Anda di halaman 1dari 106

INTERNA 1

Darm contour dan steifung khas pada


ileus dan hirschprung disease Red vs White striae
Cullen dan Grey turner sign pada
pankreatitis akut

Rose Spot pada typhoid


AUSKULTASI

Auskultasi dilakukan pada keempat kuadran


abdomen, dengan selama 1 menit untuk
menilai bising usus dan untuk menilai ada
atau tidaknya bruit.
1. Frekuensi normal : 5-34x/menit
2. Illeus Obstruktif : peningkatan bising usus
disertai metallic sound.
3. Diare : peningkatan bising usus.
4. Illeus paralitik : menurun atau tidak
terdengar sama sekali.
5. Bruit : terjadi pada aneurisma aorta.
PERKUSI

Perkusi dilakukan di 4 kuadran abdomen,


normalnya berbunyi timpani, apabila
terdapat ascites didapatkan bunyi redup.
Shifting dullness test
Lakukan perkusi dari umbilikus ke sisi lateral
sampai menemukan perubahan bunyi
timpani ke redup. Selanjutnya tandai lokasi
tersebut, mintalah pasien miring kemudian
perkusi lagi pada titik yang telah ditandai
tersebut. Hasil positif bila redup berubah
menjadi timpani yang menandakan adanya
akumulasi cairan atau terjadi ascites.

Tes undulasi
PALPASI
PALPASI SUPERFICIAL DAN DALAM
Lakukan palpasi superfisial dan palpasi dalam. Jangan lupa hangatkan pasien. Pertama
lakukan palpasi superfisial pada keempat kuadran abdomen. Lakukan identifikasi nyeri,
massa dan tahanan otot. Setelah itu lakukan palpasi dalam. Palpasi dalam digunakan
untuk mengidentifikasi massa dalam, konsistensi massa, bentuk, lokasi dan ukuran
massa. Jangan lupa identifikasi nyeri abdomen juga.
PALPASI HEPAR
Palpasi hepar ada 2 cara. Pertama dilakukan dengan cara meletakkan sisi lateral (bagian
dekat jempol) telapak tangan dengan posisi tangan pronasi pada bawah kosta 11-12 sisi
kanan. Kemudian pasien diminta menarik nafas (inspirasi) dilanjutkan mengeluarkan nafas
(ekspirasi).

PALPASI LIEN
Lakukan palpasi lien dengan cara meletakkan tangan kiri diantara SIC 10-12, lalu berikan
penekanan ke arah cranial. Posisikan tangan kanan pemeriksa disebelah atas kosta, tekan
kearah lien. Pasien diminta inspirasi. Normal : tidak teraba. Pembesaran lien didasarkan atas
skala Scuffner. Skala scuffner dimulai dari 1 hingga 8.
Palpasi Ginjal
Lakukan palpasi ginjal dengan menaruh tangan kiri di belakang posisi belakang ginjal,
dan tangan kanan di abdomen anterior dengan posisi seperti menangkap ginjal. Dengan
sedikit menekan, rabalah ginjal kanan dan kiri. Secara normal tidak teraba.

Grading hidronefrosis

Palpasi Ginjal
Pemeriksaan Bimanual Ginjal

Nyeri Ketok Costovertebrae


RECTAL TOUCHE
• Inspeksi dari luar apakah ada tanda inflamasi, hemorrhoid, fissura dan lain-lain.
• Nilai tonus sfinger ani dengan meminta pasien untuk mengejan. Selanjutnya, putar jari
sebesar 360° sambil rasakan permukaan dinding anus secara keseluruhan untuk melihat
ada tidaknya kelainan, seperti massa.
• Nilai prostat pada pasien pria. Hal yang harus dinilai adalah ukuran, konsistensi, ada
tidaknya nodul, dan ada tidaknya nyeri pada saat dilakukan perabaan prostat.
• Bila pemeriksaan sudah selesai, tarik keluar jari dari dalam anus secara perlahan dan
amati warna tinja, serta ada tidaknya darah atau lendir yang menempel pada sarung
tangan. Terakhir, bersihkan anus dengan tisu atau lap.

Hemorrhoid Internal Hemorrhoid external


Tertutup oleh mukosa Tertutup oleh kulit
Pemeriksaan Penis
1. Inspeksi
• Bila pasien belum sirkumsisi,
preputium harus di retraksi →
balanitis
• Bila phimosis → indikasi untuk
sirkumsisi

• Siphilis scars → chancre, epithelioma


• Herpes simpleks → vesikel
• Posisi OUE → dorsal (epispadia) ventral
(hipospadia)
• Chordae
• Mikropenis, makropenis
Palpasi
• Dorsal → fibrous plaque →
peyronie’s disease
• Indurasi dengan bagian lembek
→ periurethritis sekunder
terhadap striktur urethra.

