperti dipaparkan di bawah ini :

1 Zaman pra-sejarah

2 Zaman transisi

3 Zaman revolusi industri dan pasca revolusi industri

4 Zaman modern

Teknologi Informasi dan Komunikasi TIK), atau dalam bahasa Inggris (

dikenal dengan istilah f ICT)


In ormation and Communication Technologies (

adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis


untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek
yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi
meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai
alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk
memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke perangkat
lainnya. leh karena itu teknologi informasi dan teknologi informasi adalah
O

dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi teknologi informasi dan
komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait
dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar
media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi
komputer baik perangkat keras maupun perangkat lunak dengan
( )

teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-2 .


0

Kata sistem berasal dari bahasa Latin dan bahasa unani (systNma) Y

(sustNma) yang artinya adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen
atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi, atau energi.

Informasi merupakan hasil dari pengolahan data menjadi bentuk yang lebih
berguna bagi yang menerimanya yang menggambarkan suatu kejadian-
kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk pengambilan
keputusan.

Sistem informasi adalah kumpulan sub sistem yang saling berhubungan


membentuk suatu komponen yang di dalamnya mencakup input-proses-
output yang berhubungan dengan pengolahan informasi data yang telah (

diolah sehingga lebih berguna bagi user .


)

Sistem informasi digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil


kembali, mengolah, dan menganalisis data. Kualitas suatu informasi dapat
ditentukan oleh tiga hal, yaitu :

a A kurat. Informasi harus bebas dari kesalahan dan tidak menyesatkan.

b Tepat pa a aktun a. Informasi yang datang pada penerima tidak


d w y

boleh terlambat.

c R ele an. Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.


v

Adapun ruang lingkup sistem informasi adalah antara lain, blok masukan,
blok model, blok keluaran, blok teknologi, blok basis data, serta blok
kendali. Kegiatan sistem informasi meliputi input, proses, output, dan
penyimpanan.
Pertemuan 2 dan 3

Konsep Organisasi dan Sistem


Informasi Rumah Sakit
A Definisi Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS)
Peran Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) pengelolaan data
rumah sakit sesungguhnya cukup besar dan kompleks, baik data medis
pasien maupun data-data administrasi yang dimiliki oleh rumah sakit
sehingga bila dikelola secara konvensional tanpa bantuan SIMRS akan
mengakibatkan beberapa hal berikut :

a Redudansi Data
Pencatatan data medis yang sama dapat terjadi berulang-ulang
sehingga menyebabkan duplikasi data dan ini berakibat
membengkaknya kapasitas penyimpanan data. Pelayanan menjadi
lambat karena proses retrieving (pengambilan ulang) data lambat
akibat banyaknya tumpukan berkas.

b Unintegrated Data
Penyimpanan dan pengelolaan data yang tidak terintegrasi
menyebabkan data tidak selaras. Informasi pada masing-masing
bagian mempunyai asumsi yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan masing-masing unit/instalasi.

c Out of Date Information


Karena dalam penyusunan informasi harus direkap secara manual
maka penyajian informasi menjadi terlambat dan kurang dapat
dipercaya kebenarannya.

d Human Error
Kelemahan manusia adalah kelelahan, ketelitian, dan kejenuhan. Hal ini
berakibat sering terjadi kesalan dalam proses pencatatan dan
pengolahan data yang dilakukan secara manual terlebih lagi jika jumlah
data yang dicatat atau diolah sangatlah besar. Pemasukan data yang
tidak sinkron untuk pasien atau barang yang sama tentu saja akan
menyulitkan pengolahan data dan tidak jarang berdampak pada
kerugian materi yang tidak sedikit bagi rumah sakit.

Dengan menggunakan SIMRS, beberapa kelemahan tersebut dapat


diminimalisir bahkan dihindari. SIMRS membuat fungsi dari bagian
perawatan lebih dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa medis
secara profesional, fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan
sedangkan pemberian potongan menjadi wewenang direksi. Para tenaga
medis tidak perlu memikirkan kemampuan finansial pasien dan tidak
membedakan pelayanan kepada pasien karena tenaga medis akan diberi
insentif yang sama untuk tindakan yang sama, tidak tergantung kepada
siapa pelayanan medis tersebut diberikan.

Pola tersebut terbukti mempengaruhi secara positif kinerja para tenaga


medis yang pada akhirnya akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
secara keseluruhan. Proses entri data penggunaan tindakan medis
dimasukkan ke sistem komputer oleh operator dari setiap unit yang
terintegrasi dengan bagian keuangan hingga data akan selalu terbarukan.
Hal ini menutup kemungkinan terjadinya manipulasi data di saat pasien
akan membayar biaya perawatan. Tanpa mengurangi misi sosial, pemberian
diskon maupun subsidi perawatan dapat dilakukakn secara arif oleh direksi
berdasarkan pertimbangan posisi keuangan rumah sakit yang didapat
dengan cepat dan tepat berdasarkan informasi yang disajikan oleh sistem
informasi.

Kasus yang penulis contohkan baru merupakan sebagian dari kemampuan


SIMRS yang terintegrasi, di samping keuntungan lain seperti pencatatan
rekam medis elektronik yang terintegrasi, kecepatan pelayanan
administratif, sistem kendali gudang yang baik, fungsi finansial yang efisien
dan tepat, pembuatan laporan baik keuangan dan perawatan dapat
disajikan dengan cepat, akurat, dan bagus.

B Pertimbangan Dalam Membangun SIMRS


Pembangunan SIMRS tidak boleh dilakukan secara parsial tetapi harus
terintegrasi dengan mempertimbangkan berbagai sudut. Kita harus melihat
dari sudut administratif yang mengelola data pasien, transaksi dsb, atau
juga dari sisi pasien yang cenderung mengutamakan pelayanan kesehatan.
Pasien akan senang jika rumah sakit mampu memberikan kemudahan
mendaftar dan memilih dokter, menetapkan nomor antrian di mana semua
itu dapat dilakukan lewat telepon, SMS atau bahkan internet. Pembayaran
biaya perawatan tidak harus tunai tetapi bisa dengan credit card atau debit
card, dan masih banyak lagi kemudahan layanan yang dapat disediakan
oleh rumah sakit.

Oleh sebab itu dalam membangun SIMRS kita perlu mempertimbangkan


banyak faktor diantaranya adalah :

a Kebutuhan Pasien
Harapan pasien dari sebuah pelayanan kesehatan adalah diberikannya
layanan yang cepat, nyaman dan berkualitas. Tingkat mobilitas pasien
yang tinggi menuntut adanya kemunikasi dan pelayanan yang cepat
antara pasien dan institusi kesehatan, yang selanjutnya antara pasien
dan dokter. Pasien akan sangan tertolong bisa sistem rumah sakit
mampu menyediakan kemudahan mendaftar ke dokter seperti lewat
SMS, atau lewat website rumah sakit. Sesungguhnya bagi pasien alat
komunikasi apa tidaklah penting karena faktor kecepatan, kenyamanan
serta kebenaran data yang didokumentasikan itulah yang terpenting.

b Kebutuhan Pengelola Rumah Sakit


Dari sudut pengelola rumah sakit tentu saja menginginkan sebuah
sistem yang ideal, istimewa, yang mempu mengelola semua transaksi
yang ada secara akurat, efisien, dan cepat, sehingga tidak ada kata
“terlambat” pada pembuatan laporan tiap unit pelayanan medis karena
setiap laporan akan tercetak otomatis dan terkirim secara otomatis
juga. Bilamana ini dapat terjadi dan sistem mampu mengelola dan
menyajikan data secara benar-benar, maka pengelola akan banyak
diuntungkan, karena banyak mengurangi beban kerja semua
komponen di rumah sakit dan itu berarti efisiensi (penghematan dana).
Pengelola RS dapat mengalokasikan penghematan dana tersebut
untuk pengembangan SDM, pengembangan fasilitas rumah sakit, dan
peningkatan kesejahteraan karyawan.

