Anda di halaman 1dari 87

Gastroenterology

UKMPPD UNISBA 2019


Oral Aphtous

Definisi & Epidemiologi


• Stomatitis aftosa rekurens (SAR) merupakan penyakit
mukosa mulut tersering dan memiliki prevalensi
sekitar 10 – 25% pada populasi.
• Sebagianbesar kasus bersifat ringan, self-limiting, dan
seringkali diabaikan oleh pasien.
• Namun, SAR juga dapat merupakan gejala dari
penyakit-penyakit sistemik, seperti penyakit Crohn,
penyakit Coeliac, malabsorbsi, anemia defisiensi besi
atau asam folat, defisiensi vitamin B12, atau HIV.
Aftosa/Stomatitis Aftosa Rekurens (SAR)
Terapi
Pengobatan yang dapat diberikan untuk mengatasi SAR
adalah:
1. Larutan kumur chlorhexidine 0,2% untuk
membersihkan rongga mulut. Penggunaan sebanyak
3 kali setelah makan, masing-masing selama 1 menit.
2. Kortikosteroid topikal, seperti krim triamcinolone
acetonide 0,1% in orabase sebanyak 2 kali sehari
setelah makan dan membersihkan rongga mulut.
Parotitis
Definisi
• Parotitis adalah peradangan pada kelenjar parotis.
Parotitis dapat disebabkan oleh infeksi virus, infeksi
bakteri, atau kelainan autoimun, dengan derajat
kelainan yang bervariasi dari ringan hingga berat.

Epidemiologi
• Salah satu infeksi virus pada kelenjar parotis, yaitu
parotitis mumps (gondongan) sering ditemui pada
layanan primer dan berpotensi menimbulkan
epidemi di komunitas.
Manifestasi klinis
• Demam
• Pada area preaurikuler
(lokasi kelenjar parotis),
terdapat:
a. Edema
b. Eritema
c. Nyeri tekan (tidak ada
pada kasus parotitis HIV,
tuberkulosis, dan autoimun)
Tatalaksana
a. Nonmedikamentosa
• Pasien perlu cukup beristirahat
• Hidrasi yang cukup
• Asupan nutrisi yang bergizi
b. Medikamentosa
• Pengobatan bersifat simtomatik (antipiretik,
analgetik)
• Antibiotik jika dicurigai terdapat infeksi bakteri
Komplikasi
• 1. Parotitis mumps dapat menimbulkan komplikasi
berupa: Epididimitis,Orkitis, atau atrofi testis (pada
laki-laki), Oovaritis (pada perempuan), ketulian,
Miokarditis, Tiroiditis, Pankreatitis, Ensefalitis,
Neuritis
• 2. Kerusakan permanen kelenjar parotis yang
menyebabkan gangguan fungsi sekresi saliva dan
selanjutnya meningkatkan risiko terjadinya infeksi
dan karies gigi.
IBS
(Irritable Bowel Syndrome)

Definition:
• IBS adalah kelainan fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman abdomen yang berkaitan dengan defekasi atau
perubahan kebiasaan buang air besar setidaknya selama 3 bulan

Epidemiology:
• Prevalensi IBS pada wanita sekitar 1,5-2 kali prevalensi pada laki-laki.
• IBS dapat terjadi pada semua kelompok umur dengan mayoritaspada
usia 20-30 tahun dan cenderungmenurun seiringbertambahnya usia.
Kriteria Diagnosis (Rome III)
Nyeri abdomen atau sensasi tidak nyaman berulang
paling tidak
selama 3 hariatau lebih
dalam gejala
satu bulanberikut
pada 3: bulan terakhir
dengan 2
Perbaikan dengan defekasi

Onset terkait dengan perubahan frekuensi buang air


besar

Onset terkait dengan perubahan bentuk atau


tampilan feses

Kriteria diagnostik terpenuhi selama 3 bulan terakhir dengan onset gejala


setidaknya 6 bulan sebelum diagnosis.
Menurut kriteria Roma III dan karakteristik feses, IBS dibagi menjadi 3 subkelas:

1. IBS dengan diare (IBS-D)


Feses lembek/cair ≥25% waktu dan
Lebih umum ditemui pada laki-laki Ditemukan pada satu pertiga kasus
feses padat/bergumpal <25% waktu

2. IBS dengan konstipasi (IBS-C)


Feses padat/bergumpal ≥25% dan
Lebih umum ditemui pada wanita Ditemukan pada satu pertiga kasus
feses lembek/cair <25% waktu