Discharge urethra
• Gonorrhoe → kuning/abu-coklat,
banyak, kental
• Non Gonorrhoe → terlihat sama
namun lebih encer dan sedikit
• Darah → corpus alienum pada
urethra, striktur urethra atau
tumor.
GASTROENTEROHEPATOLOGI
DIARE
• BAB lembek atau cair / berupa air saja, frekuensi > 3X atau
lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan < 14 hari
• Pada 0-2 bulan dengan ASI ekslusif,frekuensi BAB bisa
mencapai 8-10 kali sehari dengan tinja yang lunak, sering
berbiji-biji, dan berbau asam

Persisten adalah diare Kronis adalah diare > 14


> 14 hari dengan hari dengan penyebab
penyebab INFEKSI NON INFEKSI
PATOFISIOLOGI
Membedakan Diare
ETIOLOGI CIRI DIARE TATALAKSANA

Rotavirus Diare cair kekuningan, pantat Rehidrasi dan zink


kemerahan
Shigelosis Diare lendir darah, keram perut, Quinolon (ciprofloxacin 500
demam, disentri dengan lemas mg 2x1), Cotrimoxazole 960
mg 2x1
E. Hystolitica Diare lendir darah, bau busuk Metronidazole 500 mg 3x1

Giardia Lambia Diare berlemak, steatorrhea Metronidazole 500 mg 2x1

Vibrio Cholera Diare seperti cucian beras Azitromisin 500 mg 3x1,


tetrasiklin 500 mg 4x1,
doksisiklin 300 mg 1x1
C. Difficile Pemakaian antibiotik lama Metronidazole 500 mg 3x1
Jenis E-Coli Diare Yang Disebabkan
Enteropathogenic (EPEC) Infantile (pediatric) diarrhea

Enterotoxigenic (ETEC) Traveller Diarrhea


Enteroinvasive (EIEC) Bloody diarrhea
Enterohaemorrhagic (EHEC) Hemorrhagic colitis, sebabkan HUS

Enteroaggregative (EAEC) Stacked brick appearance diarrhea, persisten


diare dan pada HIV.
Giardia Lambia

Entamoeba Coli
E. Hystolitica

Balantidium coli

KISI-KISI
Pada diare akibat amoeba dapat
ditemuka kristal Charcot-Leyden
yang dapat juga ditemukan pada
asma dan sindroma loeffler
Irritable Bowel Syndrome
IBS adalah kelainan fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman abdomen yang berkaitan dengan defekasi atau
perubahan kebiasaan buang air besar setidaknya selama 3 bulan
dengan onset gejala 6 bulan.

Membaik dengan defekasi

Terkait dengan perubahan frekuensi


BAB

Terkait dengan perubahan


konsistensi feses

25% waktu adalah 3 minggu


dalam 3 bulan
Tatalaksana

Non Farmakologi
• Edukasi managemen stress
• Meyakinkan pasien bahwa tidak
mengancam kehidupan
• Diet sesuai tipe IBS :
Tipe C : diet serat tinggi
Tipe D : hindari makanan tertentu yang
mencetuskan gejala

Kisi-kisi : BAB bergantian diare dan konstipasi, muncul setiap


stress atau mau ujian
Dispepsia
Dapat didiagnosis dengan menggunakan kriteria
ROME III yaitu :
Salah satu gejala berikut :
• Perasaan penuh setelah makan
• Cepat kenyang
• Nyeri di epigastrium
• Rasa terbakar di epigastrik
dan
• Tanpa kelainan organik (dengan
endoskopi) yang dapat menjelaskan Kisi-kisi : Nyeri perut epigastrik
keluhan pasien. dalam waktu 3 bulan, muncul
tiap kali stress!
Kriteria harus setidaknya selama 3 bulan, dengan
onset gejala setidaknya 6 bulan sebelum diagnosis
Pembagian berdasarkan klinis

Apabila sudah dilakukan EGD :


menjadi dispepsia investigated

ALARM SYMPTOMS • riwayat pernah menderita tukak peptik


•usia > 55 tahun • riwayat keluarga penderita kanker
•perdarahan saluran cerna bagian atas • berat badan turun dengan cepat)
•gangguan menelan progresif
TATALAKSANA

• Antasida : Al(OH)3 efek samping


berupa konstipasi, Mg(OH) efek
samping berupa diare.
• PPI : lansoprazole, omeprazole
• H2 receptor blocker : ranitidine
• Prostalglandin analog :
misoprostol
• Sitoprotektif : sukralfat
Ulkus Peptikum

Ulkus duodenum Ulkus Gaster


Pain-food-relieve-pain Pain-Food-Pain
COX-1 dan COX-2 : Non selektif

COX-2 Only : Selektif

Steroid : Phospolipase A2

Kisi-Kisi
Sering ada soal orang dengan nyeri
lutut dan mengonsumsi NSAID atau
steroid lama dapat menyebabkan
ulkus dan dapat dihindari dengan
memakain selektif COX inhibitor

