Agustus 2017
Author :
dr. Yan Mardian
dr. Wirawan Prabowo
dr. David Dwi Putera
Outline Interna Part 2
Ginjal Hipertensi
Kardiologi
Gastro-Entero-Hepatology
Outline Materi
Irritable Bowel Inflammatory
Dyspepsia GERD
Syndrome Bowel Disease
Cholecystitis
dan Cholangitis Hepatitis Jaundice
Cholelithiasis
Pancreatitis Malignancy
Sirosis hepatis Liver Abscess
akut abdominal
Diarrhea
IBS
(Irritable Bowel Syndrome)
Definition:
• IBS adalah kelainan fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman abdomen yang berkaitan dengan defekasi atau
perubahan kebiasaan buang air besar setidaknya selama 3 bulan
Epidemiology:
• Prevalensi IBS pada wanita sekitar 1,5-2 kali prevalensi pada laki-laki.
• IBS dapat terjadi pada semua kelompok umur dengan mayoritas pada
usia 20-30 tahun dan cenderung menurun seiring bertambahnya usia.
Kriteria Diagnosis (Rome IV)
3. IBS dengan campuran kebiasaan buang air besar atau pola siklik (IBS-M)
Feses padat/bergumpal dan lembek/cair ≥25% waktu Ditemukan pada satu pertiga kasus
Types of Endoscopy:
Colonoscopy, Sigmoidoscopy, Upper
Endoscopy, Capsule Endoscopy
Dyspepsia
Rasa tidak nyaman dapat
Definisi (Konsensus Nasional
berupa salah satu atau
Dispepsia, 2014)
beberapa gejala berikut yaitu:
disfagia progresif
muntah rekuren/persisten
anemia
demam Tidak
Obat yang dipergunakan dapat berupa antasida, antisekresi asam lambung (PPI misalnya omeprazole,
rabeprazole dan lansoprazole dan/atau H2-Receptor Antagonist [H2RA]), prokinetik, dan sitoprotektor
(misalnya rebamipide), di mana pilihan ditentukan berdasarkan dominasi keluhan dan riwayat
pengobatan pasien sebelumnya.
Patogenesis Dyspepsia Fungsional
Gangguan motilitas gastroduodenal
Hipersensitivitas viseral,
Faktor psikologis.
Kebiasaan/ Lifestyle:
Gejala: rasa nyeri/ terbakar pada daerah epigastrium atau hipokondrium yang dapat menyebar
hingga ke punggung.
Ulkus Gaster: pain – food pain Ulkus Duodenum: pain – food relieved
Anemia
NSAIDs induced
Pencegahan untuk meminimalkan efek NSAIDs
Pemeriksaan dapat dilakukan dalam waktu paling tidak dalam 4 minggu setelah
akhir dari terapi yang diberikan.
Keganasan lambung
Jarang menjadi penyebab dari dispepsia
kronis (< 1%)
’Disfungsi’ SEB
Hernia hiatus
Keterlambatan
pengosongan lambung Peningkatan tekanan intraabdomen
Katzka DA, DiMarino AJ. In: The esophagus, second edition, Castell DO (editor).
Little, Brown & Company, Boston, USA. 1995:443–53.
GERD
Definisi:
• suatu gangguan di mana isi lambung mengalami refluks secara berulang ke dalam
esofagus, yang menyebabkan terjadinya gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu.
Gejala Khas
• Heartburn (rasa terbakar di dada yang kadang disertai rasa nyeri dan pedih)
• regurgitasi (rasa asam dan pahit di lidah)
• nyeri epigastrium
• disfagia
• Odinofagia
• Pasien dengan esofagitis erosif yang ditandai dengan adanya kerusakan mukosa esofagus
pada pemeriksaan endoskopi (Erosive Esophagitis/ERD)
• Gejala refluks yang mengganggu tanpa adanya kerusakan mukosa esofagus pada
pemeriksaan endoskopi (Non-Erosive Reflux Disease/NERD)
The Montreal Definition of GERD 2006
GERD is a condition which develops when the reflux
of stomach content causes trouble some symptoms
and/or complications
Extra-Esophageal
Esophageal
Syndromes
Syndromes
Pharingitis
Typical Reflux Refluks Esophagitis Reflux Cough
Sinusitis
Reflux Stricture Reflux Laryngitis
Syndromes Barrett’s Esophageus Reflux asthma Idiopathic
Reflux Chest Adenocarcinoma Reflux dental Erotion Pulmonary Fibrosis
Pain Syndromes Recurrent Otitis
Media
Penunjang Dx
• GERD-Q
• Endoskopi (GOLD STD)
• Histopatologi
• pH-metri 24 jam
• PPI test
PPI Test
Tes ini dilakukan dengan
memberikan PPI dosis ganda
selama 1-2 minggu tanpa didahului
dengan pemeriksaan endoskopi.
ruptur varises
Kehilangan darah esofagus
gastroesofagus
dari saluran cerna
atas mulai dari
esofagus sampai
gaster ulkus peptikum
dengan duodenum
(dengan batas
anatomik di
ligamentum Treitz) duodenum gastritis erosif
Tindakan umum terhadap pasien
diutamakan untuk ABC.
Stabilkan Hemodinamik
• Terapi medikamentosa
• PPI
• Terapi endoskopi
• Injeksi (adrenalin-
saline, sklerosan,
glue, etanol)
• Termal (koagulasi,
heatprobe, laser)
• Mekanik
(hemoklip,stapler)
• Terapi bedah
• Mallory Weiss vs.Boerhaaves Syndrome
• Mallory-Weiss: tear of mucosa due to severe vomiting; alcoholics
and bulemics
• Boerhaave: transmural rupture of esophagus due to violent
retching; emergency
Cholelithiasis dan Cholecystitis
Cholesterol stones
• Often solitary and large
Pigment stones
• Excess insoluble unconjugate bilirubin
• Often associate with hemolytic anemia
Mixed stones
• Accounts for most stones (75-80%)
• Mixture of cholesterol and calcium salts
Symptoms and signs:
• Demam
• Kolik perut di sebelah kanan atas atau epigastrium dan
teralihkan ke bawah angulus scapula dekstra, bahu kanan
atau yang ke sisi kiri, kadang meniru nyeri angina pektoris,
berlangsung 30-60 menit tanpa peredaan, berbeda dengan
kolik bilier.