3. IBS dengan campuran kebiasaan buang air besar atau pola siklik (IBS-M)
Feses padat/bergumpal dan lembek/cair ≥25% waktu Ditemukan pada satu pertiga kasus

Catatan: 25% waktu adalah 3 minggu dalam 3 bulan


IBD
(Inflammatory Bowel Disease)
Characteristic Ulcerative Colitis Chron’sDisease
Segmen involved Colonic mucosa only Any part of GI
Most Common Site Rectosigmoid (44%) Ileocaecal junction (40%),
terminal ileum (35%)
Distribution Continous Discontinous, segmented
Ulceration Fine, superficial Deep, with submucosal
extension
Abdominal Pain, Fever +- +++
Diarrhea, Rectal Bleeding +++ +-
Weight loss, malnourished +- +++
Abdominal Mass - +
Stricture, Fistule - +
Cancer ++ +
DCBE appearance Lead pipe String Sign
Cobble stone appearance, - +
Aphtous and linear ulcer
Pseudopolyps ++ +
String Sign
Lead Pipe Colon
Very thin luminal contrast usually in
Rigid, ahaustral appearance of colon
terminal ileum from spasm and
classically seen with chronic
eventually fibrosis seen in mostly
ulcerative colitis
crohn’s disease
The standard for diagnosis of IBD:
endoscopy and biopsy

Endoscopy helps to see if inflammation is


present, where it is located, assess its severity,
and obtain biopsies to confirm the diagnosis.
Endoscopy is also vital for monitoring therapy.
Healing of the lining of the intestine is a sign
that your medication is effective.

Typesof Endoscopy:
Colonoscopy, Sigmoidoscopy, Upper
Endoscopy, Capsule Endoscopy
Diare
Definisi

BAB cair/ setengah padat, frekuensi >3 kali sehari, dengan


kandungan air dlm tinja >200 gr atau 200 ml/24jam

Diare akut: diare <14 hari

Diare kronik >15 hari

• Persistent diarrhea: prolonged acute diarrhea, due to infection


• Chronic diarrhea: Episode of diarrhea, lasts for > than several weeks,
caused by non-infectiousetiology
Patogen
Patogen Potensial
Potensial DiareDiare
Patogen Sumber
Salmonella Telur, daging, produk susu
Shigella 20% bersumber dari makanan, penularan bisa
terjadi secara kontak langsung manusia ke
manusia
Campylobacter jejuni Unggas
Staphylococcus aureus, Bacillus Tersering pada keracunan makanan
cereus
Clostridium perfringens Makanan kaleng kadaluarsa
Vibrio cholerae Kerang, makanan mentah (sushi)
E. Coli (EHEC) Daging setengah matang, air terkontaminasi
ETEC, EAEC Wisatawan
Clostridium difficile Pemakaian antibiotika (dalam 2 bulan terakhir)
Cryptosporidium, Microsporidia, Wisatawan, meminum air kolam renang
Isospora, Giardia
Entamoeba hystolitica Wisatawan, Kontak seksual MSM
Pendekatan pasien dewasa dengan
diare akut:
1. Melakukan penilaian awal dan memeriksa tanda dehidrasi

2. Terapi dehidrasi

3. Mencegah dehidrasi pada pasien tanpa tanda dehidrasi menggunakan cairan atau larutan rehidrasi oral:
• a) Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan rehidrasi oral dan koreksi dehidrasi berat dengan larutan intravena
yang tepat,
• b) Memberikan hidrasi menggunakan larutan rehidrasi oral,
• c) Mengobati gejala.

4. Stratifikasi manajemen:
• a) Petunjuk epidemiologis: makanan, antibiotik, aktivitas seksual, perjalanan wisata, penyakit lainnya, wabah, musim.
• b) Petunjuk klinis: diare berdarah, nyeri abdomen, disentri, penurunan berat badan, infl amasi fekal.
5. Mengambil spesimen fekal untuk analisis:
• Jika diare berat, inflamasi, berdarah atau persisten, dan pada saat awal wabah atau epidemik.