Mekanisme kerja NSAID dan kortikosteroid


Diagnostik Pilorii Non Endoskopi
GERD : Gastrooesophageal Reflux Disease

Refluks asam lambung karena sfingter esofagus tidak mampu menutup secara adekuat.
Komplikasi jangka panjang GERD dapat menyebabkan esofagitis kronis, barret esofagus
hingga karsinoma esofagus dan perlu diperhatikan untuk adanya tanda bahaya
ALUR DIAGNOSIS GERD

PENUNJANG DIAGNOSIS
• GERD-Q
• Endoskopi (GOLD STANDARD)
• Histopatologi
• PPI Test
• pH Metri 24 jam
Tatalaksana PPI Test
• Memberikan PPI dosis ganda
selama 1-2 minggu tanpa
didahului pemeriksaan
endoskopi.
• Jika gejala menghilang dengan
pemberian PPI dan muncul
Kembali bila PPI dihentikan maka
diagnosis GERD dapat
ditegakkan.

TERAPI NON-FARMAKOLOGIC
• Memodifikasi berat badan berlebih.
• Tinggikan bantal 15-20 cm saat tidur
• Hentikan rokok dan alcohol
• Kurangi obat dan makanan
perangsang GERD
• Makan malam paling lambat 3 jam
sebelum tidur
PELOR (Panto, Ome, Lanso, Esome, Rabe) • Makan tidak boleh terlalu kenyang.
PSCBA PSCBB

Hematemesis Hematoschezia
Melena Tissue toilet bleeding
Coffee ground vomit
Varises esofagus

Splenomegali

Ascites

Hemorrhoid

Caput medusae
TATALAKSANA VARISEAL
• Lakukan stabilisasi dengan ABC
• Stabilkan hemodinamik
• Pemasangan IV line 2 jalur
dan persiapan transfusi.
• Oksigen sungkup/kanul
• Mencatat intake output dan
pemasangan kateter urin
• Monitor tekanan darah
• Lakukan bilas lambung agar
mempermudah dalam tindakan
endoskopi
• Tambahan :
• Vitamin K (penyakit hepar
kronis)
• PPI
• Terapi lain sesuai komorbid
Perdarahan non variseal
IKTERUS
Prehepatik
Peningkatan bilirubin indirek Post hepatik
Menyebabkan kernikterus Peningkatan bilirubin direk
Terdapat hepatosplenomegali Dominan GGT/ALP
Dominan SGOT/SGPT
KISI-KISI
Ikterus prehepatal paling banyak disebabkan oleh anemia hemolitik sehingga perlu untuk
dicari coomb test, serta adanya hepatosplenomegali. Sedangkan intrahepatal dapat
diikuti fungsi-fungsi lain hepar yang terganggu seperti vitamin K, hormonal seperti
estrogen, albumin serta gangguan fungsi intoksikasi. Dan post hepatal ditandai dengan
steatorrhea serta peningkatan ALP dan GGT.
Empedu dan Permasalahanya

Jenis Batu
• Cholesterol
• Pigmen
• Mixed
• Calcium

Gambaran Khas
• Nyeri setelah makan-makanan berlemak pada
RUQ yang menyebar ke bawah angulus scapula
dextra tanpa ada reda selama 20-30 menit.
• Post hepatik ikterik : tingginya kadar bilirubin
direk/conjugated
• Apabila batu terletak pada papila duodeni
major dapat menyebabkan pankreatitis akut.
Kolesistitis vs Kolangitis
Kolesistitis Kolangitis
Radang pada vesica felea, biasanya
Radang pada saluran empedu
didahului oleh adanya batu pada
empedu, Murphy sign merupakan dapat disebabkan oleh batu
tanda khas maupun proses supuratif.
USG
Didapatkan adanya batu
empedu yaitu gambaran
acoustic shadow serta
adanya penebalan
dinding kandung empedu
>3mm. Terapi utama
adalah cholecystectomi
Hepatitis

Hepatitis A dan B adalah


penyebab tersering
Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit
akibat virus, dan berupa
penyakit swasirna yang bersifat
akut dan dapat menjadi
hepatitis fulminan.

• Menular secara fecal-oral


• Replikasi pada orofaring
• Menyerang hepar dan
menyebabkan inflamasi
sehingga
• Pada palpasi sudut menjadi
palpasi
Hepatitis B
• HbsAg : petanda infeksi.
• Anti-Hbs : petanda infeksi hepatitis B
yang sudah sembuh.
• Anti-HBc : IgM untuk petanda infeksi
akut dan IgG untuk petanda kronik.
• HbeAg : petanda replikasi, petanda
keparahan.
• HBV-DNA : Petanda replikasi, lebih baik
HbeAg.