c Kemampuan Pengembang
Banyak pengembang yang menawarkan berbagai macam solusi untuk
kebutuhan sistem informasi rumah sakit. Mulai dari perorangan sampai
yang bermain di belakang badan usaha ( /PT). Pengelola rumah sakit CV

harus jeli dalam memilih pengembang SIMRS. Banyak pengembang


yang memilki kelemahan “belum mengetahui kondisi rumah sakit” itu
sendiri. Oleh karena kebanyakan pengembang lebih dulu menguasai
komputer daripada sistem rumah sakit. Maka perlu adanya
penghubung antara pihak pengembang dan rumah sakit yaitu mediator
yang sering disebut sebagai “ ste a st”.
Sy m An ly

Orang ini tahu tentang rumah sakit dan sistem yang akan dibuat.
Seorang s ste a a ist tidak harus ahli komputer, yang penting orang
y m n l

tersebut cukup tahu tentang administrasi rumah sakit dan sedikit


banyak tahu tentang sistem komputer, sehingga tidak menutup
kemungkinan dia adalah seorang dokter ataupun perawat.

d Kebutuhan Sistem
Dalam membangun sistem, hal yang sangat penting adalah tahap
desain sistem. Tahapan ini dapat memakan waktu yang lama, karena
pengembang harus tahu dengan jelas apa yang dibutuhkan oleh rumah
sakit. Komunikasi yang intens di sini perlu dijaga antara kedua belah
pihak (pihak rumah sakit dan pengembang sistem) sehingga rumah
sakit dapat menjelaskan secara gamblang apa yang mereka inginkan
dan memberikan secara detil apa yang mereka harapkan dan ini harus
dipahami oleh pengembang. Ruang lingkup perlu dibahas antara
keduanya agar jangan sampai menimbulkan ketidaksepakatan karena
adanya perbedaan persepsi terhadap ruang lingkup sistem yang
dibangun dan baru diketahui pada saat sistem selesai dan akan
diimplementasikan.

C
Kemampuan Sistem
SIMRS yang ideal tentu harus dapat mengurangi beban kerja masing-
masing unit pelayanan. Secara global diharapkan kemampuan ssistem
dapat digambarkan sebagi berikut :

a Dapat mengurangi beban kerja berbagai unit, terutama unit rekam


medis dalam “menangani” berkas rekam medis. nit rekam medis U

merupakan unit yang paling sibuk dengan banyaknya berkas medis


pasien. Kegiatan yang dilakukan mulai dari proses c di , i de i , o ng n x ng

asse b i , i i , dll, semua dikelola di unit ini. Dengan adanya SIMRS


m l ng f l ng

maka bagian inilah yang pertama untuk di migrasikan menjadi rekam


medis elektronik (RM ), sehingga semua proses dilakukan secara
E

otomatis dengan komputer.

b Dapat mengurangi pemakaian kertas. Dengan adanya sistem ini, maka


sudah seharusnya pemakaian kertas dapat dikurangi dan bila perlu
dihilangkan. Sistem ini harus mampu memangkas pemakaian kertas
seperti :

Lembar-lembar rekam medis yang tidak berhubungan dengan


masalah autentikasi atau aspek hukum.

Laporan masing-masing unit pelayanan (semua laporan sudah


direkap oleh sistem).

Rekap laporan yang dikirim ke dinas kesehatan.

c Dapat mendukung pengambilan keputusan bagi para direktur dan


manajer rumah sakit karena sistem mampu menyediakan informasi
yang cepat, akurat serta akuntabel. ntuk keperluan ini sistem harus
U

mampu menyediakan laporan yang bersifat e ecutive su ar bagi x mm y

mereka.

D Faktor Keberhasilan SIMRS


Bilamana pihak pengelola rumah sakit ingin agar SIMRS yang dibangun
dapat berhasil diaplikasikan dengan baik di rumah sakit, maka hal-hal
berikut ini harus diperhatikan :

a Development Master Plan pembangunan harus dirancang dengan baik


mulai dari survey awal hingga berakhirnya implementasi, yang perlu
diperhatikan adalah terlibatnya faktor pengalaman dalam membangun
pekerjaan yang sama, peran serta semua bagian dalam organisasi
dalam mensukseskan Sistem Informasi Manajemen yang akan
dibangun, master plan ini akan mencadi acuan pembangunan sebuah
sistem untuk jangka waktu yang tidak terbatas.

b Integrated, dengan integrasi antar semua bagian organisasi menjadi


satu kesatuan, akan membuat sistem berjalan dengan efisien dan
efektif sehingga kendala-kendala seperti redudansi, re-entry, dan
ketidakkonsistenan data dapat dihindarkan, dengan harapan
pengguna sistem memperoleh manfaat yang dapat dirasakan secara
langsung, perubahan pola kerja dari manual ke komputer akan
menimbulkan efek baik dan buruk bagi seorang tenaga medis.

c Development team, tim yang membangun Sistem Informasi


Manajemen harus ahli dan berpengalamn di bidangnya, beberapa
bidang ilmu yang harus ada dalam membangun sebuah Sistem
Informasi Manajemen yang baik, yaitu manajemen informasi, teknik
informatika, teknik komputer. Tim ini perlu juga melibatkan para dokter,
perawat, staff administrasi, manajer, dan jika ada tentu saja orang
yang mengerti tentang Sistem Informasi Manajemen khususnya rumah
sakit.

d Teknologi informasi, ketepatan dalam memilih teknologi informasi


sangat penting dalam pembangunan, komponen-komponen teknologi
informasi secara umum adalah piranti keras (hardware), piranti lunak
(s tware) dan jaringan ( etw rk). Faktor-faktor yang perlu
of n o

diperhatikan dalam memilih teknologi adalah :

Price, harga sesuai dengan teknologi informasi yang didapatkan.

Per formance, diukur dari kemampuan, kapasitas dan kecepatan


teknologi informasi menangani proses maupun penampungan
data.

Fle ibi it , kemampuan teknologi informasi saling beradaptasi dan


x l y

kemudahan pengembangan di masa yang akan datang.

S urvivability, berapa lama teknologi informasi mendapatkan


dukungan dari vendor maupun pasar, perlu dipertimbangkan
untuk tidak membangun sistem yang hanya bergantung pada satu
vendor tertentu saja.

e Perubahan budaya kerja dari manual ke otomatis. Perubahan budaya


ini tidak mudah dilakukan, bahkan tidak jarang justru mengganggu
proses migrasi dari manual ke otomatis berbasis komputer.
Meninggalkan kebiasaan kerja yang sudah mendarah daging (“zona
nyaman” berkerja) dan sedia belajar untuk menyesuaikan diri dengan
sistem yang baru, bukanlah hal yang mudah. Kadang-kadang
diperlukan keberanian, ketegasan dan kesepakatan bersama antara
pimpinan dan karyawan.

Dalam era globalisasi sekarang ini, rumah sakit dituntut untuk


meningkatkan kinerja dan daya saing sebagai badan usaha dnegan tidak
mengurangi misi sosial yang dibawanya. Rumah sakit harus merumuskan
kebijakan-kebijakan strategis antara lain efisiensi dari dalam (organisasi,
manajemen, serta SDM) serta harus mempu secara cepat dan tepat
mengambil keputusan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat
agar dapat menjadi organisasi yang responsif, inovatif, efektif, efisien, dan
menguntungkan.

Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit adalah sistem komputerisasi


yang memproses dan mengintegrasikan seluruh alur proses bisnis layanan
kesehatan dalam bentuk jaringan koordinasi, pelaporan, dan prosedur
administrasi untuk memperoleh informasi secara cepat, tepat, dan akurat.

Sistem Informasi Manajemen (SIM) berbasis komputer merupakan sarana


pendukung yang sangat penting, bahkan bisa dikatakan mutlak untuk
operasional rumah sakit.

Berbagai pengalaman rumah sakit yang menggunakan sistem administrasi


konvensional menunjukkan banyaknya kehilangan kesempatan memperoleh
laba akibat dari lemahnya koordinasi antar departemen maupun kurangnya
dukungan informasi yang cepat, tepat, akurat, dan terintegrasi. Seberapa
pentingkah sebuah Rumah Sakit menggunakan suatu jaringan informasi
dalam mendukung manajemen dan pelayanan?

Seberapa handalkah dalam mendukung kegiatan manajemen dan


pelayanan rumah sakit, mengingat bergitu besar investasi yang akan
dikeluarkan untuk program tersebut?

Ini masih menjadi pertanyaan bagi beberapa rumah sakit dalam upaya
pengembangan SIMRS, terutama dalam memulai mengintegrasikan segala
kegiatan yang telah berjalan selama ini (pola lama/manual) dengan Sistem
Informasi Rumah Sakit.

E B eberapa Kasus
Pada sistem administrasi konvensional, pencatatan pendapatan perawatan
dibuat pada saat pasien akan membayar tagihannya atau pada saat pasien
akan keluar dari rumah sakit, bukan pada saat tindakan perawatan
dilakukan. Pencatatan tersebut dilakukan oleh masing-masing bangsal/
ruangan yang memungkinkan adanya unsur subjektifitas di mana seorang
kepala ruangan berwenang untuk mengestimasi sendiri tingkat kemampuan
pasien. Kondisi pemberian potongan di masing-masing ruangan ini jelas
akan menimbulkan akibat yang kurang baik, di mana pendapatan rumah
sakit menjadi berkurang dan insentif untuk jasa medis dipotong secara
sepihak yang pada akhirnya akan menimbulkan standar ganda perawatan.

F Solusi
Kesibukan di sebuah RS, perlu SIMRS yang terintegrasi dengan baik. Dalam
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit ini, fungsi dari bagian perawatan
lebih dikonsentrasikan pada pelayanan perawatan/jasa medis secara
profesional, fungsi penagihan dilakukan oleh bagian keuangan sedangkan
pemberian potongan menjadi wewenang direksi.

Para tenaga medis tidak perlu memikirkan kemampuan finansial pasien dan
tidak membeda-bedakan pelayanan kepada pasien karena tenaga medis
akan diberi insentif yang sama untuk tindakan yang sama, tidak tergantung
kepada siapa pelayanan medis tersebut diberikan. Pola tersebut terbukti
mempengaruhi secara positif kinerja para tenaga medis yang pada akhirnya
akan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit secara keseluruhan.

Tindakan perawatan langsung dicatat pada komputer yang terintegrasi


dengan bagian keuangan sehingga menutup kemungkinan terjadinya
manipulasi data di saat pasien akan membayar biaya perawatan. Tanpa
mengurangi misi sosial, pemberian diskon maupun subsidi perawatan pada
dasarnya adalah pengurangan keuntungan rumah sakit dan hal ini adalah
wewenang direksi melalui sistem informasi ini dapat secara cepat
mengetahui posisi keuangan rumah sakit.

C ontoh di atas merupakan sebagian dari kemampuan Sistem Informasi


Manajemen Rumah Sakit (SIMRS) yang terintegrasi, disamping keuntungan
lain seperti pencatatan edica rec rd yang terintegrasi, kecepatan
m l o

pelayanan administratif, sistem i ve t r control yang baik, fungsi financial


n n o y

yang tepat, serta pembuatan laporan-laporan baik keuangan, perawatan,


dll secara cepat dan akurat.

G Manfaat Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit

a Manfaat Umum
Memberikan nilai tambah dengan meningkatkan :

E fisiensi.

Kemudahan.

Standar praktek kedokteran yang baik dan benar.

Dokumentasi yang uditab e dan cc u tab e.


A l A o n l

Mendukung pemasaran jasa RS. Mutu, kecepatan, kenyamanan,


kepastian, biaya, bahkan pelayanan.

Meningkatkan profesionalisme dan kinerja manajemen rumah


sakit.

Mendukung koordinasi antar bagian dalam rumah sakit.

Meningkatkan akses dan pelayanan rumah sakit terhadap


berbagai sumber daya, antara lain mitra usaha potensial seperti
Pedagang Besar Farmasi, JAMSOST K, Instansi/Perusahaan E

pemberi jaminan kesehatan karyawannya, ASK S, dll. E

Meningkatkan profesionalisme manajemen rumah sakit.

Setiap unit akan bekerja sesuai fungsi, tanggung jawab dan


wewenangnya :

Fungsi pelayanan dan informasi.

Fungsi perawatan (medical care).

Fungsi penunjang/supporting.

Fungsi administrasi dan keuangan.

Fungsi pengawasan, dll.

Mendukung kerja sama, keterkaitan dan koordinasi antar bagian/


unit dalam rumah sakit. ontoh : C

Unit registrasi dengan unit RM dalam hal petugas RM dapat


mengetahui secara rea ti e pasien yang mendaftar di
l m

bagian registrasi.

Unit registrasi dengan unit rawat jalan.

Koordinasi antara unit rawat jalan/rawat inap dengan unit


apotik/farmasi dalam hal resep online dan informasi lainnya.

Koordinasi antara unit rawat jalan/rawat inap dengan unit


laboratorium, radiologi, IBS, gizi, farmasi, dan keuangan dan
sebaliknya.

Meningkatkan pendapatan rumah sakit.

b Manfaat Operasional

Kecepatan
Manfaat yang paling terasa ketika SIMRS tersebut selesai
diimplementasikan adalah kecepatan penyelesaian pekerjaan
administrasi. Ketika dengan sistem manual pengerjaan tagihan
kepada mitra/pihak ketiga, misalnya memakan waktu sampai satu
bulan sejak pasien selesai dilayani, dengan SIMRS hanya
memakan waktu satu sampai dua hari saja. Kecepatan ini tentu
saja membuat efektifitas kerja meningkat. Pada awal pemasangan
SIM, ketika aliran kerja belum lancar, peningkatan kecepatan
belum terlalu terasa. Namun ketika komitmen seluruh unit untuk
tepat waktu memasukkan data dengan akurasi entri data yang
tinggi dipenuhi, maka akan terasa sekali dampak dari SIMRS
terhadap kecepatan kerja.

A kurasi
Hal lain yang juga terasa berubah adalah akurasi data, apabila
dulu dengan sistem manual orang harus mengecek satu demi satu
transaksi, namun sekarang dengan SIMRS hal tersebut cukup
dilakukan dengan membandingkan laporan antar unit yang
dihasilkan oleh SIM. SIMRS juga dapat mencegah terjadinya
duplikasi data untuk beberapa transaksi tertentu. Misalnya pasien
yang sama registrasi dua kali pada hari yang sama, maka SIMRS
akan menolaknya. SIMRS juga akan memberikan pemberitahuan
jika tindakan yang sama untuk pasien yang sama dicatat dua kali.
Hal ini menjaga agar user lebih teliti.