• Serangan muncul setelah konsumsi makanan besar atau
makanan berlemak di malam hari.
• Flatulens dan mual
• Ikterik
• Teraba massa kandung empedu
• Tanda Murphy positif
Diagnostic Imaging
• USG
• CT Scan
• Hepatobiliary scintigraphy
• Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP)
Complications:
Treatment:
A Oral Akut
E Oral Akut
Infeksi Virus Hepatotropik
Kronis
Akut
Genotype E Afrika
Anti HBs
• <5 mIU: Negative:
• 5-12 mIU: indeterminate
• >12 mIU: Positive (Protective Level)
Perjalanan Alamiah Hep B kronik
(EASL, 2012)
Fase Immune Tolerant
• HBeAg (+), tingkat replikasi virus Hepatitis B tinggi, sehingga HBV DNA serum tinggi, AST rendah (nekro
inflaasi hepar rendah, progresifitas fibrosis rendah)
Fase Immune Reactive HBeAg-positive
• Kadar AST fluktuatif, nekroinflamasi hati sedang sampai berat, progresifitas fibrosis yang cepat
• Berlangsung beberapa tahun setelah fase pertama dan diakhiri dengan seroconversi HBeAg
Fase Inactive HBV carrier state
• Dapat diikuti dengan seroconversi HBeAG menjadi anti-Hbe, titer HBV rendah (<20.000IU/ml), kadar AST
normal
HBeAg-negative hepatitis B kronik
• Dapat diikuti dengan seroconversi HBeAg menjadi anti Hbe selama fase immune reactive atau muncul
beberapa tahun setelah fase inactive carrier state. Kadang sulit membedakan inactive carrier state dengan
active HbeAg negative
• Kondisi dimana adanya reaaktivasi, ditunjukkan dengan peningkatan HBV DNA dan kadar ALT immune
escape
In persons with chronic HBV infection, regular monitoring of disease activity should be performed.
These tests include HBeAg, HBV DNA, ALT, and liver histology. It is recommended to monitor ALT every
3-6 months and periodically measure HBV DNA for life in these inactive carriers.
Vaksinasi Hepatitis B
Postexposure Prophylaxis
Terapi HBV
Golongan Analog nukleos(t)ida (AN)
• Lamivudine (LAM)
• Adefovir (Adv)
• Entecavir (ETV)
• Telbivudine (Ldt)
• Tenofovir (TDF)
Golongan immunomodulator
• Interferon alfa
HBV HCV
350 M 170 M
Clinical Course
Criteria
Diagnosis
Hepatitis C
Management
Skrining
Anti HCV
Diagnosis
HCV RNA
Terapi
HCV Genotype
Kurangi pemakaian alkohol
Sembuh
APRI
PEG-IFN + RBV (Pegylated
Fibroscan Interferon Alfa injeksi +
Biopsi hati Ribavirin kaplet) 24-48
minggu terapi
Tambahan obat: Telaprevir,
boceprevir, Sofosbuvir,
simeprevir tergantung
genotype
Hepatitis D
Hepatitis D
Virus defective
• Need component of HBV for replication
• Super infection of Hep D, in patient of chronic HB, infected by HDV
Very pathogenic
• Cause acute HDV and Chronic HDV
• Clinical symptom of co-infection HDV-HBV same with acute infection
of HBV
Diagnosis
• Detection HD Ag in hepatic tissue/blood
• Detection serum IgM anti HDV
Hepatitis E
Caused by SS RNA virus
• Overall 1-3 %
• Pregnant women, 15-25 %
HEV-RNA in faeces
Jaundice
Penyebab Utama Jaundice
Hemolytic Jaundice
Parenchymatous Jaundice
Obstructive Jaundice
Conclusion
Blood Urine
Type of Jaundice Stool Color
Indirect Bil Direct Bil Bilirubin Urobilinogen
1. Hemolytic N N Not Present
2. Hepatocellular N
damage
3. Obstructive N / Pale
Peningkatan amilase atau lipase lebih dari tiga kali nilai batas normal
• Amylase rises within 6-24 • Lipase rises within 4-8 hours • Given recent developments
hours and normalizes in 3-7 and stays elevated for 8-14 that have made lipase widely
days. days. available and its superior test
• Traditionally, amylase was • Lipase remains elevated longer characteristics, lipase is now
recommended as the and is at least as sensitive and the laboratory measurement
diagnostic test of choice more specific than amylase. of choice for the diagnosis of
because it was cheaper and • Lipase levels of greater than acute pancreatitis, and there is
more widely available than five times the upper limit of little additional benefit from
lipase. normal have 100% specificity also obtaining a serum amylase
for the diagnosis of acute level.
pancreatitis. • The degree of elevation of
serum lipase or amylase at
admission does not predict
severity of disease
Rare sign (<1%)
Cirrhosis hepatis
Definisi
Suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium
akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang
ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan
pembentukan nodulus regeneratif
SGOT dan SGPT meningkat tapi tak begitu tinggi (SGOT >> SGPT)
Albumin menurun
Globulin meningkat
Anemia
Thrombositopenia
Leukopenia
Pemeriksaan USG
Enema
Other tx: Flumazenil, Dopaminergic agonists, Bromocriptine and L-dopa, Molecular absorbent
recirculating system (MARS), Acarbose, Probiotics
Ascites
Hepatopulmonal Syndrome
Hepatorenal Syndrome
Abdominal Tumor in Adult
Hepatocellular Carcinoma
Major Risk Factor
• Aflatoxin
• Alkohol
• Oral contraceptive
• Ludwig Sign : menekan sela iga ke-6 setentang linea axilaris anterior
Diare
Definisi
2. Terapi dehidrasi
3. Mencegah dehidrasi pada pasien tanpa tanda dehidrasi menggunakan cairan atau larutan rehidrasi oral:
• a) Rehidrasi pasien dengan dehidrasi sedang menggunakan larutan rehidrasi oral dan koreksi dehidrasi berat dengan larutan intravena
yang tepat,
• b) Memberikan hidrasi menggunakan larutan rehidrasi oral,
• c) Mengobati gejala.