Diagnosis HbsAg Anti-Hbs Anti-HBc HBeAg Anti-HBe


Akut + - IgM + + -
Window - - IgM + +/- -
Sembuh - + IgG + - -
Imunisasi - + - - -
Kronik + _ IgG + +/- -
Tatalaksana Golongan Antinukleotida

Golongan Imunomodulator
Interferon alpha

Tujuan Terapi
• Menekan nekroinflamasi
• Normalisasi ALT
• Serokonversi HbeAg, HBV DNA menjadi negatif
• Mencegah penularan
• Mencegah sirosis dan Karsionoma Hepatoseluler
Hepatitis C

Hepatitis C hanya bersifat kronik dan


paling sering menyebabkan sirosis
hepatis dan karsinoma hepatoselular
dan diagnosis terpenting
menggunakan HCV RNA
Hepatic Encephalopathy
Tatalaksana Encephalopathy hepatikum
Hepatorenal dan Hepatopulmonal syndrome
Karsinoma Kolorektal

KISI-KISI
Karsinoma kolorektal bagian proximal dapat ditandai dengan penurunan berat badan,
peningkatan CEA, adanya BAB dengan darah yang bercampur dengan feses. Apabila lesi
pada sebelah distal maka didapatkan diare, BAB kecil-kecil, darah di permukaan feses dan
teraba masa pada pemeriksaan RT, serta pada pemeriksaan barium enema didapatkan
Apple Core Lesion
INFEKSI TROPIS
Demam Dengue dan DBD
Penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue.

• Ditransmisikan oleh nyamuk


Aedes aegepty dan Aedes
albopictus (betina) yang
tinggal pada air jernih.
• Transmisi dengan cara
nyamuk menghisap darah
orang dengan dengue
kemudian nyamuk
menghisap darah orang
sehat.
• Gejala umum :
• Demam
• Nyeri kepala
• Nyeri retroorbital
• Nyeri otot
• Nyeri sendi
PATOGENESIS
• Trombositopenia pada infeksi
dengue terjadi melalui
mekanisme
1. Supresi sumsum tulang.
2. Destruksi dan
pemendekan masa
hidup trombosit
3. Agregasi trombosit pada
endotel yang bocor
• Gambaran sumsum tulang
pada fase awal infeksi (<5
hari) menunjukan keadaan
hiposeluser dan supresi
megakariosit.
Derajat Demam Berdarah Dengue
DD/DBD Derajat Gejala Laboratorium
Demam Demam disertai 2 atau lebih tanda • Leukopenia
Dengue sakit kepala, nyeri retro-orbital, • Trombositpoenia
myalgia, arthralgia. (<150.000)
• Peningkatan
hematokrit (5-10%)
• Tidak ada tanda
kebocoran plasma.
DBD 1 Gejala diatas ditambah uji bendung 1. Trombositopenia
positif <100.000,
DBD 2 Gejala diatas ditambah perdarahan 2. Peningkatan HCT
spontan ≥20%.
DBD 3 Gejala diatas ditambah kegagalan
sirkulasi (kulit dingin, lembab, gelisah)
DBD 4 Syok berat disertai dengan tekanan
darah dan nadi tidak terukur.
Derajat 3 dan 4 disebut DSS
Perjalanan Penyakit dan Pemeriksaan Lab
TES RUMPLE-LEED/TES TORNIKUET
• Deteksi fragilitas mikrovaskuler
• Pertahankan manset tensimeter pada pertengahan
systole dan diastole selama 5 menit.
(+) Positif apabila terdapat ≥ 10 ptekie/1 inch.

1. NS1 : antigen non struktural untuk replikasi virus


• Dapat dideteksi sejak hari pertama demam.
• Puncak deteksi NS1 : hari ke 2-3 (sensitivitas 75%), dan mulai tidak
terdeteksi pada hari ke 5 dan 6.
2. Untuk membedakan infeksi dengue primer atau sekunder digunakan
pemeriksaan IgM dan IgG anti dengue :
• Infeksi primer IgM (+) setelah hari ke 3-6 dan hilang dalam 2 bulan, IgG
muncul mulai hari ke 12
• Pada infeksi sekunder IgG dapat muncul sebelum atau bersamaan dengan
IgM.
• IgG bertahan berbulan-bulan dan dapat (+) seumur hidup sehingga
diagnosis infeksi dapat dilihat dari titernya.
TANDA BAHAYA DB

• Nyeri perut hebat.


• Muntah persisten
• Akumulasi cairan secara
klinis
• Perdarahan pada mukosa
• Penurunan kesadaran
• Pembersaran hepar
• Peningkatan hematokrit
diikuti penurunan
trombosit secara cepat.