6. Mempertimbangkan terapi antimikrobial untuk patogen spesifik.


Obat Anti Diare
KelompokOpiat KelompokAbsorbent

• Dalam kelompok ini tergolong kodeinfosfat, • Arangaktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat,
loperamidHCl, sertakombinasi difenoksilat dan pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar
atropinsulfat. argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap
• Penggunaan kodein adalah 15-60mg3x sehari, bahan infeksiusatau toksin.
loperamid2-4mg/3-4 kali sehari. • Melalui efek tersebut, sel mukosa usus terhindar
• Efek kelompok obat tersebut meliputi kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
penghambatanpropulsi, peningkatanabsorbsi merangsang sekresi elektrolit.
cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi
feses dan mengurangi frekuensi diare.
• Obat ini tidakdianjurkanpadadiare akut dengan
gejala demamdan sindromdisentri

Probiotik Kelompok Anti-sekresi Selektif

• Kelompok probiotik terdiri dari • Terobosan terbaru milenium ini adalah


Lactobacillus dan Bifi dobacteria atau mulai tersedianya secara luas racecadotril
Saccharomyces boulardii, bila meningkat yang bermanfaat sebagai penghambat
jumlahnya di saluran cerna akan memiliki enzimenkephalinase, sehingga enkephalin
efek positif karena berkompetisi untuk dapat bekerja normal kembali. Perbaikan
nutrisi dan reseptor saluran cerna. fungsi akan menormalkan sekresi
elektrolit, sehingga keseimbangan cairan
dapat dikembalikan.
Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi,
karena 40%kasus diare infeksi sembuh kurangdari 3 hari tanpa pemberian
antibiotik.

Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi, seperti
persisten atau
pasien
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, penyelamatan jiwa diare pada pelancong,
immunocompromised.
pada diare infeksi,
Disentri Basiler vs Amoeba
Disentri basiler “LYING Disentri amoeba
DOWN” “WALKING”
•Kausa: Shigella dysenteriae
•Mendadak, 6-24 jam pertama bisa •Kausa : Entamoeba hystolitica
tanpa darah •Diare disertai darah dan lendir dalam
•Setelah 12-72 jam �darah dan lendir (+)
tinja.
•Panas tinggi (39,5 - 40,0 C), kelihatan toksik.
•Muntah-muntah
•Frekuensi BAB umumnya lebih sedikit
•Anoreksia daripada disentri basiler (≤10x/hari)
•Sakit kram di perut dan sakit di anus saat BAB. •Sakit perut hebat (kolik)
•Kadang-kadang disertai dengan gejala •Gejala konstitusional (-) � demam
menyerupai ensefalitis dan sepsis (kejang, sakit
kepala, letargi, kaku kuduk, halusinasi) hanya ditemukan pada 1/3 kasus)
•Antibiotik = Ciprofloxacin 2x500 mg (5 hari), •Antiparasit = Metronidazole 3x500-
Cotrimoxazeole ( 2x960 mg, 5-7 hari)
750 mg, 5-10 hari)
Dyspepsia
Rasa tidak nyaman dapat
Definisi (Konsensus Nasional
berupa salah satu atau
Dispepsia, 2014)
beberapa gejala berikut yaitu:

nyeri epigastrium dan rasa


terbakar di epigastrium
Dispepsia
merupakan rasa rasa penuh setelah makan

tidak nyaman cepat kenyang


yang berasal dari
daerah abdomen rasa kembung pada saluran
cerna atas
bagian atas.
mual, muntah, dan sendawa
Strategi tata laksana adalah memberikan terapi
Alur manajemen dyspepsia empirik selama 1-4 minggu sebelum hasil investigasi
awal, yaitu pemeriksaan adanya Hp

Tanda Bahaya Dyspepsia:

penurunan berat badan (unintended)

disfagia progresif

muntah rekuren/persisten

perdarahan saluran cerna

anemia

demam Tidak

Massa daerah abdomen bagian atas


Ya
riwayat keluarga kanker lambung
Ya Tidak
dispepsia awitan baru pada pasien >45 tahun.

Obat yang dipergunakan dapat berupa antasida, antisekresi asamlambung(PPI misalnya omeprazole,
rabeprazole dan lansoprazole dan/atau H2-Receptor Antagonist [H2RA]), prokinetik, dan sitoprotektor
(misalnya rebamipide), di mana pilihan ditentukan berdasarkan dominasi keluhan dan riwayat
pengobatan pasien sebelumnya.
Patogenesis Dyspepsia Fungsional
Gangguan motilitas gastroduodenal

Peningkatan sekresi asam lambung sebagai respon peningkatan


gastrin

Hipersensitivitas viseral,

Faktor psikologis.