Integrasi
Hal lain yang juga terasa berpengaruh terhadap budaya kerja
adalah integrasi data di setiap unit. Bila dengan sistem manual,
data pasien harus dimasukkan di setiap unit, maka dengan SIMRS
data tersebut cukup sekali dimasukkan di pendaftaran saja. Hal ini
jelas mengurangi beban kerja administrasi dan menjamin
konsistensi data.

Peningkatan Pelayanan
Pengaruh SIMRS yang dirasakan oleh pasien adalah semakin
cepat dan akuratnya pelayanan. Sekarang pasien tidak perlu
menunggu lama untuk menyelesaikan administrasinya, baik rawat
inap atau rawat jalan. Hal yang sama juga dirasakan perusahaan
pelanggan, di mana tagihan yang dikirim cukup akurat dan detail
sehingga memudahkan analisa mereka.

Peningkatan Efisiensi
Penggunaan SIMRS yang terintegrasi dengan baik, dapat
meningkatkan efisiensi pelayanan kepada pasien dan pihak RS.

Bila sebelumnya beban pekerjaan lebih ke arah klerikal, sekarang


beban pekerjaan lebih ke arah analisa. Sebagai contoh jika dahulu
konsentrasi bagian penagihan adalah membuat tagihan, sekarang
konsentrasinya lebih kepada umur tagihan itu sendiri. Selain itu
karena kecepatan dan akurasi data meningkat, maka waktu yang
dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan administrasi berkurang
jauh, sehingga karyawan dapat lebih fokus pada pekerjaan
utamanya.

Tanpa SIM, perawat harus memasukkan data standar asuhan


keperawatn berulang-ulang dan sangat memakan waktu, tetapi
dengan SIM, perawat hanya tinggal memasukkan data diagnosa
penyakit pasien, dan komputer yang akan mencetak laporan SAK
untuk ditanda tangani perawat.

Kemudahan Pelaporan
Pekerjaan pelaporan adalah pekerjaan yang menyita waktu namun
sangat penting. Dengan adanya SIM, proses pelaporan hanya
memakan waktu dalam hitungan menit sehingga kita dapat lebih
konsentrasi untuk menganalisa laporan tersebut.

c Manfaat Manajerial

Kecepatan Mengambil Keputusan


Dengan sistem manual, manajer seringkali mengambil keputusan
berdasarkan informasi yang mungkin sudah tidak relevan lagi.
Belum lagi jika yang dibutuhkan adalah trend berdasarkan selang
waktu tertentu (harian/mingguan/dsb), ini mengakibatkan
keputusan yang diambil belum tentu sesuai dengan kondisi nyata.
Namun dengan SIM, informasi yang disajikan bersifat real time,

bahkan kita dapat membuat tabulasi dari informasi tersebut


sehingga informasi yang kita dapat sudah sangat spesifik sesuai
dengan kebutuhan kita.

Hal ini tentu saja meningkatkan kualitas keputusan kita, di


samping tentu saja berkurangnya waktu untuk mengambil
keputusan.

A kurasi dan Kecepatan Indentifikasi Masalah


Karena laporan yang dihasilkan SIMRS memberi gambaran dari
hari ke hari mengenai kinerja rumah sakit, maka jika ada hal yang
tidak normal dapat segera kita ketahui. Hal ini membuat
identifikasi potensi masalah dapat dilakukan lebih dini, sehingga
tindakan pencegahan atau penanggulangannya dapat segera
disusun.

Kemudahan Penyusunan Strategi


Sejalan dengan identifikasi masalah sebelumnya, kita pun dapat
menyusun strategi ke depan berdasarkan data populasi, bukan
lagi statistik, karena SIMRS mampu memberikan data populasi
dengan selang waktu tertentu, bahkan menyajikan
kecenderungan datanya kepada kita. Ini tentu saja semakin
menajamkan strategi yang kita susun.

c Manfaat Organisasi

B udaya Kerja
Karena SIMRS ini mensyaratkan kedisiplinan dalam pemasukan
data, baik ketepatan waktu maupun kebenaran data, maka
budaya kerja yang sebelumnya menangguhkan hal-hal seperti itu,
menjadi berubah.

Hal ini dapat terjadi karena integrasi SIMRS dengan seluruh unit
layanan. Sebagai contoh, jika unit registrasi tidak memasukkan
data pasien yang akan berobat, maka unit layanan tidak mungkin
dapat memasukkan layanan kepada pasien tersebut, dan kasir
pun tidak mungkin menerima pembayaran dari pasien tersebut.
Katakanlah semua unit sepakat untuk menangguhkan
pemasukkan datanya, maka keesokan harinya manajer akan
melihat penurunan trend pasien atau melihat ada pasien yang
menggantung. Ada juga pengalaman menarik yang kami temukan
dalam implementasi SIMRS di sebuah rumah sakit, karena dasar
perhitungan imbalan jasa medik untuk dokter dan perawat
dihitung berdasarkan data transaksi yang ada di SIMRS, maka
dokter yang berkepentingan dengan data tersebut menjadi
supervisor data yang dimasukkan tanpa diminta. Implikasinya
adalah sedikit sekali data yang salah dimasukkan.

Transparansi
SIMRS sebaiknya dirancang menganut kebijakan terpusat, artinya
dat yang digunakan oleh seluruh rumah sakit berada di bawah
satu kendali. Misalnya data tarif tindakan, unit layanan tidak boleh
dan tidak bisa memasukkan atau mengubah tarif yang ada. Data
yang mereka masukkan hanya layanan yang diberikan kepada
pasien sehingga manipulasi tarif tidak dimungkinkan. Hal lain lagi,
pendapatan setiap unit layanan terlihat dari laporan harian yang
selalu dilaporkan kepada direktur. Dengan demikian setiap orang
dapat melihat jalannya proses transaksi di rumah sakit dan secara
tidak langsung juga turut mengawasi proses tersebut.

Koordinasi Antar Unit (Tea m Wo rki ng)

Karena seringkali data yang digunakan oleh unit layanan tertentu


adalah milik unit layanan yang lain, misalnya kode perusahaan
pelanggan adalah milik keuangan yang digunakan secara intensif
oleh medrec, maka ketika terjadi perubahan terhadap data
tersebut, unit yang bersangkutan akan mengkoordinasikannya
dengan unit yang berpengaruh. Apabila hal ini tidak dilakukan
maka dengan sendirinya akan terjadi kekacauan data referensi.

Pemahaman Sistem
A pabila dulu dengan sistem manual, sedikit sekali personel yang
mengetahui atau peduli dengan proses yang terjadi di unit lain,
maka dengan adanya SIMRS hal tersebut terjadi dengan
sendirinya. Ini karena seringkali untuk memahami aliran data
sampai datang kepada unitnya, melibatkan berbagai unit lain.
Ketika terjadi kesalahan setiap user berusaha mencari tempat
terjadinya kesalahan tersebut agar bukan unitnya yang
disalahkan. feknya adalah mereka menjadi paham bagaimana
E

sistem di sakit tersebut bekerja.

Mengurangi Biaya Administrasi


Seringkali orang menyatakan bahwa dengan adanya
komputerisasi biaya administrasi meningkat. Padahal dalam
jangka panjang yang terjadi adalah sebaliknya. Jika dengan
sistem manual kita harus membuat laporan lebih dulu di atas
kertas, baru kemudian dianalisa, maka dengan SIMRS analisa
cukup dilakukan di layar komputer, dan jika sudah benar baru
datanya dicetak. Hal ini menjadi penghematan yang cukup
signifikan dalam jangka panjang.