4. Stratifikasi manajemen:
• a) Petunjuk epidemiologis: makanan, antibiotik, aktivitas seksual, perjalanan wisata, penyakit lainnya, wabah, musim.
• b) Petunjuk klinis: diare berdarah, nyeri abdomen, disentri, penurunan berat badan, infl amasi fekal.
5. Mengambil spesimen fekal untuk analisis:
• Jika diare berat, inflamasi, berdarah atau persisten, dan pada saat awal wabah atau epidemik.
• Dalam kelompok ini tergolong kodein fosfat, • Arang aktif, attapulgit aktif, bismut subsalisilat,
loperamid HCl, serta kombinasi difenoksilat dan pektin, kaolin, atau smektit diberikan atas dasar
atropin sulfat. argumentasi bahwa zat ini dapat menyerap
• Penggunaan kodein adalah 15-60 mg 3x sehari, bahan infeksius atau toksin.
loperamid 2-4 mg/3-4 kali sehari. • Melalui efek tersebut, sel mukosa usus terhindar
• Efek kelompok obat tersebut meliputi kontak langsung dengan zat-zat yang dapat
penghambatan propulsi, peningkatan absorbsi merangsang sekresi elektrolit.
cairan, sehingga dapat memperbaiki konsistensi
feses dan mengurangi frekuensi diare.
• Obat ini tidak dianjurkan pada diare akut dengan
gejala demam dan sindrom disentri
Antibiotik diindikasikan pada pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi, seperti
persisten atau
pasien
demam, feses berdarah, leukosit pada feses, penyelamatan jiwa diare pada pelancong,
immunocompromised.
pada diare infeksi,
Nefrologi Dan Hipertensi
Outline Materi
Chronic
Infeksi Saluran
Hipertensi Kidney
Kemih
Disease
Hipertensi primer
(idiopatik)
Hipertensi sekunder
(terdapat penyakit
yang mendasari)
Figure Legend:
Comparison of Current Recommendations With JNC 7 Guidelines
Copyright © 2012 American
Date of download:
Medical Association. All rights
12/19/2013 ©Bimbel UKDI MANTAP
reserved.
Strategi JNC VIII
©Bimbel UKDI MANTAP
ESC 2013
Target TD
Cara Kerja Anti Hipertensi
Obat
Anti-
Hipertensi
©Bimbel UKDI MANTAP
Krisis Hipertensi
Hypertensive urgency (hipertensi mendesak)
• Tekanan darah yang sangat tinggi (> 180/120 mm Hg) JNC VII
• Kelainan/ kerusakan target organ yang bersifat progresif (e.g.
hypertensive encephalopathy, cerebral vascular accident/ cerebral
infarction, SAH, ICH, myocardial ischemia/ infarction, acute
pulmonary edema, acute renal failure, retinopathy, eclampsia, etc.)
• Tekanan darah diturunkan dalam periode beberapa jam-hari dan bahkan lebih lambat
pada individu usia tua yang berisiko mengalami hipoperfusi serebral atau myokard
akibat penurunan tekanan darah yang terlalu cepat.
• Target penurunan tekanan darah dapat diturunkan sampai < 160/110 mmHg akan tetapi
Mean Arterial Pressure (MAP) diturunkan tidak lebih dari 25% dalam beberapa jam.
Target untuk pengobatan jangka panjang adalah < 140/90 mmHg.
Emergency hypertension
• Manajemen tekanan darah dilakukan dengan obat-obatan parenteral secara tepat dan
cepat.
• Pasien harus berada di dalam ruangan ICU agar monitoring tekanan darah bisa
dikontrol dan dengan pemantauan yang tepat.
• Secara umum tingkat ideal penurunan tekanan darah adalah dengan penurunan Mean
Arterial Pressure (MAP) 10-20% selama 1 jam awal dan 5-15% pada 23 jam berikutnya.
