Anda di halaman 1dari 33

GERD

(GASTROESOPHAGEAL REFLUX DISEASE)


NUR HIDAYU
10101046
DEFINISI

Suatu keadaan patologis sebagai akibat refluks


kandungan lambung ke dalam esofagus,
dengan berbagai gejala yang timbul akibat
keterlibatan esofagus, faring, laring dan
saluran nafas
EPIDEMIOLOGI
di negara2 barat
1 dari 5 orang HEART BURN/REGURGITASI
1x/minggu dan >40% 1x sebulan
Faktor diet dan obesitas
Laki-laki : perempuan (2:1-3:1)
DI INDONESIA
Belum ada data
Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI-RSUPN Cipto
Mangunkusumo Jakarta 22.8% esofagitis
Etiologi
Patofisiologi
MANIFESTASI KLINIS
Heart burn
Regurgitasi
Gejala klasik: Disfagia

nyeri dada non-kardiak


Gejala suara serak
ekstraesofagus Laringitis
batuk karena aspirasi
Diagnosis Banding
Refluks gastroesofageal Ulkus Peptikum Penyakit Jantung
Durasi nyeri 10-60 menit Prolonged 2-10 menit
Kualitas nyeri Rasa terbakar Rasa terbakar Tertekan, terbakar
Lokasi nyeri Substernal, epigastrium Substernal, epigastrium Retrosternal menjalar
keleher, bahu, rahang
Fitur terkait Memburuk saat Diringankan oleh Diperberat oleh aktivitas,
postrandial dan makanan atau antasida stress
berbaring
Barium swallow Normal Tampak ulkus gaster atau Normal
duodenum
EGD Eritematous esofagus Tampak ulkus gaster atau Normal
bag distal duodenum

EKG Normal Normal Peningkatan gelombang


Foto toraks Normal Normal Pembesaran jantung
ELISA Non reaktif Reaktif Non Reaktif
IgM dan IgG dan H.pylori
Monitor pH 24 jam <4 Normal (4-6) Normal
Tes Bernstein + - -
PPI + - -
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Endoskopi saluran
cerna atas
Ditemukan Mucosal break. Jika
tidak disebut non erosive reflux
disease (NERD)
Tabel Klasifikasi Los Angeles

A B
Erosi kecil-kecil pada mukosa Erosi pada mukosa/lipatan
esofagus dengan diameter mukosa dengan diameter > 5
<5mm mm tanpa saling berhubungan
Tabel Klasifikasi Los Angeles

C D
Lesi mukosa esofagus yang
Lesi yang konfluen bersifat sirkumferensial
tapi tidak mengelilingi ( mengelilingi seluruh
seluruh lumen mukosa esofagus )
Klasifikasi Savarry-Miller
Derajat kerusakan Gambaran Endoskopi

0 Mukosa normal

I Erosi single atau lesi eksudatif pada 1 lipatan longitudinal mukosa


(edema, hyperemia, mudah berdarah)

II Erosi multiple superfisial (10% permukaan mukosa distal esofagus)


pada >1 lipatan longitudinal

III Erosi sirkumferensial yang melibatkan 10-15% distal esofagus

IV Ulkus (ulkus dalam yang melibatka 50% distal esofagus), striktur


atau pemendekkan esofagus

V Barrett esofagus
Radiografi Barium

Pada pemeriksaan ini diberikan kontras


barium, diamati secara fluoroskopi jalannya
barium dalam esofagus, peristaltik terutama
bagian distal, bila ditemukan refluks barium
dari lambung kembali ke esofagus maka hal
itu dinyatakan sebagai GERD
pH monitoring

A. Refluks fisiologis; B. Refluks patologis


Tes Bernstein
Tes ini ini mengukur sensitivitas mukosa dengan
memasang selang transnasal dan melakukan
perfusi bagian distal esofagus dengan HCl 0,1 M
dalam waktu kurang dari satu jam
Manometri esofagus
untuk menilai fungsi motor atau adanya
gangguan motilitas esofagus terutama LES,
Scintigrafi Gastroesofageal
bertujuan untuk menilai pengosongan esofagus
dengan menggunakan cairan atau makanan yang
dilabel dengan radioisotop (biasanya technetium)
dan bersifat non invasif
Tes supresi asam
memberikan PPI dosis tinggi selama 1-2 minggu
sambil melihat respon yang terjadi.
PENATALAKSANAAN
PENGOBATAN GERD:

Tujuan :
Menghilangkan gejala / keluhan
Menyembuhkan lesi esofagus
Mencegah kekambuhan
Memperbaiki kualitas hidup
Mencegah timbulnya komplikasi
Modifikasi gaya hidup
Terapi Medikamentosa
Antasid
Antagonis Reseptor H2
Obat prokinetik
Sukralfat (Aluminium hidroksida + sukrosa
oktasulfat)
Penghambat Pompa Proton (Proton pump
inhibitor/PPI)
Alarm features for GERD

Odynophagia

Dysphagia Bleeding

Alarm
features

Vomiting Weight loss

Nathoo, Int J Clin Pract 2001; 55: 4659.


ALGORITME TATA LAKSANA GERD PADA
PELAYANAN KESEHATAN LINI PERTAMA
Algoritma tatalaksana GERD pada pusat
pelayanan yang memiliki fasilitas diagnostik
memadai.
TERAPI BEDAH
A. Nissen fundoplication B. Thal fudoplication C. Toupet fundoplication
Terapi Endoskopi

penggunaan energi radiofrekuensi,


plikasi gastrik endoluminal,
implantasi endoskopik dengan
menyuntikan zat implan di bawah
mukosa esofagus bagian distal
sehingga lumennya menjadi lebih
kecil
Complications
Esophageal erosions/ulcers
Stricture
Baretts esophagus
Esophagus adenocarcinoma
Prognosis
DUBIA AD BONAM
80-90% yang terkena dapat sembuh dengan
bantuan terapi farmakologi
DAFTAR PUSTAKA
1. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. EGC. : Jakarta
2. Patti, Marco G. 2010. Gastroesophageal reflux disease: From
pathophysiology to treatment. World J Gastroenterol 2010 August 14;
16(30): 3745-3749.
3. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1, Edisi keempat. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007
4. Syam AF, Aulia C, Renaldi K, Simadibrata M, Abdullah M,
Tedjasaputra.2013. Revisi konsensus nasional penatalaksanaan penyakit
refluks gastroesofageal (Gastro-esophageal Reflux Disease/ GERD) di
Indonesia 2013. Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia.
5. Ndraha, Suzanna. 2014. Penyakit Refluks Gastroesofageal. Vol. 27, No. 1
April 2014
6. Sjamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta
7. Departemen Farmakologi dan Terapi FKUI. 2007. Farmakologi dan Terapi.
Ed. 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
THANK
YOU.

Anda mungkin juga menyukai