Kebiasaan/ Lifestyle:

• Diet tinggi asam,


• diet pedas
• Konsumsi alkohol dan merokok (tidak terlalu bermakna)
Penggunaan prokinetik seperti
metoklopramid, domperidon, cisaprid,
itoprid dan lain sebagainya dapat
memberikan perbaikan gejala pada beberapa
pasien dengan dispepsia fungsional.

Hal ini terkait dengan perlambatan


pengosongan lambung sebagai salah satu
patofisiologi dispepsia fungsional.

Data penggunaan obat-obatan antidepresan


atau ansiolitik pada pasien dengan dispepsia
fungsional masih terbatas.
Ulkus peptikum
A peptic ulcer is a mucosal
break, 3 mm or greater in
size with depth, that can
duodenum.
involve the stomach or
Ulkus peptikum
Suatu penyakit yang diakibatkan oleh ketidakseimbangan faktor protektif dan agresif pada mukosa
lambung dan duodenum.
Faktor Agresif: asam lambung, pepsin, NSAIDs,
Faktor Defensif: sekresi mukus, bikarbonat
h.pylori

Sangat mungkin disertai infeksi Helicobacter pylorii (Ulkus gaster:


70%; Ulkus duodenum: 90%)

Gejala: rasa nyeri/ terbakar pada daerah epigastrium atau hipokondrium yang dapat menyebar
hingga ke punggung.

Ulkus Gaster: pain – food pain Ulkus Duodenum: pain – food relieved

Klasifikasi di atas tidak selalu menunjukkan adanya


pola anatomis, namun sering digunakan
Duodenal Ulcer Gastric Ulcer
• May present < age 40 • Usually seen in
• Rarely associated with 50-60 year olds
NSAID use • Strong relationship to
• Pain often on empty NSAID use
stomach, better with • Pain usually worse after
food or antacids meals
• H. pylori in 90% to 100% • H. pylori in 70% to 90%
Terapi Ulkus
Peptikum
Efek Samping Antasida

Chronic consumption of Antacids

Vit B12 deficiency

Anemia
NSAIDs induced
Pencegahan untuk meminimalkan efek NSAIDs

Jika memungkinkan hentikan konsumsi NSAIDs

Atau berikan obat spesifik selektif COX-2 inhibitor/ NO-NSAID,


walaupun hal ini tidak 100% mencegah efek GI

Pemberian NSAIDs bersamaan dengan PPI/ prostaglandin/ H2RI


Recommendation NSAID Ulcer
Helicobacter Infection
How H. Pylori causing ulcer
Metode Diagnosis
H. pylory
ronidazole can be substituted for amoxicillin in penicillin-allergic individuals
Evaluasi Terapi H. pylori
Pada daerah dengan resistensi klaritromisin tinggi, disarankan untuk melakukan
kultur dan tes resistensi (melalui sampel endoskopi) sebelum memberikan terapi.

Setelah pemberian terapi eradikasi, maka pemeriksaan konfirmasi harus


dilakukan dengan menggunakan UBT atau H. pylori stool antigen monoclonal
test.

Pemeriksaan dapat dilakukan dalam waktu palingtidak dalam4 minggu setelah


akhir dari terapi yangdiberikan.
GERD
Pengosongan esofagus
terganggu

’Disfungsi’ SEB
Hernia hiatus

Keterlambatan
pengosongan lambung Peningkatan tekanan intraabdomen

Katzka DA, DiMarino AJ . In: The esophagus, second edition, Castell DO (editor).
Little, Brown & Company, Boston, USA. 1995:443–53.
GERD
Definisi:

•suatu gangguan di mana isi lambungmengalami reflukssecara berulangke dalam


esofagus, yang menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu.

Gejala Khas

•Heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa nyeri dan pedih)
•regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah)
•nyeri epigastrium
•disfagia
•Odinofagia

Dua kelompokpasien GERD

•Pasien dengan esofagitis erosif yang ditandai dengan adanya kerusakan mukosa esofagus
pada pemeriksaan endoskopi (Erosive Esophagitis/ERD)
•Gejala refluks yang mengganggu tanpa adanya kerusakan mukosa esofaguspada
pemeriksaan endoskopi (Non-Erosive Reflux Disease/NERD)
Gejala spesifik untuk GERD

• Heartburndan/ atau regurgitasi


yang timbul setelah makan.

PenunjangDx

• GERD-Q
• Endoskopi (GOLDSTD)
• Histopatologi
• pH-metri 24 jam
• PPI test
PPI Test
Tes ini dilakukan dengan
memberikan PPI dosis ganda
selama 1-2 minggu tanpa didahului
dengan pemeriksaan endoskopi.