• Penurunan tekanan darah yang mendadak menyebabkan iskemia renal, serebral atau
koroner
Captopril Tablet 12,5 mg 15-30 menit 6-8 jam 6,25-50 mg/kali KONTRAINDIKASI:
Tablet 25 mg Dapat diulang per ½ jam STENOSIS ARTERI RENAL
Tablet 50 mg KEHAMILAN
Klonidin Tablet 0,075 mg 30-60 menit 3-12 jam 0,075-0,15 mg/kali EFEK SAMPING (SERING):
Tablet 0,15 mg Dapat diulang per jam MULUT KERING
Dosis max 0,6 mg SOMNOLEN
Furosemide Tablet 40 mg 30-60 menit 6-8 jam 20-80 mg/kali EFEK SAMPING
Dapat diulang per 8 jam HIPERURISEMIA
Dosis max 600 mg HIPOKALEMIA
Nikardipin Infus drip intravena dengan 5-15 menit 1,5-4 jam atau Takikardia, nyeri kepala, Hindari penggunaan pada
Inj. 10 mg/10 ml dosis 0,5-6 mcg/kgBB/menit sepanjang infus dizziness, mual, flushing, gagal jantung akut dan
(Perdipine) berjalan phlebitis, lokal edema iskemia koroner
Nitrogliserin Infus drip intravena 5-100 2-5 menit 5-10 menit atau Hypoxemia, takikardia Obat anti hipertensi
Inj. 50 mg/10 ml mcg/menit sepanjang infus (aktivasi refleks potensial pada pasien
(Glyceryl Trinitrate berjalan simaptetik), nyeri kepala, dengan iskemia koroner
DBL) muntah, flushing, atau edem paru akut
Inj. 10 mg/10 ml methemoglobinemia,
(Nitrocine,NTG) toleransi pada pemakaian
jangka panjang
Klonidin Infus drip intravena 30-60 menit 6-10 jam atau Mulut kering, somnolen, Diberikan pada kasus
Inf. 0,15 mg/ml 0.2-0,5 mcg/kgBB/menit. Per sepanjang infus nyeri kepala, dizzines, hipertensi emergensi yang
(Catapres) infus maximum 0,15 mg berjalan fatigue diakibatkan withdrawal
klonidin
Diltiazem Infus drip intravena 5-15 5-10 menit 1-3 jam atau AV blok, denyut prematur Kontraindikasi pada kasus
Inj. 50 mg/vial mcg/kgBB/menit sepanjang infus atrium, edema, nyeri syok kardiogenik, AV blok
(Herbesser) berjalan kepala, dizziness derajat 2-3, sick sinus
syndrome, sindrom WPW
atau LGL
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu penyakit yang ditandai dengan ada/ ditemukannya
mikroorganisme dalam urine
Kondisi ISK dapat diketahui dengan adanya mikroorganisme di dalam urine, yang paling
sering adalah ditemukannya bakteri dalam urine. Adanya bakteriuria bermakna
(significant bacteriuria) adalah ditemukannya pertumbuhan mikroorganisme murni lebih
dari 105 colony forming units/ milliliter (cfu/ml) pada biakan urine.
Dari data penelitian yang ada, hampir 25-35% dari semua perempuan dewasa telah
pernah mengalami ISK dalam hidupnya. ISK berulang pada laki-laki lebih jarang ditemukan
jika tidak ditemukan adanya faktor pencetus yang jelas. Pada individu perempuan,
prevalensi ISK pada usia sekolah adalah 1%, yang meningkat menjadi 5% pada fase seksual
aktif. (PAPDI, 2009)
• Infeksi Saluran Kemih Bawah (ISK- • Bakteriuria Asimptomatik/ Covert • Infeksi Saluran Kemih Sederhana
B), meliputi infeksi dan perdangan Bacteriuria. Merupakan kondisi (Uncomplicated), Merupakan suatu
pada: ditemukannya bakteriuria bermakna kondisi ISK yang tunggal maupun
• Perempuan: Meliputi sistitis yakni yang tidak disertai adanya keluhan berulang, namun tidak ditemukan
suatu presentasi infeksi kandung ataupun tanda-tanda klinis. Kondisi tanda-tanda maupun gejala
kemih disertai bakteriuria ini sering diakibatkan oleh: insufisiensi renal kronik.
bermakna, dan sindroma uretra • Pasien telah mendapatkan/ sedang
akut (SUA) yakni adanya presentasi menggunakan terapi antimikroba • Infeksi Saluran Kemih
sistitis tanpa adanya • Terapi diuretika Berkomplikasi (Complicated),
mikroorgnisme/ steril. • Minum banyak Merupakan suatu kondisi ISK yang
• Laki-Laki: Sistitis, prostatitis, • Waktu pengambilan sampel tidak diikuti dengan terjadinya insufisiensi
epididimitis, dan urethritis tepat renal kronik yang seringkali
berkaitan dengan refluks
• Peranan bakteriofag
• Infeksi Saluran Kemih Atas (ISK-A): vesikoureter sejak lahir yang
Meliputi pielonefritis akut (PNA) biasanya dapat berakhir pada gagal
• Bakteriuria Simptomatik, ginjal terminal.
yakni adanya proses inflamasi pada
merupakan kondisi ditemukannya
parenkim ginjal yang disebabkan
bakteriuria bermakna yang juga
oleh infeksi bakteri, dan pielonefritis
diikuti oleh adanya keluhan maupun
kronis (PNK) yang merupakan
tanda-tanda klinis suatu ISK.
kondisi lanjut dari adanya infeksi
akut sejak masa kecil, obstruksi
saluran kemih dan refluks
vesikoureter dengan maupun tanpa
adanya bakteriuria kronik dan sering
diikuti terjadinya jaringan parut
pada ginjal.
©Bimbel UKDI MANTAP
Etiologi dan faktor risiko
Menurut Harrison et al. (2009), Faktor Risiko
pencetus/ agen etiologik ISK pada
umumnya adalah bakteri. Pada • Riwayat diabetes melitus
umumnya penyebabnya adalah
mikroorganisme tunggal seperti: • Riwayat kencing batu (urolitiasis)
• Higiene pribadi buruk
Eschericia
coli, Mikroorganisme • Riwayat keputihan
lainnya yang
merupakan sering dtemukan Infeksi • Kehamilan
mikroorganis seperti Proteus Pseudomonas
me yang spp. (ditemukan spp. akibat • Riwayat infeksi saluran kemih
pada 33% ISK
paling sering anak laki-laki
dari sebelumnya
diisolasi dari berusia 5 tahun), pemasangan
pasien Klebsiella spp., kateter dan • Riwayat pemakaian kontrasepsi
dengan ISK dan infeksi diafragma
asimptomatik Staphyllococcus nosokomial.
maupun
spp. dengan • Kebiasaan menahan kencing
koagulase negatif.
simptomatik. • Hubungan seksual
• Anomali struktur saluran kemih
Pasien laki-laki
Mikroorganisme non-regular:
Pseudomonas spp dan Proteus
spp.