Implementasi SIMRS tentunya tidak dapat berjalan dengan baik


tanpa dukungan semua pihak yang terkait serta p itica wi dari ol l ll

pimpinan rumah sakit maupun pemilik RS/pemerintah. Apabila


pekerjaan pengembangan SIMRS tersebut akan diserahkan
kepada konsultan, maka kewajiban dan tanggung jawab konsultan
sebgai mitra kerja RS adalah harus secara profesional
memberikan data dan analisa yang objektif dan berupaya
maksimal untuk keberhasilan implementasi SIMRS.
Pertemuan 4 dan 5

Konsep Sistem Informasi Keperawatan


A Definisi Sistem Informasi Keperawatan
Sistem informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen
dalam organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan
pengaliran informasi. Sistem informasi mempunyai komponen-komponen
yaitu proses, prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk,
pelanggan, supplier, dan rekanan (Eko, I. 2001).

Pemerintah Indonesia sudah mempunyau visi tentang sistem informasi


kesehatan nasional yaitu informasi kesehatan andal 2010 (Reliable Health
Information 2010) (Depkes, 2001). Pada informasi kesehatan andal tersebut
telah direncanakan untuk membangun system informasi di pelayanan
kesehatan dalam hal ini Rumah sakit dan dilanjutkan di pelayanan di
masyarakat, namun pelaksanaannya belum optimal.

Penggunaan catatan pasien yang terkomputerisasi (computerized patient


records) yang berkembang pesat, membutuhkan bahasa yang baku dalam
menggambarkan masalah pasien. Diagnosis keperawatan melengkapi
kebutuhan tesebut dan membantu menetapkan lingkup praktik
keperawatan, serta menyediakan istilah yang dipahami secara universal
dan konsisten diantara para perawat yang bekerja pada beragam tempat,
termasuk rumah sakit, klinik rawat jalan, fasilitas perawatan lain, fasilitas
kesehatan okupasi, dan praktik pribadi/swasta (Doenges et al., 1999).

Sistem informasi keperawatan yang di desain dalam sistem ini adalah


seluruh dokumentasi yang diperlukan dalam aktifitas keperawatan di ruang
rawat inap. Dokumentasi asuhan keperawatan tentu menjadi yang paling
utama dalam sistem ini. Selain dokumen Askep, juga ada laporan-laporan
yang lain:

a Diagnosa perawatan terbesar.

b Tindakan perawatan (NIC) terbesar.

c Resume keperawatan (otomatis).

d Format discharge planning.

e Laporan tindakan keperawatan.

f Standar operating procedure dari NIC.

B Pengkajian Keperawatan
Dalam penerapan NANDA-NOC-NIC berbasis TI (Teknologi Informasi) yang
ada dalam sistem ini, pengkajian pearwatan menggunakan 13 divisi
Deongoes. Tersedia pengkajian data tertutup maupun terbuka. Pada
pengkajian data tertutup. perawat tinggal memilih data yang tersedia.
Setelah data dipilih secara lengkap, komputer akan secara otomatis
menganalisa data yang telah dipilih perawat, dan memunculkan masalah
sesuai data yang dipilih.

C Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan dihasilkan dari analisa yang dilakukan oleh
komputer, berdasarkan data-data yang dimasukkan saat pengkajian
perawatan. Kompiter akan secara otomatis menganalisa data yang ada dan
memunculkan masalah keperawatan.

D Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan dalam SI Keperawatan RSU Banyumas menggunakan
Nursing Outcome Classification (NOC). Perawat tinggal memilih label dari
NOC yang telah tersedia pada masing-masing diagnosa keperawatan yang
ada, serta menentukan batas waktu (dalam hari) masalah diperkirakan
dapat terselesaikan.

E Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dalam SI Keperawatan RSI Banyumas
menggunakan Nursing Invention Classification (NIC) dan sama dengan
membuat tujuan, perawat tinggal memilih label NOC yang tersedia pada
masing-masing diagnosa keperawatan.

F Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dalam SI Keperawatan menggunakan label NIC
dan aktifitas dalam NIC. Perawat tinggal mengetikan aktifitas perawatan
yang telah dilakukan, menambahkan jam pelaksanaan dan menuliskan
pelaksana dari aktifitas tersebut.

G Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan dalam SI Keperawatan RSU Banyumas, menggunakan
kriteria, skala dan target. Setelah perawat menentukan kriteria, skala dan
target pada hari pertama, maka pada hari berikutnya tinggal memilih skala
yang sesuai dengan kondisi pasien. Skala ini antara satu sampai lima,
disesuaikan dengan kondisi pasien. Selengkapnya tentang SIM
Keperawatan kami adalah sebagai berikut:

a Manajemen Asuhan Keperawatan

Dokumen proses keperawatan yang terdiri dari pengkajian,


diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Dokumentasi keselamatan pasien (patient safety) yang tersiri dari


ketetapan identifikasi pasien, peningkatan komunikasi yang
efektif, peningkatan keamanan obat yang perlu diwaspadai,
ketetapan pasien yang di operasi, pengurangan resiko infeksi,
pengurangan resiko pasien jatuh. Aplikasi ini memfasilitasi dalam
pengkajian pasien resiko jatuh, menampilkan dalam dashboard
monitoring pasien yang beresiko sekaligus memfasilitasi form
KTD/KNC yang dikeluarkan oleh KKPRS.

Dokumentasi indikator mutu pelayanan keperawatan klinik. Poin-


poin indikator mutu pelayanan keperawatan adalah keselamatan
pasien (patient safety), perawatan diri, kepuasan pasien,
kecemasan, kenyamanan, pengetahuan. Agar pelaporan indikator
mutu palayanan keperawatan menjadi valid, maka sistem didesain
agar data yang ditampilkan oleh sistem dapat diklarifikasi
mengenai sumber data dasarnya (nama pasien, ruang, tanggal,
kejadian, dll).

Dokumentasi indikator mutu pelayanan keperawatan klinik. Poin-


poin indikator mutu pelayanan keperawatan adalah keselamatan
pasien (patient safety), perawatan diri, kepuasan pasien,
kecemasan, kenyamanan, pengetahuan. Agar pelaporan indikator
mutu palayanan keperawatan menjadi valid, maka sistem didesain
agar data yang ditampilkan oleh sistem dapat diklarifikasi
mengenai sumber data dasarnya (nama pasien, ruang, tanggal,
kejadian, dll).

Dashboard keperawatan.

b Manajemen Pelayanan Keperawatan

Ketenagaan, sistem didesain untuk memenuhi database tenaga,


standar ketenagaan keperawatan, pola ketenagaan, jenjang karir,
perencanaan pengembangan tenaga, perencanaan kebutuhan,
kompetensi, rekrutmen, mutasi, rotasi, jadwal dinas, angka kredit
perawat, kinerja perawat. Sistem juga mampu menampilkan
pelaporan ketenagaan sesuai kebutuhan (customize).

Fasilitas keperawatan, sistem didesain untuk mamfasilitasi


standar peralatan keperawatan, perencanaan kebutuhan,
pemakaian, mutasi, dan pemeliharaan fasilitas keperawatan.

Metode, sistem juga memfasilitasi model pelayanan keperawatan,


standar prosedur operasional, standar asuhan keperawatan
berdasarkan Evidance Base Nursing, pediman pengelolaan etik,
supervisi keperawatan.

Keuangan, sistem mampu memfasilitasi remunerasi tenaga


keperawatan, pembiayaan pasien dari pelayanan keperawatan,
analisis base costing, unit cost.