Jika gejala menghilangdengan


pemberian PPI dan muncul kembali
jika terapi PPI dihentikan, maka
diagnosis GERD dapat ditegakkan.

Dalam sebuah studi metaanalisis, PPI


test dinyatakan memiliki sensitivitas
sebesar 80%dan spesifitas sebesar
74%
Target Terapi GERD
Menghilangkan gejala/keluhan
Menyembuhkan lesi esofagus
Mencegah kekambuhan
Memperbaiki kualitas hidup
Mencegah timbulnya komplikasi.

Perhatian utama ditujukan


Terapi Non Farmakologi
GERD

kepada PPI palingefektif dalam menghilangkan gejala serta


• memodifikasi berat badan berlebih menyembuhkan lesi esofagitis pada GERD.
• meninggikankepalalebih kurang
15-20 cmpadasaat tidur
Faktor-faktor tambahan lain PPI terbukti lebih cepat menyembuhkan lesi esofagitis
seperti serta menghilangkan gejala GERD dibanding golongan
antagonis reseptor H2 dan prokinetik.
• menghentikan merokok dan minum
alkohol
• mengurangi makanan dan obat-
obatan yang merangsang asam Apabila PPI tidak tersedia, dapat diberikan H2RA
lambung dan menyebabkan refluks
• makan tidak boleh terlalu kenyang
• Makan malam paling lambat 3 jam
sebelum tidur
Dosis inisial PPI adalah dosis tunggal per pagi hari
sebelummakan selama 2 sampai 4 minggu.

Apabila masih ditemukan gejala sesuai GERD (PPI


failure), sebaiknya PPI diberikan secara berkelanjutan
dengan dosis ganda sampai gejala menghilang.

Umumnya terapi dosis ganda dapat diberikan sampai 4-


8 minggu
Complications

1. Stricture
2. Mallory Weiss
tear
3. Barrets
Esophagus

©Bimbel UKDI MANTAP


Barret ’s Esophagus
GI Worm Helminthes

Nemathelminthes (Benang) Platyhelminthes (Pipih)

Nematoda Usus Nematoda Jaringan Trematoda (Daun) Cestoda (Pita)

Wucheria bancrofti, brugia Fasciola hepatica Diphyllobothrium latum


Ascaris lumbricoides malayai, timori

Ancylostoma caninum, Fasciolopsis buski Taenia solium


braziliense

Trichuris trichiura Schistosoma japonicum, Taenia saginata


mansoni, haematobium

Echinococcus
Strongyloides stercoralis granulosus

Enterobius vermicularis

Hookworm
UKDI MANTAP
Nematoda

Enterobius
vermicularis /
Oxyuris Trichuris Ascaris
Hookworm
vermicularis trichiura lumbricoides