Radioisotop Scanning
ISK berulang dengan interval
6 minggu.
Manifestasi:
Gejala Komplikasi:
anemia, hipertensi, payah
antung, asidosis
metabolik, osteodistrofi
renal, gangguan elektrolit.
©Bimbel UKDI MANTAP
©Bimbel UKDI MANTAP
Pendekatan Diagnosis
Gambaran Laboratoris
Gambaran Radiologis
• Sesuai dengan penyakit yang
mendasarinya
• Penurunan fungsi ginjal: • Foto Polos Abdomen:
• peningkatan kadar ureum dan kreatinin gambaran batu radio-opak
serum, • IVP: jarang dikerjakan
• penurunan LFG. karena kekhawatiran
• Kelainan Kimia Darah: kontras yang tidak dapat
• penurunan kadar Hb, dibuang melalui ginjal.
• peningkatan kadar asam urat,
• hiper/hipokalemia,
• Pyelografi Ante/Retrograd
• hiponatremia, • USG: ukuran ginjal
• hiper/hipokloremia, mengecil, korteks menipis,
• hiperfosfatemia, massa/ kista ginjal,
• hiperkalsemia, hidronefrosis.
• asidosismetabolik. • Renografi
• Kelainan Urinalisis: proteinuria,
hematuria, leukosuria, cast, isostenuria.
Restriksi cairan
• input cairan adalah 500-800 ml ditambah urine yang keluar.
Prevalence
• 1% all patients admitted
to hospital
• 10-30% patients
admitted to ICU
Etiology
• Hemodynamic 30%
• Parenchymal 65%
• Acute tubular necrosis
55%
• Acute
glomerulonephritis 5%
• Vasculopathy 3%
• Acute interstitial
nephritis 2%
• Obstruction 5%
Pada pasien yang memenuhi kriteria diagnosis AKI sesuai dengan yang telah
dipaparkan di atas, pertama-tama harus ditentukan apakah keadaan tersebut
memang merupakan AKI atau merupakan suatu keadaan akut pada PGK.
Beberapa patokan umum yang dapat membedakan kedua keadaan ini antara lain
Pemeriksaan klinis
Riwayat etiologi Perjalanan penyakit
Riwayat etiologi PGK (anemia, neuropati Ukuran ginjal
penyebab AKI (pemulihan pada AKI)
pada PGK)
• sedimen yang didapatkan aselular dan mengandung cast hialin yang transparan.
AKI prarenal
• sedimen inaktif, kristal, walaupun hematuria dan piuria dapat ditemukan pada
AKI obstruksi intralumen atau penyakit prostat.
pascarenal
• Pigmented “muddy brown” granular cast, cast yang mengandung epitel tubulus yang
dapat ditemukan pada ATN;
• Cast eritrosit pada kerusakan glomerulus atau nefritis tubulointerstitial;
AKI renal • Cast leukosit dan pigmented “muddy brown” granular cast pada nefritis interstitial
©Bimbel UKDI MANTAP
terapi pengganti ginjal yang
diindikasikan pada keadaan
• Oligouria dan anuria,
• Hiperkalemia (K>6,5 mEq/l),
• Asidosis berat (pH<7,1),
• Azotemia (ureum>200 mg/dl)
• Edema paru
• Ensefalopati uremikum
• Perikarditis uremikum
• Neuropati atau miopati
uremikum
• Disnatremia berat (Na>160
mEq/l atau <115 mEq/l),
• Hipertermia
• Kelebihan dosis obat yang
dapat didialisis.
Relaps
• Timbulnya proteinuria kembali (>40 mg/m2/jam), atau ≥ 2+ selama 3 hari berturut-turut
Remisi
• Keadaan proteinuria negatif atau trace selama 3 hari berturut-turut
Diuretik
Albumin
• Streptococal • SLE
• Staphilococal • Henoch Schönlein purpura
• Endocarditis bacterial
• Viral
MICROANGIOPATI
IDIOPATI
GLOMERULO DISEASE
• Hemolitik uremik sindrom • Membrano proliferatif GN
• Malignan hipertensi • IgA GN
• Pre eklamsia
PATOGENESIS GN
Glomerulo nefritis
SEMBUH
LATENT
GNA GNK SN GGT
SUB. AKUT
5% †
RPGN
GGT
GNK: glomerulo nefritis kronis
GNA: glomerulo nefritis akut GGT: gagal ginjal terminal
RPGN: rapid progressive glomerulo nefritis SN: sindroma nefrotik
GNA-POST STREPTOCOCCAL
Definisi :
• GN : Ialah suatu reaksi
imunologik terhadap
bakteri/virus tertentu pada
jaringan ginjal.
• Sering akibat infeksi kuman
streptococcus
Perjalanan klinis GN
• dapat akut maupun kronis.
Insidensi:
• 2/3 GNA pada anak berumur
antara 3-7 tahun
• Penderita pria > wanita
• Jarang pada umur < 3 tahun
Laboratorium :
• Urin
• Jumlah menurun
• Berat Jenis meningkat
• Eritrosit : (+ +) / > 5/LPB
• Darah :
• Laju Endap Darah meningkat.
• Ureum sedikit meningkat.
• Kreatinin sedikit meningkat .
• B1C – Globulin (C3) menurun
• Adeno Streptolicin O (ASTO) meningkat.
Istirahat-total : 3 - 4 minggu
Dietetik :
• rendah protein (1 gm/kg bb/hari)
• rendah garam (1 gm/hari)
IVFD Glukose 10 - 15 % pada penderita anuria/muntah, bila terjadi anuria selama (5-7 hari) maka dilakukan :
• Dialisis peritoneum
• Tranplanstasi ginjal
• Hemodialisis.