Tanda Kebocoran Plasma


Expanded Dengue Syndrome

Demam berdarah dengan manifestasi yang unusual, yaitu


adanya keterlibatan organ seperti hepar, ginjal, jantung dan
otak.
• Neurologi : ensefalopati, ensefalitis, aseptic meningitis,
perdarahan intracranial, SGB.
• Gastrointestinal : hepatitis fulminant, pankreatitis akut,
parotitis akut.
• Renal : Gangguan ginjal akut, HUS.
• Jantung : gangguan konduktivitas, pericarditis, miokarditis
• Respirasi : ARDS
• Muskuloskeletal : Miositis, rhabdomyolisis
LEPTOSPIROSIS
Leptospirosis merupakan penyakit zoonotic yang disebabkan
spirochaeta dari genus leptospira. Leptospira menginfeksi manusia
melalui mukosa atau abrasi kulit, masuk ke dalam darah dan
berkembang biak dalam epitel tubulus ginjal menetap dan mengalir
dalam filtrat urin.

Weil disease merupakan


bentuk berat dari
leptospirosis yang ditandai
oleh demam, ikterus, gagal
ginjal akut, syok refrakter
dan perdarahan (terutama
Leptospira Interrogans
paru). Banyak terdapat pada urin pengerat (tikus)
Tanda dan Gejala
ANAMNESIS
• Riwayat paparan dengan urin serta air, tanah atau makanan yang terkontaminasi
urin dari hewan yang terinfeksi (pengerat, ternak, kuda, anjing, kucing)
• Pekerjaan resiko tinggi (pemotong hewan, pekerja limbah)
• Demam yang muncul mendadak dan bersifat bifasik yaitu demam remiten tinggi
pada fase awal leptospiremia (3-10 hari) kemudian demam turun dan muncul
saat fase imun.
• Sakit kepala, nyeri otot gastrocnemius, fotofobia, mual-muntah, nyeri abdomen.

PEMERIKSAAN FISIK
• Demam
• Conjuctival suffusion
• Bradikardi
• Nyeri tekan otot, terutama betis dan daerah lumbal
• Ronkhi pada auskultasi paru
• Ikterus
• Meningismus, hipo atau arefleksia terutama pada tungkai
Penyakit ini terbagi menjadi 2 fase :
1. Fase 1 (Septikemia)
• Demam tinggi, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi ( 4-7 hari)
• Dapat terjadi proteinuria dan peningkatan kreatinin
• Organisme dapat terdeteksi dalam darah, uji serologi biasanya (-)
2. Fase 2 (Imun)
• Terbentuk antibodi IgM
• 1-3 hari bebas gejala, kemudian timbul gejala SSP
• Organisme terdeteksi di urin

Weil Syndrome
(Icteric Leptospirosis)
• Ikterus berat
• Disertai gagal ginjal, dapat muncul
hematuria dan oliguria.
• Perdarahan saluran cerna dan paru.
• Syok
LABORATORIUM RUTIN
Leukosit normal atau ↑, ↑ enzim transaminase liver, ↑ ureum creatinin, ↑
bilirubin, trombositopenia , proteinuria, pyuria, mikrohematuria.
Pemeriksan Penunjang TATALAKSANA
1. Supportif untuk mengatasi dehidrasi,
• Leptospira : hipotensi, perdarahan, gagal ginjal.
• Kultur darah (fase I) 2. Antibiotik
• Kultur urin (fase II) Leptospirosis Ringan :
• Mikroskop medan gelap. • Doksisiklin 2x100 mg PO 7 hari
• Amoxcicilin 4x500 mg PO
• Imunologic
• Ampicilin 4x500-750 mg selama 7 hari
• Microscopic agglutination • Pada ibu hamil hindari doksisiklin.
test (MAT) → pemeriksaan Leptospirosis sedang-berat :
penunjang gold standard, • Pencilin G intravena 1,5 juta unit/6 jam
pemeriksan sangat spesifik selama 7 hari.
untuk Leptospira. • Ceftriaxone intravena 1 gr/24 jam selama 7
• Lepto dipstick, lepto lateral hari
flow, lepto dridot • Doksisiklin intravena 100 mg/12 jam selama
• Anti leptospira 7 hari
Demam Tifoid
Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella typhi atau salmonella paratyphi.

Bakteri gram (-), berflagel, dan tidak


berspora. S typhi mempunyai 3
macam antigen yaitu antigen O,
antigen H dan antigen Vi
Tanda dan Gejala
Gejala Klinis
1. Masa inkubasi demam tifoid rata-rata selama 2 minggu. Gejala timbul secara
tiba-tiba atau perlahan-lahan, dengan pola demam sebagai berikut.
• Minggu 1 : demam pola anak tangga (stepladder), bertambah tinggi
pada sore hari dan malam.
• Minggu 2 : demam mencapai puncak dan bersifat kontinous, dapat
disertai bradikardia relatif.
• Minggu 3 : tampilan klinis berat, dapat disertai penurunan kesadaran
dan psikosis. Perforasi dapat terjadi.
2. Predominan gejala GI : anoreksia, nyeri abdomen, mual, muntah, diare dan
konstipasi
3. Gejala lain : sakit kepala, menggigil, batuk, berkeringat, myalgia dan
arthralgia.
Pemeriksaan Fisik :
• Bradikardia relative, hepatomegaly, splenomegali, penurunan kesadaran.
Dapat ditemukan typhoid tongue dan rose spot, jarang pada orang
Indonesia.
Pola stepladder
pattern