Laporan rawat inap, rawat jalan dan perawatan khusus.

Dokumen kinerja perawat.

Dokumen efisiensi pembiayan pasien.

Akreditasi rumah sakit.

H Program-Program yang Dirancang dalam Sistem Informasi


Manajemen Keperawatan
Menurut Jasun (2006) beberapa proram yang dirancang dalam SIM
Keperawatan antara lain:

a Standar Asuhan Keperawatan


Standar asuhan keperawatan menggunakan standar internasional
dengan mengacu pada diagnosa keperawatan yang dikeluarkan oleh
North American Nursing Diagnosis Association, standar outcome
keperawatan mengacu pada Nursing Outcome Classification dan
standar intervensi keperawatan mengacu pada Nursing Intervention
Classification (NIC) yang dikeluarkan oleh Iowa Outcomes Project.

Standar asuhan keperawatan ini juga telah dilengkapi dengan standar


pengkajian perawatan dengan mengacu pada 13 divisi diagnosa
keperawatan yang disusun oleh Doengoes dan Moorhouse dan
standar evaluasi keperawatan dengan mengacu pada kriteria yang ada
dalam Nursing Outcome Classification (NOC) dengan model skoring.

b Standart Operating Procedure ( SO P )


Standar Operating Procedure (SOP) adalah uraian standar tindakan
perawatan yang terdapat dalam standar asuhan keperawatan. SOP
merupakan aktifitas detail dari NIC.

c Discharge Panning

Discharge planning adalah uraian tentang perencanaan dan nasihat


perawatan setelah pasien dirawat dari rumah sakit. Dalam sistem,
discharge planning sudah tersedia uraian dimaksud, perawat tinggal
print out yang selanjutnya hasil print out jadwal tersebut dibawakan
pasien pulang.

d Jadwal Dinas Perawat

Jadwal dinas perawat dibuat secara otomatis oleh program komputer,


sehingga penanggung jawab ruang tinggal melakukan cetak.

e Perhitungan Angka Kredit Perawat


Masalah yang banyak dikeluhkan oleh perawat adalah pembuatan
angka kredit, dikarenakan persepsi yang berbeda antara urusan
kepegawaian dengan tenaga perawat. Selain itu, kesempatan perawat
untuk menghitung angka kredit sangat sedikit, sehingga penghitungan
angka kredit banyak yang tertunda dan tidak valid. Sistem yang dibuat
dalam SIM Keperawatan, angka kredit merupakan rekapan dari
aktifitas perawat sehari-hari, yang secara otomatis akan dapat diakses
harian, mingguan atau bulanan.

g Daftar Diagnosa Keperawatan Terbanyak


Daftar diagnosa keperawatan direkapitulasi oleh sistem berdasarkan
input perawat sehari-hari. Perhitungan diagnosa keperawatan
bermanfaat untuk pembuatan standar asuhan keperawatan.

h Daftar NIC Terbanyak


Adalah rekap tindakan keperawatan terbanyak berdasarkan pada
masing-masing diagnosa keperawatan yang ada.

i Laporan Implementasi

Laporan implementasi adalah rekap tindakan-tindakan perawatan


pada satu periode, yang dapat difilter berdasarkan ruang, pelaksana,
dan pasien. Laporan ini dapat menjadi alat monitoring yang efektif
tentang kebutuhan pembelajatan bagi perawat. Laporan implementasi
juga dapat dijadikan alat bantu operan shift.

j Laporan Statistik

Laporan statistik yang dimunculkan dalam sistem informasi


manajemen keperawatan adalah laporan berupa BOR, LOS, TIO, dan
BTO di ruang tersebut.

k Resume Perawatan

Dalam masa akhir perawatan pasien rawat inap, resume keperawatan


harus dicantumkan dalam rekam medik. Resume perawatan
bermanfaat untuk melihat secara global pengelolaan pasien saat
dirawat sebelumnya, jika pasien pernah dirawat di rumah sakit. Dalam
sistem, resume perawatan dicetak saat pasien akan keluar dari
perawatan. Komputer telah merekam data-data yang dibuthkan untuk
pembuatan resume perawatan.

l Daftar SAK
Standar asuhan keperawatan yang ideal adalah berdasarkan evidence
based nursing, yang merupakan hasil penelitian dari penerapan
standar asuhan keperawatan yang ada. Namun karena dokumen yang
tidak lengkap, SAK banyak diadopsi hanya dari literatur yang tersedia.
Dalam sistem informasi manajemen keperawatan, SAK berdasarkan
rekapan dari sistem yang telah dibuat.

m Presentasi Kasus Online


Sistem dengan jaringan wifi memungkinkan data pasien dapat diakses
dalam ruang converence. Maka presentasi kasus kelolaan di ruang
rawat dapat dilakukan online ketika pasien masih dirawat.

n Mengetahui Jasa Perawat

Sistem integrasi dengan SIM Keperawatan, memungkinkan perawat


mengetahui jasa tindakan yang dilakukannya.

o Monitoring Tindakan Perawat dan Monitoring Aktifitas Perawat

Manajemen perawatan dapat mengakses langsung tindakan-tindakan


yang dilakukan oleh perawat, dan mengetahui pula masing-masing
perawat telag melakukan aktifitas keperawatan apa.

p Laporan Shift

Laporan shift merupakan rekapan dari aktifitas yang telah dilakukan


dan yang akan dilakukan oleh perawat, tergantung item mana yang
akan dilaporkan pada masing-masing pasien.

q Monitoring Pasien oleh PN atau Kepala Ruang saat sedang Rapat

Monitoring pasien oleh PN atau Kepala Ruang dapat dilakukan ketika


PN atau Kepala Ruang sedang rapat di ruang converence. Akan
diketahui apakah seorang pasien telah dilakukan pengkajian, diagnosa,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi atau belum.
I Hal-Hal yang Disiapkan dalam Penerapan Sistem Informasi

Keperawatan

Menurut Jasun (2006) hal-hal yang harus dipersiapkan dalam penerapan

SIM Keperawatan adalah:

a Hardware

Perangkat keras berupa PC/CPU pada masing-masing ruang

implementasi yang terhubung dengan jaringan. Printer digunakan

untuk mencetak dokumen yang telah dibuat. Notebook atau laptop

digunakan untuk memasukkan data-data saat pengkajian di samping

pasien. Dengan menggunakan notebook diharapkan pengkajian

menjadi valid. Wifi adalah perangkat keras untuk menghubungkan

notebook dengan jaringan, sehingga tidak menggunakan kabel, tapi

dengan wireless.

b Software

Program yang dibuat sesuai dengan kebutuhan perawat.

c Brainware

Pembentukan mindset bukan sesuatu yang mudah bagi perawat.

Istilah gagap teknologi, tidak percaya diri dengan membawa notebook

ke hadapan pasien, terasa repot dan lain-lain akan menjadi faktor

penentu yang cukup signifikan bagi keberhasilan penerapan SIM

Keperawatan.

d Skill

Keterampilan perawat juga merupakan faktor penting yang tidak bisa

diabaikan, mengingat standar yang dipakai adalah standar

internasional. Bahasa label dalam NIC adalah sesuatu yang baru,

belum popular disamping membutuhkan pemahaman yang cukup

mendalam.