• Pruritus ani 3 T: • Telur bulat-oval • Ancylostoma


dinding berlapis duodenale &
• Bentuk huruf • Trichuris Necator
“D” (ingat • Tempayan • Keluar cacing americanus
dubur) atau • Obstruktif
plano- (bentuk) • Segmented ovum
(Ileus) berdinding tipis
konveks • “Turun”
• Loeffler (embryonal)
• Graham (prolapsus • Anemia
Scotch tape syndrome
recti) (sesak nafas) • Harada mori test
test
Ascaris
Lumbricoides
• Merupakan Soil
transmitted helminths
• Jika terinfeksi askariasis
• Cacing gelang dewasa
bentuknya mirip dengan
cacing tanah, tubuh
berwarna kuning
kecoklatan
• Telur bulat-oval dinding
berlapis
• Keluar cacing
Ancylostoma
Braziliense
• Cacing ini menjadi
penyebab creeping
eruption pada manusia
• Braziliense mempunyai 2
pasang gigi yang tidak
sama besarnya
• A. caninum mempunyai 3
pasang gigi.
• Lesi serpiginosa
(terowongan intrakutan
sempit, merah, timbul,
gatal)
Trichuris
Trichiura
• Jika terinfeksi trikuriasis
• Bag anterior seperti
cambuk, bag posterior
lebih gemuk
• Cacing menempel mukosa
usus iritasi dan
peradangan pada mukosa
usus hisap darah
anemia
• 3T 🡪 trichuris, tempayan,
turun (prolapse recti)
Strongyloides
Stercoralis
• Jika terinfeksi
strongilodiasis
• Lesi creeping
eruption yang
sering disertai
rasa gatal yang
hebat.
• Berbentuk
benang halus,
tidak berwarna,
semi
transparans
Enterobius vermicularis /
Oxyuris vermicularis
• Manusia adalah satu-
satunya host dan
penyakitnya disebut
enterobiasis atau
oksiuriasis
• Terdapat pelebaran
anterior seperti sayap
alae
• Prutitus ani
• Bentuk huruf “D”(ingat
dubur)
• Scotch tape test
Hookworm
• Terdapat 2 jenis:
Ancylostoma
duodenale & Necator
americanus
• Segmented ovum
• Anemia
• Harada mori test
Therapy for Intestinal
Nematoda
Nematoda Lini 1 Lini 2
Ascaris Pyrantel pamoate (10 mg/kg, Mebendazol: 2 x 100 mg sehari
Lumbricoides maks 1 g, single dose) selama 3 hariAlbendazol: dosis
tunggal 400 mg
Ancylostoma Albendazole(400 mg, single dose) Mebendazole (2x100 mg, 3 hari)
Braziliense
Trichuris Mebendazole (2x100 mg, 3 hari Albendazol: dosis tunggal 400 mg
Trichiura atau 600 mg, single dose)
Strongyloides Ivermektin: dosis tunggal 200 Albendazol: 2 x 400 mg/hari selama
Stercoralis μg/kgBB 7-14hari
Tiabendazol: 2 x 25 mg/kgBB per
hari selama 2-3 hari berturut
Enterobius Pyrantel pamoate (10 mg/kg, Albendazol: dosis tunggal 400 mg
vermicularis maks 1 g, single dose)
Hookworm Mebendazol: 2 x 100 mg selama 3 Pirantel pamoat: A. duodenale,
hari dosis tunggal pirantel basa 10
mg/kgBB (maksimum 1g); N.
americanus, selama 3
hariAlbendazol: dosis tunggal 400
mg
Intoxication
Keracunan Insektisida

Keracunan Jengkol

Keracunan alkohol

Keracunan Obat

Intoksikasi Opioid

Keracunan Logam Berat

Keracunan CO

Keracunan bahan kimia dan makanan


Keracuna
n
Insektisid
a
Tatalaksana
• Stabilisasi  airway, breathing, circulation
• Dekontaminasi: mata (irigasi nacl 0,9%), pulmonal (02 lembab 100%)
• Eliminasi: pemberian arang aktif (0,5-1gr/kgbb) per 4 jam PO jika racun masih di GI
• Antidotum
Keracunan Jengkol
• Keracunan jengkol diakibatkan memakan asam
jengkolat engkolic acid) yang terdapat pada biji
Jengkol.
• Keracunan jengkol biasa terjadi setelah 2 - 12 jam
mengonsumsi jengkol
• Gejala dan tanda: mikrohematuria asimptomatik,
kolik ringan pada abdomen, rasa mual, muntah,
diare, konstipasi, disuria hingga hematuria masif,
nyeri pinggang atau suprapubis yang hebat dan
oligoanuria serta gagal ginjal akut.
Tatalaksana
• Prinsip membuang kristal asam jengkolat
• Hidrasi yang agresif, dan alkalinisasi urin dengan
mengunakan sodium bikarbonat akan
meningkatkan solubilitas asam jengkolat.
• Peningkatan aliran urin dengan hidrasi dan diuretik
diperlukan untuk membuang endapan asam
jengkolat.
Keracunan Alkohol
• Anamnesis untuk • Jenis alcohol yang
mengetahui menyebabkan
penggunaan keracunan:
alcohol - Etanol
• Pemfis pada - Metanol
keracunan
methanol khas - Etilenn Glikol
hiperemi diskus - Dietilen Glikol
optikus dan edema
- Propilen Glikol
peripapiler pada
pemeriksaan mata - Isoprophyl Alkohol
Tatalaksana

Etanol Intox
• Eliminasi menggunakan metadoxin 300-900 mg iv dosis tunggal

Metanol Intox
• Eliminasi menggunakan penghambat alcohol dehydrogenase
(etanol) jika plasma methanol >20mg/dL, Fomepizole lebih baik
dari etanol (loading dose 15mg lalu 10mg/kg per 12 jam)

Etilen glikol, dietil glikol


• menggunakan penghambat ADH juga
Keracunan Narkotika
(Opioid)
Keracunan Logam Berat
Chelating agent pengikat logam berat:
Keracunan CO
Tatalaksana

Anda mungkin juga menyukai