• Typhoid Tongue
• Rose spot
Gambaran Klinis Lainya

A. Komplikasi : sering terjadi di minggu ke-3 demam


1. Perforasi usus : datang dengan defans muskular.
2. Meningitis tifosa
3. Hepatitis dan cholecystitis typhosa → Vesica fellea merupakan
tempat tinggal dari salmonella sp.
4. Perdarahan usus.
B. Tifoid toksik
Demam tifoid yang ditandai dengan adanya penurunan kesadaran,
dengan atau tanpa kelainan neurologis lainya, dan hasil pemeriksaan LCS
masih dalam batas normal.
C. Tifoid Karier
Seseorang yang kotorannya (feses atau urin), mengandung salmonella
setelah satu tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala klinik.
Pemeriksaan Penunjang
LAB RUTIN
Memberikan gambaran leukopenia, limfositosis relative, monositosis,
trombositopenia ringan. Leukopenia terjadi akibat depresi sumsum tulang oleh
endotoksin salmonella.

Isolasi bakteri (KULTUR) • WIDAL : mendeteksi


pada media empedu (gall antigen O(somatic) dan
medium) merupakan GOLD H(flagella), dilakukan
STANDARD. Dapat juga pada akhir minggu 1,
menggunakan salmonella positif apabila kenaikan
shigella agar. titer 4x/ titer O 1:320
• Minggu 1 : sampel darah • TUBEX TF : deteksi IgM
dan sumsum tulang. terhadap antigen 09,
• Minggu 2 : sampel feses nilai ≥4 positif demam
• Minggu 3 : sampel urin tifoid, ≥6 indikasi kuat
tifoid, 3 : borderline.
Antibiotik Pada Demam Tifoid
Floroquinolone
• Antibiotik LINI PERTAMA pada dewasa
• Ciprofloxacin 2x500 mg, ofloxacin 2x400 mg, norfloxacin 2x400 mg selama
7-14 hari.
Chloramphenicol
• Obat pilihan pada PEDIATRIK
• Dosis 50-100 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis selama 14 hari.
• Efek samping → Depresi sumsum tulang, tidak boleh diberikan apabila
leukosit <2000

Cephalosporin generasi 3
• Terapi lini kedua, pada kondisi seperti MDR S.typhi, quinolone-resistant,
nalidixic acid resistant
• Ceftriaxone 3-4 gr/hari (3-5 hari), cefixime 20 mg/kgBB/hari (7-14 hari)

• Floroquinolon : penutupan epifisis dini → anak pendek


• Chloramphenicol : grey baby syndrome, ibu hamil → amoxicilin.
Terapi Lainya
• Bed rest
• Tambahkan tatalaksana simptomatik
• Diet :
• TKTP → tinggi kalori, tinggi protein
• Banyak mengandung cairan dan elektrolit
• Mudah dicerna usus → Lunak dan rendah serat
• Pemberian diet yang tinggi serat dan susah dicerna selama sakit
akan meningkatkan resiko perdarahan dan perforasi
gastrointestinal
HIV dan AIDS

• Etiologi : Human Immunodeficiency Virus


• AIDS : penyakit yang ditimbulkan oleh HIV
• Transmisi melalui cairan tubuh (darah, muntahan, semen, sekresi
vagina, ASI dan pus)
• Keringat, air mata, air liur, dan urin tidak menularkan HIV.

Infeksi HIV/AIDS dapat terjadi pada seluruh stadium, yaitu :


• Serokonversi : infeksi dengan HIV, mulai terbentuknya antibody HIV.
• Asimptomatik : tidak terdapat tanda dan gejala HIV, belum terdapat
supresi sistem imun
• Simptomatik : terdapat tanda dan gejala infeksi HIV, sudah terdapat
supresi sistem imun.
• AIDS : terdapat infeksi opportunistik, stadium end-stage.
Stadium Klinik HIV/AIDS
Stadium Klinik HIV/AIDS
Pneumocystis jirovecii

Cryptococcus Neoformans
Dengan tinta china
DIAGNOSIS
Deteksi Antibodi HIV
• Contoh : Rapid Test, ELISA, Western Blot
• Pilihan utama (rekomendasi WHO) untuk screening = Rapid
Test
Deteksi Viral Load
• Deteksi viral replication rate, contoh : PCR.
• Bisa dipakai untuk screening bayi baru lahir.
CD4
• Untuk menentukan dimulainya terapi ARV (CD<350)
Kultur Virus
• Mahal, lama
• Sulit terdeteksi apabila viral load rendah
TEST ANTIBODI HIV
• 3 strategi (3 pemeriksaan).
• Didahului dengan
konseling pra-tes dan
informasi.
• Ketiga tes tersebut dapat
menggunakan reagen tes
cepat (rapid test) atau
ELISA.
• Pemeriksaan pertama (A1)
harus menggunakan tes
dengan sensivitias tinggi
(>99%).
• Pemeriksaan selanjutnya
(A2 dan A3) menggunakan
tes dengan spesifisitas
tinggi (>99%).
Interpretasi hasil pemeriksaan HIV
PEMERIKSAAN YANG POSITIF INTERPRETASI
• Hasil A1 reaktif, A2 reaktif, A3 reaktif Hasil Positif

• Bila hasil A1 non reaktif Hasil Negatif


• Bila hasil A1 reaktif tapi pada pengulangan A1 dan A2 non
reaktif.
• Bila salah satu reaktif tapi tidak berisiko
• Bila dua hasil reaktif Hasil
• Bila hanya 1 tes reaktif tapi beresiko atau pasangan beresiko Indeterminate
Indikasi Terapi ARV
• Semua pasien dengan stadium 3 dan 4, berapapun jumlah CD4.
• Semua pasien dengan CD4 <350 sel/ml, apapun stadium klinisnya.
• Semua pasien dibawah ini apapun stadium klinisnya dan berapapun jumlah
CD4:
• Semua pasien ko-infeksi TB (kotak merah)
• Semua pasien ko-infeksi Hepatitis B Virus (HBV)
• Semua ibu hamil
• ODHA yang memiliki pasangan dengan status HIV negatif
• Populasi kunci (penasun, waria, LSL, WPS)
Semua anak < 5 tahun tanpa melihat stadium klinis WHO dan berapapun jumlah CD4+

• Pengobatan TB harus dimulai lebih dahulu, kemudian obat ARV diberikan dalam
2-8 minggu sejak mulai obat TB, tanpa menghentikan terapi TB.
• Pada ODHA + TB dengan CD4 < 50 sel/mm3, ARV harus dimulai dalam 2 minggu
pasca pengobatan TB
• Untuk ODHA + TB dengan meningitis kriptokokus, ARV dimulai setelah 5 minggu
pengobatan kriptokokus
Anjuran Tatalaksana HIV Pada Dewasa
(>5 tahun, ibu hamil dan menyusui, ODHA ko-infeksi hepatitis B, dan ODHA dengan TB)

ARV Lini Pertama untuk Dewasa


Paduan pilihan TDFa + 3TC (atau FTC) + EFV dalam bentuk KDTc
Paduan alternatif AZTb + 3TC + EFV (atau NVP)
TDFa + 3TC (atau FTC) + NVP

a. Jangan memulai TDF jika creatine clearance test (CCT) hitung <50 mL/menit, atau pada
kasus diabetes lama, hipertensi tak terkontrol, dan gagal ginjal.
b. Jangan memulai dengan AZT jika Hb <10 g/dL sebelum terapi.
c. Kombinasi 3 dosis tetap (KDT) yang tersedia: TDF + 3TC + EFV (300 mg/150 mg/600 mg).
NRTI NNRTI
(Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor) (Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor)

• AZT : Zidovudine (100 mg) • EFV : Efavirenz (200 mg dan 600 mg)
• 3TC : Lamivudine (150 mg) • NVP : nevirapine (200 mg)
• TDF : Tenofovir (300 mg)
• FTC : Emtricitabine
NEFROLOGI
Gangguan Ginjal Akut
GGA adalah kelainan ginjal struktural dan fungsional dalam 48 jam yang diketahui
melalui pemeriksaan darah, urin, jaringan atau radiologis.

Kriteria GGA KDIGO


Kriteria RIFLE
Indikasi Dialisis :
1. Tidak mampu mengontrol volume overload, hiperkalemia, asidosis dan ingesti
toksik.
2. Komplikasi uremia berat : asterixis, efusi perkardial, ensefalopati dan uremic
bleeding.
3. Gangguan cairan, elektrolit dan asam-basa yang mengancam nyawa.
4. GGA stadium III
Indikasi Hemodialisis

A Asidosis dengan pH <7.1

I Intoksikasi

U Uremic Perikarditis/ensefalopati

E Elektrolit- Hiperkalemia (>6.5 Meq/L)