Pendokumentasian keperawatan sudah saatnya untuk dikembangkan

dengan berbasis komputer, walaupun perawat umumnya masih

menggunakan dokumentasi tertulis. Padahal dokumentasi tertulis ini

sering membebani perawat karena perawat harus menuliskan

dokumentasi pada form yang telah tersedia dan membutuhkan waktu

banyak untuk mengisinya. Permasalahn lain yang sering terjadi adlah

biaya pencetakan form mahal sehingga sering form dokumentasi tidak

tersedia. Dokumentasi secara tertulis dan manual juga mempunyai

kelemahan yaitu sering hilang. Selain itu dokumentasi secara tertulis

juga memerlukan tempat penyimpanan dan akan menyulitkan untuk

pencarian kembali jika sewaktu-waktu dokumentasi tersebut

diperlukan.

J Manfaat Sistem Informasi Manajemen Keperawatan

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sangat memungkinkan bagi

perawat untuk memiliki sistem dokumentasi asuhan keperawatan yang

lebih baik. Metode dokumentasi asuhan keperawatan saat sudah mulai

menunjukkan perkembangan, dari yang sebelumnya manual, bergeser ke

arah komputerisasi. Metode dokumentasi tesrsebut dengan menggunakan

sistem informasi manajemen.

Sistem informasi manajemen berbasis komputer tidak hanya bermanfaat

dalam dokumentasi asuhan keperawatan, namun juga dapat menjadi

pendukung pedoman bagi pengambil kebijakan/keputusan di keperawatan/

Decision Support System dan Executive Information System (Eko, I. 2001).

Manfaat sistem informasi dalam keperawatan (Malliarou & Zyga, 2009):

a Lebih banyak waktu dengan pasien dan lebih sedikit waktu di nurse

station.

b Mengurangi penggunaan kertas.

c Dokumentasi keperawatan secara otomatis.

d Standar yang sama dalam perawatan (proses keperawatan . )

e Mengurangi biaya.

f Kualitas pelayanan keperawatan dapat diukur.

K Kek urangan Sistem Informasi Manajemen Keperawatan

a Keterbatasan jumlah dan tingkat kemampuan SDM yang menguasai

teknologi informasi.

b Pengembangan sistem informasi membutuhkan waktu yang lama

karena konsentrasi karyawan harus terbagi dengan pekerjaan rutin

sehari-hari sehingga pelaksanaannya menjadi kurang efektif dan

efisien.

c Perubahan dalam teknologi informasi terjadi secara cepat dan belum

tentu perusahaan mampu melakukan adaptasi dengan cepat sehingga

ada peluang teknologi yang digunakan kurang canggih (tidak up to

date)

d Membutuhkan waktu untuk pelatihan bagi operator dan programmer

sehingga ada konsekuensi biaya yang harus dikeluarkan.

e Adanya demotivasi dari karyawan ditugaskan untuk mengembangkan

sistem informasi karena bukan merupakan core competency pekerjaan

mereka.

f Kurangnya tenaga ahli (expert ) di bidang sistem informasi dapat

meyebabkan kesalahan persepsi dalam pengembangan di sistem dan

kesalahan/resiko yang terjadi menjadi tanggung jawab perusahaan

(ditanggung sendiri . )

L Ke cenderungan dan Is u dalam Bidang Sistem Informasi

Manajemen Keperawatan di Indonesia

Sistem informasi manajemen adalah rangkaian kegiatan atau komponen

pengumpulan data yang satu sama lain berkaitan dalam mengolah data

kemudian diproses menjadi informasi yang bermanfaat dalam pengambilan

keputusan yang akurat, cepat dan bermutu ( Hafizurachman, 2000). Sistem

informasi merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen dalam

organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan dan pengaliran

informasi. Sistem informasi mempunyai komponen-komponen yaitu proses,

prosedur, struktur organisasi, sumber daya manusia, produk, pelanggan,

supplier, dan rekanan (Eko, 2001).

Kelompok ad hoc the Nursing dy Group


Information System National Stu

(1982) di USA menghasilkan konsep Sistem Informasi Keperawatan : “Suatu

sistem komputer yang digunakan untuk membantu dalam administrasi

pelayanan perawatan, pemindahan pasien dan mendukung pendidikan dan


penelitian keperawatan . Sistem informasi keperawatan merupakan sistem

yang menggunakan komputer untuk memproses data keperawatan menjadi

satu bentuk informasi yang mampu menunjang aktifitas/fungsi perawat.

Sistem informasi manajemen asuhan keperawatan mempunyai banyak

keuntungan jika dilihat dari segi efisien dan produktifitas. Beberapa

keuntungan menggunakan sistem informasi manajemen keperawatan

adalah meningkatkan fasilitas dokumentasi, meningkatkan kualitas asuhan,

meningkatkan produktifitas kerja, memudahkan komunikasi antara tim

kesehatan, memudahkan dalam mengakses informasi, meningkatkan

kepuasan kerja perawat, perawat memilki waktu lebih banyak untuk

melayani pasien, menurunkan LostHospital Cost, menurunkan of data an d


information, mencegah redudancy (kerangkapan informasi ).

Sistem informasi manajemen berbasis komputer dapat menjadi pendukung

pedoman bagi pengambil kebijakan/keputusan di keperawatan (Eko, 2001).

Informasi asuhan keperawatan dalam sistem informasi manajemen yang

berbasis komputer dapat digunakan dalam menghitung pemakaian tempat

tidur, B OR pasien, angka nosokomial, penghitungan budget keperawatan.

Data yang akurat pada keperawatan dapat digunakan untuk informasi bagi

tim kesehatan yang lain. Sistem informasi asuhan keperawatan juga dapat

menjadi sumber dalam pelaksanaan riset keperawatan secara khusus dab

riset kesehatan pada umunya.

Trend yang sedang berkembang tentang SIM Keperawatan di Indonesia

adalah:

a Semakin tingginya beban kerja perawat di rumah sakit menuntut

adanya sebuah sistem teknologi informasi yang mampu mengatasinya.

Tuntutan adanya dokumentasi keperawatan yang lengkap dengan

hanya menggunakan cara manual tulisan tangan selama ini hanya

menambah beban kerja perawat dan semakin mengurangi jumlah

waktu perawat bersama pasien. Sangat tepat apabila SIM

Keperawatan bisa diimplementasikan.

b Sistem informasi keperawatan di luar negeri sudah modern dan

canggih dengan memanfaatkan sistem teknologi informatika, sehingga

perawat di luar negeri mampu bekerja secara efisien dan berkualitas

tinggi. Kondisi tersebut diharapkan mampu diikuti oleh perawat di

Indonesia.

c Perlunya keperawatan di Indonesia memiliki sistem informasi

manajemen keperawatan dalam melakukan pelayanan kepada pasien

di rumah sakit, sehingga perawat bisa bekerja lebih efektif dan efisien.

d Pelaksanaan proses asuhan keperawatan akan lebih cepat, efektif dan

efisien dengan menggunakan SIM.

d Diharapkan hari rawat pasien lebih cepat karena interaksi pasien dan

perawat lebih banyak sehingga tujuan asuhan keperawatan lebih cepat

tercapai.

e Profesionalisme perawat akan semakin meningkat dan pengakuan

kesetaraan antara profesi perawat dengan medis akan lebih baik.

f Citra perawat di masyarakat dan diantara profesi lain akan semakin

baik.

g Penggunaan SIM keperawatan akan meningkatkan kualitas pelayanan

rumah sakit.

h F akultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia ( F - IK UI) mulai tahun

2001 telah mengembangkan suatu sistem asuhan keperawatan yang

berbasis dengan komputer. Sampai saat ini sistem tersebut baru

digunakan untuk proses akademik pembelajaran komputer

keperawatan. Sistem informasi asuhan keperawatan F -


IK UI masih

dalam tahap awal dan masih memerlukan penyempurnaan ( Haryati,


2001). Diharapkan sistem informasi asuhan keperawatan F -
IK UI di

masa datang dapat mempercepat perkembangan sistem informasi

yang dapat diaplikasikan di rumah sakit maupun pelayanan

keperawatan yang lain.

