Apa maksud pemberian ranitidine injeksi pada pasien yang baru masuk
RS/UGD?
Jawaban :
Ranitidine adalah antagonis reseptor Histamin H2 yang biasanya
digunakan dalam pengobatan sekresi asam lambung. Pasien yang masuk
RS//UGD dan kemudian diberikan obat ranitidine dimungkinkan mengalami
sekresi asam lambung, oleh karena itu pemberian obat ranitidin digunakan
untuk menurukan sekresi asam lambung yang dialami oleh pasien. Ranitidin
merupakan antagonis kerja panjang spesifik yang diindikasikan untuk tukak
gastroduodenal, refluks gastroesofagus, dan keadaan hipersekresi. Ranitidine
juga telah digunakan dengan aman pada pasien pada anak-anak, pada orang
tua, dan pada pasien dengan gangguan ginjal bila diberikan dalam dosis yang
tepat. Obat ini dapat ditoleransi dengan sangat baik dan jarang ditemukan
reaksi merugikan yang serius atau interaksi obat yang signifikan secara klinis.
Karena kemanjuran dan tolerabilitasnya yang menguntungkan sehingga
ranitidine telah dianggap sebagai agen lini pertama ketika diindikasikan
sebagai penekanan sekresi asam lambung, oleh karena itu jika diberikan pada
pasien yang baru masuk RS/UG D dapat menurukan dengan cepat sekresi
asam lambungya.
Asam lambung diperlukan untuk pencernaan protein, penyerapan Ca +,
zat besi, vitamin B12 dan tiroksin (bila diminum sebagai obat oral). Asam
lambung juga berperan dalam pencegahan pertumbuhan bakteri berlebih dan
infeksi saluran pencernaan. Telah diusulkan bahwa asam lambung juga
mengurangi atau menghilangkan alergenisitas makanan. Kelebihan asam
menyebabkan peradangan lambung dan duodenum. Namun, Kondisi
hipersekresi asam lambung meningkatkan risiko penyakit tukak lambung
(PUD), penyakit gastroesophageal reflux (GERD) dan perdarahan
gastrointestinal, serta meningkatkan morbiditas dan mortalitas terkait kondisi
ini. Kondisi ini dapat menyebabkan pasien diberikan menggunakan sediaan
dalam bentuk injeksi dalam penggunaan obat ranitidine sebagai obat untuk
menurunkan sekresi asam lambung pada pasien yang baru masuk rumah
sakit/UGD dengan memblokir histamin pada reseptor H2 pariental sehingga
sel tidak terangsang mengeluarkan asam lambung.
Sekresi asam lambung oleh sel parietal terjadi di fundus lambung, dan
diatur secara rumit oleh berbagai faktor neuronal (vagal), parakrin (histamin,
somatostatin) dan hormonal. Sekresi asam lambung dapat dibagi menjadi fase
cephalic dan gastric. Yang pertama terjadi sebelum masuknya makanan ke
dalam sistem pencernaan dan dimediasi oleh sistem saraf pusat dan perifer.
Selama fase cephalic, eferen vagal melepaskan asetilkolin, yang bekerja pada
reseptor muskarinik M3 yang diekspresikan pada sel parietal, menghasilkan
peningkatan sekresi asam. Aktivasi saraf hipofisis adenylate cyclase
activating polypeptide (PACAP) menghasilkan pelepasan histamin dari sel
mirip enterochromaffin (ECL) melalui aktivitas pada reseptor spesifiknya,
PAC1. Pelepasan histamin dari sel ECL mengaktifkan reseptor histamin H2
yang diekspresikan pada sel parietal. Fase lambung dari sekresi asam
lambung terjadi dengan masuknya nutrisi ke dalam saluran cerna. Gastrin,
yang dilepaskan oleh sel G antral, dipicu oleh makanan protein dan
merangsang sekresi asam melalui dua mekanisme. Tindakan utamanya secara
tidak langsung menyebabkan sekresi asam melalui pengikatan pada reseptor
cholecystokinin-2 (CCK 2) yang diekspresikan pada sel ECL, yang pada
gilirannya mengeluarkan histamin. Gastrin yang bersirkulasi juga dapat
mengikat reseptor CCK-2 pada membran basolateral sel parietal untuk
meningkatkan sekresi asam.
Mekanisme ranitidine
Pahwa, R., Shilpa, S., Vipin, K., dan Kanchan, K., 2016, Ranitidine
Hydrochloride: An Update On Analytical, Clinical And Pharmacological
Aspects, Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, Vol. 8(7).
Phan, J. M.D., Jihane. N.. Benhammou, M. D., Joseph, R., dan Pisegna, M.D,
2015, Gastric Hypersecretory States: Investigation and Management,
HHS Public Access Author manuscript, Vol. 13(4).
Istita, D. G., Dian, R. L., dan Magdalena, N., 2020, Evaluasi Penggunaan Obat
Dan Identifikasi Drug Related (DRP) Pada Pasien Pneumonia Di Ruang
Rawat Inap Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta (Periode
desember 2014 – Februari 2015), Holistik Jurnal Kesehatan, Vol.
14(1).
Mahdayana, I. D.,, Sudjatmiko, Sumarno, dan Elfri, P., 2020, Studi Penggunaan
Profilaksis Stress Ulcer Pada Passien Bedah Digestif di RSUD dr
Soetomo Surabaya, Pharmaceutical Journal Of Indonesia, Vol 5(2).
Sugiyarto, O. P., Probosuseno, dan Ika. P. S., 2014, Perbandingan Kualitas hidup
Pasien Yang Menggunakan Lansoprazol Dengan Injeksi Ranitidin,
Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi, Vol. 4(3).
16. Apa maksud pemberian ranitidine injeksi pada pasien yang baru masuk
RS/UGD?
Jawab
Jurnal pertama: pada jurnal ini dikatakan bahwa penggunaan Ranitidine
injeksi untuk mengatasi stress ulser pada pasien ketika masuk rumah sakit
(ismail dkk., 2017).
Jurnal kedua: pada jurnal ini dikatakan bahwa penggunaan Pemberian
ranitidine injeksi diberikan pada pasien rawat inap sebagai terapi
profilaksis stress ulcer dengan tujuan untuk mencegah pengeluaran asam
lambung yang berlebih dengan cara berkompetisi secara reversibel dengan
histamin yang berikatan dengan reseptor H2 pada membran kobasolateral
sel sel parietal. Adanya profilaksis stress ulcer sebagai terapi tambahan
pada pasien dengan tujuan untuk mengurangi gejala seperti nyeri lambung,
diare dan mual (Nurohmawati dkk. 2017)
DAFTAR PUSTAKA
Ismail, A., Gemy, N. H., dan Andi, T. N M., 2017, Pengaruh Penggunaan Obat
Piracetam dan Citicoline Terhadap Strok Iskemik Di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Haji Makassar, JF FIK UINAM, Vol. 5(1).
Nurohmawatii, W., Erwin, A. T., Siti, S., dan Halim, P. J., 2017, Pola Penggunaan
Ranitidine Pada Pasien HIV Dan AIDS Di UPIPI RSUD DR. Soetomo
Surabaya, Journal Of Pharmacy Science And Practice, Vol. 4(2).
TUGAS INDIVIDU
PELAYANAN KEFARMASIAN
OLEH
INSAN PERMATASARI
O1B1 20 057
FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2021