O Overload cairan
Gagal Ginjal Kronis
• Kerusakan ginjal (renal damage)
yang terjadi lebih dari 3 bulan,
berupa kelainan struktural atau
fungsional, dengan atau tanpa
penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG), dengan
manifestasi:
– Kelainan patologis
– Terdapat tanda kelainan
ginjal, termasuk kelainan
dalam komposisi darah
atau urin, atau kelainan
dalam tes pencitraan
(imaging test).
• LFGkurang dari 60
Rumuh perhitungan GFR, Cockcroft-Gault,
ml/menit/1,73m2 selama 3
apabila wanita dikalikan dengan 0,85
bulan, dengan atau tanpa
kerusakan ginjal.
Pendekatan Diagnosis

Gambaran Klinis
• Adanya penyakit yang
mendasari: DM, HT, infeksi
salurah kemih, batu saluran
kemih, SLE, dsb.
• Sindrom Uremia: lemah,
lethargi, anoreksia, mual-
muntah, nokturia,
kelebihan cairan, kejang,
hingga koma.
• Gejala Komplikasi:
anemia, hipertensi, payah
antung, asidosis
metabolik, osteodistrofi
renal, gangguan elektrolit.
Diagnosis Penyakit Ginjal Kronis
LABORATORIUM RADIOLOGI BIOPSI GINJAL
1. Mencari etiologi. 1. USG ginjal : paling Pada pasien dengan
2. Tingkat kerusakan membantu dapat pengerutan ginjal bilateral,
ginjal meliputi : melihat simetrisitas, biopsi ginjal tidak
ureum, kreatinin dan ukuran, adanya disarankan karena sulit dan
LFG. obstruksi dan sangat berisiko terjadi
3. Kelainan biokimiawi menyingkirkan massa. pendarahan dan komplikasi
darah, meliputi 2. FPA : mencari batu lain. Banyaknya jaringan
anemia, peningkatan 3. IVP : jarang dilakukan parut juga membuat
asam urat, kalium, karena membutuhkan penyakit dasarnya tak
hiponatremia, fungsi ginjal yang baik tampak lagi.
hiperfosfatemia, 4. Pemeriksaan
hipokalsemia,asidosis renovaskuler dapat
metabolik. menggunakan doppler,
4. Kelainan urinalisis kedokteran nuklir, CT
meliputi proteinuria, SCAN/MRI
hematuria, leukosuria,
cast,isostenuria.
Tatalaksana CKD Berdasar Derajat

Terapi pengganti ginjal : hemodialis dialisis, transplantasi ginjal dan CAPD.


Komplikasi CKD
Komplikasi berdasarkan Derajat
Derajat LFG Komplikasi
1 ≥ 90 -
2 60 - 89 Hipertensi /PRE-HT

Hiperfosfatemia,Hipokalsemia
Anemia, Hiperparatiroid
3 30 - 59 Hipertensi, Hiperhomosisteinemia

Malnutrisi , Asidosis Metabolik ,


Hiperkalemia, Dislipidemia
4 15 - 29

5 < 15 atau dialisis Gagal Jantung, uremia


INFEKSI SALURAN KEMIH

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu penyakit yang ditandai


dengan ada/ditemukanya mikroorganisme dalam urin

Kondisi ISK dapat diketahui dengan adanya mikroorganisme dalam urin, yang paling
sering adalah bakteri. Bakteriuria bermakna adalah ditemukanya pertumbuhan
mikroorganisme murni >105 /ml pada biakan urin.

ISK Sederhana ISK Komplikata

ISK yang tidak terdapat ISK yang berlokasi selain di


disfungsi struktural atau vesika urinaria, ISK pada
ginjal anak-anak, laki-laki, atau
ibu hamil
Klasifikasi ISK

• ISK bawah : peradangan pada sistitis, prostatititis, epididymitis dan urethritis


• ISK atas : meliputi pielonefritis akut dan kronik dapat dengan terbentuknya
jaringan parut pada ginjal.

• ISK simptomatik : ISK dengan adanya bakteriuria yang bermakna dan ditemukan
adanya gejala ISK
• ISK asimptomatik : ISK dengan adanya bakteriuria yang bermakna namun tidak
ditemukan adanya gejala ISK
Etiologi dan Gejala Klinis
Etiologi dan faktor risiko

Eschericia coli, merupakan FAKTOR RESIKO


mikroorganisme yang paling •Riwayat diabetes melitus
sering diisolasi dari pasien •Riwayat kencing batu (urolitiasis)
dengan ISK asimptomatik •Higiene pribadi buruk
maupun simptomatik. •Riwayat keputihan
Infeksi pseudomonas spp •Kehamilan
akibat dari pemasangan •Riwayat infeksi saluran kemih
kateter dan infeksi sebelumnya
nosokomial •Riwayat pemakaian kontrasepsi
diafragma
Mikroorganisme lainnya yang •Kebiasaan menahan kencing
sering dtemukan seperti
Proteus sp, Klebsiella sp dan •Hubungan seksual
Staphyllococcus sp •Anomali struktur saluran kemih
Klasifikasi ISK
Kriteria Diagnosis
Tatalaksana

Anda mungkin juga menyukai