Diuretika :
• Bila ureum meningkat : “Forced diurestics” (Lasix : Furosemid).
Simtomatik :
• Hipertensi reserpin, hidralisin Mg SO4
• Hypertensive encephalopathy ditambah sedativa (Luminal, Valium).
• Dekompensasi jantung : digitalis sedativa, dan O2
Definisi :
• Kelainan hematologis dan proteinuria menetap.
• Eksaserbasi berulang terhadap GNA (beberapa bulan/tahun).
Gejala Klinik :
• Tanpa gejala yang spesifik : Edema sedikit, suhu subfebril
• Fase nefrotik : edema tambah jelas,
• ratio albumin/globulin terbalik, kolesterol meningkat.
• Fungsi Ginjal dapat menurun : kadar ureum dan kreatinin meningkat
Makroskopik :
• Ginjal mengecil/mengerut.
• Permukaan berbutir (contracted kidney).
Mikroskopik :
• Glomerulus bergenerasi hialin, tubulus atrofik.
• Pada nefron jaringan ikat meningkat dengan infiltrasi
limfosit.
344
Pathophysiologic
findings in
anginal
syndromes
ACS Spectrum
sering disertai diaphoresis, mual/muntah, Lebih sering pada pasien usia muda (25-40
nyeri abdominal, sesak napas, dan sinkop tahun) atau usia lanjut (>75 tahun), wanita,
penderita diabetes, gagal ginjal menahun,
atau demensia.
Three Principal Presentation
Angina in ACS
Rest Angina
• Angina tipikal yang persisten selama lebih
dari 20 menit pada saat istirahat
Increasing Angina
• Angina stabil yang mengalami destabilisasi
(angina progresif atau kresendo): menjadi
makin sering, lebih lama, atau menjadi
makin berat; minimal kelas III klasifikasi CCS.
S&S Myocardial Infarction
Electrocardiography
STEMI NON STEMI
ST Depresi
Horizontal/Downsloping
Vaskularisasi
Coronaria
Lokasi Infark
Posterior: tall R
wave and ST
Inferior: II, III, aVF High Lateral: I, aVL
depression in V1-
V2
Posterior and Right Lead of ECG
Indication
• ST elevation in
inferior (II, III, aVF)
• ST depression in
V1-V3
• Chest pain typically
to infarction with
normal ECG
Right Ventricle Infarct
V V
4 3
R R
Hypotension
Raised JVP
Clear Lung
Cardiac Biomarker
1. Tirah baring
• Aspirin • Aspirin
• ADP antagonist (Loading) • ADP antagonist, for up to 12
• Clopidogrel: months
• <75 years old: 300 mg • Ticagleror 180 mg,
• >75 years old: - maintanance 2x90 mg/day
• 600 clopidogrel,
maintanance 75 mg/day
5. Nitrogliserin (NTG)
6. Morfin sulfat
spray/tablet sublingual
Jika nyeri dada tidak hilang dengan satu kali pemberian, 1-5 mg intravena, dapat diulang setiap 10-30 menit,
dapat diulang setiap lima menit sampai maksimal tiga bagi pasien yang tidak responsif dengan terapi tiga
kali. dosis NTG sublingual
• Transportasi bermasalah
• Waktu antara Door-to-balloon dan Door-to-needle lebih
dari 60 menit
• Waktu antar kontak medis dengan balonisasi atau door-
to-balloon ebih dari 90 menit
Keadaan strategi invasif lebih baik:
Tersedianya cath-lab dengan dukungan Indikasi kontra untuk fibrinolisis, termasuk peningkatan
pembedahan risiko perdarahan dan perdarahan intrakranial
• Syok kardiogenik
• Kelas Killip ≥ 3
Ko-Terapi Antikoagulan STEMI
Pasien STEMI yang tidak mendapat terapi reperfusi, dapat diberikan terapi
antikoagulan (regimen non-UFH) selama rawat inap, hingga maksimum 8 hari
pemberian
Single-vessel disease
• PCI
Multi-vessel disease
• PCI or CABG, according to individual circumstances
• If CABG decided, stop anti platelet drugs 5 days to CABG done
MI Complication
Secondary Prevention and Long Term Management
2. Pemberian penghambat reseptor ADP dilanjutkan selama 12 bulan kecuali bila risiko perdarahan tinggi
3. Statin dosis tinggi diberikan sejak awal dengan tujuan menurunkan kolesterol LDL <70 mg/dL
4. Penyekat beta disarankan untuk pasien dengan penurunan fungsi sistolik ventrikel kiri (LVEF ≤40%)
5. ACE-I diberikan dalam 24 jam pada semua pasien dengan LVEF ≤40% dan yang menderita gagal
jantung, diabetes, hipertensi, atau PGK, kecuali dikontraindikasikan
6. ACE-I juga disarankan untuk pasien lainnya untuk mencegah berulangnya kejadian iskemik, dengan
memilih agen dan dosis yang telah terbukti efikasinya
7. ARB dapat diberikan pada pasien dengan intoleransi ACE-I, dengan memilih agen dan dosis yang telah
terbukti efikasinya
8. Antagonis aldosteron disarankan pada pasien setelah MI yang sudah mendapatkan ACE-I dan
penyekat beta dengan LVEF ≤35% dengan diabetes atau gagal jantung, apabila tidak ada disfungsi ginjal
yang bermakna (kreatinin serum >2,5 mg/dL pada pria dan >2 mg/dL pada wanita) atau hiperkalemia
©Bimbel UKDI MANTAP
Ischemic Heart Disease
Medical Management of SIHD
Classic hemodynamics agent
Heart Failure
Definisi Gagal Jantung
• didefinisikan sebagai sindrom klinik yang kompleks yang disertai keluhan gagal
jantung berupa sesak, fatik, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema,
dan tanda objektif adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat.