Sedangkan isu tentang SIM Keperawatan di Indonesia sampai saat ini,

adalah:

a Perawat Indonesia memiliki keinginan yang tinggi untuk memiliki

program SIM Keperawatan.

b Belum dilaksanakannya SIM Keperawatan di Indonesia berdampak

terhadap semakin tingginya beban kerja perawat, sehingga perawat

berharap pihak manajemen RS segera mengimplementasikan program

SIM Keperawatan.

c Beberapa rumah sakit di Indonesia sampai saat ini yang berkembang

adalah Sistem Informasi Rumah Sakit yang baru berupa sistem

pembiayaan.

d Rumah sakit di Indonesia 99 % masih melaksanakan dokumentasi

keperawatan secara manual.

e Untuk aplikasi sistem informasi manajemen asuhan keperawatan baru

beberapa rumah sakit saja yang sudah menerapkan dan itu pun masih

terbatas, sepertiRumah Sakit F atmawati Jakarta dan Rumah Sakit

Charitas Palembang. RS F atmawati Jakarta, sejak tahun 2002 mulai

mengembangkan sistem dokumentasi keperawatan berupa SIM

Keperawatan. Sistem dokumentasi keperawatan yang terkomputerisasi

sudah mulai diimplementasikan sejak tahun 200 4 . Sistem informasi

manajemen keperawatan ini baru sebatas menentukan rencana

keperawatan. RS Charitas Palembang, sistem dokumentasi

keperawatan terkomputerisasi mulai sejak tahun 2002. Pada RSUD


Banyumas sistem dokumentasi ini baru menerapkan dengan sistem

NIC N -OC. RSUD Cengkareng Jakarta baru sebatas pelaksanaan

P hw
Clinical at ay.

f Pihak manajemen rumah sakit masih memandang SIM Keperawtan

belum menjadi suatu prioritas utama untuk diimplementasikan karena

salah satu penyebabnya adalah membutuhkan biaya yang cukup

besar, masih belum memiliki pemahaman yang baik tentang dampak

apabila program ini diberlakukan terhadap kualitas pelayanan

keperawatan dan ruma sakit secara umum, adanya pemikiran bahawa

pekerjaan perawat tidak memrlukan bantuan teknologi/alat yang

canggih. Pihak manajemen juga masih khawatir tentang kemampuan

SDM keperawatan dalam pemanfaatan teknologi ini.

g Masih bayak perawat yang tidak mengenal apa sistem informasi

manajemen keperawatan yang berbasis komputer tersebut. Kondisi ini

karena sangat bervariasinya tingkat pendidikan keperawatan.

h Belum adanya aspek legal/UU tentang praktek keperawatan.

M Faktor- F aktor Pend ukung dan Peng h bam at dalam

Pelaksanaan SIM Keperawatan di Indonesia

Sistem informasi manajemen (SIM) berbasis komputer banyak

kegunaannya, namun pelaksanaan SIM di Indonesia masih banyak

mengalami kendala. Ada beberapa faktor pendukung dalam pelaksanaan

SIM Keperawatan di Indonesia yaitu saat ini sudah mulai ada perusahaan

(yang dikelola oleh profesi keperawatan ) yang menawarkan produk SIM

Keperawatan yang siap pakai untuk diterapkan di rumah sakit. Sekalipun

memiliki harga yang cukup tinggi tetapi keberadaan perusahaan ini dapat

mendukung pelaksanaan SIM Keperawatan di beberapa rumah sakit yang

memiliki dana cukup untuk membeli produk tersebut.

Semakin mudahnya akses informasi tentang pelaksanaan SIM Keperawatan

juga memudahkan rumah sakit dalam memilih SIM yang tepat. Selain itu

faktor pendukung yang lain adalah adanya UU No 8 tahun 199 7 yang

mengatur tentang keamanan terhadap dokumentasi yang berupa lembaran

kertas. Undang-undang ini merupakan bentuk perlindungan hukum atas

dokumen yang dimiliki pusat pelayanan kesehatan, perusahaan atau

organisasi. Aspek etik juga dapat menjadi salah satu faktor pendukung

karena sistem ini semaksimal mungkin dirancang untuk menjaga

kerahasisaan data pasien. Hanya orang-orang tertentu saja yang bolah

mengakses data melalui SIM ini, misalnya dokter, perawat, pasien sendiri.

Terdapat beberapa aspek yang menjadi kendala dalam penrapan SIM di

Indonesia.

a Memutuskan untuk menerapkan sistem informasi manajemen berbasis

komputer ke dalam sistem praktek keperawatan di Indonesia tidak

muduah. Hal ini karena pihak manajemen harus memperhatikan

beberapa aspek yaitu struktur organisasi keperawatan di Indonesia,

sebagai contoh pengambil keputusan/kebijakan bukan dari profesi

perawat, sehingga seringkali keputusan tentang pelaksanaan SIM yang

sudah disepakati oleh tim keperawatan dimentahkan lagi karena tidak

sesuai dengan keinginan pengambil kebijakan. Pihak manajemen

rumah sakit masih banyak yang mempertanyakan apakah SIM

Keperawatan ini akan berdampak langsung terhadap kualitas

pelayanan keperawatan dan kualitas pelayanan rumah sakit secara

keseluruhan.

b Sumber daya manusia di institusi pelayanan kesehatan yang belum

siap menghadapi sistem komputerisasi, hal ini dapat disebabkan

karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan mereka terhadap sistem

informasi teknologi yang sedang berkembang. Pemahaman yang

kurang tentang manfaat SIM menjadi salah satu faktor penyebab

ketidakpastian SDM keperawatan.

c Sumber dana. Sebagaimana kita tahu bahwa untuk mendapatkan

sistem informasi manajemen keperawatan yang sudah siap diterapkan

di rumah sakit, membutuhkan biaya uang cukup besar, tidak setiap

rumah sakit memilki dana operasional yang cukup besar, sehingga

seringkali SIM Keperawatan gagal diterapkan karena tidak ada sumber

dana yang cukup.

d Kurangnya fasilitas teknologi informasi yang mendukung. Pelaksanaan

SIM Keperawatan tentunya membutuhkan banyak perangkat keras

atau unit komputer untuk mengimplementasikan program tersebut.

N A lternatif Peme ca han Masala h dalam Penerapan SIM

Keperawatan di Indonesia

Ada beberapa alternatif pemecahan masalah dalam penerapan SIM

Keperawatan di Indonesia, diantaranya:

a Perlu adanya pemahaman yang sama antara pihak manajemen rumah

sakit dengan tim perawat tentang pentingnya implementasi SIM

Keperawatan di rumah sakit yang diwujudkan dalam bentuk

pengalokasian dana yang memadai untuk implementasi SIM

Keperawatan, pemberian pelatihan bagi perawat tentang plaksanaan

SIM Keperawatan, pengadaan fasilitas informasi teknologi yang

memadai.

b Perlu adanya integrasi program SIM dalam kurikulum pendidikan

keperawatan.

c Peningkatan standarisasi tingkat pendidikan perawat agar memilki

pemahaman yang tepat tentang teknologi informasi dalam

keperawatan.

d Adanya aspek legal berupa Undang-Undang praktek keperawatan.

e Perlu adanya penelitian yang lebih jauh terhadap faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan aplikasi SIM Keperawatan di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai