Tes undulasi
PALPASI
PALPASI SUPERFICIAL DAN DALAM
Lakukan palpasi superfisial dan palpasi dalam. Jangan lupa hangatkan pasien. Pertama
lakukan palpasi superfisial pada keempat kuadran abdomen. Lakukan identifikasi nyeri,
massa dan tahanan otot. Setelah itu lakukan palpasi dalam. Palpasi dalam digunakan
untuk mengidentifikasi massa dalam, konsistensi massa, bentuk, lokasi dan ukuran
massa. Jangan lupa identifikasi nyeri abdomen juga.
PALPASI HEPAR
Palpasi hepar ada 2 cara. Pertama dilakukan dengan cara meletakkan sisi lateral (bagian
dekat jempol) telapak tangan dengan posisi tangan pronasi pada bawah kosta 11-12 sisi
kanan. Kemudian pasien diminta menarik nafas (inspirasi) dilanjutkan mengeluarkan nafas
(ekspirasi).
PALPASI LIEN
Lakukan palpasi lien dengan cara meletakkan tangan kiri diantara SIC 10-12, lalu berikan
penekanan ke arah cranial. Posisikan tangan kanan pemeriksa disebelah atas kosta, tekan
kearah lien. Pasien diminta inspirasi. Normal : tidak teraba. Pembesaran lien didasarkan atas
skala Scuffner. Skala scuffner dimulai dari 1 hingga 8.
Palpasi Ginjal
Lakukan palpasi ginjal dengan menaruh tangan kiri di belakang posisi belakang ginjal,
dan tangan kanan di abdomen anterior dengan posisi seperti menangkap ginjal. Dengan
sedikit menekan, rabalah ginjal kanan dan kiri. Secara normal tidak teraba.
Grading hidronefrosis
Palpasi Ginjal
Pemeriksaan Bimanual Ginjal
Discharge urethra
• Gonorrhoe → kuning/abu-coklat,
banyak, kental
• Non Gonorrhoe → terlihat sama
namun lebih encer dan sedikit
• Darah → corpus alienum pada
urethra, striktur urethra atau
tumor.
GASTROENTEROHEPATOLOGI
DIARE
• BAB lembek atau cair / berupa air saja, frekuensi > 3X atau
lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan < 14 hari
• Pada 0-2 bulan dengan ASI ekslusif,frekuensi BAB bisa
mencapai 8-10 kali sehari dengan tinja yang lunak, sering
berbiji-biji, dan berbau asam
Entamoeba Coli
E. Hystolitica
Balantidium coli
KISI-KISI
Pada diare akibat amoeba dapat
ditemuka kristal Charcot-Leyden
yang dapat juga ditemukan pada
asma dan sindroma loeffler
Irritable Bowel Syndrome
IBS adalah kelainan fungsional usus kronis berulang dengan nyeri atau
rasa tidak nyaman abdomen yang berkaitan dengan defekasi atau
perubahan kebiasaan buang air besar setidaknya selama 3 bulan
dengan onset gejala 6 bulan.
Non Farmakologi
• Edukasi managemen stress
• Meyakinkan pasien bahwa tidak
mengancam kehidupan
• Diet sesuai tipe IBS :
Tipe C : diet serat tinggi
Tipe D : hindari makanan tertentu yang
mencetuskan gejala
Steroid : Phospolipase A2
Kisi-Kisi
Sering ada soal orang dengan nyeri
lutut dan mengonsumsi NSAID atau
steroid lama dapat menyebabkan
ulkus dan dapat dihindari dengan
memakain selektif COX inhibitor
Refluks asam lambung karena sfingter esofagus tidak mampu menutup secara adekuat.
Komplikasi jangka panjang GERD dapat menyebabkan esofagitis kronis, barret esofagus
hingga karsinoma esofagus dan perlu diperhatikan untuk adanya tanda bahaya
ALUR DIAGNOSIS GERD
PENUNJANG DIAGNOSIS
• GERD-Q
• Endoskopi (GOLD STANDARD)
• Histopatologi
• PPI Test
• pH Metri 24 jam
Tatalaksana PPI Test
• Memberikan PPI dosis ganda
selama 1-2 minggu tanpa
didahului pemeriksaan
endoskopi.
• Jika gejala menghilang dengan
pemberian PPI dan muncul
Kembali bila PPI dihentikan maka
diagnosis GERD dapat
ditegakkan.
TERAPI NON-FARMAKOLOGIC
• Memodifikasi berat badan berlebih.
• Tinggikan bantal 15-20 cm saat tidur
• Hentikan rokok dan alcohol
• Kurangi obat dan makanan
perangsang GERD
• Makan malam paling lambat 3 jam
sebelum tidur
PELOR (Panto, Ome, Lanso, Esome, Rabe) • Makan tidak boleh terlalu kenyang.
PSCBA PSCBB
Hematemesis Hematoschezia
Melena Tissue toilet bleeding
Coffee ground vomit
Varises esofagus
Splenomegali
Ascites
Hemorrhoid
Caput medusae
TATALAKSANA VARISEAL
• Lakukan stabilisasi dengan ABC
• Stabilkan hemodinamik
• Pemasangan IV line 2 jalur
dan persiapan transfusi.
• Oksigen sungkup/kanul
• Mencatat intake output dan
pemasangan kateter urin
• Monitor tekanan darah
• Lakukan bilas lambung agar
mempermudah dalam tindakan
endoskopi
• Tambahan :
• Vitamin K (penyakit hepar
kronis)
• PPI
• Terapi lain sesuai komorbid
Perdarahan non variseal
IKTERUS
Prehepatik
Peningkatan bilirubin indirek Post hepatik
Menyebabkan kernikterus Peningkatan bilirubin direk
Terdapat hepatosplenomegali Dominan GGT/ALP
Dominan SGOT/SGPT
KISI-KISI
Ikterus prehepatal paling banyak disebabkan oleh anemia hemolitik sehingga perlu untuk
dicari coomb test, serta adanya hepatosplenomegali. Sedangkan intrahepatal dapat
diikuti fungsi-fungsi lain hepar yang terganggu seperti vitamin K, hormonal seperti
estrogen, albumin serta gangguan fungsi intoksikasi. Dan post hepatal ditandai dengan
steatorrhea serta peningkatan ALP dan GGT.
Empedu dan Permasalahanya
Jenis Batu
• Cholesterol
• Pigmen
• Mixed
• Calcium
Gambaran Khas
• Nyeri setelah makan-makanan berlemak pada
RUQ yang menyebar ke bawah angulus scapula
dextra tanpa ada reda selama 20-30 menit.
• Post hepatik ikterik : tingginya kadar bilirubin
direk/conjugated
• Apabila batu terletak pada papila duodeni
major dapat menyebabkan pankreatitis akut.
Kolesistitis vs Kolangitis
Kolesistitis Kolangitis
Radang pada vesica felea, biasanya
Radang pada saluran empedu
didahului oleh adanya batu pada
empedu, Murphy sign merupakan dapat disebabkan oleh batu
tanda khas maupun proses supuratif.
USG
Didapatkan adanya batu
empedu yaitu gambaran
acoustic shadow serta
adanya penebalan
dinding kandung empedu
>3mm. Terapi utama
adalah cholecystectomi
Hepatitis
Golongan Imunomodulator
Interferon alpha
Tujuan Terapi
• Menekan nekroinflamasi
• Normalisasi ALT
• Serokonversi HbeAg, HBV DNA menjadi negatif
• Mencegah penularan
• Mencegah sirosis dan Karsionoma Hepatoseluler
Hepatitis C
KISI-KISI
Karsinoma kolorektal bagian proximal dapat ditandai dengan penurunan berat badan,
peningkatan CEA, adanya BAB dengan darah yang bercampur dengan feses. Apabila lesi
pada sebelah distal maka didapatkan diare, BAB kecil-kecil, darah di permukaan feses dan
teraba masa pada pemeriksaan RT, serta pada pemeriksaan barium enema didapatkan
Apple Core Lesion
INFEKSI TROPIS
Demam Dengue dan DBD
Penyakit yang disebabkan oleh
virus Dengue.
PEMERIKSAAN FISIK
• Demam
• Conjuctival suffusion
• Bradikardi
• Nyeri tekan otot, terutama betis dan daerah lumbal
• Ronkhi pada auskultasi paru
• Ikterus
• Meningismus, hipo atau arefleksia terutama pada tungkai
Penyakit ini terbagi menjadi 2 fase :
1. Fase 1 (Septikemia)
• Demam tinggi, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi ( 4-7 hari)
• Dapat terjadi proteinuria dan peningkatan kreatinin
• Organisme dapat terdeteksi dalam darah, uji serologi biasanya (-)
2. Fase 2 (Imun)
• Terbentuk antibodi IgM
• 1-3 hari bebas gejala, kemudian timbul gejala SSP
• Organisme terdeteksi di urin
Weil Syndrome
(Icteric Leptospirosis)
• Ikterus berat
• Disertai gagal ginjal, dapat muncul
hematuria dan oliguria.
• Perdarahan saluran cerna dan paru.
• Syok
LABORATORIUM RUTIN
Leukosit normal atau ↑, ↑ enzim transaminase liver, ↑ ureum creatinin, ↑
bilirubin, trombositopenia , proteinuria, pyuria, mikrohematuria.
Pemeriksan Penunjang TATALAKSANA
1. Supportif untuk mengatasi dehidrasi,
• Leptospira : hipotensi, perdarahan, gagal ginjal.
• Kultur darah (fase I) 2. Antibiotik
• Kultur urin (fase II) Leptospirosis Ringan :
• Mikroskop medan gelap. • Doksisiklin 2x100 mg PO 7 hari
• Amoxcicilin 4x500 mg PO
• Imunologic
• Ampicilin 4x500-750 mg selama 7 hari
• Microscopic agglutination • Pada ibu hamil hindari doksisiklin.
test (MAT) → pemeriksaan Leptospirosis sedang-berat :
penunjang gold standard, • Pencilin G intravena 1,5 juta unit/6 jam
pemeriksan sangat spesifik selama 7 hari.
untuk Leptospira. • Ceftriaxone intravena 1 gr/24 jam selama 7
• Lepto dipstick, lepto lateral hari
flow, lepto dridot • Doksisiklin intravena 100 mg/12 jam selama
• Anti leptospira 7 hari
Demam Tifoid
Demam tifoid merupakan penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman
Salmonella typhi atau salmonella paratyphi.
• Typhoid Tongue
• Rose spot
Gambaran Klinis Lainya
Cephalosporin generasi 3
• Terapi lini kedua, pada kondisi seperti MDR S.typhi, quinolone-resistant,
nalidixic acid resistant
• Ceftriaxone 3-4 gr/hari (3-5 hari), cefixime 20 mg/kgBB/hari (7-14 hari)
Cryptococcus Neoformans
Dengan tinta china
DIAGNOSIS
Deteksi Antibodi HIV
• Contoh : Rapid Test, ELISA, Western Blot
• Pilihan utama (rekomendasi WHO) untuk screening = Rapid
Test
Deteksi Viral Load
• Deteksi viral replication rate, contoh : PCR.
• Bisa dipakai untuk screening bayi baru lahir.
CD4
• Untuk menentukan dimulainya terapi ARV (CD<350)
Kultur Virus
• Mahal, lama
• Sulit terdeteksi apabila viral load rendah
TEST ANTIBODI HIV
• 3 strategi (3 pemeriksaan).
• Didahului dengan
konseling pra-tes dan
informasi.
• Ketiga tes tersebut dapat
menggunakan reagen tes
cepat (rapid test) atau
ELISA.
• Pemeriksaan pertama (A1)
harus menggunakan tes
dengan sensivitias tinggi
(>99%).
• Pemeriksaan selanjutnya
(A2 dan A3) menggunakan
tes dengan spesifisitas
tinggi (>99%).
Interpretasi hasil pemeriksaan HIV
PEMERIKSAAN YANG POSITIF INTERPRETASI
• Hasil A1 reaktif, A2 reaktif, A3 reaktif Hasil Positif
• Pengobatan TB harus dimulai lebih dahulu, kemudian obat ARV diberikan dalam
2-8 minggu sejak mulai obat TB, tanpa menghentikan terapi TB.
• Pada ODHA + TB dengan CD4 < 50 sel/mm3, ARV harus dimulai dalam 2 minggu
pasca pengobatan TB
• Untuk ODHA + TB dengan meningitis kriptokokus, ARV dimulai setelah 5 minggu
pengobatan kriptokokus
Anjuran Tatalaksana HIV Pada Dewasa
(>5 tahun, ibu hamil dan menyusui, ODHA ko-infeksi hepatitis B, dan ODHA dengan TB)
a. Jangan memulai TDF jika creatine clearance test (CCT) hitung <50 mL/menit, atau pada
kasus diabetes lama, hipertensi tak terkontrol, dan gagal ginjal.
b. Jangan memulai dengan AZT jika Hb <10 g/dL sebelum terapi.
c. Kombinasi 3 dosis tetap (KDT) yang tersedia: TDF + 3TC + EFV (300 mg/150 mg/600 mg).
NRTI NNRTI
(Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor) (Non-Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor)
• AZT : Zidovudine (100 mg) • EFV : Efavirenz (200 mg dan 600 mg)
• 3TC : Lamivudine (150 mg) • NVP : nevirapine (200 mg)
• TDF : Tenofovir (300 mg)
• FTC : Emtricitabine
NEFROLOGI
Gangguan Ginjal Akut
GGA adalah kelainan ginjal struktural dan fungsional dalam 48 jam yang diketahui
melalui pemeriksaan darah, urin, jaringan atau radiologis.
I Intoksikasi
U Uremic Perikarditis/ensefalopati
O Overload cairan
Gagal Ginjal Kronis
• Kerusakan ginjal (renal damage)
yang terjadi lebih dari 3 bulan,
berupa kelainan struktural atau
fungsional, dengan atau tanpa
penurunan laju filtrasi
glomerulus (LFG), dengan
manifestasi:
– Kelainan patologis
– Terdapat tanda kelainan
ginjal, termasuk kelainan
dalam komposisi darah
atau urin, atau kelainan
dalam tes pencitraan
(imaging test).
• LFGkurang dari 60
Rumuh perhitungan GFR, Cockcroft-Gault,
ml/menit/1,73m2 selama 3
apabila wanita dikalikan dengan 0,85
bulan, dengan atau tanpa
kerusakan ginjal.
Pendekatan Diagnosis
Gambaran Klinis
• Adanya penyakit yang
mendasari: DM, HT, infeksi
salurah kemih, batu saluran
kemih, SLE, dsb.
• Sindrom Uremia: lemah,
lethargi, anoreksia, mual-
muntah, nokturia,
kelebihan cairan, kejang,
hingga koma.
• Gejala Komplikasi:
anemia, hipertensi, payah
antung, asidosis
metabolik, osteodistrofi
renal, gangguan elektrolit.
Diagnosis Penyakit Ginjal Kronis
LABORATORIUM RADIOLOGI BIOPSI GINJAL
1. Mencari etiologi. 1. USG ginjal : paling Pada pasien dengan
2. Tingkat kerusakan membantu dapat pengerutan ginjal bilateral,
ginjal meliputi : melihat simetrisitas, biopsi ginjal tidak
ureum, kreatinin dan ukuran, adanya disarankan karena sulit dan
LFG. obstruksi dan sangat berisiko terjadi
3. Kelainan biokimiawi menyingkirkan massa. pendarahan dan komplikasi
darah, meliputi 2. FPA : mencari batu lain. Banyaknya jaringan
anemia, peningkatan 3. IVP : jarang dilakukan parut juga membuat
asam urat, kalium, karena membutuhkan penyakit dasarnya tak
hiponatremia, fungsi ginjal yang baik tampak lagi.
hiperfosfatemia, 4. Pemeriksaan
hipokalsemia,asidosis renovaskuler dapat
metabolik. menggunakan doppler,
4. Kelainan urinalisis kedokteran nuklir, CT
meliputi proteinuria, SCAN/MRI
hematuria, leukosuria,
cast,isostenuria.
Tatalaksana CKD Berdasar Derajat
Hiperfosfatemia,Hipokalsemia
Anemia, Hiperparatiroid
3 30 - 59 Hipertensi, Hiperhomosisteinemia
Kondisi ISK dapat diketahui dengan adanya mikroorganisme dalam urin, yang paling
sering adalah bakteri. Bakteriuria bermakna adalah ditemukanya pertumbuhan
mikroorganisme murni >105 /ml pada biakan urin.
• ISK simptomatik : ISK dengan adanya bakteriuria yang bermakna dan ditemukan
adanya gejala ISK
• ISK asimptomatik : ISK dengan adanya bakteriuria yang bermakna namun tidak
ditemukan adanya gejala ISK
Etiologi dan Gejala Klinis
Etiologi dan faktor risiko