• Gagal jantung kronis memiliki perjalanan penyakit yang lambat dan lebih
menimpa sistema sirkulasi sistemis.
• Terdapat sejumlah alasan, mengapa sirkulasi sistemik dapat menoleransi
progresifitas gagal jantung, yaitu
• sirkulasi sistemis lebih dapat mengalami adaptasi dan toleransinya besar karena
pembuluh darahnya lebih besar,
• Pembuluh darah sirkulasi sitemik lebih mudah meregang dan lebih mudah
menyesuaikan dan bertahan lebih lama terhadap ketidak seimbangan vaskuler
dibanding dengan sistema paru.
• Oleh karena itu, gambaran klinik gagal jantung kronis lebih berupa keluhan-
keluhan bendungan sistemis, depresi cardiac ouput, dan gangguan pengaturan
air dan garam oleh ginjal.
• Penampilan klinis bisa berupa berkurangnya kemampuan toleransi kemampuan
fisik, fatik, sesak nafas saat aktif, penambahan berat badan, edema, desakan vena
jugalaris yang meningkat, hepatomegali, atau efusi serosa, tergantung dari parah
tidaknya gangguan jantung.
• Sedangkan gagal jantung akut lebih berupa keluhan-keluhan bendungan paru dan
menurunnya perfusi sistemis.
©Bimbel UKDI MANTAP
Klasifikasi Gagal Jantung
CHEST X-RAY - PA
HEART BORDER - PA
RIGHT LEFT
- Right atrium - Arcus aorta
- Left atrium appendage
- Left venticle
RA
kanan
demonstrates: Apex is uplifted, medially,
anteriorly
RV
• As the left atrium enlarges it may become directly visible, or displace adjacent structures.
• Direct visualisation of the enlarged atrium includes:
• double contour sign
when the right side of the left atrium pushes into the adjacent lung, and becomes
visible superimposed or even beyond the normal right heart border (known as atrial
escape)
• oblique measurement of greater than 7cm 5-6
• convex left atria appendage: normally the left heart border just below the pulmonary
outflow track should be flat or slightly concave
Esophagus
LA
LA
1. Cardiomegali
2. LV enlargement
3. Prominent aortic
knob
4. Elongated
descending aorta
LVH Criteria
Voltage Criteria Non Voltage Criteria
Increased R wave peak time: the upstroke of the QRS complex is slurred in V5-6, resulting in minor QRS broadening.
Left ventricular strain pattern: T wave inversion in the lateral leads V5-6, I and aVL.
Right ventricular strain pattern with ST depression and T-wave inversion in V1-4.
©Bimbel UKDI MANTAP
Recent
Guidelines
LVEF ≤ Sinus HR ≥ 70
35 % Rhythm bpm
Gambaran kompleks QRS yang seperti ini menunjukkan adanya disinkroni ventrikel.
Cardiac resynchronization therapy (CRT) adalah alat pacu jantung permanen yang dapat
memperbaiki kondisi disinkroni ventrikel dengan meningkatkan kontraksi ventrikel dan
mengurangi regurgitasi mitral
Indikasi CRT (European Society of
Cardiology)
Gagal jantung NYHA kelas IV yang simptomatik walaupun telah dalam
terapi medikamentosa yang optimal,
• Atrial fibrillation.
• Very early diastolic ventricular ectopic beats
• Some patients with Pacemaker.
The mechanism
• The ventricular contractions are too weak and unable to open the aortic valve,
but at the same time they are good enough to close the mitral valve. So
intermitently the second heart sound is missed while S1 is retained, producing
more heart sounds and less pulse count in the periphery. The S1 is either felt or
heard at the apex but the corresponding pulse is missing.
Pulsus Alternans
Altered impulse
Triggered activity
formation
Decrease automaticity
of SA node
reentry
Altered impulse
conduction
Conduction blok
Tachyarrythmia
Bradyarrhytmia
ECG result
Letal
• VT
• VF
• PEA
• Asistole
Non Letal
• Cepat
• Lambat
Letal
• VT
• VF
• PEA
• Asistole
Ventricular Fibrillasi
Depolarisasi ventrikel
yang kacau
Aritmia letal
Early defibrillation
sangat penting
4 clues
P vs No P
Reguler vs ireguler
WPW
LGL
Jenis-Jenis AF
VT dengan nadi
VT tanpa nadi
VF
Asistole
PEA
VES/PVC
Klasifikasi VES
Berdasarkan jumlah fokus ectopic
• Unifokal
• Multifokal (dalam 1 lead muncul bentuk VES yang berbeda)
Berdasarkan frekuensi
• VES jarang (sampai dengan 5x/menit)
• VES frekuen (lebih dari 5 x/menit)
Berdasarkan pola munculnya
• VES repetitif
• Bigeminy : VES muncul tiap denyutan ke 2 irama dasar
• Trigeminy: VES muncul tiap denyutan ke 3 irama dasar
• VES berkelompok
• Salvo/couplet, 2 VES muncul berturutan
• VES Triplet = run of VT
Klasifikasi VES (con’t)
Other non classified VES
• R on T phenomenon, VES muncul pada periode repolarisasi
ventrikel, pada downslope T wave (rentan terjadi VF)
Dangerous VES (indikasi ICU)
• Multifokal VES
• R on T phenomenon
• Couplet VES
• VES frekuen
• VES repetitif
• Idioventrikular rhythm
Management VES
Alternative therapy
• Identifikasi faktor yang dapat dikoreksi (iskemia,
elektrolit, hipotensi, asidosis)
• Kardioversi elektrik dengan minor transquilizer
Jika ditemukan sinus
bradycardia, AV block
derajat 1, dan AV
block derajat 2 tipe 1,
bisa diberikan
Atropin.
Jika ditemukan AV
block derajat 2 tipe 2,
dan total AV Block
Transcutaneous
Pacing
Transvenous Pacing
©Bimbel UKDI MANTAP
Etiologi:
Obat-obatan (Beta blocker, AV nodal Inhibitor, CCB Non Dihidropiridine)
Refleks vasovagal
AMI yang mempengaruhi sirkulasi AV Node (RCA), paling sering AMI Inferior.
©Bimbel UKDI MANTAP
Etiologi:
Obat-obatan (Beta blocker, AV nodal Inhibitor, CCB Non Dihidropiridine,Digoxin)
Refleks vasovagal
AMI yang mempengaruhi sirkulasi AV Node (RCA).
©Bimbel UKDI MANTAP
Etiologi:
AMI yang melibatkan cabang-cabang pembuluh darah koroner kiri, paling sering AMI
Anterior.
©Bimbel UKDI MANTAP
Etiologi:
AMI yang melibatkan cabang-cabang pembuluh darah koroner kiri, secara khusus ramus
LAD, dan cabang septum interventrikel yang mensuplai cabang-cabang berkas.
Antiarrhytmic Drug Classes
BLS-ACLS
BLS-ACLS
Asymptomatic
• Without obvious symptoms (but usually with functional
impairment)
Classic claudication
• Lower extremities symptoms confined to the muscles with a
consistent (reproducible) onset with exercise and relief with rest
Atypical leg pain
• Lower extremities discomfort that is exertional, but does not
consistantly relief with rest
CLI vs ALI
Chronic Limb ischemia
• present with longstanding symptoms of peripheral artery disease that
can include rest pain, which is pain across the base of the metatarsal
heads at rest relieved by dependency, or with tissue loss, which can
be ulceration, dry gangrene or wet gangrene.
• Wound care
• Antibiotics
• Revascularization:
• Endovascular
• Surgery
• Goal to Promote Limb Survival
Revascularization
Thromboangitis Obliterans (Buerger’s
Disease)
Introduction
is characterized by an inflammatory endarteritis that causes a prothrombotic state and
subsequent vaso-occlusive phenomena
affects small and medium-sized arteries as well as veins of the upper and lower extremities
often present with moderate-to-severe claudication that can quickly progress to critical limb
ischemia featuring rest pain or tissue loss
Features of acute limb ischemia (eg, pain, paresthesia, palor, mottling, poikilothermia, paresis,
and pulselessness) are common signs and symptoms encountered in the emergency setting
Diagnostic Criteria (Olin, 1990)
Age younger than 45 years
A score of 0 or lower is associated with DVT A score of 1-2 is considered moderate risk A score of 3 or higher suggests DVT is likely.
unlikely with a prevalence of DVT of 5%. with a pretest probability of 17%. Pretest probability 17-53%
Management
Treatment options for DVT include the following:
• Anticoagulation (mainstay of therapy) - Heparins, warfarin, factor Xa
inhibitors, and various emerging anticoagulants
• Pharmacologic thrombolysis
• Endovascular and surgical interventions
• Physical measures (eg, elastic compression stockings and ambulation)
Potential complications of DVT include the following:
• As many as 40% of patients have silent Pulmonary Embolism when
symptomatic DVT is diagnosed [4]
• Paradoxic emboli (rare)
• Recurrent DVT
• Postthrombotic syndrome (PTS)
Venous Ulcer
DVT is a risk factor for developing venous stasis ulcers
Pulmonary Embolism
Rheumatic Heart Disease
Introduction
Berkaitan dengan demam rheumatic akut
Pericarditis
• 15% kejadian, diidentifikasi dari nyeri dada dan friction rub
Endocarditis
• Keterlibatan katup jantung
• Mitral 90-95%, tricuspid 30-50%, 5-8% aorta
• Edematous di dalam katup jantung tan nodulus di 1-2 mm tepi katup (sel
leukosit + fibrous cap) regurgitasi katup (dilatasi ruang jantung saat
carditis) / fase akut penebalan katup dan fibrosis stenosis katup
Subklinis Carditis (SC)
• Karditis yang tidak ditemukan murmur, namun berdasarkan echo dan doppler
Jones Criteria
Management of ARF-ARHD
Eradicate GAS
• Benzatine Penicillin G
• <27 kg : 600.000 U I.M. (once)
• >27 kg: 1.200.000 U I.M. (once)
• Penicillin V (Phenoxymethyl penicillin) 250 mg 2-3 times/d (ped), 500 mg 2-3times/d (adult)
• Erythromycin estolate, 20-40 mg/kg/2-4 times dialy (10 days)
• Erythromycin Ethylsuccinate 40mg/kg/2-4 times (max 1g/d) (10 days)
Anti inflamasi
• Aspirin 90-120 mg/kg/hari 10 minggu, tappering tiap 2 minggu, atau
• Predinosolone 60 mg/hari (BB >20 kg), 40 mg/hari (BB <20kg), diberikan 3 minggu, ditappering
selama 9 minggu
• Aspirin preferred carditis ringan / tanpa gagal jantung
Sources of the infection may be transient bacteremia, which is common during dental,
upper respiratory, urologic, and lower gastrointestinal diagnostic and surgical procedures.
The infection can cause growths on the heart valves, the lining of the heart, or the lining
of the blood vessels.
These growths may be dislodgeand send clots to the brain, lungs, kidneys, or spleen.
Infective Endocarditis Ethiology
Osler nodes
Janeway lesion
Pericarditis
• Diffuse ST-segment elevation in most o the ECG leads,
usually with the exception o aVR and V1 (Fig. 14-1).
• In addition, PR-segment depression in several leads is
often evident, reflecting abnormal atrial repolarization
related to atrial epicardial in ammation.
Cardiac Tamponade
Definition
Trias Beck
Pericardiocentesis